Bir pletok: Perbedaan antara revisi
Swarabakti (bicara | kontrib) Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Swarabakti (bicara | kontrib) tambah sedikit Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 5: | Baris 5: | ||
| name = Bir pletok |
| name = Bir pletok |
||
| image = Bir Pletok.JPG |
| image = Bir Pletok.JPG |
||
| image_size = |
| image_size = |
||
| caption = Empat botol bir pletok |
| caption = Empat botol bir pletok |
||
| country = [[Indonesia]] {{flagicon|Indonesia}} |
| country = [[Indonesia]] {{flagicon|Indonesia}} |
||
Baris 14: | Baris 14: | ||
| minor_ingredient = [[kapulaga]], [[kayu manis]], [[cengkeh]], [[bunga lawang]], [[adas]], daun [[jeruk]], [[cabe jawa]], dan [[lada hitam]] |
| minor_ingredient = [[kapulaga]], [[kayu manis]], [[cengkeh]], [[bunga lawang]], [[adas]], daun [[jeruk]], [[cabe jawa]], dan [[lada hitam]] |
||
}} |
}} |
||
'''Bir pletok |
'''Bir pletok''' adalah minuman khas masyarakat [[Suku Betawi|Betawi]] yang terbuat dari berbagai macam [[rempah]]. Minuman ini telah diakui sebagai [[warisan budaya takbenda]] Indonesia,<ref name="WBTB"/> serta menjadi salah satu dari delapan ikon kebudayaan Betawi yang ditetapkan oleh pemerintah Provinsi [[DKI Jakarta]] pada tahun 2017.<ref name="wiguna">{{cite web |last=Wiguna |first=Dewa Ketut Sudiarta |title=Para perawat ikon Betawi |website=Antara News |date=2022-06-25 |url=https://www.antaranews.com/berita/2960161/para-perawat-ikon-betawi |access-date=2024-06-27}}</ref> |
||
== Etimologi == |
== Etimologi == |
||
Terdapat beberapa pendapat mengenai asal |
Terdapat beberapa pendapat mengenai asal-usul nama ''bir pletok''. Istilah ''bir'' sendiri tampaknya di[[kata serapan|serap]] dari bahasa Belanda ''bier'' 'bir',{{sfnp|Reijst|Pereira|2022|p=86}} walaupun minuman ini tidak mengandung [[alkohol]]{{sfnp|Teviningrum dkk.|2016|p=57}} dan menggunakan bahan-bahan yang berbeda dari bir pada umumnya.{{sfnp|Reijst|Pereira|2022|p=86}} Meski begitu, ada pula anggapan [[etimologi rakyat]] bahwa ''bir'' yang dimaksud sebenarnya berasal dari kata bahasa Arab ''bi'run'' yang bermakna 'sumber air'.{{sfnp|Attas|2021|p=589–590}} Sementara, sebutan ''pletok'' kemungkinan merupakan [[onomatopoeia|tiruan bunyi]], entah dari tumbukan rempah segar sebelum digodok,<ref name="rezkisari">{{cite web |last=Rezkisari |first=Indira |title=Berbagai versi sejarah lahirnya bir pletok |website=Republika Online |date=2017-07-11 |url=https://ameera.republika.co.id/berita/oswmzc328/berbagai-versi-sejarah-lahirnya-bir-pletok |access-date=2024-06-27}}</ref> dari campuran bahan baku saat proses pengocokan dengan ruas [[bambu]]{{sfnp|Attas|2021|p=589}}<ref name="yuniar">{{cite web |last=Yuniar |first=Nanien |title=Apa arti "pletok" dalam bir pletok? |website=Antara News |date=2020-06-23 |url=https://www.antaranews.com/berita/1569668/apa-arti-pletok-dalam-bir-pletok |access-date=2024-06-27}}</ref> maupun kaleng untuk menghasilkan busa,{{sfnp|Habsari|2007|p=47}} dari tekanan udara ketika sumbat botol minuman tersebut dibuka,<ref name="yuniar"/>{{sfnp|Silalahi|Wahyuningtyas|Kalima|2023|p=335}} atau dari beradunya es batu di dalam teko yang digunakan untuk penyajian.{{sfnp|Attas|2021|p=589}} |
||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
Tidak ada catatan pasti yang menyebut kapan bir pletok pertama kali muncul,<ref name="rezkisari"/> walaupun tampaknya minuman ini sudah ada setidaknya sejak masa kolonial.{{sfnp|Attas|2021|p=589}} Sejarawan [[JJ Rizal]] menyebut bahwa bir pletok mulanya diciptakan oleh masyarakat Betawi sebagai tiruan sekaligus tandingan bagi bir khas Barat.<ref name="afrisia">{{cite web |last=Afrisia |first=Rizky Sekar |title=Sejarah bir pletok Betawi, tiruan anggur Barat tanpa alkohol |website=CNN Indonesia |date=2015-06-22 |url=https://www.cnnindonesia.com/gaya-hidup/20150622154243-262-61620/sejarah-bir-pletok-betawi-tiruan-anggur-barat-tanpa-alkohol |access-date=2024-06-27}}</ref> Orang-orang Belanda seringkali menyesap bir untuk menghangatkan badan.<ref name="yuniar"/> Ditambah lagi, kemeriahan pesta yang diadakan oleh orang Belanda sering kali diukur dari seberapa banyak minuman beralkohol yang terhidang.<ref name="afrisia"/>{{sfnp|Attas|2021|p=590}} Paparan terhadap budaya Belanda ini membuat orang Betawi tidak mau kalah. Mereka ingin pula memiliki minuman serupa yang dapat disajikan untuk memeriahkan perayaan. Hanya saja, bagi masyarakat Betawi yang sebagian besarnya beragama [[Islam]], minuman memabukkan adalah hal yang terlarang. Maka terciptalah bir pletok, sebuah minuman penghangat badan yang berwarna merah kecokelatan serupa bir, tetapi tidak mengandung alkohol sama sekali.<ref name="afrisia"/>{{sfnp|Sultani|Anastasia|Yuliswara|2020|p=144–146}} Dapat dikatakan bahwa minuman ini merupakan hasil perkawinan dari budaya minum bangsa Eropa dengan penggunaan bahan baku rempah khas Nusantara.{{sfnp|Attas|2021|p=591}} |
|||
Pada zaman penjajahan Belanda di Indonesia, banyak masyarakat Betawi yang tergoda untuk mencoba meminum bir seperti yang banyak dilakukan oleh bangsa barat. Namun, setelah melihat efeknya yang kurang baik karena membuat orang menjadi mabuk dan selain itu juga melanggar ajaran agama. Karena orang-orang Betawi dikenal sebagai Muslim yang ta'at, maka berapa orang Betawi mencoba meracik bir yang dapat menghangatkan badan, tetapi tidak menyebabkan efek samping mabuk. Akhirnya terciptalah bir pletok yang rasanya nikmat, berkhasiat menghangatkan badan dan memiliki khasiat-khasiat lainnya yang juga menyehatkan tubuh. |
|||
<!--Perkembangan selanjutnya...--> |
|||
== Bahan baku == |
== Bahan baku == |
||
[[Berkas:Bir pletok ingredients 20240622 123245.jpg|jmpl|ki|upright=1.5|Rempah-rempah yang digunakan untuk membuat bir pletok ditampilkan di [[Museum Betawi]]]] |
[[Berkas:Bir pletok ingredients 20240622 123245.jpg|jmpl|ki|upright=1.5|Rempah-rempah yang digunakan untuk membuat bir pletok ditampilkan di [[Museum Betawi]].{{sfnp|Sukaesih|Nurislaminingsih|Winoto|2022|p=373–374}}]] |
||
Bahan baku bir pletok dapat berbeda-beda tergantung daerah dan pengrajin, tetapi [[jahe]] dan [[secang]] umumnya selalu ada.{{sfnp|Ishartani|Kawiji|Khasanah|2012|p=35}} Penggunaan secang menjadi pembeda utama antara bir pletok Betawi dengan [[bir kocok]] khas Bogor.<ref name="sudarsono">{{cite web |last=Sudarsono |first=Ratih P. |title=Sihir Rasa dari Suryakancana | website=Kompas.id |date=2019-02-15 |url=https://www.kompas.id/baca/utama/2019/02/16/sihir-rasa-dari-suryakancana |access-date=2024-06-27}}</ref> |
|||
Minuman ini dibuat dari bahan godokan 13 macam rempah, yakni jahe, jahe merah, sereh, kunyit, kayu secang, kayu manis, lada hitam, daun pandan, daun jeruk, biji pala, kapulaga, kembang lawang, serta cengkeh, ditambah gula dan garam. Seiring perkembangan zaman dan perubahan cuaca, tiap pengrajin ada yang menggunakan ke 13 macam rempah tadi, ada juga yang tidak. Bahkan, ada beberapa pengrajin Bir Pletok yang menggunakan cabe arei atau [[cabe jawa]] sebagai salah satu bahan baku yang digunakan. Sementara terkait penggunaan pemanis, ada yang menggunakan gula pasir, gula aren atau madu hutan. Tapi biasanya, agar harga jual bisa dijangkau kebanyakan masyarakat dan ekonomis, biasanya para pengrajin menggunakan gula pasir. Sementara untuk mengejar khasiat, digunakan gula aren atau madu hutan. |
Minuman ini dibuat dari bahan godokan 13 macam rempah, yakni jahe, jahe merah, sereh, kunyit, kayu secang, kayu manis, lada hitam, daun pandan, daun jeruk, biji pala, kapulaga, kembang lawang, serta cengkeh, ditambah gula dan garam. Seiring perkembangan zaman dan perubahan cuaca, tiap pengrajin ada yang menggunakan ke 13 macam rempah tadi, ada juga yang tidak. Bahkan, ada beberapa pengrajin Bir Pletok yang menggunakan cabe arei atau [[cabe jawa]] sebagai salah satu bahan baku yang digunakan. Sementara terkait penggunaan pemanis, ada yang menggunakan gula pasir, gula aren atau madu hutan. Tapi biasanya, agar harga jual bisa dijangkau kebanyakan masyarakat dan ekonomis, biasanya para pengrajin menggunakan gula pasir. Sementara untuk mengejar khasiat, digunakan gula aren atau madu hutan. |
||
Baris 31: | Baris 33: | ||
== Penyajian == |
== Penyajian == |
||
[[Berkas:Iced bir pletok 20240622 112754.jpg|jmpl|ka|Segelas bir pletok disajikan dingin dengan es batu]] |
|||
Bir pletok pada awalnya disajikan panas sebagai minuman penghangat, terutama di kala malam. Penggunaan [[es batu]] dalam minuman baru marak di Jakarta pada sekitar pertengahan abad ke-20.{{sfnp|Teviningrum dkk.|2016|p=57}} |
Bir pletok pada awalnya disajikan panas sebagai minuman penghangat, terutama di kala malam. Penggunaan [[es batu]] dalam minuman baru marak di Jakarta pada sekitar pertengahan abad ke-20.{{sfnp|Teviningrum dkk.|2016|p=57}} |
||
Berbeda dari budaya meminum [[teh]] |
Berbeda dari budaya meminum [[teh]] di pagi hari ataupun [[kopi]] di sore hari yang lazim dilakukan oleh masyarakat Betawi, bir pletok awalnya hanya disajikan pada masa-masa perayaan.{{sfnp|Attas|2021|p=593}} |
||
== Kandungan gizi dan khasiat == |
== Kandungan gizi dan khasiat == |
||
Baris 42: | Baris 45: | ||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
=== Daftar pustaka === |
=== Daftar pustaka === |
||
{{refbegin|indent=yes}} |
|||
* {{cite book |last=Attas |first=Siti Gomo |date=2021 |chapter=Bir pletok sebagai minuman rempah dalam perspektif komunikasi lintas budaya |editor1=Novi Anoegrajekti |editor2=Sastri Sunarti |editor3=Sudartomo Macaryus |editor4=Djoko Saryono |editor5=I Nyoman Darma Putra |title=Sastra rempah |location=Yogyakarta |publisher=[[Kanisius]] |url=https://www.google.co.id/books/edition/Sastra_Rempah/5NhVEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=bir+pletok&pg=PA587&printsec=frontcover |isbn=9789792171761 |ref=harv}} |
* {{cite book |last=Attas |first=Siti Gomo |date=2021 |chapter=Bir pletok sebagai minuman rempah dalam perspektif komunikasi lintas budaya |editor1=Novi Anoegrajekti |editor2=Sastri Sunarti |editor3=Sudartomo Macaryus |editor4=Djoko Saryono |editor5=I Nyoman Darma Putra |title=Sastra rempah |location=Yogyakarta |publisher=[[Kanisius]] |url=https://www.google.co.id/books/edition/Sastra_Rempah/5NhVEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=bir+pletok&pg=PA587&printsec=frontcover |isbn=9789792171761 |ref=harv}} |
||
* {{cite book |last1=Dewantara |first1=Yudhiet Fajar |last2=Levyta |first2=Farah |date=2022 |title=Jelajah kuliner khas Betawi |location=Yogyakarta |publisher=Bintang Semesta Media |url=https://www.google.co.id/books/edition/Jelajah_Kuliner_Khas_Betawi/GVWtEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=bir+pletok&pg=PA75&printsec=frontcover |isbn=9786235361338 |ref=harv}} |
* {{cite book |last1=Dewantara |first1=Yudhiet Fajar |last2=Levyta |first2=Farah |date=2022 |title=Jelajah kuliner khas Betawi |location=Yogyakarta |publisher=Bintang Semesta Media |url=https://www.google.co.id/books/edition/Jelajah_Kuliner_Khas_Betawi/GVWtEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=bir+pletok&pg=PA75&printsec=frontcover |isbn=9786235361338 |ref=harv}} |
||
* {{cite book |last=Giyatmi |date=2018 |editor1=Winiati P. Rahayu |editor2=Rindit Pambayun |editor3=Ardiansyah |editor4=Giyatmi |editor5=Umar Santoso |chapter=Bir pletok |title=Ensiklopedia produk pangan Indonesia |volume=2 |location=Bogor |publisher=IPB Press |isbn=9786024405304 |ref=harv}} |
* {{cite book |last=Giyatmi |date=2018 |editor1=Winiati P. Rahayu |editor2=Rindit Pambayun |editor3=Ardiansyah |editor4=Giyatmi |editor5=Umar Santoso |chapter=Bir pletok |title=Ensiklopedia produk pangan Indonesia |volume=2 |location=Bogor |publisher=IPB Press |isbn=9786024405304 |pages=275–278 |ref=harv}} |
||
* {{cite book |last=Habsari |first=Rinto |date=2007 |title=Info boga Jakarta |location=Jakarta |publisher=[[Gramedia Pustaka Utama]] |url=https://www.google.co.id/books/edition/Info_boga_Jakarta/zAQMZo8POkEC?hl=en&gbpv=1&dq=bir+pletok&pg=PA47&printsec=frontcover |isbn=9789792228601 |ref=harv}} |
* {{cite book |last=Habsari |first=Rinto |date=2007 |title=Info boga Jakarta |location=Jakarta |publisher=[[Gramedia Pustaka Utama]] |url=https://www.google.co.id/books/edition/Info_boga_Jakarta/zAQMZo8POkEC?hl=en&gbpv=1&dq=bir+pletok&pg=PA47&printsec=frontcover |isbn=9789792228601 |ref=harv}} |
||
* {{cite book |last=Hisyam |first=Muhammad |date=2023 |chapter=Eksplorasi etnokimia dalam kebudayaan masyarakat suku Betawi: serangkaian tradisi adat perkawinan suku Betawi |editor=Uji Prastya |title=Etnokimia dalam budaya Nusantara |location=Yogyakarta |publisher=Kanisius |volume=2 |pages=105–134 |url=https://www.google.co.id/books/edition/Etnokimia/U6rEEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=bir+pletok&pg=PA128&printsec=frontcover |isbn=9789792179132 |ref=harv}} |
|||
* {{cite journal |last1=Ishartani |first1=Dwi |last2=Kawiji |last3=Khasanah |first3=Lia Umi |date=2012 |title=Produksi bir pletok kaya antioksidan |journal=Jurnal Teknologi Hasil Pertanian |volume=5 |number=1 |pages=32–39 |doi=10.20961/jthp.v0i0.13540 |ref=harv}} |
|||
* {{cite journal |last=Muliani |first=Lila |date=2017 |title=Mempromosikan bir pletok sebagai minuman khas Betawi melalui penyajian sebagai ''welcome drink'' |journal=Majalah Ilmiah Bijak |volume=14 |number=2 |pages=219–235 |doi=10.31334/bijak.v14i2.19 |ref=harv}} |
|||
* {{cite book |last1=Reijst |first1=Mirjam van der |last2=Pereira |first2=Harold |date=2022 |title=Boekoe kita green: 90 vegetarische Indische familierecepten en verhalen |location=Utrecht |language=nl |trans-title=Boekoe kita hijau: 90 resep keluarga vegetarian Hindia dan riwayatnya |publisher=Veen Bosch & Keuning |url=https://www.google.co.id/books/edition/Boekoe_Kita_Green/VRJoEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=%22bir+pletok%22+%22bier%22&pg=PA86&printsec=frontcover |isbn=9789043924061 |ref=harv}} |
* {{cite book |last1=Reijst |first1=Mirjam van der |last2=Pereira |first2=Harold |date=2022 |title=Boekoe kita green: 90 vegetarische Indische familierecepten en verhalen |location=Utrecht |language=nl |trans-title=Boekoe kita hijau: 90 resep keluarga vegetarian Hindia dan riwayatnya |publisher=Veen Bosch & Keuning |url=https://www.google.co.id/books/edition/Boekoe_Kita_Green/VRJoEAAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=%22bir+pletok%22+%22bier%22&pg=PA86&printsec=frontcover |isbn=9789043924061 |ref=harv}} |
||
* {{cite journal |last1=Silalahi |first1=Marina |last2=Wahyuningtyas |first2=Riska Septia |last3=Kalima |first3=Titi |date=2023 |title=Ethnobotanical study of bir pletok as a traditional health drink for Betawi ethnic (Indonesia) |journal=GSC Biological and Pharmaceutical Sciences |volume=24 |number=2 |pages=335–342 |doi=10.30574/gscbps.2023.24.2.0285 |ref=harv}} |
* {{cite journal |last1=Silalahi |first1=Marina |last2=Wahyuningtyas |first2=Riska Septia |last3=Kalima |first3=Titi |date=2023 |title=Ethnobotanical study of bir pletok as a traditional health drink for Betawi ethnic (Indonesia) |journal=GSC Biological and Pharmaceutical Sciences |volume=24 |number=2 |pages=335–342 |doi=10.30574/gscbps.2023.24.2.0285 |ref=harv}} |
||
* {{cite journal |last1=Sukaesih |last2=Nurislaminingsih |first2=Rizki |last3=Winoto |first3=Yunus |date=2022 |title=Mapping of Betawi indigenous knowledge in collections at the Setu Babakan Museum |journal=Linguistics and Culture Review |volume=6 |number=S2 |pages=368–382 |doi=10.21744/lingcure.v6nS2.2127 |ref=harv}} |
|||
* {{cite conference |last1=Sultani |first1=Zofrano Ibrahimsyah Magribi |last2=Anastasia |first2=Mutiara Syafira |last3=Yuliswara |first3=Rizki Ridha Pratama |date=2020 |title=Cita rasa kuliner lokal bir pletok sebagai identitas budaya Betawi di Jakarta (1970–2000an) |conference=Prosiding Seminar Nasional Sejarah tanggal 15 Oktober 2019 di Aula Ki Hadjar Dewantara Lantai 7 I1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang |pages=140–161 |url=https://www.academia.edu/40936300/Cita_Rasa_Kuliner_Lokal_Bir_Pletok_sebagai_Identitas_Budaya_Betawi_di_Jakarta_1970_2000an_Pletok_Beer_Local_Culinary_Taste_as_Betawi_Cultural_Identity_in_Jakarta_1970_2000s_ |ref=harv}} |
|||
* {{cite book |last1=Teviningrum |first1=Shinta |last2=Ayuningsih |first2=Fajar |last3=Pridia |first3=Heni |last4=Hadiati |first4=Mulya Sari |last5=Hapsari |first5=Firta |last6=Muliani |first6=Lila |last7=Savitri |first7=Berlianti |date=2016 |title=Kuliner Betawi: selaksa rasa & cerita |location=Jakarta |publisher=Gramedia Pustaka Utama |url=https://www.google.co.id/books/edition/Kuliner_Betawi_Selaksa_Rasa_Cerita/HspGDwAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=bir+pletok&pg=PA57&printsec=frontcover |isbn=9786020333731 |ref={{sfnRef|Teviningrum dkk.|2016}}}} |
* {{cite book |last1=Teviningrum |first1=Shinta |last2=Ayuningsih |first2=Fajar |last3=Pridia |first3=Heni |last4=Hadiati |first4=Mulya Sari |last5=Hapsari |first5=Firta |last6=Muliani |first6=Lila |last7=Savitri |first7=Berlianti |date=2016 |title=Kuliner Betawi: selaksa rasa & cerita |location=Jakarta |publisher=Gramedia Pustaka Utama |url=https://www.google.co.id/books/edition/Kuliner_Betawi_Selaksa_Rasa_Cerita/HspGDwAAQBAJ?hl=en&gbpv=1&dq=bir+pletok&pg=PA57&printsec=frontcover |isbn=9786020333731 |ref={{sfnRef|Teviningrum dkk.|2016}}}} |
||
{{refend}} |
|||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
||
{{resep}} |
{{resep}} |
Revisi per 27 Juni 2024 19.51
![]() | Halaman ini sedang dipersiapkan dan dikembangkan sehingga mungkin terjadi perubahan besar. Anda dapat membantu dalam penyuntingan halaman ini. Halaman ini terakhir disunting oleh Swarabakti (Kontrib • Log) 49 hari 682 menit lalu. Jika Anda melihat halaman ini tidak disunting dalam beberapa hari, mohon hapus templat ini. |
Bir pletok | |
---|---|
Empat botol bir pletok | |
Sajian | Minuman |
Tempat asal | Indonesia ![]() |
Daerah | Jakarta[1] ![]() |
Suhu penyajian | Panas atau dingin |
Bahan utama | jahe, serai, secang, daun pandan, air, garam, gula |
Bahan yang umum digunakan | kapulaga, kayu manis, cengkeh, bunga lawang, adas, daun jeruk, cabe jawa, dan lada hitam |
![]() ![]() |
Bir pletok adalah minuman khas masyarakat Betawi yang terbuat dari berbagai macam rempah. Minuman ini telah diakui sebagai warisan budaya takbenda Indonesia,[1] serta menjadi salah satu dari delapan ikon kebudayaan Betawi yang ditetapkan oleh pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2017.[2]
Etimologi
Terdapat beberapa pendapat mengenai asal-usul nama bir pletok. Istilah bir sendiri tampaknya diserap dari bahasa Belanda bier 'bir',[3] walaupun minuman ini tidak mengandung alkohol[4] dan menggunakan bahan-bahan yang berbeda dari bir pada umumnya.[3] Meski begitu, ada pula anggapan etimologi rakyat bahwa bir yang dimaksud sebenarnya berasal dari kata bahasa Arab bi'run yang bermakna 'sumber air'.[5] Sementara, sebutan pletok kemungkinan merupakan tiruan bunyi, entah dari tumbukan rempah segar sebelum digodok,[6] dari campuran bahan baku saat proses pengocokan dengan ruas bambu[7][8] maupun kaleng untuk menghasilkan busa,[9] dari tekanan udara ketika sumbat botol minuman tersebut dibuka,[8][10] atau dari beradunya es batu di dalam teko yang digunakan untuk penyajian.[7]
Sejarah
Tidak ada catatan pasti yang menyebut kapan bir pletok pertama kali muncul,[6] walaupun tampaknya minuman ini sudah ada setidaknya sejak masa kolonial.[7] Sejarawan JJ Rizal menyebut bahwa bir pletok mulanya diciptakan oleh masyarakat Betawi sebagai tiruan sekaligus tandingan bagi bir khas Barat.[11] Orang-orang Belanda seringkali menyesap bir untuk menghangatkan badan.[8] Ditambah lagi, kemeriahan pesta yang diadakan oleh orang Belanda sering kali diukur dari seberapa banyak minuman beralkohol yang terhidang.[11][12] Paparan terhadap budaya Belanda ini membuat orang Betawi tidak mau kalah. Mereka ingin pula memiliki minuman serupa yang dapat disajikan untuk memeriahkan perayaan. Hanya saja, bagi masyarakat Betawi yang sebagian besarnya beragama Islam, minuman memabukkan adalah hal yang terlarang. Maka terciptalah bir pletok, sebuah minuman penghangat badan yang berwarna merah kecokelatan serupa bir, tetapi tidak mengandung alkohol sama sekali.[11][13] Dapat dikatakan bahwa minuman ini merupakan hasil perkawinan dari budaya minum bangsa Eropa dengan penggunaan bahan baku rempah khas Nusantara.[14]
Bahan baku
![](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/6/6c/Bir_pletok_ingredients_20240622_123245.jpg/330px-Bir_pletok_ingredients_20240622_123245.jpg)
Bahan baku bir pletok dapat berbeda-beda tergantung daerah dan pengrajin, tetapi jahe dan secang umumnya selalu ada.[16] Penggunaan secang menjadi pembeda utama antara bir pletok Betawi dengan bir kocok khas Bogor.[17]
Minuman ini dibuat dari bahan godokan 13 macam rempah, yakni jahe, jahe merah, sereh, kunyit, kayu secang, kayu manis, lada hitam, daun pandan, daun jeruk, biji pala, kapulaga, kembang lawang, serta cengkeh, ditambah gula dan garam. Seiring perkembangan zaman dan perubahan cuaca, tiap pengrajin ada yang menggunakan ke 13 macam rempah tadi, ada juga yang tidak. Bahkan, ada beberapa pengrajin Bir Pletok yang menggunakan cabe arei atau cabe jawa sebagai salah satu bahan baku yang digunakan. Sementara terkait penggunaan pemanis, ada yang menggunakan gula pasir, gula aren atau madu hutan. Tapi biasanya, agar harga jual bisa dijangkau kebanyakan masyarakat dan ekonomis, biasanya para pengrajin menggunakan gula pasir. Sementara untuk mengejar khasiat, digunakan gula aren atau madu hutan.
Pembuatan
![]() | Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Penyajian
![](http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/d/d7/Iced_bir_pletok_20240622_112754.jpg/220px-Iced_bir_pletok_20240622_112754.jpg)
Bir pletok pada awalnya disajikan panas sebagai minuman penghangat, terutama di kala malam. Penggunaan es batu dalam minuman baru marak di Jakarta pada sekitar pertengahan abad ke-20.[4]
Berbeda dari budaya meminum teh di pagi hari ataupun kopi di sore hari yang lazim dilakukan oleh masyarakat Betawi, bir pletok awalnya hanya disajikan pada masa-masa perayaan.[18]
Kandungan gizi dan khasiat
![]() | Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Rujukan
Sitiran
- ^ a b "Bir pletok". Warisan Budaya Takbenda. 2014-01-01. Diakses tanggal 2024-06-26.
- ^ Wiguna, Dewa Ketut Sudiarta (2022-06-25). "Para perawat ikon Betawi". Antara News. Diakses tanggal 2024-06-27.
- ^ a b Reijst & Pereira (2022), hlm. 86.
- ^ a b Teviningrum dkk. (2016), hlm. 57.
- ^ Attas (2021), hlm. 589–590.
- ^ a b Rezkisari, Indira (2017-07-11). "Berbagai versi sejarah lahirnya bir pletok". Republika Online. Diakses tanggal 2024-06-27.
- ^ a b c Attas (2021), hlm. 589.
- ^ a b c Yuniar, Nanien (2020-06-23). "Apa arti "pletok" dalam bir pletok?". Antara News. Diakses tanggal 2024-06-27.
- ^ Habsari (2007), hlm. 47.
- ^ Silalahi, Wahyuningtyas & Kalima (2023), hlm. 335.
- ^ a b c Afrisia, Rizky Sekar (2015-06-22). "Sejarah bir pletok Betawi, tiruan anggur Barat tanpa alkohol". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2024-06-27.
- ^ Attas (2021), hlm. 590.
- ^ Sultani, Anastasia & Yuliswara (2020), hlm. 144–146.
- ^ Attas (2021), hlm. 591.
- ^ Sukaesih, Nurislaminingsih & Winoto (2022), hlm. 373–374.
- ^ Ishartani, Kawiji & Khasanah (2012), hlm. 35.
- ^ Sudarsono, Ratih P. (2019-02-15). "Sihir Rasa dari Suryakancana". Kompas.id. Diakses tanggal 2024-06-27.
- ^ Attas (2021), hlm. 593.
Daftar pustaka
- Attas, Siti Gomo (2021). "Bir pletok sebagai minuman rempah dalam perspektif komunikasi lintas budaya". Dalam Novi Anoegrajekti; Sastri Sunarti; Sudartomo Macaryus; Djoko Saryono; I Nyoman Darma Putra. Sastra rempah. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 9789792171761.
- Dewantara, Yudhiet Fajar; Levyta, Farah (2022). Jelajah kuliner khas Betawi. Yogyakarta: Bintang Semesta Media. ISBN 9786235361338.
- Giyatmi (2018). "Bir pletok". Dalam Winiati P. Rahayu; Rindit Pambayun; Ardiansyah; Giyatmi; Umar Santoso. Ensiklopedia produk pangan Indonesia. 2. Bogor: IPB Press. hlm. 275–278. ISBN 9786024405304.
- Habsari, Rinto (2007). Info boga Jakarta. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9789792228601.
- Hisyam, Muhammad (2023). "Eksplorasi etnokimia dalam kebudayaan masyarakat suku Betawi: serangkaian tradisi adat perkawinan suku Betawi". Dalam Uji Prastya. Etnokimia dalam budaya Nusantara. 2. Yogyakarta: Kanisius. hlm. 105–134. ISBN 9789792179132.
- Ishartani, Dwi; Kawiji; Khasanah, Lia Umi (2012). "Produksi bir pletok kaya antioksidan". Jurnal Teknologi Hasil Pertanian. 5 (1): 32–39. doi:10.20961/jthp.v0i0.13540.
- Muliani, Lila (2017). "Mempromosikan bir pletok sebagai minuman khas Betawi melalui penyajian sebagai welcome drink". Majalah Ilmiah Bijak. 14 (2): 219–235. doi:10.31334/bijak.v14i2.19.
- Reijst, Mirjam van der; Pereira, Harold (2022). Boekoe kita green: 90 vegetarische Indische familierecepten en verhalen [Boekoe kita hijau: 90 resep keluarga vegetarian Hindia dan riwayatnya] (dalam bahasa Belanda). Utrecht: Veen Bosch & Keuning. ISBN 9789043924061.
- Silalahi, Marina; Wahyuningtyas, Riska Septia; Kalima, Titi (2023). "Ethnobotanical study of bir pletok as a traditional health drink for Betawi ethnic (Indonesia)". GSC Biological and Pharmaceutical Sciences. 24 (2): 335–342. doi:10.30574/gscbps.2023.24.2.0285.
- Sukaesih; Nurislaminingsih, Rizki; Winoto, Yunus (2022). "Mapping of Betawi indigenous knowledge in collections at the Setu Babakan Museum". Linguistics and Culture Review. 6 (S2): 368–382. doi:10.21744/lingcure.v6nS2.2127.
- Sultani, Zofrano Ibrahimsyah Magribi; Anastasia, Mutiara Syafira; Yuliswara, Rizki Ridha Pratama (2020). Cita rasa kuliner lokal bir pletok sebagai identitas budaya Betawi di Jakarta (1970–2000an). Prosiding Seminar Nasional Sejarah tanggal 15 Oktober 2019 di Aula Ki Hadjar Dewantara Lantai 7 I1 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang. hlm. 140–161.
- Teviningrum, Shinta; Ayuningsih, Fajar; Pridia, Heni; Hadiati, Mulya Sari; Hapsari, Firta; Muliani, Lila; Savitri, Berlianti (2016). Kuliner Betawi: selaksa rasa & cerita. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. ISBN 9786020333731.