Lompat ke isi

Peristiwa Rengasdengklok: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jam
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Penyempurnaan
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 9: Baris 9:
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chaerul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota [[PETA]] mendukung rencana tersebut.<ref>{{Cite web|last=Gitiyarko|first=Vincentius|date=2020-08-14|title=Peristiwa Rengasdengklok: Kisah Perjuangan Kaum Muda Memproklamasikan Kemerdekaan|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/peristiwa-rengasdengklok-kisah-perjuangan-kaum-muda-memproklamasikan-kemerdekaan/|access-date=2021-06-20|website=Kompaspedia|language=id}}</ref>
Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chaerul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota [[PETA]] mendukung rencana tersebut.<ref>{{Cite web|last=Gitiyarko|first=Vincentius|date=2020-08-14|title=Peristiwa Rengasdengklok: Kisah Perjuangan Kaum Muda Memproklamasikan Kemerdekaan|url=https://kompaspedia.kompas.id/baca/paparan-topik/peristiwa-rengasdengklok-kisah-perjuangan-kaum-muda-memproklamasikan-kemerdekaan/|access-date=2021-06-20|website=Kompaspedia|language=id}}</ref>


Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, [[17 Agustus]] [[1945]]. Ada dua lokasi pilihan untuk pembacaan teks proklamasi, yaitu Lapangan IKADA (yang sekarang telah menjadi Lapangan Monas) atau rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Rumah Bung Karno akhirnya dipilih untuk menghindari kericuhan antara penduduk dan tentara Jepang karena tentara-tentara Jepang sudah berjaga-jaga di Lapangan IKADA setelah mendapat informasi ada sebuah acara yang akan diselenggarakan di lokasi tersebut. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok. Awalnya, Bung Karno dan Bung Hatta ditempatkan di sebuah gubuk tua, pinggir kali dekat sawah yang tak layak kondisinya. Atas usulan KH. Darip pejuang dari Klender kepada Soekarni dan kawan-kawan, agar Bung Karno dan Bung Hatta ditempatkan di tempat yang layak, maka dipilih lah rumah saudagar Tionghoa bernama [[Djiaw Kie Siong]]. [[Bendera Merah Putih]] sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal [[16 Agustus]], sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, [[17 Agustus]] [[1945]]. Ada dua lokasi pilihan untuk pembacaan teks proklamasi, yaitu Lapangan IKADA (yang sekarang telah menjadi Lapangan Monas) atau rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Rumah Bung Karno akhirnya dipilih untuk menghindari kericuhan antara penduduk dan tentara Jepang karena tentara-tentara Jepang sudah berjaga-jaga di Lapangan IKADA setelah mendapat informasi ada sebuah acara yang akan diselenggarakan di lokasi tersebut. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok. Pada awalnya Bung Karno dan Bung Hatta ditempatkan di sebuah gubuk tua dipinggir kali dekat sawah yang tak layak kondisinya. Atas usulan KH. Darip pejuang dari Klender kepada Soekarni dan kawan-kawan agar Bung Karno dan Bung Hatta ditempatkan ditempat yang layak.“ Heii mengapa Bung Karno dan Bung Hatta kau tempatkan di tempat yang tidak layak”. Ucap KH. Darip.“ kami tempatkan Bung Karno dan Bung Hatta di tempat itu agar tidak terlacak keberadaannya oleh pasukan Jepang ataupun sekutu” ucap Soekarni.“tapi apakah Bung Karno dan Bung Hatta bisa fokus dalam merancang teks proklamasi, ingat saudara, ini akan menjadi sejarah awal mula kebangkitan Bangsa Indonesia, jika Bung Karno dan Bung Hatta tidak fokus dalam membuat teks proklamasi, maka makna kesakralan proklamasi tidak akan tersampaikan, dan semangat kemerdekaan tidak tersampaikan maksimal kepada seluruh rakyat Indonesia”. Ujar KH. Darip dengan menggebu-gebu.“ anda ada benarnya saudara, kalau begitu di mana kita akan menempatkan Bung Karno dan Bung Hatta untuk menyusun teks proklamasi” balas Soekarni.“ bagaimana jika kita tempatkan Bung Karno dan rombongan ke rumah saudagar Tionghoa yang bernama Djiaw Kie Siong”. Celetuk salah satu seorang yang berada diruang itu. Akhirnya Bung Karno dan Bung Hatta dipindah tempatkan di rumah saudagar Tionghoa tersebut, lalu pada hari kamis tanggal 16 Agustus para pemuda mengibarkan bendera merah putih sebagai tanda persiapan kemerdekaan Indonesia.


[[Bendera Merah Putih]] sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal [[16 Agustus]], sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.


Karena tidak mendapat berita dari [[Jakarta]], maka [[Jusuf Kunto]] dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui [[Wikana]] dan Mr. [[Achmad Soebardjo]], kemudian Kunto dan Subardjo ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, [[Fatmawati]] dan [[Guntur Soekarnoputra|Guntur]]. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, rumah Bung Karno. Pada tanggal [[16 Agustus]] tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.
Karena tidak mendapat berita dari [[Jakarta]], maka [[Jusuf Kunto]] dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui [[Wikana]] dan Mr. [[Achmad Soebardjo]], kemudian Kunto dan Subardjo ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, [[Fatmawati]] dan [[Guntur Soekarnoputra|Guntur]]. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, rumah Bung Karno. Pada tanggal [[16 Agustus]] tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.

Revisi per 23 Mei 2024 08.54

Kamar peristirahatan Bung Karno di rumah Djiaw Kie Siong.

Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan yang dilakukan oleh sejumlah pemuda antara lain Soekarni, Wikana, Aidit, dan Chaerul Saleh dari perkumpulan "Menteng 31" terhadap Soekarno dan Hatta.[1]

Tempat persembunyian Bung Karno dan Hatta, berlokasi di Rengasdengklok, Karawang

Peristiwa ini terjadi pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 15.00 WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok, Karawang, untuk kemudian didesak agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, sampai dengan terjadinya kesepakatan antara golongan tua yang diwakili Soekarno dan Hatta serta Mr. Achmad Subardjo dengan golongan muda tentang kapan proklamasi akan dilaksanakan terutama setelah Jepang mengalami kekalahan dalam Perang Pasifik.[2][3]

Menghadapi desakan tersebut, Soekarno dan Hatta tetap tidak berubah pendirian. Sementara itu di Jakarta, Chaerul dan kawan-kawan telah menyusun rencana untuk merebut kekuasaan. Tetapi apa yang telah direncanakan tidak berhasil dijalankan karena tidak semua anggota PETA mendukung rencana tersebut.[4]

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia rencananya akan dibacakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada hari Jumat, 17 Agustus 1945. Ada dua lokasi pilihan untuk pembacaan teks proklamasi, yaitu Lapangan IKADA (yang sekarang telah menjadi Lapangan Monas) atau rumah Bung Karno di Jl. Pegangsaan Timur No. 56. Rumah Bung Karno akhirnya dipilih untuk menghindari kericuhan antara penduduk dan tentara Jepang karena tentara-tentara Jepang sudah berjaga-jaga di Lapangan IKADA setelah mendapat informasi ada sebuah acara yang akan diselenggarakan di lokasi tersebut. Teks Proklamasi disusun di Rengasdengklok. Pada awalnya Bung Karno dan Bung Hatta ditempatkan di sebuah gubuk tua dipinggir kali dekat sawah yang tak layak kondisinya. Atas usulan KH. Darip pejuang dari Klender kepada Soekarni dan kawan-kawan agar Bung Karno dan Bung Hatta ditempatkan ditempat yang layak.“ Heii mengapa Bung Karno dan Bung Hatta kau tempatkan di tempat yang tidak layak”. Ucap KH. Darip.“ kami tempatkan Bung Karno dan Bung Hatta di tempat itu agar tidak terlacak keberadaannya oleh pasukan Jepang ataupun sekutu” ucap Soekarni.“tapi apakah Bung Karno dan Bung Hatta bisa fokus dalam merancang teks proklamasi, ingat saudara, ini akan menjadi sejarah awal mula kebangkitan Bangsa Indonesia, jika Bung Karno dan Bung Hatta tidak fokus dalam membuat teks proklamasi, maka makna kesakralan proklamasi tidak akan tersampaikan, dan semangat kemerdekaan tidak tersampaikan maksimal kepada seluruh rakyat Indonesia”. Ujar KH. Darip dengan menggebu-gebu.“ anda ada benarnya saudara, kalau begitu di mana kita akan menempatkan Bung Karno dan Bung Hatta untuk menyusun teks proklamasi” balas Soekarni.“ bagaimana jika kita tempatkan Bung Karno dan rombongan ke rumah saudagar Tionghoa yang bernama Djiaw Kie Siong”. Celetuk salah satu seorang yang berada diruang itu. Akhirnya Bung Karno dan Bung Hatta dipindah tempatkan di rumah saudagar Tionghoa tersebut, lalu pada hari kamis tanggal 16 Agustus para pemuda mengibarkan bendera merah putih sebagai tanda persiapan kemerdekaan Indonesia.


Bendera Merah Putih sudah dikibarkan para pejuang di Rengasdengklok pada Kamis tanggal 16 Agustus, sebagai persiapan untuk proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Karena tidak mendapat berita dari Jakarta, maka Jusuf Kunto dikirim untuk berunding dengan pemuda-pemuda yang ada di Jakarta. Namun sesampainya di Jakarta, Kunto hanya menemui Wikana dan Mr. Achmad Soebardjo, kemudian Kunto dan Subardjo ke Rengasdengklok untuk menjemput Soekarno, Hatta, Fatmawati dan Guntur. Achmad Soebardjo mengundang Bung Karno dan Hatta berangkat ke Jakarta untuk membacakan proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, rumah Bung Karno. Pada tanggal 16 Agustus tengah malam rombongan tersebut sampai di Jakarta.

Keesokan harinya, tepatnya tanggal 17 Agustus 1945 pernyataan proklamasi dikumandangkan dengan teks proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang diketik oleh Sayuti Melik menggunakan mesin ketik yang "dipinjam" (sebetulnya diambil) dari kantor Kepala Perwakilan Kriegsmarine, Mayor (Laut) Dr. Hermann Kandeler.[5]

Latar belakang

Altar ruang tamu

Pada waktu itu Soekarno dan Moh. Hatta, tokoh-tokoh menginginkan agar proklamasi dilakukan melalui PPKI, sementara golongan pemuda menginginkan agar proklamasi dilakukan secepatnya tanpa melalui PPKI yang dianggap sebagai badan buatan Jepang. Selain itu, hal tersebut dilakukan agar Soekarno dan Moh. Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang. Para golongan pemuda khawatir apabila kemerdekaan yang sebenarnya merupakan hasil dari perjuangan bangsa Indonesia, menjadi seolah-olah merupakan pemberian dari Jepang.

Sebelumnya golongan pemuda telah mengadakan suatu perundingan di salah satu lembaga bakteriologi di Pegangsaan Timur Jakarta, pada tanggal 15 Agustus. Dalam pertemuan ini diputuskan agar pelaksanaan kemerdekaan dilepaskan segala ikatan dan hubungan dengan janji kemerdekaan dari Jepang. Hasil keputusan disampaikan kepada Ir. Soekarno pada malam harinya tetapi ditolak oleh Soekarno karena merasa bertanggung jawab sebagai ketua PPKI.

Pranala luar

Rujukan

  1. ^ Gischa, Serafica, ed. (2021-02-08). "Peristiwa Rengasdengklok: Tujuan dan Hasil Kesepakatan". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-06-20. 
  2. ^ Adams, Cindy. (2007). Bung Karno, penyambung lidah rakyat Indonesia. Hadi, Syamsu., Yayasan Bung Karno (Jakarta). (edisi ke-Ed. rev). Jakarta: Yayasan Bung Karno. ISBN 979-96573-2-6. OCLC 230895721. 
  3. ^ "Ketika Sukarno Ditodong Pisau, Pedang dan Pistol". Republika Online. Diakses tanggal 2020-12-01. 
  4. ^ Gitiyarko, Vincentius (2020-08-14). "Peristiwa Rengasdengklok: Kisah Perjuangan Kaum Muda Memproklamasikan Kemerdekaan". Kompaspedia. Diakses tanggal 2021-06-20. 
  5. ^ "Proklamasi dan Kisah Mesin Ketik Jerman". Majalah Tempo. Diakses tanggal 02 Mei 2021.