Lompat ke isi

Hok Tik Bio Tanjung karang Kudus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

'Hok Tik Bio Tanjung Karang Kudus' adalah sebuah kelenteng yang terletak di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Indonesia. Kelenteng ini merupakan salah satu tempat ibadah bersejarah yang didirikan oleh komunitas Tionghoa yang melarikan diri dari peristiwa pembantaian massal di Batavia pada tahun 1741.

Sejarah Hok Tik Bio Tanjung Karang Kudus

[sunting | sunting sumber]

Didirikan pada tahun 1741 oleh orang-orang Tionghoa yang berhasil meloloskan diri dari Batavia (sekarang Jakarta) akibat pembunuhan massal yang dilakukan oleh VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie). Gubernur Jenderal saat itu adalah Adriaan Valckenier, yang menjabat dari tahun 1737 hingga 1741, kemudian digantikan oleh Johannes Thedens.

Pelarian ini dilakukan melalui jalur laut menuju berbagai wilayah seperti Cirebon, Tegal, Semarang, Kudus, Juwana, Rembang, Lasem, hingga Jawa Timur. Di Kudus, mereka menggunakan kanal Semarang hingga mencapai Dusun Bogo. Setelah merasa aman, rombongan mendarat dan melakukan sembahyang serta puja kepada Thian Kung untuk meminta izin tinggal di tempat tersebut. Setelah mendapat persetujuan, mereka membangun pemukiman di Dusun Bogo.

Sebagian dari mereka membawa arca pujaan Hok Tek Cing Sien. Karena keberhasilan dalam perdagangan, mereka membangun kelenteng yang dinamakan "Hok Tik Bio." Kelenteng ini menjadi pusat aktivitas spiritual dan sosial mereka.

Pada tahun 1782, setelah Belanda membuka jalan darat menuju Purwodadi, masyarakat Tionghoa di Dusun Bogo memindahkan kelenteng ke lokasi baru di tepi jalan utama. Pemindahan dilakukan dengan cara menggotong bangunan secara utuh. Lokasi tersebut dikenal strategis karena sebelumnya menjadi "pelabuhan" dari batu karang, yang memberi nama "Tanjung Karang."

Menurut prinsip Hong Sui, lokasi kelenteng sangat baik karena menghadap jalan yang lurus dan terbuka. Hingga kini, Hok Tik Bio Tanjung Karang Kudus tetap menjadi tempat ibadah penting, meskipun bangunan aslinya dari kayu jati telah direhabilitasi.

http://kelenteng300.blogspot.com/2009_12_01_archive.html?m=1