Sastra Jawa Kuno: Perbedaan antara revisi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Hidayatsrf (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(11 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Sastra Jawa}} |
{{Sastra Jawa}} |
||
'''Sastra Jawa Kuno''' atau |
'''Sastra Jawa Kuno''' atau sering kali dieja sebagai '''Sastra Jawa Kuna''' meliputi sastra yang ditulis dalam [[bahasa Jawa Kuna]] pada periode kurang-lebih ditulis dari [[abad ke-9]] sampai [[abad ke-14]] [[Masehi]], dimulai dengan [[Prasasti Sukabumi]]. Karya sastra ini ditulis baik dalam bentuk [[prosa]] (gancaran) maupun [[puisi]] ([[kakawin]]). Karya-karya ini mencakup genre seperti sajak wiracarita, undang-undang hukum, kronik (''babad''), dan kitab-kitab keagamaan. Sastra Jawa Kuno diwariskan dalam bentuk [[manuskrip]] dan [[prasasti]]. Manuskrip-manuskrip yang memuat teks Jawa Kuno jumlahnya sampai ribuan sementara prasasti-prasasti ada puluhan dan bahkan ratusan jumlahnya. Meski di sini harus diberi catatan bahwa tidak semua prasasti memuat teks kesusastraan. |
||
Karya-karya sastra Jawa penting yang ditulis pada periode ini termasuk ''[[Candakarana]]'', ''[[Kakawin Ramayana]]'' dan terjemahan ''[[Mahabharata]]'' dalam bahasa Jawa Kuno. |
Karya-karya sastra Jawa penting yang ditulis pada periode ini termasuk ''[[Candakarana]]'', ''[[Kakawin Ramayana]]'' dan terjemahan ''[[Mahabharata]]'' dalam bahasa Jawa Kuno. |
||
Baris 12: | Baris 12: | ||
== Tradisi penurunan == |
== Tradisi penurunan == |
||
Sastra Jawa Kuno yang terlestarikan sampai hari ini sebagian besar diturunkan dalam bentuk naskah manuskrip yang telah disalin ulang berkali-kali. Sehingga mereka jarang yang tertulis dalam bentuk asli seperti pada waktu dibuat dahulu, kecuali jika ditulis pada bahan tulisan yang awet seperti batu, tembaga dan lain-lain. Prasasti tertua dalam bahasa Jawa Kuno berasal dari tahun 804, |
Sastra Jawa Kuno yang terlestarikan sampai hari ini sebagian besar diturunkan dalam bentuk naskah manuskrip yang telah disalin ulang berkali-kali. Sehingga mereka jarang yang tertulis dalam bentuk asli seperti pada waktu dibuat dahulu, kecuali jika ditulis pada bahan tulisan yang awet seperti batu, tembaga dan lain-lain. Prasasti tertua dalam bahasa Jawa Kuno berasal dari tahun 804, tetapi isinya bukan merupakan teks kesusastraan. Teks kesusastraan tertua pada sebuah prasasti terdapat pada [[Prasasti Siwagreha]] yang ditarikh berasal dari tahun 856 Masehi. |
||
Sedangkan naskah manuskrip tertua adalah sebuah naskah daun nipah yang berasal dari abad ke-13 dan ditemukan di [[Jawa Barat]]. Naskah nipah ini memuat teks ''[[Kakawin Arjunawiwaha]]'' yang berasal dari abad ke-11. |
Sedangkan naskah manuskrip tertua adalah sebuah naskah daun nipah yang berasal dari abad ke-13 dan ditemukan di [[Jawa Barat]]. Naskah nipah ini memuat teks ''[[Kakawin Arjunawiwaha]]'' yang berasal dari abad ke-11. |
||
Baris 18: | Baris 18: | ||
== Tinjauan umum == |
== Tinjauan umum == |
||
Banyak teks dalam bahasa Jawa Kuno yang terlestarikan dari abad ke-9 sampai abad ke-14. Namun tidak semua teks-teks ini merupakan teks kesusastraan. Dari masa ini terwariskan sekitar 20 teks prosa dan 25 teks puisi. Sebagian besar dari teks-teks ini ditulis setelah abad ke-11. |
Banyak teks dalam bahasa Jawa Kuno yang terlestarikan dari abad ke-9 sampai abad ke-14. Namun tidak semua teks-teks ini merupakan teks kesusastraan. Dari masa ini terwariskan sekitar 20 teks prosa dan 25 teks puisi. Sebagian besar dari teks-teks ini ditulis setelah abad ke-11. |
||
== Puisi Jawa lama == |
|||
TRESNA |
|||
Tresnaku marang kowe |
|||
Ora bakal luntur |
|||
Sanajan salira adoh |
|||
Nanging cedak neng ngatresna |
|||
Tresnaku mung kanggo kowe |
|||
Ora onoliyane |
|||
Kejobo mung kanggo |
|||
Awakmu |
|||
Sanajan suwe ora ketemu |
|||
Nanging tesih kaya mbiyen |
|||
Ora bakal owah |
|||
Saya suwe saya tresna |
|||
Wes pirang-pirang taun |
|||
Kowe karo aku |
|||
Nanging |
|||
Enggale suwe banyu sinaring |
|||
Kaya agi wae |
|||
Ora krasa |
|||
Amarga, esemmu nengsemake atiku |
|||
PETENGING WENGI |
|||
sumribit angin ngelus langit sore |
|||
manuk sriti bali ing pucuking cemara |
|||
nganti tekaning wengi sing nyenyet |
|||
gawang-gawang katon pasuryanmu |
|||
gawe tambah kekesing angin sore |
|||
tumlawung rasa kang ngulandara |
|||
wengi bakal tumeka maneh |
|||
bareng karo wewayanganmu |
|||
kang bakal ngebaki impen petenging wengi |
|||
lumaku turut petenging lurung |
|||
bakal gawang-gawang campur mega-mega |
|||
apa kudu tak buwang bareng karo lumingsiring wengi ? |
|||
PEPADANG BAKAL TUMEKA |
|||
angrantu sinambi jumangkah ing dalan kang peteng kebak sandungan |
|||
mecaki lurung lurung kang dawa satengahing ara-ara samun |
|||
bumi kang kapidak kebak sinengker |
|||
anggawa ganda bacin |
|||
manuk manuk dhandhang kekitrang wayah sore |
|||
peteng kang gemuleng ing angganing manungsa |
|||
wus sinerat ana ing kitab duk ing uni |
|||
pepadang bakal tumeka anggawa kabar bebungah |
|||
kanggo kita sami jalma manungsa |
|||
kang bakal amadhangi lurung-lurung, dalan-dalan lan ara-ara samun |
|||
amadhangi sakendhenging jagat raya |
|||
mara gage kita sami tumenga ing angkasa |
|||
mangayubagya rawuhipun sang pepadhang |
|||
kanthi mesu raga nutup babahan nawa sanga |
|||
mangestu nampi pepadhang ….. |
|||
== Daftar Karya Sastra Jawa Kuno dalam bentuk prosa == |
== Daftar Karya Sastra Jawa Kuno dalam bentuk prosa == |
Revisi terkini sejak 14 April 2020 04.13
Sastra Jawa Kuno atau sering kali dieja sebagai Sastra Jawa Kuna meliputi sastra yang ditulis dalam bahasa Jawa Kuna pada periode kurang-lebih ditulis dari abad ke-9 sampai abad ke-14 Masehi, dimulai dengan Prasasti Sukabumi. Karya sastra ini ditulis baik dalam bentuk prosa (gancaran) maupun puisi (kakawin). Karya-karya ini mencakup genre seperti sajak wiracarita, undang-undang hukum, kronik (babad), dan kitab-kitab keagamaan. Sastra Jawa Kuno diwariskan dalam bentuk manuskrip dan prasasti. Manuskrip-manuskrip yang memuat teks Jawa Kuno jumlahnya sampai ribuan sementara prasasti-prasasti ada puluhan dan bahkan ratusan jumlahnya. Meski di sini harus diberi catatan bahwa tidak semua prasasti memuat teks kesusastraan.
Karya-karya sastra Jawa penting yang ditulis pada periode ini termasuk Candakarana, Kakawin Ramayana dan terjemahan Mahabharata dalam bahasa Jawa Kuno.
Karya sastra Jawa Kuno sebagian besar terlestarikan di Bali dan ditulis pada naskah-naskah manuskrip lontar. Walau sebagian besar sastra Jawa Kuno terlestarikan di Bali, di Jawa dan Madura ada pula sastra Jawa Kuno yang terlestarikan. Bahkan di Jawa terdapat pula teks-teks Jawa Kuno yang tidak dikenal di Bali.
Penelitian ilmiah mengenai sastra Jawa Kuno mulai berkembang pada abad ke-19 awal dan mulanya dirintis oleh Stamford Raffles, Gubernur-Jenderal dari Britania Raya yang memerintah di pulau Jawa. Selain sebagai seorang negarawan dia juga tertarik dengan kebudayaan setempat. Bersama asistennya, Kolonel Colin Mackenzie dia mengumpulkan dan meneliti naskah-naskah Jawa Kuno.
Mengenai istilah Jawa Kuno
[sunting | sunting sumber]Istilah sastra Jawa Kuno agak sedikit rancu. Istilah ini bisa berarti sastra dalam bahasa Jawa sebelum masuknya pengaruh Islam[1] atau pembagian yang lebih halus lagi: sastra Jawa yang terlama. Jadi merupakan sastra Jawa sebelum masa sastra Jawa Pertengahan. Sastra Jawa Pertengahan adalah masa transisi antara sastra Jawa Kuno dan sastra Jawa Baru. Di dalam artikel ini, pengertian terakhir inilah yang dipakai.[2]
Tradisi penurunan
[sunting | sunting sumber]Sastra Jawa Kuno yang terlestarikan sampai hari ini sebagian besar diturunkan dalam bentuk naskah manuskrip yang telah disalin ulang berkali-kali. Sehingga mereka jarang yang tertulis dalam bentuk asli seperti pada waktu dibuat dahulu, kecuali jika ditulis pada bahan tulisan yang awet seperti batu, tembaga dan lain-lain. Prasasti tertua dalam bahasa Jawa Kuno berasal dari tahun 804, tetapi isinya bukan merupakan teks kesusastraan. Teks kesusastraan tertua pada sebuah prasasti terdapat pada Prasasti Siwagreha yang ditarikh berasal dari tahun 856 Masehi.
Sedangkan naskah manuskrip tertua adalah sebuah naskah daun nipah yang berasal dari abad ke-13 dan ditemukan di Jawa Barat. Naskah nipah ini memuat teks Kakawin Arjunawiwaha yang berasal dari abad ke-11.
Tinjauan umum
[sunting | sunting sumber]Banyak teks dalam bahasa Jawa Kuno yang terlestarikan dari abad ke-9 sampai abad ke-14. Namun tidak semua teks-teks ini merupakan teks kesusastraan. Dari masa ini terwariskan sekitar 20 teks prosa dan 25 teks puisi. Sebagian besar dari teks-teks ini ditulis setelah abad ke-11.
Daftar Karya Sastra Jawa Kuno dalam bentuk prosa
[sunting | sunting sumber]- Candakarana
- Sang Hyang Kamahayanikan
- Brahmandapurana
- Agastyaparwa
- Uttarakanda
- Adiparwa
- Sabhaparwa
- Wirataparwa, 996
- Udyogaparwa
- Bhismaparwa
- Asramawasanaparwa
- Mosalaparwa
- Prasthanikaparwa
- Swargarohanaparwa
- Kunjarakarna
Daftar Karya Sastra Jawa Kuno dalam bentuk puisi (kakawin)
[sunting | sunting sumber]- Kakawin Tertua Jawa, 856
- Kakawin Ramayana ~ 870
- Kakawin Arjunawiwaha, mpu Kanwa, ~ 1030
- Kakawin Kresnayana
- Kakawin Sumanasantaka
- Kakawin Smaradahana
- Kakawin Bhomakawya
- Kakawin Bharatayuddha, mpu Sedah dan mpu Panuluh, 1157
- Kakawin Hariwangsa
- Kakawin Gatotkacasraya
- Kakawin Wrettasañcaya
- Kakawin Wrettayana
- Kakawin Brahmandapurana
- Kakawin Kunjarakarna, mpu "Dusun"
- Kakawin Nagarakretagama, mpu Prapanca, 1365
- Kakawin Arjunawijaya, mpu Tantular
- Kakawin Sutasoma, mpu Tantular
- Kakawin Siwaratrikalpa, Kakawin Lubdhaka
- Kakawin Parthayajna
- Kakawin Nitisastra
- Kakawin Nirarthaprakreta
- Kakawin Dharmasunya
- Kakawin Harisraya
- Kakawin Banawa Sekar Tanakung
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Pengertian inilah yang dianut oleh P.J. Zoetmulder dalam bukunya Kalangwan
- ^ Dianut oleh Poerbatjaraka dalam bukunya Kepustakaan Djawa
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- R. Ng. Poerbatjaraka dan Tardjan Hadidjaja. 1952. Kepustakaan Djawa. Djakarta/Amsterdam: Djambatan.