Lompat ke isi

Cagar alam: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
Penambahan foto
 
(8 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Cagar alam''' adalah suatu kawasan [[suaka alam]] yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan [[tumbuhan]], [[satwa]], dan ekosistemnya atau [[ekosistem]] tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara [[alami]].<ref name="AtlasID"> Atlas Nasional Indonesia. Penerbit Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional). Cibinong, Bogor 2008. [[ISBN 978-979-26-6938-1]]. Hal 158.</ref>
'''Cagar alam''' adalah suatu kawasan [[suaka alam]] yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan [[tumbuhan]], [[satwa]], dan ekosistemnya atau [[ekosistem]] tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara [[alami]].<ref name="AtlasID"> Atlas Nasional Indonesia. Penerbit Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional). Cibinong, Bogor 2008. [[ISBN 978-979-26-6938-1]]. Hal 158.</ref>


[[File:Cagar Alam Watangan Puger.jpg|thumb|Cagar Alam Watangan, dipotret dari Pantai Pancer di [[Jember]], [[Jawa Timur]]]]
Contoh kawasan yang dijadikan cagar alam di [[Indonesia]] adalah [[Cagar Alam Tangkuban Perahu]] di [[Jawa Barat]], [[Cagar Alam Telaga Ranjeng]] di [[Jawa Tengah]] dan [[Cagar alam simpenan]] di [[Jawa Timur]].
Contoh kawasan yang dijadikan cagar alam di [[Indonesia]] adalah [[Cagar Alam Pananjung Pangandaran]] di [[Jawa Barat]], [[Cagar Alam Nusakambangan Barat]] dan [[Cagar Alam Nusakambangan Timur]] di [[Jawa Tengah]].


Di Indonesia, cagar alam adalah bagian dari dari [[kawasan konservasi]] (Kawasan Suaka Alam), maka '''kegiatan wisata''' atau '''kegiatan lain yang bersifat komersial''', tidak boleh dilakukan di dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan konservasi lainnya, untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat.
Di Indonesia, cagar alam adalah bagian dari dari [[kawasan konservasi]] (Kawasan Suaka Alam), maka '''kegiatan wisata''' atau '''kegiatan lain yang bersifat komersial''', tidak boleh dilakukan di dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan konservasi lainnya, untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat.
Baris 12: Baris 13:
== Lihat juga ==
== Lihat juga ==
* [[Daftar cagar alam di Indonesia]]
* [[Daftar cagar alam di Indonesia]]
* [[Daftar cagar alam]]
* [[Suaka margasatwa]]
* [[Suaka margasatwa]]
* [[Konservasi]]
* [[Konservasi]]
{{hutan-stub}}
{{hutan-stub}}
{{Kawasan perlindungan di Indonesia}}


[[Kategori:Cagar alam| ]]
[[Kategori:Cagar alam| ]]
[[Kategori:Konservasi]]
[[Kategori:Konservasi alam]]

Revisi terkini sejak 5 Mei 2022 05.34

Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.[1]

Cagar Alam Watangan, dipotret dari Pantai Pancer di Jember, Jawa Timur

Contoh kawasan yang dijadikan cagar alam di Indonesia adalah Cagar Alam Pananjung Pangandaran di Jawa Barat, Cagar Alam Nusakambangan Barat dan Cagar Alam Nusakambangan Timur di Jawa Tengah.

Di Indonesia, cagar alam adalah bagian dari dari kawasan konservasi (Kawasan Suaka Alam), maka kegiatan wisata atau kegiatan lain yang bersifat komersial, tidak boleh dilakukan di dalam area cagar alam. Sebagaimana kawasan konservasi lainnya, untuk memasuki cagar alam diperlukan SIMAKSI (Surat Izin Masuk Kawasan Konservasi). SIMAKSI bisa diperoleh di kantor Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) setempat.

Dengan dibangunnya cagar alam maka sumber daya alam berupa flora dan fauna dapat dilindungi dengan baik oleh negara.

  1. ^ Atlas Nasional Indonesia. Penerbit Bakosurtanal (Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional). Cibinong, Bogor 2008. ISBN 978-979-26-6938-1. Hal 158.

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]