Lompat ke isi

Soedjono AJ: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
PeragaSetia (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
PeragaSetia (bicara | kontrib)
Menambah riwayat karir sebagai Wali Kota Yogyakarta dan mengadakan beberapa perbaikan.
Baris 13: Baris 13:
| birth_date = {{birth date|1928|09|15}}
| birth_date = {{birth date|1928|09|15}}
| birth_place = [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], [[Hindia Belanda]]
| birth_place = [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], [[Hindia Belanda]]
| death_date = {{death date and age|1991|10|31|1928|09|16}}
| death_date = {{death date and age|1994|10|31|1928|09|16}}
| death_place = [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], [[Indonesia]]
| death_place = [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]], [[Indonesia]]
| party =
| party = {{parpolicon| Golkar}}
| profession = [[Tentara]], [[Politikus]]
| profession = [[Tentara]], [[Politikus]]
| spouse =
| spouse = Soemiyati
| religion =
| religion =
| footnotes =
| footnotes =
| allegiance = {{flag|Indonesia}}
| allegiance = {{flag|Indonesia}}
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
| branch = [[Berkas:Insignia of the Indonesian Army.svg|25px]] [[TNI Angkatan Darat]]
| rank = [[Berkas: Letkol pdh ad.png|25px]] [[Letnan Kolonel (TNI)|Letnan Kolonel]]
| rank = [[Berkas: Kolonel pdh ad.png|25px]] [[Kolonel]]
| office2 = Wali Kota Yogyakarta
| office2 = Wali Kota Yogyakarta
| order2 = ke-3
| order2 = ke-3
Baris 32: Baris 32:
}}
}}
[[Berkas:Makam Soedjono AJ.jpg|jmpl|Makam Soedjono AJ di TMP Pejuang 45, Balecatur, Kabupaten Sleman.]]
[[Berkas:Makam Soedjono AJ.jpg|jmpl|Makam Soedjono AJ di TMP Pejuang 45, Balecatur, Kabupaten Sleman.]]
[[Letnan Kolonel (TNI)|Letnan Kolonel]] [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) '''Soedjono Anton Yoedhotedjoprawiro<ref>{{Cite web|last=Dinas Perpustakaan dan Arsip DIY|date=21 Maret 2022|title=Surat pernyataan Soedjono Anton Yoedho Tedjo Prawiro tentang pengesahan tanah dan rumah yang terletak di Jl. Kenari No. 44 Semaki Kecil kepada Pemda DIY|url=https://arsip.jogjaprov.go.id/index.php/surat-pernyataan-soedjono-anton-yoedho-tedjo-prawiro-tentang-pengesahan-tanah-dan-rumah-yang-terletak-di-jl-kenari-no-44-semaki-kecil-kepada-pemda-diy|access-date=29 Desember 2023}}</ref>''' ([[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: Sujono Anton Yudotejoprawiro) (15 September 1928 – 31 Oktober 1991), biasa disingkat '''Soedjono A.J.''' atau '''A.Y.''', adalah [[Walikota|wali kota]] pertama di [[Samarinda]], [[Kalimantan Timur]] dan ketiga di [[Kota Yogyakarta]]. Soedjono sebelumnya adalah perwira staf [[Komando Daerah Militer VI/Mulawarman|Kodam IX/Mulawarman]] di [[Kota Balikpapan|Balikpapan]] dan berpangkat Kapten. Soedjono berasal dari [[Komando Daerah Militer V/Brawijaya|Kodam VII/Brawijaya]], seperti kebanyakan perwira Kodam Mulawarman kala itu.{{sfn|Magenda|2010|p=77, 95}}
[[Kolonel]] [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|TNI]] ([[Purnawirawan|Purn.]]) '''Soedjono Anton Joedhotedjoprawiro<ref>{{Cite web|last=Dinas Perpustakaan dan Arsip DIY|date=21 Maret 2022|title=Surat pernyataan Soedjono Anton Yoedho Tedjo Prawiro tentang pengesahan tanah dan rumah yang terletak di Jl. Kenari No. 44 Semaki Kecil kepada Pemda DIY|url=https://arsip.jogjaprov.go.id/index.php/surat-pernyataan-soedjono-anton-yoedho-tedjo-prawiro-tentang-pengesahan-tanah-dan-rumah-yang-terletak-di-jl-kenari-no-44-semaki-kecil-kepada-pemda-diy|access-date=29 Desember 2023}}</ref>''' ([[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''Sujono Anton Yudotejoprawiro''', 15 September 1928 – 31 Oktober 1994), biasa disingkat '''Soedjono A.J.''' atau '''A.Y.''', adalah wali kota [[Samarinda]] yang pertama dan ketiga di [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]. Soedjono awalnya bertugas di [[Komando Daerah Militer V/Brawijaya|Kodam VII/Brawijaya]], sebelum kemudian ditugaskan di [[Komando Daerah Militer VI/Mulawarman|Kodam IX/Mulawarman]] pada masa Pangdam Brigjen [[Soehario Padmodiwirio]].{{sfn|Magenda|2010|p=95}}


== Kehidupan dan karir awal ==
Soedjono hanya 20 bulan menjabat sebagai Wali Kotamadya Samarinda. Dia lalu digantikan oleh Letkol TNI AD [[Ngoedio]] BcHK pada bulan Agustus 1961 akibat intervensi dari [[Komando Daerah Militer VI/Mulawarman|Pangdam IX/Mulawarman]], Brigjen [[Soehario Padmodiwirio]].{{sfn|Magenda|2010|p=95}}{{sfn|Zailani|2001|p=148}} Soedjono kemudian menjadi [[Daftar Wali Kota Yogyakarta|Wali Kota Yogyakarta]] yang ketiga, mulai dari Januari 1966 hingga November 1975.
Tidak banyak yang dapat diketahui dari kehidupan awal Soedjono selain tanggal kelahirannya dan kemungkinan bahwa ia lahir di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Berdasarkan keterangan pada makamnya, dapat diketahui bahwa saat [[Revolusi Nasional Indonesia|Perang Kemerdekaan]], Soedjono menjadi kadet Militaire Academie (MA) Yogyakarta yang kini menjadi [[Akademi Militer]] (Akmil). Seusai perang, dia bertugas di [[Komando Daerah Militer V/Brawijaya|Kodam VII/Brawijaya]], sebelum akhirnya dipindahkan ke [[Komando Daerah Militer VI/Mulawarman|Kodam IX/Mulawarman]].{{sfn|Magenda|2010|p=95}}


== Wali Kota Samarinda ==
Pada tanggal [[20 Januari]] [[1960]], Gubernur Kepala Daerah Kalimantan Timur [[APT Pranoto|A.P.T. Pranoto]] atas nama Mendagri melakukan penerimaan sumpah jabatan Wali Kota Kepala Daerah Kotapraja Samarinda Soedjono A.J. yang diangkat dengan SK Mendagri tertanggal 1 Januari 1960. Sehari kemudian, dilakukan serah-terima wilayah [[Kota Samarinda|Kotapraja Samarinda]] antara Kepala [[Daerah Istimewa Kutai]] kepada Wali Kota Kepala Daerah Kotapraja Samarinda. Tanggal serah terima ini, 21 Januari 1960, ditetapkan sebagai hari jadi Pemerintah Daerah Kotapraja Samarinda. Soedjono, saat itu berpangkat [[Kapten (TNI)|Kapten]], baru dilantik sebagai wali kota pada tanggal 17 Februari 1960 oleh Gubernur atas nama Mendagri.{{sfn|Sarip|2015|p=86}}
Pada tanggal 20 Januari 1960, [[Daerah Istimewa Kutai]] dibubarkan dan wilayahnya dipecah menjadi tiga daerah tingkat II, yakni [[Kota Balikpapan|Kotapraja Balikpapan]], [[Kota Samarinda|Kotapraja Samarinda]], dan [[Kabupaten Kutai]].{{sfn|Soetoen|1979|p=259}} Meskipun posisi [[Daftar Bupati Kutai Kartanegara|Bupati Kutai]] dan [[Daftar Wali Kota Balikpapan|Wali Kota Balikpapan]] ditempati oleh bangsawan Kutai, tetapi Soehario berhasil menekan Gubernur [[A.P.T. Pranoto|Pranoto]] agar menempatkan Soedjono sebagai Wali Kota Samarinda.{{sfn|Magenda|2010|p=84}} Akhirnya, pada hari tersebut, Pranoto menerima sumpah jabatan dari Soedjono dan sehari kemudian, dilakukan serah terima kewenangan dari Sultan [[Aji Muhammad Parikesit]] selaku Kepala Daerah Istimewa Kutai kepada dirinya selaku wali kota. Meski demikian, Soedjono baru resmi dilantik pada tanggal 17 Februari 1960.{{sfn|Sarip|2015|p=86}}


Selama bertugas, dia sempat membuat surat keputusan tentang Lambang Daerah Kota Samarinda dengan motto "Tata Nirbaya Ananta Boga" dengan arti "tertib dan teratur, tidak ada bahaya, dan tidak kurang sandang pangan".{{sfn|Zailani|2005|p=374}}
Soedjono hanya menjabat sebagai wali kota selama 20 bulan. Dia digantikan oleh Letkol [[Ngoedio]], yang juga sesama perwira Kodam Brawijaya dan Mulawarman, pada bulan Agustus 1961 akibat intervensi dari Soehario.{{sfn|Magenda|2010|p=95}}{{sfn|Zailani|2001|p=148}} Meski demikian, dia sempat membuat sebuah surat keputusan mengenai lambang [[Kota Samarinda]] dengan semboyan "Tata Nirbaya Ananta Boga" yang berarti "tertib dan teratur, tiada bahaya, dan tiada kekurangan sandang pangan".{{sfn|Zailani|2005|p=374}}

== Wali Kota Yogyakarta ==
Soedjono diangkat menjadi [[Daftar Wali Kota Yogyakarta|Wali Kota Yogyakarta]] pada bulan Januari 1966, menggantikan [[Soedarisman Poerwokoesoemo]]. Selain menjadi wali kota, dia juga merangkap sebagai ketua Fraksi [[Partai Golongan Karya|Golongan Karya]] di [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta|DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta]] setidaknya per bulan Oktober 1966.<ref>{{Cite journal|last=Janti|first=Nur|date=2017|title=Eksistensi Perempuan di DPRD DIY 1956-1982|url=https://journal.student.uny.ac.id/index.php/ilmu-sejarah/article/view/9314|journal=Mozaik|volume=2|issue=4|pages=512-533}}</ref> Selama menjabat sebagai wali kota, Soedjono sukses membuat Kota Yogyakarta menjadi lebih ramai dan mengadakan berbagai perkembangan, seperti pelebaran jalan, pembangunan jalan baru, dan perbaikan prasarana air dan listrik.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2019|p=37}}

Walau demikian, dirinya tidak lepas dari kontroversi. Salah satu kebijakannya yang kontroversial ialah pemugaran [[Jalan Malioboro]] yang dimulai pada tahun 1973. Rencana pemugaran tersebut melibatkan arsitek dari Fakultas Teknik [[Universitas Gadjah Mada|UGM]] dan beberapa instansi lain seperti [[Badan Perencanaan Pembangunan Daerah|Bappeda]] (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) DIY. Rencana pemugaran tersebut meliputi berbagai hal, seperti penataan ulang jalan sehingga memberi ruang lebih bagi pedagang kaki lima, pembuatan jalur pemisah yang ditanami [[Arecaceae|pohon palm]], dan pembangunan sebuah air mancur pada ujung selatan jalan.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2020|p=20}}{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2020|p=30}}

Namun, setelah dipugar, kondisi lalu lintas di Malioboro malah memburuk. Jalur lambat yang berada di sisi timur, kini diperuntukkan untuk parkir saja. Alhasil, semua kendaraan lambat seperti [[Delman|andong]], [[becak]], dan sepeda, hanya mampu menggunakan jalur lambat di sisi barat saja, di mana mereka juga harus berebut ruang dengan para tukang becak yang memarkirkan kendaraannya. Kondisi jalur cepat juga menjadi terlalu padat karena sudah dipotong untuk lahan parkir. Pelaksanaan pemugaran dinilai terburu-buru karena ingin mengejar penyambutan Konferensi PATA (Pacific Area Travel Association) yang akan diselenggarakan tahun 1974.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2020|p=21}}{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2020|p=30-31}}

Kontroversi lainnya berkaitan dengan perannya sebagai pemrakarsa penyelenggaraan Loda (Lotto Daerah), semacam [[lotre]] yang berstatus legal, di [[Kota Yogyakarta]]. Loda kemudian dinyatakan terlarang sejak tanggal 5 Januari 1972 akibat banyaknya tindak kriminal yang terjadi karena hasilnya. Pelarangan tersebut diinstruksikan oleh Wakil Gubernur DIY saat itu, [[Paku Alam VIII]]. Soedjono tunduk, tetapi mengusulkan kontrol yang ketat terhadap pelaksanaan Loda "seperti di [[Monako]]". Akibatnya, dia mendapat kritik dari [[Pelajar Islam Indonesia|Pelajar Islam indonesia]] (PII). Delegasi PII mengirimkannya sejumlah "hadiah", seperti sebuah kaca mata plastik, sebuah obat telinga, sebuah obat sakit kepala, dan sebotol jamu kuat.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2019|p=30-31}} Pada masa jabatannya pula, anggota-anggota [[Buppenda]] (Badan Usaha Pembiayaan Pembangunan Daerah) Kota Yogyakarta diduga melakukan korupsi uang hasil lotre dalam skala besar.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2019|p=38-39}}

== Akhir kehidupan ==
Soedjono meninggal dunia pada tanggal 31 Oktober 1994 di usia 66 tahun, kemungkinan besar di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Dia meninggalkan seorang istri yang bernama Soemiyati dan beberapa orang anak, salah satunya adalah sang sulung yang bernama Setia Budi.<ref>{{Cite news|last=Rahayu|first=Permata S|date=25 Februari 2020|title=Tak Hanya di Samarinda, Kapten Soedjono AJ Juga Wali Kota ke 3 Yogyakarta|url=https://korankaltim.com/berita-terkini/read/28923/tak-hanya-di-samarinda-kapten-soedjono-aj-juga-wali-kota-ke-3-yogyakarta?amp=1|work=Koran Kaltim|access-date=22 Juni 2024}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 45: Baris 59:
== Daftar Pustaka==
== Daftar Pustaka==
*{{Cite book|last=Magenda|first=Burhan Djabier|date=2010|url=https://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q=%22Pranoto%22&f=false|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|location=Singapura|publisher=Equinox Publishing|isbn=978-602-8397-21-6|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Magenda|first=Burhan Djabier|date=2010|url=https://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q=%22Pranoto%22&f=false|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|location=Singapura|publisher=Equinox Publishing|isbn=978-602-8397-21-6|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Pusat Data dan Analisa Tempo|date=2019|url=https://books.google.co.id/books?id=Ka7ZDwAAQBAJ&pg=PA33&dq=%22soedjono+aj%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwix9fbFuu-GAxUp4jgGHRcKC5gQ6AF6BAgNEAI#v=onepage&q=%22soedjono%20aj%22&f=false|title=Sejarah Perkembangan Kota Yogyakarta Era 1970-1980|location=Jakarta|publisher=Tempo Publishing|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Pusat Data dan Analisa Tempo|date=2020|url=https://books.google.co.id/books?id=-HVREAAAQBAJ&pg=PA30&dq=%22Soedjono+AJ%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwiLzfXps--GAxUl2DgGHR_XDh4Q6AF6BAgDEAI#v=onepage&q=%22Soedjono%20AJ%22&f=false|title=Kawasan Malioboro, Ikon Wisata Yogyakarta dan Sejarah Panjang Penataanya|location=Jakarta|publisher=Tempo Publishing|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Sarip|first=Muhammad|date=2015|title=Samarinda Bahari, Sejarah 7 Zaman Daerah Samarinda|location=Samarinda|publisher=Komunitas Samarinda Bahari|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Sarip|first=Muhammad|date=2015|title=Samarinda Bahari, Sejarah 7 Zaman Daerah Samarinda|location=Samarinda|publisher=Komunitas Samarinda Bahari|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Soetoen|first=Anwar|date=1979|url=https://pustakaborneo.id/upload/pdf/buku_20191003060721.pdf|title=Dari Swapraja ke Kabupaten Kutai|location=Jakarta|publisher= Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Zailani|first=Akhmad|date=2001|title=Wali Kota Samarinda, Dari Masa ke Masa|location=Samarinda|publisher=Metro|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Zailani|first=Akhmad|date=2001|title=Wali Kota Samarinda, Dari Masa ke Masa|location=Samarinda|publisher=Metro|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Zailani|first=Akhmad|date=2005|title=Wajah Parlemen Samarinda|location=Samarinda|publisher=Sultan Pustaka|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Zailani|first=Akhmad|date=2005|title=Wajah Parlemen Samarinda|location=Samarinda|publisher=Sultan Pustaka|ref=harv|url-status=live}}
Baris 63: Baris 80:




[[Kategori:Kelahiran 1928]]
{{Indo-bio-stub}}
[[Kategori:Kematian 1994]]
[[Kategori:Tokoh Yogyakarta]]

Revisi per 22 Juni 2024 15.30

Soedjono AJ
Wali Kota Samarinda ke-1
Masa jabatan
1960 – 1961
Sebelum
Pendahulu
Jabatan baru
Pengganti
Ngoedio
Sebelum
Wali Kota Yogyakarta ke-3
Masa jabatan
1966 – 1975
Informasi pribadi
Lahir(1928-09-15)15 September 1928
Yogyakarta, Hindia Belanda
Meninggal31 Oktober 1994(1994-10-31) (umur 66)
Yogyakarta, Indonesia
Partai politikGolkar
Suami/istriSoemiyati
ProfesiTentara, Politikus
Karier militer
Pihak Indonesia
Dinas/cabang TNI Angkatan Darat
Pangkat Kolonel
NRP11501
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini
Makam Soedjono AJ di TMP Pejuang 45, Balecatur, Kabupaten Sleman.

Kolonel TNI (Purn.) Soedjono Anton Joedhotedjoprawiro[1] (EYD: Sujono Anton Yudotejoprawiro, 15 September 1928 – 31 Oktober 1994), biasa disingkat Soedjono A.J. atau A.Y., adalah wali kota Samarinda yang pertama dan ketiga di Yogyakarta. Soedjono awalnya bertugas di Kodam VII/Brawijaya, sebelum kemudian ditugaskan di Kodam IX/Mulawarman pada masa Pangdam Brigjen Soehario Padmodiwirio.[2]

Kehidupan dan karir awal

Tidak banyak yang dapat diketahui dari kehidupan awal Soedjono selain tanggal kelahirannya dan kemungkinan bahwa ia lahir di Yogyakarta. Berdasarkan keterangan pada makamnya, dapat diketahui bahwa saat Perang Kemerdekaan, Soedjono menjadi kadet Militaire Academie (MA) Yogyakarta yang kini menjadi Akademi Militer (Akmil). Seusai perang, dia bertugas di Kodam VII/Brawijaya, sebelum akhirnya dipindahkan ke Kodam IX/Mulawarman.[2]

Wali Kota Samarinda

Pada tanggal 20 Januari 1960, Daerah Istimewa Kutai dibubarkan dan wilayahnya dipecah menjadi tiga daerah tingkat II, yakni Kotapraja Balikpapan, Kotapraja Samarinda, dan Kabupaten Kutai.[3] Meskipun posisi Bupati Kutai dan Wali Kota Balikpapan ditempati oleh bangsawan Kutai, tetapi Soehario berhasil menekan Gubernur Pranoto agar menempatkan Soedjono sebagai Wali Kota Samarinda.[4] Akhirnya, pada hari tersebut, Pranoto menerima sumpah jabatan dari Soedjono dan sehari kemudian, dilakukan serah terima kewenangan dari Sultan Aji Muhammad Parikesit selaku Kepala Daerah Istimewa Kutai kepada dirinya selaku wali kota. Meski demikian, Soedjono baru resmi dilantik pada tanggal 17 Februari 1960.[5]

Soedjono hanya menjabat sebagai wali kota selama 20 bulan. Dia digantikan oleh Letkol Ngoedio, yang juga sesama perwira Kodam Brawijaya dan Mulawarman, pada bulan Agustus 1961 akibat intervensi dari Soehario.[2][6] Meski demikian, dia sempat membuat sebuah surat keputusan mengenai lambang Kota Samarinda dengan semboyan "Tata Nirbaya Ananta Boga" yang berarti "tertib dan teratur, tiada bahaya, dan tiada kekurangan sandang pangan".[7]

Wali Kota Yogyakarta

Soedjono diangkat menjadi Wali Kota Yogyakarta pada bulan Januari 1966, menggantikan Soedarisman Poerwokoesoemo. Selain menjadi wali kota, dia juga merangkap sebagai ketua Fraksi Golongan Karya di DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta setidaknya per bulan Oktober 1966.[8] Selama menjabat sebagai wali kota, Soedjono sukses membuat Kota Yogyakarta menjadi lebih ramai dan mengadakan berbagai perkembangan, seperti pelebaran jalan, pembangunan jalan baru, dan perbaikan prasarana air dan listrik.[9]

Walau demikian, dirinya tidak lepas dari kontroversi. Salah satu kebijakannya yang kontroversial ialah pemugaran Jalan Malioboro yang dimulai pada tahun 1973. Rencana pemugaran tersebut melibatkan arsitek dari Fakultas Teknik UGM dan beberapa instansi lain seperti Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) DIY. Rencana pemugaran tersebut meliputi berbagai hal, seperti penataan ulang jalan sehingga memberi ruang lebih bagi pedagang kaki lima, pembuatan jalur pemisah yang ditanami pohon palm, dan pembangunan sebuah air mancur pada ujung selatan jalan.[10][11]

Namun, setelah dipugar, kondisi lalu lintas di Malioboro malah memburuk. Jalur lambat yang berada di sisi timur, kini diperuntukkan untuk parkir saja. Alhasil, semua kendaraan lambat seperti andong, becak, dan sepeda, hanya mampu menggunakan jalur lambat di sisi barat saja, di mana mereka juga harus berebut ruang dengan para tukang becak yang memarkirkan kendaraannya. Kondisi jalur cepat juga menjadi terlalu padat karena sudah dipotong untuk lahan parkir. Pelaksanaan pemugaran dinilai terburu-buru karena ingin mengejar penyambutan Konferensi PATA (Pacific Area Travel Association) yang akan diselenggarakan tahun 1974.[12][13]

Kontroversi lainnya berkaitan dengan perannya sebagai pemrakarsa penyelenggaraan Loda (Lotto Daerah), semacam lotre yang berstatus legal, di Kota Yogyakarta. Loda kemudian dinyatakan terlarang sejak tanggal 5 Januari 1972 akibat banyaknya tindak kriminal yang terjadi karena hasilnya. Pelarangan tersebut diinstruksikan oleh Wakil Gubernur DIY saat itu, Paku Alam VIII. Soedjono tunduk, tetapi mengusulkan kontrol yang ketat terhadap pelaksanaan Loda "seperti di Monako". Akibatnya, dia mendapat kritik dari Pelajar Islam indonesia (PII). Delegasi PII mengirimkannya sejumlah "hadiah", seperti sebuah kaca mata plastik, sebuah obat telinga, sebuah obat sakit kepala, dan sebotol jamu kuat.[14] Pada masa jabatannya pula, anggota-anggota Buppenda (Badan Usaha Pembiayaan Pembangunan Daerah) Kota Yogyakarta diduga melakukan korupsi uang hasil lotre dalam skala besar.[15]

Akhir kehidupan

Soedjono meninggal dunia pada tanggal 31 Oktober 1994 di usia 66 tahun, kemungkinan besar di Yogyakarta. Dia meninggalkan seorang istri yang bernama Soemiyati dan beberapa orang anak, salah satunya adalah sang sulung yang bernama Setia Budi.[16]

Referensi

  1. ^ Dinas Perpustakaan dan Arsip DIY (21 Maret 2022). "Surat pernyataan Soedjono Anton Yoedho Tedjo Prawiro tentang pengesahan tanah dan rumah yang terletak di Jl. Kenari No. 44 Semaki Kecil kepada Pemda DIY". Diakses tanggal 29 Desember 2023. 
  2. ^ a b c Magenda 2010, hlm. 95.
  3. ^ Soetoen 1979, hlm. 259.
  4. ^ Magenda 2010, hlm. 84.
  5. ^ Sarip 2015, hlm. 86.
  6. ^ Zailani 2001, hlm. 148.
  7. ^ Zailani 2005, hlm. 374.
  8. ^ Janti, Nur (2017). "Eksistensi Perempuan di DPRD DIY 1956-1982". Mozaik. 2 (4): 512–533. 
  9. ^ Pusat Data dan Analisa Tempo 2019, hlm. 37.
  10. ^ Pusat Data dan Analisa Tempo 2020, hlm. 20.
  11. ^ Pusat Data dan Analisa Tempo 2020, hlm. 30.
  12. ^ Pusat Data dan Analisa Tempo 2020, hlm. 21.
  13. ^ Pusat Data dan Analisa Tempo 2020, hlm. 30-31.
  14. ^ Pusat Data dan Analisa Tempo 2019, hlm. 30-31.
  15. ^ Pusat Data dan Analisa Tempo 2019, hlm. 38-39.
  16. ^ Rahayu, Permata S (25 Februari 2020). "Tak Hanya di Samarinda, Kapten Soedjono AJ Juga Wali Kota ke 3 Yogyakarta". Koran Kaltim. Diakses tanggal 22 Juni 2024. 

Daftar Pustaka


Jabatan politik
Didahului oleh:
Jabatan baru
Wali Kota Samarinda
1960–1961
Diteruskan oleh:
Ngoedio
Didahului oleh:
Soedarisman Poerwokoesoemo
Wali Kota Yogyakarta
1965–1979
Diteruskan oleh:
H. Ahmad