Lompat ke isi

Bayanullah dari Ternate: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HaEr48 (bicara | kontrib)
emphasize nama lain
k top: bentuk baku
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
Sultan '''Bayanullah dari Ternate''' ([[1500]]-[[1521]]) adalah putera pertama Sultan [[Zainal Abidin dari Ternate|Zainal Abidin]] ([[1486]]-[[1500]]). Namanya seringkali berbeda dalam berbagai sumber sejarah, ia sering juga disebut '''Sultan Bolief''' atau '''Abu Alif''' dan sewaktu muda ia lebih dikenal dengan sebutan '''Kaicil Leliatur'''.
Sultan '''Bayanullah dari Ternate''' ([[1500]]-[[1521]]) adalah putera pertama Sultan [[Zainal Abidin dari Ternate|Zainal Abidin]] ([[1486]]-[[1500]]). Namanya sering kali berbeda dalam berbagai sumber sejarah, ia sering juga disebut '''Sultan Bolief''' atau '''Abu Alif''' dan sewaktu muda ia lebih dikenal dengan sebutan '''Kaicil Leliatur'''.


Bayanullah dibesarkan dalam lingkungan [[Islam]] yang ketat. Sejak resmi menjadi kesultanan pada masa kakeknya [[Kolano Marhum dari Ternate|Kolano Marhum]] ([[1465]]-1486), Ternate tak henti-hentinya melakukan perubahan dengan mengadopsi segala hal yang berbau Islami. Sultan Bayanullah menetapkan [[Syariat Islam]] sebagai hukum dasar kerajaan. Seluruh rakyat Ternate diwajibkan memakai pakaian yang menutup aurat. Ia membentuk struktur baru dan lembaga pemerintahan sesuai Islam yang segera diadopsi oleh kerajaan-kerajaan lain di Maluku. Tindakannya ini berhasil membawa [[Maluku]] keluar dari alam animisme ke monoteisme ([[Islam]]).
Bayanullah dibesarkan dalam lingkungan [[Islam]] yang ketat. Sejak resmi menjadi kerajaan Islam pada masa kakeknya, [[Kolano Marhum dari Ternate|Kolano Marhum]] ([[1465]]-1486), Ternate tak henti-hentinya melakukan perubahan dengan mengadopsi segala hal yang berbau Islami. Sultan Bayanullah melanjutkan langkah Islamisasi di Maluku yang dimulai oleh ayahnya, Sultan Zainal Abidin. Setelah menetapkan [[Syariat Islam]] sebagai hukum dasar kerajaan, seluruh rakyat Ternate diwajibkan memakai pakaian yang menutup aurat. Ia membentuk struktur baru dan lembaga pemerintahan sesuai Islam yang segera diadopsi oleh kerajaan-kerajaan lain di Maluku. Tindakannya ini berhasil membawa [[Maluku]] keluar dari alam animisme ke monoteisme ([[Islam]]).


Sultan Bayanullah juga dikenal sebagai Sultan yang mencintai ilmu pengetahuan dan berjasa besar bagi perkembangan Islam di wilayah timur Nusantara dan Maluku pada khususnya. Ia banyak mengundang guru-guru Muslim untuk mengajar di [[Kesultanan Ternate]], ia pun tak segan mempelajari ilmu dari bangsa-bangsa asing yang datang, mengenai hal ikhwal persenjataan, strategi perang, perkapalan, teknik pembangunan dan sebagainya.
Sultan Bayanullah juga dikenal sebagai Sultan yang mencintai ilmu pengetahuan dan berjasa besar bagi perkembangan Islam di wilayah timur Nusantara terutama [[kepulauan Maluku]]. Seperti ayahnya, Ia banyak mengundang guru-guru Muslim untuk mengajar di [[Kesultanan Ternate]], ia pun tak segan mempelajari ilmu dari bangsa-bangsa asing yang datang, mengenai hal ihwal persenjataan, strategi perang, perkapalan, teknik pembangunan dan sebagainya.


Di masanya tiba orang [[Eropa]] pertama di [[Maluku]], Ludovico Varthema (Lodewijk de Bartomo) tahun [[1506]]. Tahun [[1511]] armada [[Portugis]] untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Maluku dibawah pimpinan [[Francisco Serrão]]. Kedatangan Portugis yang awalnya untuk berdagang ini disambut dengan sukacita oleh Sultan Bayanullah dan bahkan menjadikan mereka sebagai penasihat kerajaan. Langkah yang sama juga ditempuh mertua sekaligus saingannya [[Almansur dari Tidore|Sultan Almansur]] (1500-[[1526]]) dari [[Kesultanan Tidore]] yang juga berlaku serupa terhadap [[bangsa Spanyol]].
Di masanya tiba orang [[Eropa]] pertama di [[Maluku]], Ludovico Varthema (Lodewijk de Bartomo) tahun [[1506]]. Tahun [[1511]] armada [[Portugis]] untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Maluku dibawah pimpinan [[Francisco Serrão]]. Kedatangan Portugis yang awalnya untuk berdagang ini disambut dengan sukacita oleh Sultan Bayanullah dan bahkan menjadikan mereka sebagai penasihat kerajaan. Langkah yang sama juga ditempuh mertua sekaligus saingannya [[Almansur dari Tidore|Sultan Almansur]] (1500-[[1526]]) dari [[Kesultanan Tidore]] yang juga berlaku serupa terhadap [[bangsa Spanyol]].


Sultan Bayanullah sangat menyukai [[bangsa Portugis]] hingga memberikan mereka hak-hak istimewa dalam perdagangan. suatu langkah yang kelak membawa kehancuran bagi putera-putera dan negerinya. Sultan Bayanullah tutup usia tahun [[1522]], kematiannya yang meninggalkan pewaris yang masih belia memberikan kesempatan bagi Portugis untuk turut andil dalam percaturan politik di Maluku.
Sultan Bayanullah sangat menyukai [[bangsa Portugis]] hingga memberikan mereka hak-hak istimewa dalam perdagangan. suatu langkah yang kelak membawa kehancuran bagi putera-putera dan negerinya. Sultan Bayanullah tutup usia tahun [[1522]], kematiannya yang meninggalkan pewaris yang masih belia memberikan kesempatan bagi Portugis untuk turut andil dalam percaturan politik di Maluku.

== Sumber Pustaka ==
* M. Adnan Amal, "Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 - 1800 Jilid I", Universitas Khairun Ternate 2002.


{{S-start}}
{{S-start}}
Baris 17: Baris 20:
}}
}}
{{S-end}}
{{S-end}}

[[Kategori:Sultan Ternate]]
[[Kategori:Sultan Ternate]]
[[Kategori:Kematian 1522]]
[[Kategori:Kematian 1522]]

Revisi terkini sejak 20 Maret 2020 13.24

Sultan Bayanullah dari Ternate (1500-1521) adalah putera pertama Sultan Zainal Abidin (1486-1500). Namanya sering kali berbeda dalam berbagai sumber sejarah, ia sering juga disebut Sultan Bolief atau Abu Alif dan sewaktu muda ia lebih dikenal dengan sebutan Kaicil Leliatur.

Bayanullah dibesarkan dalam lingkungan Islam yang ketat. Sejak resmi menjadi kerajaan Islam pada masa kakeknya, Kolano Marhum (1465-1486), Ternate tak henti-hentinya melakukan perubahan dengan mengadopsi segala hal yang berbau Islami. Sultan Bayanullah melanjutkan langkah Islamisasi di Maluku yang dimulai oleh ayahnya, Sultan Zainal Abidin. Setelah menetapkan Syariat Islam sebagai hukum dasar kerajaan, seluruh rakyat Ternate diwajibkan memakai pakaian yang menutup aurat. Ia membentuk struktur baru dan lembaga pemerintahan sesuai Islam yang segera diadopsi oleh kerajaan-kerajaan lain di Maluku. Tindakannya ini berhasil membawa Maluku keluar dari alam animisme ke monoteisme (Islam).

Sultan Bayanullah juga dikenal sebagai Sultan yang mencintai ilmu pengetahuan dan berjasa besar bagi perkembangan Islam di wilayah timur Nusantara terutama kepulauan Maluku. Seperti ayahnya, Ia banyak mengundang guru-guru Muslim untuk mengajar di Kesultanan Ternate, ia pun tak segan mempelajari ilmu dari bangsa-bangsa asing yang datang, mengenai hal ihwal persenjataan, strategi perang, perkapalan, teknik pembangunan dan sebagainya.

Di masanya tiba orang Eropa pertama di Maluku, Ludovico Varthema (Lodewijk de Bartomo) tahun 1506. Tahun 1511 armada Portugis untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Maluku dibawah pimpinan Francisco Serrão. Kedatangan Portugis yang awalnya untuk berdagang ini disambut dengan sukacita oleh Sultan Bayanullah dan bahkan menjadikan mereka sebagai penasihat kerajaan. Langkah yang sama juga ditempuh mertua sekaligus saingannya Sultan Almansur (1500-1526) dari Kesultanan Tidore yang juga berlaku serupa terhadap bangsa Spanyol.

Sultan Bayanullah sangat menyukai bangsa Portugis hingga memberikan mereka hak-hak istimewa dalam perdagangan. suatu langkah yang kelak membawa kehancuran bagi putera-putera dan negerinya. Sultan Bayanullah tutup usia tahun 1522, kematiannya yang meninggalkan pewaris yang masih belia memberikan kesempatan bagi Portugis untuk turut andil dalam percaturan politik di Maluku.

Sumber Pustaka

[sunting | sunting sumber]
  • M. Adnan Amal, "Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 - 1800 Jilid I", Universitas Khairun Ternate 2002.
Didahului oleh:
Zainal Abidin
Sultan Ternate
1500-1521
Diteruskan oleh:
Hidayatullah