Kulur, Saparua, Maluku Tengah: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
|||
Baris 33: | Baris 33: | ||
* Lilitoly (dari [[Iha, Saparua Timur, Maluku Tengah|Iha]]) |
* Lilitoly (dari [[Iha, Saparua Timur, Maluku Tengah|Iha]]) |
||
* Luhulima |
* Luhulima |
||
* |
* Ningkeula, kadang dieja Nengkelwa (dari [[Ullath, Saparua Timur, Maluku Tengah|Ullath]]) |
||
* Sahupala (dari |
* Sahupala (dari [[Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah|Islam]]) |
||
== Hubungan Sosial == |
== Hubungan Sosial == |
Revisi per 23 Juni 2024 09.06
Kulur Ulu Haite Siralouw Ama Ulu | |
---|---|
Negara | ![]() |
Provinsi | Maluku |
Kabupaten | Maluku Tengah |
Kecamatan | Saparua |
Luas | km2 |
Jumlah penduduk | jiwa |
Kepadatan | jiwa/km2 |
Kulur adalah salah satu dari tujuh negeri yang termasuk ke dalam wilayah kecamatan Saparua, Maluku Tengah, Maluku, Indonesia. Kulur adalah satu-satunya negeri yang berpenduduk mayoritas Islam di Kecamatan Saparua, sekaligus satu dari tiga negeri Muslim di seluruh Saparua selain Iha dan Sirisori Islam di Saparua Timur.
Etimologi
Nama Kulur berasal dari kata ulu atau uru yang berarti kepala.
Demografi
Fam
Fam-fam Asli
Terdapat fam di Negeri Kulur, yakni sebagai berikut:
- Tuhulele
- Tuahuns
- Tutupoho
- Tuhulaola
Fam-fam Pendatang
Terdapat empat fam pendatang di Negeri Kulur, yakni sebagai berikut
Hubungan Sosial
Hubungan dengan negeri-negeri tetangga
Pada konflik horizontal 1999, Kulur yang mahir dalam pembuatan bom ikan terlibat dalam penghancuran Dusun Pia termasuk gereja yang ada di sana. Pia sendiri merupakan bagian dari Negeri Sirisori Amalatu dan menurut kepercayaan di Kulur, dulu negeri mereka berkedudukan di Pia, sebelum akhirnya Belanda membagian tanah tersebut kepada orang Sirisori Kristen atas balas jasa dalam penghancuran Kerajaan Iha. Belanda menyingkirkan Kulur ke lokasinya yang sekarang, di ujung barat laut Pulau Saparua.
Negeri ini memiliki hubungan yang cukup panas dengan Porto terkait perbatasan pertuanan dan sengketa lahan, umumnya baku hantam antara penduduk kedua negeri berbeda agama ini terjadi pada masa mulai tanam. Menurut masyarakat Kulur, orang Porto menyerobot tanah ulayat mereka.[1]
Pela
Kulur memiliki hubungan pela dengan Negeri Oma. Jenis pelanya adalah pela batu karang alias pela keras. Selain itu, Kulur juga mengangkat pela dengan Negeri Iha, Tuhaha,[2] dan Nolloth. Khususnya dengan dua negeri yang disebutkan terakhir, Kulur pada masa lalu memberikan bantuan kepada Tuhaha dan Nolloth berupa kayu-kayu dari pertuanan-nya guna dipakai untuk pembangunan sekolah dan gereja. Pada akhirnya, baik Tuhaha maupun Nolloth masing-masing mengangkat pela tampa siri dengan Kulur.
Gandong
Kulur memiliki hubungan gandong dengan Negeri Samasuru di Pulau Seram. Samasuru dalam hubungan ini merupakan gandong kaka, sementara Kulur adalah gandong adik.
Kelembagaan
Raja
Kulur diperintah oleh raja yang berasal dari matarumah parentah (fam) Tuhulele
Soa
Soa adalah sebuah kelompok yang terbangun di dalam sebuah negeri dan merupakan budaya khas orang Maluku Bagian Tengah. Soa menghimpun beberapa fam dan biasanya fam-fam dalam satu soa memiliki kesamaan atau pertalian sejarah.
Referensi
- ^ Koritelu 2018, hlm. 108, 110.
- ^ Pela Diarsipkan 2019-06-27 di Wayback Machine. di situs web tuhaha.nl
Daftar pustaka
- Koritelu, Paulus (April 2018). ""Heka Hiti Heka Leha" Spirit Budaya Pemersatu di Tengah Kelanggengan Konflik Orang Kulur dan Orang Porto Kecamatan Saparua, Maluku Tengah". SOSIO KONSEPSIA. 7 (2): 108, 110. Diakses tanggal 3 April 2024.