Lompat ke isi

Tradisi Wor: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhammad Afif (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Ariyanto (bicara | kontrib)
k Bersih-bersih (via JWB)
(23 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Tradisi Wor.jpg|jmpl|Tarian Wor]]
[[Berkas:Tradisi Wor.jpg|jmpl|Tarian Wor]]
{{Aliran kepercayaan di Indonesia}}
[[Berkas:Wor Fasfesmandwampur.jpg|jmpl|seorang ibu hamil sedang diberkati dalam upacara ''Wor Fasfesmandwampur.'' ]]
[[Berkas:Wor Fasfesmandwampur.jpg|jmpl|seorang ibu hamil sedang diberkati dalam upacara ''Wor Fasfesmandwampur.'']]
'''Tradisi Wor''' merupakan tradisi dalam budaya Biak yang berhubungan dengan kehidupan religi orang Biak. Menurut para ahli, Tradisi Wor dapat juga disebut sebagai agama. Wor memiliki dua definisi. Pertama, sebagai upacara adat. kedua, sebagai nyanyian adat. Secara simbolis, Wor mengandung makna yang di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya dan berfungsi mengatur hubungan mereka dengan Sang Pencipta, antar sesama dan dengan lingkungan alam tempat di mana mereka berada. Tradisi Wor sering diaplikasikan dalam bentuk upacara, nyanyian adat atau folklor dalam budaya orang Biak.<ref>{{Cite news|url=http://1001indonesia.net/wor-kesenian-tradisional-masyarakat-adat-napa-swandiwe-biak-papua/|title=Wor, Kesenian Tradisional Masyarakat Adat Napa Swandiwe, Biak, Papua|last=Editor|date=2017-03-21|newspaper=1001 Indonesia|language=en-US|access-date=2017-11-01}}</ref> Dalam bentuk upacara, tradisi ini merupakan upacara sakral karena dianggap berfungsi melindungi seseorang dalam siklus hidupnya (''life cicle rites''). Karena menyangkut siklus hidup, maka rangkaian upacaranya mengikuti tahap perkembangan atau pertumbuhan manusia sejak lahir, mengalami masa kanak-kanak, kemudian menjadi dewasa dan menikah, lalu menjadi orang tua hingga akhirnya meninggal.<ref>{{Cite news|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2015/10/22/tradisi-wor-di-kabupaten-biak-numfor-provinsi-papua/|title=TRADISI WOR DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|last=bpnbjayapura|date=2015-10-22|newspaper=Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|language=en-US|access-date=2017-11-01}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2015/10/22/tradisi-wor-di-kabupaten-biak-numfor-provinsi-papua/|title=TRADISI WOR DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|last=bpnbjayapura|date=2015-10-22|newspaper=Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|language=en-US|access-date=2017-11-01}}</ref>
[[Berkas:Barapen.png|jmpl|Upacara atraksi barapen dalam Wor Kabor]]
[[Berkas:Penabuh tifa.jpg|jmpl|Penabuh Tifa dalam Tradisi Wor]]
'''Tradisi Wor''' adalah tradisi dalam budaya Biak yang berhubungan dengan kehidupan religi [[suku Biak]]. Segala aspek kehidupan sosial orang Biak sering kali diwarnai dengan upacara adat. Hal ini tercermin dari falsafah orang-orang Biak yang mengatakan “''Nggo Wor Baindo Na Nggo Mar''” yang artinya tanpa upacara atau pesta adat kami akan mati. Karena itu, upacara adat sangat penting bagi Suku Biak. Salah satu upacara tersebut adalah upacara yang dilaksanakan untuk melindungi seseorang agar aman dari setiap peralihan peran sosial dalam hidupnya.


==  Jenis-jenis Wor ==
== Definisi ==
Menurut para ahli, Tradisi Wor dapat juga disebut sebagai agama. Wor memiliki dua definisi. Pertama, sebagai upacara adat. kedua, sebagai nyanyian adat. Secara simbolis, Wor mengandung makna yang di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya dan berfungsi mengatur hubungan mereka dengan Sang Pencipta, antar sesama dan lingkungan alam tempat di mana mereka berada. Tradisi Wor merupakan bagian dari pemujaan terhadap penguasa tertinggi. Suku Biak percaya adanya penguasa tertinggi di dunia ini yakni:
Tradisi Wor merupakan tradisi siklus kehidupan.<ref>{{Cite news|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2017/09/19/tradisi-wor-dalam-budaya-orang-biak/|title=TRADISI WOR DALAM BUDAYA ORANG BIAK - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|last=abdulrazak|date=2017-09-19|newspaper=Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|language=en-US|access-date=2017-11-01}}</ref><ref>Kapisa, Sam. 1994. “Eksistensi Wor Biak dan Upaya Pelestariannya (makalah). Jayapura: Seminar Jurusan Antropologi FISIP Universitas Cendrawasih</ref> Ada beberapa upacara yang dilakukan terkait hal tersebut, yaitu:
# Nanggi, penguasa langit atau sorga.
# Mansren Manggundi, penguasa tunggal.
# Karwar, roh orang mati atau roh leluhur.
# Dabyor, roh halus yang menguasai gunung, batu besar, sungai, tanjung dan lainnya.
# Arbur, roh halus yang mendiami pepohonan.
# Faknik, roh halus yang mendiami lautan.
Tradisi Wor sering diaplikasikan dalam bentuk upacara, nyanyian adat atau folklor dalam budaya orang Biak.<ref>{{Cite news|url=http://1001indonesia.net/wor-kesenian-tradisional-masyarakat-adat-napa-swandiwe-biak-papua/|title=Wor, Kesenian Tradisional Masyarakat Adat Napa Swandiwe, Biak, Papua|last=Editor|date=2017-03-21|newspaper=1001 Indonesia|language=en-US|access-date=2017-11-01}}</ref> Dalam bentuk upacara, tradisi ini merupakan upacara sakral karena dianggap berfungsi melindungi seseorang dalam siklus hidupnya (''life cicle rites''). Karena menyangkut siklus hidup, maka rangkaian upacaranya mengikuti tahap perkembangan atau pertumbuhan manusia sejak lahir, mengalami masa kanak-kanak, kemudian menjadi dewasa dan menikah, lalu menjadi orang tua hingga akhirnya meninggal.<ref name="bpnbjayapura">{{Cite news|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2015/10/22/tradisi-wor-di-kabupaten-biak-numfor-provinsi-papua/|title=TRADISI WOR DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|last=bpnbjayapura|date=2015-10-22|newspaper=Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|language=en-US|access-date=2017-11-01|archive-date=2017-11-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20171107024656/http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2015/10/22/tradisi-wor-di-kabupaten-biak-numfor-provinsi-papua/|dead-url=yes}}</ref><ref name="bpnbjayapura"/>

== Jenis-jenis Wor ==
Tradisi Wor merupakan tradisi siklus kehidupan.<ref>{{Cite news|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2017/09/19/tradisi-wor-dalam-budaya-orang-biak/|title=TRADISI WOR DALAM BUDAYA ORANG BIAK - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|last=abdulrazak|date=2017-09-19|newspaper=Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|language=en-US|access-date=2017-11-01|archive-date=2017-11-07|archive-url=https://web.archive.org/web/20171107020015/http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2017/09/19/tradisi-wor-dalam-budaya-orang-biak/|dead-url=yes}}</ref><ref>Kapisa, Sam. 1994. “Eksistensi Wor Biak dan Upaya Pelestariannya (makalah). Jayapura: Seminar Jurusan Antropologi FISIP Universitas Cendrawasih</ref><ref>{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/927620567|title=Tradisi wor di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua|last=H.,|first=Rumansara, Enos|isbn=6029710230|edition=Cetakan pertama|location=Jayapura, Papua|oclc=927620567}}</ref> Ada beberapa upacara yang dilakukan terkait hal tersebut, yaitu:
# '''''Wor Fasfesmandwampur'''''. Berasal dari dua kata yaitu ''fasfes'' dan ''mandwam''. Fasfes berarti ikatan. ''Mandwam'' adalah nama kulit kayu yang ditumbuk hingga halus. Wor ini disebut juga ''fasfesepen'' atau ikatan untuk menahan. Dapat juga disebut sebagai ''babyos'' (membalaut). ''Wor Fasfesmandwampur'' adalah suatu ikatan untuk menahan bagian bawah perut seorang ibu yang sedang hamil. Tujuannya adalah untuk melindungi anak yang masih dalam kandungan agar terhindar dari segala gangguan roh halus.
# '''''Wor Fasfesmandwampur'''''. Berasal dari dua kata yaitu ''fasfes'' dan ''mandwam''. Fasfes berarti ikatan. ''Mandwam'' adalah nama kulit kayu yang ditumbuk hingga halus. Wor ini disebut juga ''fasfesepen'' atau ikatan untuk menahan. Dapat juga disebut sebagai ''babyos'' (membalaut). ''Wor Fasfesmandwampur'' adalah suatu ikatan untuk menahan bagian bawah perut seorang ibu yang sedang hamil. Tujuannya adalah untuk melindungi anak yang masih dalam kandungan agar terhindar dari segala gangguan roh halus.
# '''''Wor Fasasnai.''''' Fasasnai berarti memperlihatkan. Disebut juga ''anunbesop'' (membawa atau mengantar anak turun ke bawah) atau ''anun berurido'' (mengantar anak keluar dari kamar). Wor Fasasnai artinya memperlihatkan bayi kepada alam agar penguasa alam dan segala isinya mengenal bayi yang baru lahir. Pada prinsipnya, Wor Fasasnai adalah memperkenalkan bayi kepada kerabat, alam dan pemiliknya baik yang nyata maupun tidak nyata.
# '''''Wor Fasasnai.''''' Fasasnai berarti memperlihatkan. Disebut juga ''anunbesop'' (membawa atau mengantar anak turun ke bawah) atau ''anun berurido'' (mengantar anak keluar dari kamar). Wor Fasasnai artinya memperlihatkan bayi kepada alam agar penguasa alam dan segala isinya mengenal bayi yang baru lahir. Pada prinsipnya, Wor Fasasnai adalah memperkenalkan bayi kepada kerabat, alam dan pemiliknya baik yang nyata maupun tidak nyata.
Baris 11: Baris 24:
# '''''Wor Papaf'''''. Papaf artinya penyapihan. Maksudnya adalah upacara melepaskan ASI seorang ibu dengan bayinya karena anak sudah dapat makan sendiri. Anak mulai belajar mengambil hidangan atau makanan sendiri yang disuguhkan ibunya.
# '''''Wor Papaf'''''. Papaf artinya penyapihan. Maksudnya adalah upacara melepaskan ASI seorang ibu dengan bayinya karena anak sudah dapat makan sendiri. Anak mulai belajar mengambil hidangan atau makanan sendiri yang disuguhkan ibunya.
# '''''Wor Kapanaknik'''''. Kapanaknik artinya mencukur rambut anak. Upacara ini dilaksanakan ketika anak berusia 6-8 tahun. Usia tersebut dianggap bahwa seorang anak sudah dapat berpikir. Di usia ini seorang anak mulai mendapatkan pendidikan. Mereka memasuki lembaga pendidikan yang disebut ''Rumsram.''
# '''''Wor Kapanaknik'''''. Kapanaknik artinya mencukur rambut anak. Upacara ini dilaksanakan ketika anak berusia 6-8 tahun. Usia tersebut dianggap bahwa seorang anak sudah dapat berpikir. Di usia ini seorang anak mulai mendapatkan pendidikan. Mereka memasuki lembaga pendidikan yang disebut ''Rumsram.''
# '''''Wor Kabor'''''. Kabor berasal dari dua suku kata yaitu ''kuk'' atau ''kak'' yang berarti menusuk dan ''bori'' yang berarti di atas sesuatu. Mkasudnya adalah mengiris atau menusuk bagian atas penis alat kelamin laki-laki. Wor Kabor merupakan wor terakhir di masa kanak-kanak sebelum menginjak masa remaja.
# '''''Wor Kabor'''''. Kabor berasal dari dua suku kata yaitu ''kuk'' atau ''kak'' yang berarti menusuk dan ''bori'' yang berarti di atas sesuatu. Maksudnya adalah mengiris atau menusuk bagian atas penis alat kelamin laki-laki. Wor Kabor merupakan wor terakhir di masa kanak-kanak sebelum menginjak masa remaja. Dalam upacara ini terdapat Upacara Barapen, yiatu upacara berjalan di atas batu panas. Upacara ini dilaksanakan oleh para pemuda (''Kabor Insos'') sebagai peringatan ketika mereka mulai memasuki usia remaja.<ref>{{Cite web|url=http://biakkab.go.id/page/budaya|title=Website Resmi Kabupaten Biak Numfor|website=biakkab.go.id|access-date=2017-11-15|archive-date=2017-11-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20171115201742/http://biakkab.go.id/page/budaya|dead-url=yes}}</ref> Prosesi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dosa yang telah dilakukan oleh seorang pemuda. Jika kaki pemuda terluka akibat menginjak batu tajam yang sudah menjadi bara, maka dia sudah terlalu banyak melakukan dosa.
# '''''Wor Beba'''''. Nama lainnya adalah ''Munara Beba'' (upacara besar), atau ''Fararur Beba'' (pekerjaan besar). Dilaksanakan ketika seorang anak telah selesai mengikuti pendidikan tradisional di ''Rumsram''. ''Wor Beba'' dilaksanakan untuk menentukan status sosial seseorang dalam klan maupun komunitasnya.
# '''''Wor Beba'''''. Nama lainnya adalah ''Munara Beba'' (upacara besar), atau ''Fararur Beba'' (pekerjaan besar). Dilaksanakan ketika seorang anak telah selesai mengikuti pendidikan tradisional di ''Rumsram''. ''Wor Beba'' dilaksanakan untuk menentukan status sosial seseorang dalam klan maupun komunitasnya.
# '''''Wor Farbakbuk,''''' adalah wor yang berkaitan dengan upacara perkawinan. Ada beberapa tahapan dalam prosesnya seperti '''''Wor Ramrem''''', '''''Woryakyer''''' dan '''''Wafwofer''''','''''Wor Anenfasus'''''.
# '''''Wor Farbakbuk,''''' adalah wor yang berkaitan dengan upacara perkawinan. Ada beberapa tahapan dalam prosesnya seperti '''''Wor Ramrem''''', '''''Woryakyer''''' dan '''''Wafwofer''''','''''Wor Anenfasus'''''.
# '''''Wor Farbabei'''''. ''Wor Farbabei'' adalah upacara berkabung. Upacara ini bertujuan untuk menggantungkan sesuatu barang atau benda milik saudara yang meninggal pada tubuh saudara yang hidup sebagai tanda masa berkabung. Wor ini merupakan prosesi pemakaman secara tradisional. Ada beberapa tahapan dalam upacara ini yang dimulai ketika meninggal hingga penyimpanan tulang pada tempat penyimpanan khusus. Wor ini merupakan simbol rasa duka yang mendalam bagi anggota keluarga.
# '''''Wor Farbabei'''''. ''Wor Farbabei'' adalah upacara berkabung. Upacara ini bertujuan untuk menggantungkan sesuatu barang atau benda milik saudara yang meninggal pada tubuh saudara yang hidup sebagai tanda masa berkabung. Wor ini merupakan prosesi pemakaman secara tradisional. Ada beberapa tahapan dalam upacara ini yang dimulai ketika meninggal hingga penyimpanan tulang pada tempat penyimpanan khusus. Wor ini merupakan simbol rasa duka yang mendalam bagi anggota keluarga.
# '''Wor Rasrus''' adalah upacara untuk memindahkan tulang-tulang orang yang meninggal dengan cara mencuci tulang dan memasukkannya ke dalam peti yang dibuat dari pohon. Upacara ini dilakukan oleh anggota keluarga yang meninggal. Pada upacara ini akan dibuat ''amfianir'' (patung) dan pada bagian kepala diberikan tengkorak dari saudara mereka yang meninggal. Beberapa patung dibuat tanpa tengkorak. Wor ini bermakna bahwa seseorang telah memasuki kehidupan yang baru di dunia lain. 
# '''Wor Rasrus''' adalah upacara untuk memindahkan tulang-tulang orang yang meninggal dengan cara mencuci tulang dan memasukkannya ke dalam peti yang dibuat dari pohon. Upacara ini dilakukan oleh anggota keluarga yang meninggal. Pada upacara ini akan dibuat ''amfianir'' (patung) dan pada bagian kepala diberikan tengkorak dari saudara mereka yang meninggal. Beberapa patung dibuat tanpa tengkorak. Wor ini bermakna bahwa seseorang telah memasuki kehidupan yang baru di dunia lain.

== Nyanyian Wor ==
Musik tradisional Biak Numfor disebut juga nyanyian Wor atau puisi Biak. Terdapat 18 jenis lagu wor, namun hanya 12 jenis yang dinyanyikan dengan tangga nada pentatonik 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 5 (sol) dan 6 (la). Wor tidak mengenal tangga nada 4 (fa) dan 7 (si). Dalam nyanyian wor terdapat struktur puisi wor yang terdiri dari 2 bait yaitu Kadwor (puncak) dan Fuar (pangkal). Tercatat sekitar 18 jenis lagu Wor Biak antara lain Kankarem, Moringkin, Kansyaru, Wonggei, Disner, Nambojaren, Erisam, Dow Arbur, Dow Mamun, Armis, Aurak, Dow Beyor Warn, Dow Bemun Warn, Kawop, Urere, Randan dan Beyuser. Nyanian Wor biasanya diiringi alat musik ''Sireb'' atau Sandip yakni alat musik Tifa.<ref>{{Cite news|url=http://www.tempolagu.tk/2016/08/nyanyian-dan-tarian-wor-adat-suku-biak.html|title=Deskripsi lagu : Nyanyian Dan Tarian Wor Adat Suku Biak Papua|last=Channel|first=Media|newspaper=Deskripsi lagu|language=id-ID|access-date=2017-11-15|archive-date=2017-11-15|archive-url=https://web.archive.org/web/20171115201120/http://www.tempolagu.tk/2016/08/nyanyian-dan-tarian-wor-adat-suku-biak.html|dead-url=yes}}</ref><ref>{{Cite news|url=http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2015/10/22/tradisi-wor-di-kabupaten-biak-numfor-provinsi-papua/|title=TRADISI WOR DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|last=bpnbjayapura|date=2015-10-22|newspaper=Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua|language=en-US|access-date=2017-11-15|archive-date=2017-11-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20171121002214/http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbpapua/2015/10/22/tradisi-wor-di-kabupaten-biak-numfor-provinsi-papua/|dead-url=yes}}</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==

{{reflist}}

{{Agama di Indonesia}}


[[Kategori:Budaya Papua]]
[[Kategori:Budaya Papua]]
[[Kategori:Tradisi]]
[[Kategori:Tradisi]]
[[Kategori:Biak Numfor]]

Revisi per 4 Desember 2022 00.28

Tarian Wor
seorang ibu hamil sedang diberkati dalam upacara Wor Fasfesmandwampur.
Upacara atraksi barapen dalam Wor Kabor
Berkas:Penabuh tifa.jpg
Penabuh Tifa dalam Tradisi Wor

Tradisi Wor adalah tradisi dalam budaya Biak yang berhubungan dengan kehidupan religi suku Biak. Segala aspek kehidupan sosial orang Biak sering kali diwarnai dengan upacara adat. Hal ini tercermin dari falsafah orang-orang Biak yang mengatakan “Nggo Wor Baindo Na Nggo Mar” yang artinya tanpa upacara atau pesta adat kami akan mati. Karena itu, upacara adat sangat penting bagi Suku Biak. Salah satu upacara tersebut adalah upacara yang dilaksanakan untuk melindungi seseorang agar aman dari setiap peralihan peran sosial dalam hidupnya.

Definisi

Menurut para ahli, Tradisi Wor dapat juga disebut sebagai agama. Wor memiliki dua definisi. Pertama, sebagai upacara adat. kedua, sebagai nyanyian adat. Secara simbolis, Wor mengandung makna yang di dalamnya terkandung nilai-nilai budaya dan berfungsi mengatur hubungan mereka dengan Sang Pencipta, antar sesama dan lingkungan alam tempat di mana mereka berada. Tradisi Wor merupakan bagian dari pemujaan terhadap penguasa tertinggi. Suku Biak percaya adanya penguasa tertinggi di dunia ini yakni:

  1. Nanggi, penguasa langit atau sorga.
  2. Mansren Manggundi, penguasa tunggal.
  3. Karwar, roh orang mati atau roh leluhur.
  4. Dabyor, roh halus yang menguasai gunung, batu besar, sungai, tanjung dan lainnya.
  5. Arbur, roh halus yang mendiami pepohonan.
  6. Faknik, roh halus yang mendiami lautan.

Tradisi Wor sering diaplikasikan dalam bentuk upacara, nyanyian adat atau folklor dalam budaya orang Biak.[1] Dalam bentuk upacara, tradisi ini merupakan upacara sakral karena dianggap berfungsi melindungi seseorang dalam siklus hidupnya (life cicle rites). Karena menyangkut siklus hidup, maka rangkaian upacaranya mengikuti tahap perkembangan atau pertumbuhan manusia sejak lahir, mengalami masa kanak-kanak, kemudian menjadi dewasa dan menikah, lalu menjadi orang tua hingga akhirnya meninggal.[2][2]

Jenis-jenis Wor

Tradisi Wor merupakan tradisi siklus kehidupan.[3][4][5] Ada beberapa upacara yang dilakukan terkait hal tersebut, yaitu:

  1. Wor Fasfesmandwampur. Berasal dari dua kata yaitu fasfes dan mandwam. Fasfes berarti ikatan. Mandwam adalah nama kulit kayu yang ditumbuk hingga halus. Wor ini disebut juga fasfesepen atau ikatan untuk menahan. Dapat juga disebut sebagai babyos (membalaut). Wor Fasfesmandwampur adalah suatu ikatan untuk menahan bagian bawah perut seorang ibu yang sedang hamil. Tujuannya adalah untuk melindungi anak yang masih dalam kandungan agar terhindar dari segala gangguan roh halus.
  2. Wor Fasasnai. Fasasnai berarti memperlihatkan. Disebut juga anunbesop (membawa atau mengantar anak turun ke bawah) atau anun berurido (mengantar anak keluar dari kamar). Wor Fasasnai artinya memperlihatkan bayi kepada alam agar penguasa alam dan segala isinya mengenal bayi yang baru lahir. Pada prinsipnya, Wor Fasasnai adalah memperkenalkan bayi kepada kerabat, alam dan pemiliknya baik yang nyata maupun tidak nyata.
  3. Wor Anmam. Terdiri dari kata an (makan) dan mam (gumpalan makanan yang dikunyah). Maksudnya adalah penyuapan bayi dengan makanan yang bukan ASI. Upacara wor ini dilaksanakan karena seorang anak telah memasuki tahap perkembangan terbaru yaitu giginya sudah tumbuh dan sudah bisa mengunyah makanan lain meski masih meminum ASI.
  4. Wor famarmar dan Sraikir Kneram. Famarmar artinya mengenakan cawat atau pakaian. Sraikir Kneram adalah upacara melobangi telinga bagi seorang anak perempuan. Keduanya merupakan upacara yang dilakukan pertama kali ketika anak laki-laki sudah dapat mengenakan pakaian (cawat) sendiri.
  5. Wor Papaf. Papaf artinya penyapihan. Maksudnya adalah upacara melepaskan ASI seorang ibu dengan bayinya karena anak sudah dapat makan sendiri. Anak mulai belajar mengambil hidangan atau makanan sendiri yang disuguhkan ibunya.
  6. Wor Kapanaknik. Kapanaknik artinya mencukur rambut anak. Upacara ini dilaksanakan ketika anak berusia 6-8 tahun. Usia tersebut dianggap bahwa seorang anak sudah dapat berpikir. Di usia ini seorang anak mulai mendapatkan pendidikan. Mereka memasuki lembaga pendidikan yang disebut Rumsram.
  7. Wor Kabor. Kabor berasal dari dua suku kata yaitu kuk atau kak yang berarti menusuk dan bori yang berarti di atas sesuatu. Maksudnya adalah mengiris atau menusuk bagian atas penis alat kelamin laki-laki. Wor Kabor merupakan wor terakhir di masa kanak-kanak sebelum menginjak masa remaja. Dalam upacara ini terdapat Upacara Barapen, yiatu upacara berjalan di atas batu panas. Upacara ini dilaksanakan oleh para pemuda (Kabor Insos) sebagai peringatan ketika mereka mulai memasuki usia remaja.[6] Prosesi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar dosa yang telah dilakukan oleh seorang pemuda. Jika kaki pemuda terluka akibat menginjak batu tajam yang sudah menjadi bara, maka dia sudah terlalu banyak melakukan dosa.
  8. Wor Beba. Nama lainnya adalah Munara Beba (upacara besar), atau Fararur Beba (pekerjaan besar). Dilaksanakan ketika seorang anak telah selesai mengikuti pendidikan tradisional di Rumsram. Wor Beba dilaksanakan untuk menentukan status sosial seseorang dalam klan maupun komunitasnya.
  9. Wor Farbakbuk, adalah wor yang berkaitan dengan upacara perkawinan. Ada beberapa tahapan dalam prosesnya seperti Wor Ramrem, Woryakyer dan Wafwofer,Wor Anenfasus.
  10. Wor Farbabei. Wor Farbabei adalah upacara berkabung. Upacara ini bertujuan untuk menggantungkan sesuatu barang atau benda milik saudara yang meninggal pada tubuh saudara yang hidup sebagai tanda masa berkabung. Wor ini merupakan prosesi pemakaman secara tradisional. Ada beberapa tahapan dalam upacara ini yang dimulai ketika meninggal hingga penyimpanan tulang pada tempat penyimpanan khusus. Wor ini merupakan simbol rasa duka yang mendalam bagi anggota keluarga.
  11. Wor Rasrus adalah upacara untuk memindahkan tulang-tulang orang yang meninggal dengan cara mencuci tulang dan memasukkannya ke dalam peti yang dibuat dari pohon. Upacara ini dilakukan oleh anggota keluarga yang meninggal. Pada upacara ini akan dibuat amfianir (patung) dan pada bagian kepala diberikan tengkorak dari saudara mereka yang meninggal. Beberapa patung dibuat tanpa tengkorak. Wor ini bermakna bahwa seseorang telah memasuki kehidupan yang baru di dunia lain.

Nyanyian Wor

Musik tradisional Biak Numfor disebut juga nyanyian Wor atau puisi Biak. Terdapat 18 jenis lagu wor, namun hanya 12 jenis yang dinyanyikan dengan tangga nada pentatonik 1 (do), 2 (re), 3 (mi), 5 (sol) dan 6 (la). Wor tidak mengenal tangga nada 4 (fa) dan 7 (si). Dalam nyanyian wor terdapat struktur puisi wor yang terdiri dari 2 bait yaitu Kadwor (puncak) dan Fuar (pangkal). Tercatat sekitar 18 jenis lagu Wor Biak antara lain Kankarem, Moringkin, Kansyaru, Wonggei, Disner, Nambojaren, Erisam, Dow Arbur, Dow Mamun, Armis, Aurak, Dow Beyor Warn, Dow Bemun Warn, Kawop, Urere, Randan dan Beyuser. Nyanian Wor biasanya diiringi alat musik Sireb atau Sandip yakni alat musik Tifa.[7][8]

Referensi

  1. ^ Editor (2017-03-21). "Wor, Kesenian Tradisional Masyarakat Adat Napa Swandiwe, Biak, Papua". 1001 Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-11-01. 
  2. ^ a b bpnbjayapura (2015-10-22). "TRADISI WOR DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua". Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 2017-11-01. 
  3. ^ abdulrazak (2017-09-19). "TRADISI WOR DALAM BUDAYA ORANG BIAK - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua". Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 2017-11-01. 
  4. ^ Kapisa, Sam. 1994. “Eksistensi Wor Biak dan Upaya Pelestariannya (makalah). Jayapura: Seminar Jurusan Antropologi FISIP Universitas Cendrawasih
  5. ^ H.,, Rumansara, Enos. Tradisi wor di Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua (edisi ke-Cetakan pertama). Jayapura, Papua. ISBN 6029710230. OCLC 927620567. 
  6. ^ "Website Resmi Kabupaten Biak Numfor". biakkab.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-15. Diakses tanggal 2017-11-15. 
  7. ^ Channel, Media. "Deskripsi lagu : Nyanyian Dan Tarian Wor Adat Suku Biak Papua". Deskripsi lagu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-15. Diakses tanggal 2017-11-15. 
  8. ^ bpnbjayapura (2015-10-22). "TRADISI WOR DI KABUPATEN BIAK NUMFOR PROVINSI PAPUA - Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua". Balai Pelestarian Nilai Budaya Papua (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-11-21. Diakses tanggal 2017-11-15.