Lompat ke isi

Hok Tik Bio Tanjung karang Kudus: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Borgx (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Subbagian tk. satu dengan tiga "=")
 
(7 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{rujukan}}
{{rapikan}}
{{rapikan}}
{{tambah_infobox}}
{{paragraf pembuka}}


Hok Tik Bio Tanjung Karang Kudus
''''Hok Tik Bio Tanjung Karang Kudus'''' adalah sebuah klenteng yang terletak di [[Kudus]].


Alamat : Jl. Tanjung Karang 104, KUDUS 59345
== Sejarah Hok Tik Bio Tanjung Karang Kudus ==


Didirikan pada tahun 1741 oleh orang-orang Cina yang berhasil meloloskan diri dari Batavia ( Jakarta ), akibat pembunuhan massal yang dilakukan oleh VOC ( Verenigde Oost-Indische Compagni ) / Belanda.
Didirikan pada tahun [[1741]] oleh orang-orang Cina yang berhasil meloloskan diri dari [[Batavia]] (Jakarta), akibat pembunuhan massal yang dilakukan oleh [[VOC]] ('''Verenigde Oost-Indische Compagni''').


Gubernur Jendral pada waktu itu adalah ANDRIAAN VALCKENIER, seorang keturunan Belanda-Inggris, yang memangku jabatan dari tahun 1737 – 1741, karena kekejaman yaitu kemudian digantikan oleh JOHANNES THEDENS 1741 – 1743.
Gubernur Jendral pada waktu itu adalah [[Adriaan Valckenier]], seorang keturunan Belanda-Inggris, yang memangku jabatan dari tahun [[1737 – 1741]], kemudian diganti oleh [[Johannes Thedens]] [[1741 – 1743]].


Pelarian orang-orang Cina dari Batavia tersebut dapat meloloskan diri dengan menggunakan jalur laut dan kemudian memasuki muara-muara terus masuk ke sungai-sungai besar ke pedalaman ; di antaranya ke Cirebon, Tegal, Semarang, Kudus, Juwana, Rembang, Lasem bahkan juga di Jawa Timur.
Pelarian orang-orang Cina dari Batavia tersebut dapat meloloskan diri dengan menggunakan jalur laut dan kemudian memasuki muara-muara terus masuk ke sungai-sungai besar ke pedalaman ; di antaranya ke [[Cirebon]], [[Tegal]], [[Semarang]], [[Kudus]], Juwana, [[Rembang]], Lasem bahkan juga di [[Jawa Timur]].


Di Kudus mereka-mereka melalui kanal Semarang ( Kali yang ada di tepi jalan Semarang – Tanggulangin ) dari cabang sungai Tanggulangin mereka meneruskan ke Utara dan sampailah di tepi sungai di Dusun BOGO.
Di Kudus mereka-mereka melalui kanal Semarang (Kali yang ada di tepi jalan Semarang – Tanggulangin) dari cabang sungai Tanggulangin mereka meneruskan ke Utara dan sampailah di tepi sungai di Dusun Bogo.


Karena dirasa sudah aman, pimpinan rombongan mendarat dan melakukan sembahyang dan PUAK kepada THIAN KUNG, apakah rombangan dapat mendarat dan bertempat tinggal di tempat itu. Atas persetujuan THIAN KUNG, rombongan mendarat dan bertempat tinggal di tempat tersebut / BOGO.
Karena dirasa sudah aman, pimpinan rombongan mendarat dan melakukan sembahyang dan '''Puak''' kepada '''Thian Kung''', untuk menyakan apakah rombangan dapat mendarat dan bertempat tinggal di tempat itu. Atas persetujuan Thian Kung, rombongan mendarat dan bertempat tinggal di Dusun Bogo.


Selain membawa harta bendanya, di antaranya ada yang membawa Arca Pujaannya yaitu HOK TEK CING SIEN. Karena kaum pedagang banyak berhasil dengan niaganya, maka di Dusun BOGO itu lalu dibangun sebuah Klenteng “ HOK TIK BIO “.
Selain membawa harta bendanya, di antaranya ada yang membawa Arca Pujaannya yaitu [[Hok Tek Cing Sien]].


Karena kaum pedagang banyak berhasil dengan niaganya, maka di Dusun BOGO itu lalu dibangun sebuah Klenteng “ HOK TIK BIO “.
Mereka berdagang menuju ke lain daerah ( Pati, Juwana, Rembang, Lasem ) dengan menggunakan jalur air sampai di kali BABALAN, untuk menuju ke kota-kota tersebut.


Setelah Belanda membuat jalan darat menuju ke Purwodadi ( Kudus – Purwodadi ), pada tahun 1782 orang-orang Cina di Dusun BOGO kemudian berpindah ke tepi jalan dan juga memindakan Klentengnya dengan cara dipanggul bersama-sama secara utuh bentuknya dan diletakkan ditempat yang sama sampai sekarang berada.
Mereka berdagang menuju ke lain daerah ( Pati, Juwana, Rembang, Lasem ) dengan menggunakan jalur air sampai di kali Babalan, untuk menuju ke kota-kota tersebut.
Setelah Belanda membuat jalan darat menuju ke Purwodadi ( Kudus – Purwodadi ), pada tahun 1782 orang-orang Cina di Dusun Bogo kemudian berpindah ke tepi jalan dan juga memindakan Klentengnya dengan cara dipanggul bersama-sama secara utuh bentuknya dan diletakkan ditempat yang sama sampai sekarang berada.


Letaknya pun juga sangat strategis, karena dahulu tempat tersebut dijadikan “pelabuhan” bagi pedangan-pedagang Cina dan “pelabuhan” tersebut dari batu “karang” dan batu padas ( putih). Karena “pelabuhan” adalah tanjung yang dibuat dari batu karang, maka hingga sekarang dinamakan “TANJUNG KARANG”
Letaknya pun juga sangat strategis, karena dahulu tempat tersebut dijadikan “pelabuhan” bagi pedangan-pedagang Cina dan “pelabuhan” tersebut dari batu “karang” dan batu padas ( putih). Karena “pelabuhan” adalah tanjung yang dibuat dari batu karang, maka hingga sekarang dinamakan “TANJUNG KARANG”
Baris 28: Baris 29:


Klenteng Tanjung Karang ini, dahulu dibangun dari kayu jati, karena sudah rapuh, maka telah direhab menjadi seperti yang sekarang.
Klenteng Tanjung Karang ini, dahulu dibangun dari kayu jati, karena sudah rapuh, maka telah direhab menjadi seperti yang sekarang.

== Rujukan ==
* http://kelenteng300.blogspot.com/2009_12_01_archive.html?m=1

== Lihat Pula ==
* [[Geger Pacinan]]
{{bangunan-stub}}

[[Kategori:Bangunan dan struktur]]

Revisi terkini sejak 28 Juni 2021 02.01

'Hok Tik Bio Tanjung Karang Kudus' adalah sebuah klenteng yang terletak di Kudus.

Sejarah Hok Tik Bio Tanjung Karang Kudus

[sunting | sunting sumber]

Didirikan pada tahun 1741 oleh orang-orang Cina yang berhasil meloloskan diri dari Batavia (Jakarta), akibat pembunuhan massal yang dilakukan oleh VOC (Verenigde Oost-Indische Compagni).

Gubernur Jendral pada waktu itu adalah Adriaan Valckenier, seorang keturunan Belanda-Inggris, yang memangku jabatan dari tahun 1737 – 1741, kemudian diganti oleh Johannes Thedens 1741 – 1743.

Pelarian orang-orang Cina dari Batavia tersebut dapat meloloskan diri dengan menggunakan jalur laut dan kemudian memasuki muara-muara terus masuk ke sungai-sungai besar ke pedalaman ; di antaranya ke Cirebon, Tegal, Semarang, Kudus, Juwana, Rembang, Lasem bahkan juga di Jawa Timur.

Di Kudus mereka-mereka melalui kanal Semarang (Kali yang ada di tepi jalan Semarang – Tanggulangin) dari cabang sungai Tanggulangin mereka meneruskan ke Utara dan sampailah di tepi sungai di Dusun Bogo.

Karena dirasa sudah aman, pimpinan rombongan mendarat dan melakukan sembahyang dan Puak kepada Thian Kung, untuk menyakan apakah rombangan dapat mendarat dan bertempat tinggal di tempat itu. Atas persetujuan Thian Kung, rombongan mendarat dan bertempat tinggal di Dusun Bogo.

Selain membawa harta bendanya, di antaranya ada yang membawa Arca Pujaannya yaitu Hok Tek Cing Sien.

Karena kaum pedagang banyak berhasil dengan niaganya, maka di Dusun BOGO itu lalu dibangun sebuah Klenteng “ HOK TIK BIO “.

Mereka berdagang menuju ke lain daerah ( Pati, Juwana, Rembang, Lasem ) dengan menggunakan jalur air sampai di kali Babalan, untuk menuju ke kota-kota tersebut.

Setelah Belanda membuat jalan darat menuju ke Purwodadi ( Kudus – Purwodadi ), pada tahun 1782 orang-orang Cina di Dusun Bogo kemudian berpindah ke tepi jalan dan juga memindakan Klentengnya dengan cara dipanggul bersama-sama secara utuh bentuknya dan diletakkan ditempat yang sama sampai sekarang berada.

Letaknya pun juga sangat strategis, karena dahulu tempat tersebut dijadikan “pelabuhan” bagi pedangan-pedagang Cina dan “pelabuhan” tersebut dari batu “karang” dan batu padas ( putih). Karena “pelabuhan” adalah tanjung yang dibuat dari batu karang, maka hingga sekarang dinamakan “TANJUNG KARANG”

Menurut Hong Sui perklentengan, letaknya sangat bagus karena menghadap ke jalan lurus / terbuka. Para pedagang pada umumnya cocok dengan “ HOK TIK BIO “ Tanjung Karang Kudus.

Klenteng Tanjung Karang ini, dahulu dibangun dari kayu jati, karena sudah rapuh, maka telah direhab menjadi seperti yang sekarang.

Lihat Pula

[sunting | sunting sumber]