Wanko soba
Wanko soba | |
---|---|
Jenis | Mi Jepang |
Tempat asal | Jepang |
Daerah | Prefektur Iwate |
Bahan utama | Mi (soba) |
Sunting kotak info • L • B | |
Wanko Soba (わんこそば ) adalah cara penyajian soba rebus dengan menggunakan mangkuk-mangkuk kecil yang merupakan tradisi khas Prefektur Iwate, Jepang. Seorang pembeli didampingi seorang pelayan yang membawa sebuah baki berisi belasan mangkuk soba yang masing-masing hanya berisi cukup soba untuk satu kali telan. Setiap kali pembeli menghabiskan isi mangkuk soba yang sedang dipegangnya, pelayan akan mengambil semangkuk soba dari baki, dan menuangkan isinya ke dalam mangkuk pembeli. Ketika mangkuk soba yang dibawanya sudah habis, pelayan akan mengambil baki lain berisi belasan mangkuk soba yang baru, menuangkan isinya, dan begitu seterusnya, sampai pembeli menutup mangkuknya dengan tutup mangkuk sebagai tanda sudah kenyang. Wanko soba termasuk salah satu bentuk keramahtamahan dalam menjamu tamu di Jepang.[1] Isi sekitar 10 hingga 15 mangkuk wanko soba biasanya setara beratnya dengan satu porsi semangkuk soba ukuran biasa.[2] Seorang pria dewasa biasanya dapat menghabiskan antara 50 hingga 60 mangkuk wanko soba.[3]
Wanko soba dihidangkan dengan berbagai macam penyedap yang dapat dipilih sendiri oleh orang yang memakannya, misalnya: serutan katsuobushi, potongan kecil nori, gilingan kacang walnut, irisan daun bawang, sashimi ikan tuna, jamur nameko, asinan daikon, atau telur ikan.[4][5] Cara penyajian wanko soba berbeda-beda menurut daerahnya. Sebagai penyemangat ketika tamu sedang makan, pelayan di Morioka biasanya bersorak "Hai, jan jan!" atau "Hai, don don!" yang berarti "Ayo, lagi, lagi!"[2] Mangkuk soba yang sudah kosong lalu ditumpuk oleh pelayan di atas meja.[2] Di Ichinoseki, pelayan tidak mendampingi tamu yang sedang makan. Pelayan hanya meletakkan baki berisi mangkuk-mangkuk soba di atas meja tamu. Ketika makan, tamu mengisi sendiri mangkuk soba yang sedang dimakannya.[2]
Dalam bahasa Jepang dialek Iwate, wanko berarti mangkuk (お椀 , owan).[6] Penutur dialek Iwate menambahkan sufiks ko (コ) sebagai akhiran kata benda, misalnya umakko untuk kuda, dan begokko untuk sapi. Meski merupakan hidangan khas Prefektur Iwate, wanko soba hanya disajikan oleh rumah makan khusus wanko soba yang berada di tempat-tempat wisata,[1] terutama di kota Hanamaki, Morioka, dan Ichinoseki. Sebagian di antara rumah makan soba bahkan hanya menyajikan wanko soba bila pembeli memesan tempat lebih dulu.[1] Penyajian soba dalam bentuk wanko soba memerlukan waktu untuk persiapan.[1] Walaupun tercantum pada menu sebuah rumah makan soba, wanko soba bukanlah hidangan yang langsung dapat segera disajikan.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pada zaman Edo, Nanbu Toshinao daimyo penguasa Domain Morioka singgah di Hanamaki sewaktu dalam perjalanan menuju ke ibu kota Edo.[6] Soba adalah makanan khas kota Hanamaki, namun pengikut Toshinao khawatir tuan mereka akan menganggap soba sebagai makanan orang dusun.[5] Oleh karena itu, mereka menyajikan soba secara elegan di dalam mangkuk-mangkuk kecil. Satu mangkuk hanya berisi soba untuk satu kali suap.[5] Toshinao ternyata begitu terkesan dengan enaknya soba yang dihidangkan untuknya sampai berkali-kali meminta tambah.[6] Ketika dihidangkan kepada daimyo di Hanamaki, wanko soba dihidangkan tanpa sorakan penyemangat.[2] Oleh karena itu, wanko soba hingga kini dihidangkan di Hanamaki tanpa sorakan penyemangat.[2]
Prefektur Iwate beriklim sejuk dan sering mengalami musim panas yang sejuk sehingga produksi beras di daerah ini tidak dapat diandalkan.[7] Oleh karena itu, penduduk menanam gandum kuda bahan baku soba sebagai pengganti padi.[7] Di Prefektur Iwate, soba merupakan makanan pokok pengganti beras yang juga dihidangkan pada pesta makan pada acara pernikahan atau upacara pemakaman.[7]
Menurut cerita lainnya mengenai asal usul wanko soba, hidangan ini awalnya merupakan ide penyajian soba untuk dimakan bersama oleh tamu dalam jumlah besar.[2] Soba yang baru matang direbus, dihidangkan dengan memakai mangkuk-mangkuk kecil agar sejumlah besar tamu dapat memakannya secara bersama-sama sebelum soba menjadi lembek.[2] Ketika mengadakan pesta yang dihadiri banyak tamu, juru masak tidak mungkin dapat merebus soba dalam porsi besar untuk 50 orang tamu atau lebih.[7] Oleh karena itu, setiap kali merebus, juru masak hanya merebus soba sebanyak 5 porsi, namun menghidangkannya di dalam mangkuk-mangkuk kecil sehingga dapat memberi makan 30 orang tamu sekaligus.[7]
Setiap tahunnya di kota Hanamaki dan Morioka diadakan perlombaan sebanyak-banyaknya memakan wanko soba, masing-masing diselenggarakan pada bulan Februari dan bulan November.[5] Pada tahun 2009, juara perlombaan di Hanamaki dapat menghabiskan 218 mangkuk soba dalam 5 menit. Juara bertahan pada perlombaan di Morioka (2007-2009) dapat menghabiskan 383 mangkuk dalam 10 menit.[5] Dalam perlombaan makan wanko soba, satu mangkuk hanya berisi soba rebus seberat 10 gram.[6]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e 東北をこよなく愛する会 (2010). 本人ですら知らなかった! 東北人の説明書. PHP研究所. ISBN 4569790305.
- ^ a b c d e f g h "わんこそば". 岩手県観光協会. Diakses tanggal 2013-09-13.
- ^ "Local cuisine of the Tohoku region". Japan National Tourism Organization. Diakses tanggal 2013-09-14.
- ^ 新島, 繁 (1975). 蕎麦入門. 保育社. hlm. 125. ISBN 4586503432.
- ^ a b c d e "Wanko Soba Noodles". Iwate Prefecture. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-02. Diakses tanggal 2013-09-13.
- ^ a b c d "わんこそばの歴史". Hanamaki City Official Website. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-12. Diakses tanggal 2013-09-13.
- ^ a b c d e "わんこそば いつから始まったの?". NHK (Japan Broadcasting Corporation). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-07-17. Diakses tanggal 2013-09-13.