Lompat ke isi

Kelompok Empat (Indonesia): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
k →‎top: clean up
 
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{for|kelompok politik di [[Tiongkok]]|Kelompok Empat}}
{{for|kelompok politik di [[Tiongkok]]|Kelompok Empat}}
'''Kelompok Empat''', atau dikenal dengan nama '''''Gang of Four''''' (ada juga yang menyebutnya Empat Serangkai/Sekawan atau ''Liem Investors''),<ref>[https://books.google.co.id/books?id=6V4MEAAAQBAJ&pg=PA326&dq=sudwikatmono+risjad+empat&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwieoMHphvjuAhUg7XMBHb_WACwQ6AEwCXoECAkQAg#v=onepage&q=sudwikatmono%20risjad%20empat&f=false Strategi Meraih Keunggulan Kompetitif di Era Industri 4.0]</ref><Ref>[https://books.google.co.id/books?id=McLXAAAAMAAJ&q=sudwikatmono+risjad+empat&dq=sudwikatmono+risjad+empat&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwieoMHphvjuAhUg7XMBHb_WACwQ6AEwAnoECAQQAg Ummat, Volume 3,Masalah 41-50]</ref> merupakan kongsi dagang dan industri antara 4 pengusaha: [[Sudono Salim]] (Liem Sioe Liong), [[Djuhar Sutanto]] (Liem Oen Kian), [[Ibrahim Risjad]] dan [[Sudwikatmono]] yang berkembang sejak awal dan tumbuh di era [[Orde Baru]]. Kelompok ini bisa dibilang merupakan ''partnership'' yang cukup sukses, dan telah menghasilkan perusahaan besar seperti [[Bogasari]] dan [[Indocement]]. Nama Kelompok Empat sendiri bukanlah ciptaan mereka, melainkan dari [[media massa]].<ref>[https://books.google.co.id/books?id=GnKZBQAAQBAJ&pg=PA241&dq=indomobil+atang&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilmN7n-ffuAhXM7XMBHRw0CHkQ6AEwBHoECAYQAg#v=onepage&q=indomobil%20atang&f=false Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia]</ref>
'''Kelompok Empat''', atau dikenal dengan nama '''''Gang of Four''''' (ada juga yang menyebutnya Empat Serangkai/Sekawan atau ''Liem Investors''),<ref>[https://books.google.co.id/books?id=6V4MEAAAQBAJ&pg=PA326&dq=sudwikatmono+risjad+empat&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwieoMHphvjuAhUg7XMBHb_WACwQ6AEwCXoECAkQAg#v=onepage&q=sudwikatmono%20risjad%20empat&f=false Strategi Meraih Keunggulan Kompetitif di Era Industri 4.0]</ref><ref>[https://books.google.co.id/books?id=McLXAAAAMAAJ&q=sudwikatmono+risjad+empat&dq=sudwikatmono+risjad+empat&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwieoMHphvjuAhUg7XMBHb_WACwQ6AEwAnoECAQQAg Ummat, Volume 3,Masalah 41-50]</ref> merupakan kongsi dagang dan industri antara 4 pengusaha: [[Sudono Salim]] (Liem Sioe Liong), [[Djuhar Sutanto]] (Liem Oen Kian), [[Ibrahim Risjad]] dan [[Sudwikatmono]] yang berkembang sejak awal dan tumbuh di era [[Orde Baru]]. Kelompok ini bisa dibilang merupakan kemitraan yang cukup sukses, dan telah menghasilkan perusahaan besar seperti [[Bogasari]] dan [[Indocement]]. Nama Kelompok Empat sendiri bukanlah ciptaan mereka, melainkan dari [[media massa]].<ref name="books.google.co.id">[https://books.google.co.id/books?id=GnKZBQAAQBAJ&pg=PA241&dq=indomobil+atang&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilmN7n-ffuAhXM7XMBHRw0CHkQ6AEwBHoECAYQAg#v=onepage&q=indomobil%20atang&f=false Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia]</ref>


Sesungguhnya, [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Soeharto]]-lah yang berperan besar dalam menyatukan mereka berempat. Bermula ketika pada 1960-an, Liem meminta Soeharto agar membantu bisnisnya. Soeharto menyarankan agar Liem mempertahankan dan membangun bisnisnya bersama rekan lamanya, Djuhar. Lalu, pada 1967, Soeharto memperkenalkan sepupunya, Sudwikatmono (Dwi) kepada Liem, yang pada saat itu butuh partner pribumi karena ia belum menjadi [[WNI]]. Selain itu, bergabung pula Risjad, seorang pengusaha asal [[Aceh]] yang sudah mengenal Djuhar dan Dwi sebelumnya.<ref>[https://tirto.id/sudwikatmono-sepupu-daripada-soeharto-mitra-bisnis-sudono-salim-f5s2 Sudwikatmono: Sepupu daripada Soeharto, Mitra Bisnis Sudono Salim]</ref> Menurut Liem dalam wawancara pada 1994, kongsi mereka sangatlah baik, dan mereka menjadi seperti pilar pada kursi yang penting untuk kestabilan. Masing-masing anggota memiliki tugas sendiri - menurut Risjad pada 1997, Liem memiliki tugas di bidang pengelolaan keuangan, Djuhar di bidang [[manajemen]], Dwi di kontak dengan pemerintah dan Risjad sendiri di bidang ''marketing''. Secara formal, Dwi pada 1990 menyatakan bahwa di PT Waringin ia adalah Direktur Utama, Liem adalah Presiden Komisaris, sedangkan Djuhar dan Risjad menjadi ''managing director''.<ref>[https://tirto.id/sudwikatmono-sepupu-daripada-soeharto-mitra-bisnis-sudono-salim-f5s2 Sudwikatmono: Sepupu daripada Soeharto, Mitra Bisnis Sudono Salim]</ref> Seorang pejabat Salim Group pernah menyatakan bahwa Liem adalah "[[bumi]]", Djuhar adalah "[[api]]" yang tidak kunjung padam, Risjad adalah "[[bulan]]" yang pintar melakukan harmonisasi dan melobi serta Dwi adalah "[[angin]]" yang pintar mempenetrasi [[birokrasi]]. Dwi misalnya dikabarkan punya hubungan baik dengan militer, sedangkan Risjad punya koneksi dengan salah satu menteri penting, [[Sumitro Djojohadikusumo]]. Masing-masing mendapat jatah saham dimana Liem-Djuhar masing-masing 40% dan Dwi-Risjad masing-masing 10% (awalnya 45-45-5-5%) di banyak perusahaan kerjasama mereka.<ReF>[https://books.google.co.id/books?id=CmBOAQAAIAAJ&q=sudwikatmono,+risjad,&dq=sudwikatmono,+risjad,&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwil15qfhvjuAhWDjeYKHWn3DoUQ6AEwBnoECAkQAg Far Eastern Economic Review]</ref> Kelompok bisnis ini, bisa dikatakan cukup solid dan tangguh menghadapi perkembangan zaman, terutama di awal berdirinya karena mampu saling bersinergi dengan tugas masing-masing. Sempat hampir pecah karena Djuhar mengeluh pada Liem di akhir 1970-an, tetapi kemudian rencana itu batal.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=2P7sAAAAMAAJ&q=the+gang+of+four+sudwikatmono&dq=the+gang+of+four+sudwikatmono&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwia7Nr87ffuAhXCeisKHdrBA-kQ6AEwAHoECAAQAQ Sudwikatmono: sebuah perjalanan di antara sahabat]</ref><ref>[https://books.google.co.id/books?id=GnKZBQAAQBAJ&pg=PA241&dq=indomobil+atang&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilmN7n-ffuAhXM7XMBHRw0CHkQ6AEwBHoECAYQAg#v=onepage&q=indomobil%20atang&f=false Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia]</ref>
Sesungguhnya, [[Presiden Indonesia|Presiden]] [[Soeharto]]-lah yang berperan besar dalam menyatukan mereka berempat. Bermula ketika pada 1960-an, Liem meminta Soeharto agar membantu bisnisnya. Soeharto menyarankan agar Liem mempertahankan dan membangun bisnisnya bersama rekan lamanya, Djuhar. Lalu, pada 1967, Soeharto memperkenalkan sepupunya, Sudwikatmono (Dwi) kepada Liem, yang pada saat itu butuh partner pribumi karena ia belum menjadi [[WNI]]. Selain itu, bergabung pula Risjad, seorang pengusaha asal [[Aceh]] yang sudah mengenal Djuhar dan Dwi sebelumnya.<ref name="tirto.id">[https://tirto.id/sudwikatmono-sepupu-daripada-soeharto-mitra-bisnis-sudono-salim-f5s2 Sudwikatmono: Sepupu daripada Soeharto, Mitra Bisnis Sudono Salim]</ref> Menurut Liem dalam wawancara pada 1994, kongsi mereka sangatlah baik, dan mereka menjadi seperti pilar pada kursi yang penting untuk kestabilan. Masing-masing anggota memiliki tugas sendiri - menurut Risjad pada 1997, Liem memiliki tugas di bidang pengelolaan keuangan, Djuhar di bidang [[manajemen]], Dwi di kontak dengan pemerintah dan Risjad sendiri di bidang pemasaran. Secara formal, Dwi pada 1990 menyatakan bahwa di PT Waringin ia adalah Direktur Utama, Liem adalah Presiden Komisaris, sedangkan Djuhar dan Risjad menjadi ''managing director''.<ref name="tirto.id"/> Seorang pejabat Salim Group pernah menyatakan bahwa Liem adalah "[[bumi]]", Djuhar adalah "[[api]]" yang tidak kunjung padam, Risjad adalah "[[bulan]]" yang pintar melakukan harmonisasi dan melobi serta Dwi adalah "[[angin]]" yang pintar mempenetrasi [[birokrasi]]. Dwi misalnya dikabarkan punya hubungan baik dengan militer, sedangkan Risjad punya koneksi dengan salah satu menteri penting, [[Sumitro Djojohadikusumo]]. Masing-masing mendapat jatah saham dimana Liem-Djuhar masing-masing 40% dan Dwi-Risjad masing-masing 10% (awalnya 45-45-5-5%) di banyak perusahaan kerjasama mereka.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=CmBOAQAAIAAJ&q=sudwikatmono,+risjad,&dq=sudwikatmono,+risjad,&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwil15qfhvjuAhWDjeYKHWn3DoUQ6AEwBnoECAkQAg Far Eastern Economic Review]</ref> Kelompok bisnis ini, bisa dikatakan cukup solid dan tangguh menghadapi perkembangan zaman, terutama di awal berdirinya karena mampu saling bersinergi dengan tugas masing-masing. Sempat hampir pecah karena Djuhar mengeluh pada Liem di akhir 1970-an, tetapi kemudian rencana itu batal.<ref name="books.google.co.id"/><ref>[https://books.google.co.id/books?id=2P7sAAAAMAAJ&q=the+gang+of+four+sudwikatmono&dq=the+gang+of+four+sudwikatmono&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwia7Nr87ffuAhXCeisKHdrBA-kQ6AEwAHoECAAQAQ Sudwikatmono: sebuah perjalanan di antara sahabat]</ref>
Bisnis mereka pertama kali dimulai dari PT Waringin Kentjana. Awalnya, perusahaan ini berbentuk [[persekutuan komanditer|CV]] bernama CV Waringin dan bergerak di bidang perdagangan, dimiliki oleh Djuhar. Pada tahun 1968, Liem masuk dan menyuntikkan modal ke perusahaan yang sedang bermasalah ini. Kemudian, masuk juga anak Liem, Andree Halim, Dwi dan Risjad, serta tentu saja keluarga Djuhar. PT Waringin kemudian tetap melanjutkan operasionalnya sebelumnya, dengan memperluas bidangnya di ekspor kopi, lada, karet, tengkawang, dan kopra, serta mengimpor gula dan beras. Pada tahun 1970-1971, PT Waringin mendirikan pabrik [[karet]] di [[Jambi]] dan [[Palembang]]. Waringin mampu memperluas bisnisnya karena mendapat kuota dan berbagai fasilitas, serta kredit dari bank pemerintah. Sempat isu fasilitas ini mendapat reaksi negatif dari masyarakat dan berusaha diusut, tetapi kemudian tidak berlanjut.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=oyYeAAAAMAAJ&q=sudwikatmono+risjad+empat&dq=sudwikatmono+risjad+empat&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjGr972hvjuAhWDjeYKHWn3DoU4ChDoATADegQIABAC Kisah sukses Liem Sioe Liong]</ref>Namun, bisnis utama Kelompok Empat kemudian ada dua: PT [[Bogasari]] Flour Mills dan PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE, kemudian menjadi [[Indocement]] Group). PT Bogasari didirikan pada tahun 1971, dan memiliki pabrik di [[Jakarta]] dan [[Surabaya]]. Hingga akhir Orde Baru, perusahaan ini bisa dibilang me[[monopoli]] perdagangan [[tepung terigu]] dan pengolahan [[gandum]] di Indonesia. Lalu perusahaan pertama Indocement, PT DICE didirikan pada tahun Agustus 1975,<reF>[http://sispro.co.id/id/pt-indocement-tunggal-prakarsa-tbk-1963.htm Indocement]</ref> dengan cepat menguasai bisnis [[semen]] di Tanah Air. Selanjutnya, Indocement memperluas operasionalnya dengan 5 perusahaan lain: PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE), PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PIICPE), PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE), PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIAICE), dan PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise.<ref>{{Cite web |url=https://indocement.co.id/v5/id/company/indocement-in-brief/ |title=Sekilas Indocement |access-date=2021-02-20 |archive-date=2021-01-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210125172846/https://indocement.co.id/v5/id/company/indocement-in-brief/ |dead-url=yes }}</ref> Kelompok bisnis ini dibantu oleh Soeharto dalam pemberian modal, fasilitas, insentif dan berbagai hal lainnya. Namun, sebagai bayaran dari fasilitas tersebut, misalnya ada kewajiban dari Soeharto agar 26% keuntungan Bogasari diberikan pada yayasannya.<Ref>[https://www.liputan6.com/news/read/410839/om-liem-dan-gurita-bisnisnya Om Liem dan Gurita Bisnisnya]</ref><Ref>[https://industri.kontan.co.id/news/gang-of-four-legenda-konglomerasi-orde-baru Gang of four, legenda konglomerasi orde baru]</ref><ref>[https://books.google.co.id/books?id=-A_MKbt9QIgC&pg=PA47&dq=the+gang+of+four+sudwikatmono&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwia7Nr87ffuAhXCeisKHdrBA-kQ6AEwBXoECAMQAg#v=onepage&q=the%20gang%20of%20four%20sudwikatmono&f=false The Rhythm of Strategy: A Corporate Biography of the Salim Group of Indonesia]</ref><Ref>[https://books.google.co.id/books?id=8XUMAQAAMAAJ&q=gang+of+four+bisnis&dq=gang+of+four+bisnis&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiErJiWhfjuAhVHU30KHSK0A-E4FBDoATAJegQICBAC Biografi politik presiden Republik Indonesia kedua, Soeharto: pembangunan & partisipasi]</ref>
Bisnis mereka pertama kali dimulai dari PT Waringin Kentjana. Awalnya, perusahaan ini berbentuk [[persekutuan komanditer|CV]] bernama CV Waringin dan bergerak di bidang perdagangan, dimiliki oleh Djuhar. Pada tahun 1968, Liem masuk dan menyuntikkan modal ke perusahaan yang sedang bermasalah ini. Kemudian, masuk juga anak Liem, Andree Halim, Dwi dan Risjad, serta tentu saja keluarga Djuhar. PT Waringin kemudian tetap melanjutkan operasionalnya sebelumnya, dengan memperluas bidangnya di ekspor kopi, lada, karet, tengkawang, dan kopra, serta mengimpor gula dan beras. Pada tahun 1970-1971, PT Waringin mendirikan pabrik [[karet]] di [[Jambi]] dan [[Palembang]]. Waringin mampu memperluas bisnisnya karena mendapat kuota dan berbagai fasilitas, serta kredit dari bank pemerintah. Sempat isu fasilitas ini mendapat reaksi negatif dari masyarakat dan berusaha diusut, tetapi kemudian tidak berlanjut.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=oyYeAAAAMAAJ&q=sudwikatmono+risjad+empat&dq=sudwikatmono+risjad+empat&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjGr972hvjuAhWDjeYKHWn3DoU4ChDoATADegQIABAC Kisah sukses Liem Sioe Liong]</ref> Namun, bisnis utama Kelompok Empat kemudian ada dua: PT [[Bogasari]] Flour Mills dan PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE, kemudian menjadi [[Indocement]] Group). PT Bogasari didirikan pada tahun 1971, dan memiliki pabrik di [[Jakarta]] dan [[Surabaya]]. Hingga akhir Orde Baru, perusahaan ini bisa dibilang me[[monopoli]] perdagangan [[tepung terigu]] dan pengolahan [[gandum]] di Indonesia. Lalu perusahaan pertama Indocement, PT DICE didirikan pada tahun Agustus 1975,<ref>[http://sispro.co.id/id/pt-indocement-tunggal-prakarsa-tbk-1963.htm Indocement]</ref> dengan cepat menguasai bisnis [[semen]] di Tanah Air. Selanjutnya, Indocement memperluas operasionalnya dengan 5 perusahaan lain: PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE), PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PIICPE), PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE), PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIAICE), dan PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise.<ref>{{Cite web |url=https://indocement.co.id/v5/id/company/indocement-in-brief/ |title=Sekilas Indocement |access-date=2021-02-20 |archive-date=2021-01-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210125172846/https://indocement.co.id/v5/id/company/indocement-in-brief/ |dead-url=yes }}</ref> Kelompok bisnis ini dibantu oleh Soeharto dalam pemberian modal, fasilitas, insentif dan berbagai hal lainnya. Namun, sebagai bayaran dari fasilitas tersebut, misalnya ada kewajiban dari Soeharto agar 26% keuntungan Bogasari diberikan pada yayasannya.<ref>[https://www.liputan6.com/news/read/410839/om-liem-dan-gurita-bisnisnya Om Liem dan Gurita Bisnisnya]</ref><ref>[https://industri.kontan.co.id/news/gang-of-four-legenda-konglomerasi-orde-baru Gang of four, legenda konglomerasi orde baru]</ref><ref>[https://books.google.co.id/books?id=-A_MKbt9QIgC&pg=PA47&dq=the+gang+of+four+sudwikatmono&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwia7Nr87ffuAhXCeisKHdrBA-kQ6AEwBXoECAMQAg#v=onepage&q=the%20gang%20of%20four%20sudwikatmono&f=false The Rhythm of Strategy: A Corporate Biography of the Salim Group of Indonesia]</ref><ref>[https://books.google.co.id/books?id=8XUMAQAAMAAJ&q=gang+of+four+bisnis&dq=gang+of+four+bisnis&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiErJiWhfjuAhVHU30KHSK0A-E4FBDoATAJegQICBAC Biografi politik presiden Republik Indonesia kedua, Soeharto: pembangunan & partisipasi]</ref>


''Partnership'' keempat pengusaha ini tetap berjalan dan makin meluas, misalnya dengan semuanya menjadi pemegang saham di beberapa bisnis secara bersama. Pada akhir 1970-an, kongsi ini bersama dengan [[Ciputra]] membangun properti di bawah PT [[Metland|Metropolitan Development]] dengan nama [[Pondok Indah]].<reF>[https://m.merdeka.com/sudono-salim/profil/ Sudono Salim Pengusaha]</ref> Lalu, ketika [[Indofood]] didirikan pada 1994, 4 pengusaha ini juga punya saham di sana.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=6hxqDwAAQBAJ&pg=PT260&dq=the+gang+of+four+indocement+bogasari&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi0wrHU9_fuAhW_7XMBHVWaAAsQ6AEwAXoECAYQAg#v=onepage&q=the%20gang%20of%20four%20indocement%20bogasari&f=false Liem Sioe Liong's Salim Group]</ref> Pada tahun 1980an dan 1990an, kongsi keempatnya dianggap sebagai kongsi bisnis terkuat di Indonesia.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=VepwAAAAMAAJ&q=the+gang+of+four+sudwikatmono&dq=the+gang+of+four+sudwikatmono&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiOqIzk-PfuAhXTAnIKHciyB944FBDoATAJegQIBRAC Megawati harus tetap jadi presiden: 62 alasan kenapa kita harus tetap memilih Megawati]</ref> Liem tampaknya berusaha mengikutsertakan mereka dalam banyak perusahaannya: misalnya, bisnis Liem di [[Hong Kong]] bernama [[First Pacific]] kemudian juga mengikutsertakan Dwi, Djuhar dan Risjad sebagai pimpinannya dan pemegang saham.<Ref>[https://books.google.co.id/books?id=V_4KAQAAMAAJ&q=first+pacific+risjad&dq=first+pacific+risjad&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj2qOKc-ffuAhWUbysKHQYACvUQ6AEwAHoECAYQAg Asiaweek, Volume 14]</ref><Ref>[https://books.google.co.id/books?hl=id&id=RPFwAAAAMAAJ&dq=first+pacific+sudwikatmono&focus=searchwithinvolume&q=sudwikatmono Indonesia's Interregnum: A Tortuous Transition to Democratic Development]</ref>
''Partnership'' keempat pengusaha ini tetap berjalan dan makin meluas, misalnya dengan semuanya menjadi pemegang saham di beberapa bisnis secara bersama. Pada akhir 1970-an, kongsi ini bersama dengan [[Ciputra]] membangun properti di bawah PT [[Metland|Metropolitan Development]] dengan nama [[Pondok Indah]].<ref>[https://m.merdeka.com/sudono-salim/profil/ Sudono Salim Pengusaha]</ref> Lalu, ketika [[Indofood]] didirikan pada 1994, 4 pengusaha ini juga punya saham di sana.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=6hxqDwAAQBAJ&pg=PT260&dq=the+gang+of+four+indocement+bogasari&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi0wrHU9_fuAhW_7XMBHVWaAAsQ6AEwAXoECAYQAg#v=onepage&q=the%20gang%20of%20four%20indocement%20bogasari&f=false Liem Sioe Liong's Salim Group]</ref> Pada tahun 1980an dan 1990an, kongsi keempatnya dianggap sebagai kongsi bisnis terkuat di Indonesia.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=VepwAAAAMAAJ&q=the+gang+of+four+sudwikatmono&dq=the+gang+of+four+sudwikatmono&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiOqIzk-PfuAhXTAnIKHciyB944FBDoATAJegQIBRAC Megawati harus tetap jadi presiden: 62 alasan kenapa kita harus tetap memilih Megawati]</ref> Liem tampaknya berusaha mengikutsertakan mereka dalam banyak perusahaannya: misalnya, bisnis Liem di [[Hong Kong]] bernama [[First Pacific]] kemudian juga mengikutsertakan Dwi, Djuhar dan Risjad sebagai pimpinannya dan pemegang saham.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=V_4KAQAAMAAJ&q=first+pacific+risjad&dq=first+pacific+risjad&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwj2qOKc-ffuAhWUbysKHQYACvUQ6AEwAHoECAYQAg Asiaweek, Volume 14]</ref><ref>[https://books.google.co.id/books?hl=id&id=RPFwAAAAMAAJ&dq=first+pacific+sudwikatmono&focus=searchwithinvolume&q=sudwikatmono Indonesia's Interregnum: A Tortuous Transition to Democratic Development]</ref>


Memasuki tahun 1980an, masing-masing dari mereka juga membangun bisnis sendiri. Liem misalnya berusaha mengembangkan banknya, [[Bank Central Asia]] bersama [[Mochtar Riady]] dan membeli perusahaan mobil milik [[Atang Latif]], [[Indomobil]].<reF>[https://books.google.co.id/books?id=GnKZBQAAQBAJ&pg=PA241&dq=indomobil+atang&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilmN7n-ffuAhXM7XMBHRw0CHkQ6AEwBHoECAYQAg#v=onepage&q=indomobil%20atang&f=false Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia]</ref> Djuhar merintis bisnis di [[Singapura]] dan [[Tiongkok]], dan sementara itu, Dwi memiliki Grup Subentra yang bergerak terutama di [[perfilman]] dan Dwi Golden Graha yang bergerak di [[ritel]]. Tak ketinggalan Risjad, ia pada 1980-an juga merintis kelompok bisnis yang dikenal dengan nama [[Risjadson]], bergerak di bidang industri, [[keuangan]] dan lainnya. Mulai tahun 1990, menurut Liem sudah seharusnya kerjasama mereka dikurangi agar mereka bisa fokus dalam bisnis masing-masing. Menurut Liem, bisnis mereka sudah terlalu besar alangkah lebih baiknya jika mereka mulai berusaha bergerak secara independen. Namun, mereka masih akan tetap bekerjasama sebagai misalnya manajemen di perusahaan mereka atau memiliki kantor yang berdekatan agar mudah berdiskusi. Lalu, jika ada kesulitan, mereka juga saling membantu. Hal ini karena mereka sudah berkomitmen, jika sudah bekerjasama maka diharapkan akan abadi.<Ref>[https://books.google.co.id/books?id=2P7sAAAAMAAJ&q=gang+of+four+bisnis&dq=gang+of+four+bisnis&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjZtYG5_vfuAhXO4XMBHRaDBDEQ6AEwAnoECAEQAQ Sudwikatmono: sebuah perjalanan di antara sahabat]</ref><ref>[https://books.google.co.id/books?id=GnKZBQAAQBAJ&pg=PA241&dq=indomobil+atang&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilmN7n-ffuAhXM7XMBHRw0CHkQ6AEwBHoECAYQAg#v=onepage&q=indomobil%20atang&f=false Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia]</ref> Seiring bisnis tersebut, maka kemudian Bogasari dan Indocement menjadi lebih identik dengan Liem sebagai pemegang saham utamanya, yang dikelompokkan dalam kelompok usaha [[Salim Group]], yang diperkirakan pada 1990-an memiliki 500 [[anak perusahaan]]. Namun, walaupun demikian, nama Dwi, Risjad dan Djuhar (atau anak-anaknya) tetap menjadi eksekutif dan petinggi-petinggi di perusahaan mereka atau Salim Grup.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=nOfsAAAAMAAJ&q=gang+of+four+bisnis&dq=gang+of+four+bisnis&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjZtYG5_vfuAhXO4XMBHRaDBDEQ6AEwBHoECAMQAg Perkembangan dunia usaha, organisasi bisnis, dan ekonomi di Indonesia, 1950-2000]</ref>
Memasuki tahun 1980an, masing-masing dari mereka juga membangun bisnis sendiri. Liem misalnya berusaha mengembangkan banknya, [[Bank Central Asia]] bersama [[Mochtar Riady]] dan membeli perusahaan mobil milik [[Atang Latif]], [[Indomobil]].<ref name="books.google.co.id"/> Djuhar merintis bisnis di [[Singapura]] dan [[Tiongkok]], dan sementara itu, Dwi memiliki Grup Subentra yang bergerak terutama di [[perfilman]] dan Dwi Golden Graha yang bergerak di [[ritel]]. Tak ketinggalan Risjad, ia pada 1980-an juga merintis kelompok bisnis yang dikenal dengan nama [[Risjadson]], bergerak di bidang industri, [[keuangan]] dan lainnya. Mulai tahun 1990, menurut Liem sudah seharusnya kerjasama mereka dikurangi agar mereka bisa fokus dalam bisnis masing-masing. Menurut Liem, bisnis mereka sudah terlalu besar alangkah lebih baiknya jika mereka mulai berusaha bergerak secara independen. Namun, mereka masih akan tetap bekerjasama sebagai misalnya manajemen di perusahaan mereka atau memiliki kantor yang berdekatan agar mudah berdiskusi. Lalu, jika ada kesulitan, mereka juga saling membantu. Hal ini karena mereka sudah berkomitmen, jika sudah bekerjasama maka diharapkan akan abadi.<ref name="books.google.co.id"/><ref>[https://books.google.co.id/books?id=2P7sAAAAMAAJ&q=gang+of+four+bisnis&dq=gang+of+four+bisnis&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjZtYG5_vfuAhXO4XMBHRaDBDEQ6AEwAnoECAEQAQ Sudwikatmono: sebuah perjalanan di antara sahabat]</ref> Seiring bisnis tersebut, maka kemudian Bogasari dan Indocement menjadi lebih identik dengan Liem sebagai pemegang saham utamanya, yang dikelompokkan dalam kelompok usaha [[Salim Group]], yang diperkirakan pada 1990-an memiliki 500 [[anak perusahaan]]. Namun, walaupun demikian, nama Dwi, Risjad dan Djuhar (atau anak-anaknya) tetap menjadi eksekutif dan petinggi-petinggi di perusahaan mereka atau Salim Grup.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=nOfsAAAAMAAJ&q=gang+of+four+bisnis&dq=gang+of+four+bisnis&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjZtYG5_vfuAhXO4XMBHRaDBDEQ6AEwBHoECAMQAg Perkembangan dunia usaha, organisasi bisnis, dan ekonomi di Indonesia, 1950-2000]</ref>


Pasca [[krisis finansial Asia 1997|krisis ekonomi 1997-1998]], bisnis keempatnya menjadi goyang dan hampir semuanya (kecuali Djuhar yang lebih banyak di luar negeri) menderita hutang yang amat besar.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=McLXAAAAMAAJ&q=Dua+dari+mereka+,+diberitakan+tengah+dirundung+masalah+.&dq=Dua+dari+mereka+,+diberitakan+tengah+dirundung+masalah+.&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiluIXVhvjuAhVObysKHZIQDN8Q6AEwAHoECAUQAg Ummat, Volume 3,Masalah 41-50]</ref> Masing-masing konglomerasi mengalami restrukturisasi dan perubahan radikal. Keempatnya tidak lagi kemudian memegang manajemen perusahaan Kelompok Empat, perusahaan Salim Group atau bahkan perusahaan sendiri, dan lebih memilih menyerahkan ke anaknya. Misalnya, kini anak Liem [[Anthony Salim]] dan anak Dwi, [[Agus Lasmono Sudwikatmono]] memegang konglomerasi masing-masing. Perusahaan-perusahaan mereka banyak dijual, ditutup dan diserahkan ke [[BPPN]], seperti Indocement yang dijual ke perusahaan [[Jerman]] [[HeidelbergCement]]. Bahkan, Liem dan Djuhar mengalami pecah kongsi pada sejumlah perusahaan mereka di luar negeri serta saling menggugat pada 2002,<Ref>[https://majalah.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/82189/bila-tali-persahabatan-tak-lagi-kencang Bila Tali Persahabatan Tidak Lagi Kencang]</ref> dan kemudian posisi Djuhar digantikan anaknya, Tedy Djuhar.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=GnKZBQAAQBAJ&pg=PA241&dq=indomobil+atang&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwilmN7n-ffuAhXM7XMBHRw0CHkQ6AEwBHoECAYQAg#v=onepage&q=indomobil%20atang&f=false Liem Sioe Liong's Salim Group: The Business Pillar of Suharto's Indonesia]</ref> Walaupun demikian, menantu Liem, [[Franciscus Welirang]] sempat membantah isu perpecahan ini.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=gPgVAQAAMAAJ&q=gang+of+four+djuhar&dq=gang+of+four+djuhar&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiLzpnD-ffuAhWhkOYKHUhwASEQ6AEwAXoECAIQAg BPPN: the end]</ref><ref>[https://books.google.co.id/books?id=VflXAAAAMAAJ&q=the+gang+of+four+sudwikatmono&dq=the+gang+of+four+sudwikatmono&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwia7Nr87ffuAhXCeisKHdrBA-kQ6AEwA3oECAUQAg Eksekutif, Masalah 281-286]</ref> Pada tahun 2004, akhirnya BPPN menyatakan Dwi, Risjad dan Salim sudah lepas dari hutang mereka, terutama di [[BLBI]] dan hutang lainnya.<reF>[https://books.google.co.id/books?id=XHviAAAAMAAJ&q=SKL+sudwikatmono+risjad+salim&dq=SKL+sudwikatmono+risjad+salim&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjirqyL_vfuAhXSX3wKHeAaBf8Q6AEwAHoECAMQAg Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 17,Masalah 7-8]</ref> Krisis 1997-1998 bisa dikatakan telah mengakhiri kerjasama mereka. Walaupun mereka diantaranya masih ada yang memegang saham bersama, misalnya di Indocement namun saat ini semuanya sudah lebih fokus dengan bisnis masing-masing.<Ref>[https://books.google.co.id/books?hl=id&id=rK3iAAAAMAAJ&dq=gang+of+four+bisnis&focus=searchwithinvolume&q=four Eksekutif, Masalah 305-310]</ref> Dengan kematian Djuhar pada 2018, maka saat ini tidak ada lagi dari mereka yang hidup. Sebelumnya Dwi meninggal pada 2011, sedangkan Risjad dan Liem wafat pada Februari dan Juli 2012.<ref>[https://www.beritasatu.com/ekonomi/53259/om-liem-susul-2-anggota-the-gank-of-four Om Liem Susul 2 Anggota The Gank of Four]</ref>
Pasca [[krisis finansial Asia 1997|krisis ekonomi 1997-1998]], bisnis keempatnya menjadi goyang dan hampir semuanya (kecuali Djuhar yang lebih banyak di luar negeri) menderita hutang yang amat besar.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=McLXAAAAMAAJ&q=Dua+dari+mereka+,+diberitakan+tengah+dirundung+masalah+.&dq=Dua+dari+mereka+,+diberitakan+tengah+dirundung+masalah+.&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiluIXVhvjuAhVObysKHZIQDN8Q6AEwAHoECAUQAg Ummat, Volume 3,Masalah 41-50]</ref> Masing-masing konglomerasi mengalami restrukturisasi dan perubahan radikal. Keempatnya tidak lagi kemudian memegang manajemen perusahaan Kelompok Empat, perusahaan Salim Group atau bahkan perusahaan sendiri, dan lebih memilih menyerahkan ke anaknya. Misalnya, kini anak Liem [[Anthony Salim]] dan anak Dwi, [[Agus Lasmono Sudwikatmono]] memegang konglomerasi masing-masing. Perusahaan-perusahaan mereka banyak dijual, ditutup dan diserahkan ke [[BPPN]], seperti Indocement yang dijual ke perusahaan [[Jerman]] [[HeidelbergCement]]. Bahkan, Liem dan Djuhar mengalami pecah kongsi pada sejumlah perusahaan mereka di luar negeri serta saling menggugat pada 2002,<ref>[https://majalah.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/82189/bila-tali-persahabatan-tak-lagi-kencang Bila Tali Persahabatan Tidak Lagi Kencang]</ref> dan kemudian posisi Djuhar digantikan anaknya, Tedy Djuhar.<ref name="books.google.co.id"/> Walaupun demikian, menantu Liem, [[Franciscus Welirang]] sempat membantah isu perpecahan ini.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=gPgVAQAAMAAJ&q=gang+of+four+djuhar&dq=gang+of+four+djuhar&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiLzpnD-ffuAhWhkOYKHUhwASEQ6AEwAXoECAIQAg BPPN: the end]</ref><ref>[https://books.google.co.id/books?id=VflXAAAAMAAJ&q=the+gang+of+four+sudwikatmono&dq=the+gang+of+four+sudwikatmono&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwia7Nr87ffuAhXCeisKHdrBA-kQ6AEwA3oECAUQAg Eksekutif, Masalah 281-286]</ref> Pada tahun 2004, akhirnya BPPN menyatakan Dwi, Risjad dan Salim sudah lepas dari hutang mereka, terutama di [[BLBI]] dan hutang lainnya.<ref>[https://books.google.co.id/books?id=XHviAAAAMAAJ&q=SKL+sudwikatmono+risjad+salim&dq=SKL+sudwikatmono+risjad+salim&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjirqyL_vfuAhXSX3wKHeAaBf8Q6AEwAHoECAMQAg Dunia EKUIN dan PERBANKAN, Volume 17,Masalah 7-8]</ref> Krisis 1997-1998 bisa dikatakan telah mengakhiri kerjasama mereka. Walaupun mereka diantaranya masih ada yang memegang saham bersama, misalnya di Indocement namun saat ini semuanya sudah lebih fokus dengan bisnis masing-masing.<ref>[https://books.google.co.id/books?hl=id&id=rK3iAAAAMAAJ&dq=gang+of+four+bisnis&focus=searchwithinvolume&q=four Eksekutif, Masalah 305-310]</ref> Dengan kematian Djuhar pada 2018, maka saat ini tidak ada lagi dari mereka yang hidup. Sebelumnya Dwi meninggal pada 2011, sedangkan Risjad dan Liem wafat pada Februari dan Juli 2012.<ref>[https://www.beritasatu.com/ekonomi/53259/om-liem-susul-2-anggota-the-gank-of-four Om Liem Susul 2 Anggota The Gank of Four]</ref>


==Lihat juga==
==Lihat juga==

Revisi terkini sejak 11 Desember 2022 16.06

Kelompok Empat, atau dikenal dengan nama Gang of Four (ada juga yang menyebutnya Empat Serangkai/Sekawan atau Liem Investors),[1][2] merupakan kongsi dagang dan industri antara 4 pengusaha: Sudono Salim (Liem Sioe Liong), Djuhar Sutanto (Liem Oen Kian), Ibrahim Risjad dan Sudwikatmono yang berkembang sejak awal dan tumbuh di era Orde Baru. Kelompok ini bisa dibilang merupakan kemitraan yang cukup sukses, dan telah menghasilkan perusahaan besar seperti Bogasari dan Indocement. Nama Kelompok Empat sendiri bukanlah ciptaan mereka, melainkan dari media massa.[3]

Sesungguhnya, Presiden Soeharto-lah yang berperan besar dalam menyatukan mereka berempat. Bermula ketika pada 1960-an, Liem meminta Soeharto agar membantu bisnisnya. Soeharto menyarankan agar Liem mempertahankan dan membangun bisnisnya bersama rekan lamanya, Djuhar. Lalu, pada 1967, Soeharto memperkenalkan sepupunya, Sudwikatmono (Dwi) kepada Liem, yang pada saat itu butuh partner pribumi karena ia belum menjadi WNI. Selain itu, bergabung pula Risjad, seorang pengusaha asal Aceh yang sudah mengenal Djuhar dan Dwi sebelumnya.[4] Menurut Liem dalam wawancara pada 1994, kongsi mereka sangatlah baik, dan mereka menjadi seperti pilar pada kursi yang penting untuk kestabilan. Masing-masing anggota memiliki tugas sendiri - menurut Risjad pada 1997, Liem memiliki tugas di bidang pengelolaan keuangan, Djuhar di bidang manajemen, Dwi di kontak dengan pemerintah dan Risjad sendiri di bidang pemasaran. Secara formal, Dwi pada 1990 menyatakan bahwa di PT Waringin ia adalah Direktur Utama, Liem adalah Presiden Komisaris, sedangkan Djuhar dan Risjad menjadi managing director.[4] Seorang pejabat Salim Group pernah menyatakan bahwa Liem adalah "bumi", Djuhar adalah "api" yang tidak kunjung padam, Risjad adalah "bulan" yang pintar melakukan harmonisasi dan melobi serta Dwi adalah "angin" yang pintar mempenetrasi birokrasi. Dwi misalnya dikabarkan punya hubungan baik dengan militer, sedangkan Risjad punya koneksi dengan salah satu menteri penting, Sumitro Djojohadikusumo. Masing-masing mendapat jatah saham dimana Liem-Djuhar masing-masing 40% dan Dwi-Risjad masing-masing 10% (awalnya 45-45-5-5%) di banyak perusahaan kerjasama mereka.[5] Kelompok bisnis ini, bisa dikatakan cukup solid dan tangguh menghadapi perkembangan zaman, terutama di awal berdirinya karena mampu saling bersinergi dengan tugas masing-masing. Sempat hampir pecah karena Djuhar mengeluh pada Liem di akhir 1970-an, tetapi kemudian rencana itu batal.[3][6]

Bisnis mereka pertama kali dimulai dari PT Waringin Kentjana. Awalnya, perusahaan ini berbentuk CV bernama CV Waringin dan bergerak di bidang perdagangan, dimiliki oleh Djuhar. Pada tahun 1968, Liem masuk dan menyuntikkan modal ke perusahaan yang sedang bermasalah ini. Kemudian, masuk juga anak Liem, Andree Halim, Dwi dan Risjad, serta tentu saja keluarga Djuhar. PT Waringin kemudian tetap melanjutkan operasionalnya sebelumnya, dengan memperluas bidangnya di ekspor kopi, lada, karet, tengkawang, dan kopra, serta mengimpor gula dan beras. Pada tahun 1970-1971, PT Waringin mendirikan pabrik karet di Jambi dan Palembang. Waringin mampu memperluas bisnisnya karena mendapat kuota dan berbagai fasilitas, serta kredit dari bank pemerintah. Sempat isu fasilitas ini mendapat reaksi negatif dari masyarakat dan berusaha diusut, tetapi kemudian tidak berlanjut.[7] Namun, bisnis utama Kelompok Empat kemudian ada dua: PT Bogasari Flour Mills dan PT Distinct Indonesia Cement Enterprise (DICE, kemudian menjadi Indocement Group). PT Bogasari didirikan pada tahun 1971, dan memiliki pabrik di Jakarta dan Surabaya. Hingga akhir Orde Baru, perusahaan ini bisa dibilang memonopoli perdagangan tepung terigu dan pengolahan gandum di Indonesia. Lalu perusahaan pertama Indocement, PT DICE didirikan pada tahun Agustus 1975,[8] dengan cepat menguasai bisnis semen di Tanah Air. Selanjutnya, Indocement memperluas operasionalnya dengan 5 perusahaan lain: PT Perkasa Indonesia Cement Enterprise (PICE), PT Perkasa Indah Indonesia Cement Putih Enterprise (PIICPE), PT Perkasa Agung Utama Indonesia Cement Enterprise (PAUICE), PT Perkasa Inti Abadi Indonesia Cement Enterprise (PIAICE), dan PT Perkasa Abadi Mulia Indonesia Cement Enterprise.[9] Kelompok bisnis ini dibantu oleh Soeharto dalam pemberian modal, fasilitas, insentif dan berbagai hal lainnya. Namun, sebagai bayaran dari fasilitas tersebut, misalnya ada kewajiban dari Soeharto agar 26% keuntungan Bogasari diberikan pada yayasannya.[10][11][12][13]

Partnership keempat pengusaha ini tetap berjalan dan makin meluas, misalnya dengan semuanya menjadi pemegang saham di beberapa bisnis secara bersama. Pada akhir 1970-an, kongsi ini bersama dengan Ciputra membangun properti di bawah PT Metropolitan Development dengan nama Pondok Indah.[14] Lalu, ketika Indofood didirikan pada 1994, 4 pengusaha ini juga punya saham di sana.[15] Pada tahun 1980an dan 1990an, kongsi keempatnya dianggap sebagai kongsi bisnis terkuat di Indonesia.[16] Liem tampaknya berusaha mengikutsertakan mereka dalam banyak perusahaannya: misalnya, bisnis Liem di Hong Kong bernama First Pacific kemudian juga mengikutsertakan Dwi, Djuhar dan Risjad sebagai pimpinannya dan pemegang saham.[17][18]

Memasuki tahun 1980an, masing-masing dari mereka juga membangun bisnis sendiri. Liem misalnya berusaha mengembangkan banknya, Bank Central Asia bersama Mochtar Riady dan membeli perusahaan mobil milik Atang Latif, Indomobil.[3] Djuhar merintis bisnis di Singapura dan Tiongkok, dan sementara itu, Dwi memiliki Grup Subentra yang bergerak terutama di perfilman dan Dwi Golden Graha yang bergerak di ritel. Tak ketinggalan Risjad, ia pada 1980-an juga merintis kelompok bisnis yang dikenal dengan nama Risjadson, bergerak di bidang industri, keuangan dan lainnya. Mulai tahun 1990, menurut Liem sudah seharusnya kerjasama mereka dikurangi agar mereka bisa fokus dalam bisnis masing-masing. Menurut Liem, bisnis mereka sudah terlalu besar alangkah lebih baiknya jika mereka mulai berusaha bergerak secara independen. Namun, mereka masih akan tetap bekerjasama sebagai misalnya manajemen di perusahaan mereka atau memiliki kantor yang berdekatan agar mudah berdiskusi. Lalu, jika ada kesulitan, mereka juga saling membantu. Hal ini karena mereka sudah berkomitmen, jika sudah bekerjasama maka diharapkan akan abadi.[3][19] Seiring bisnis tersebut, maka kemudian Bogasari dan Indocement menjadi lebih identik dengan Liem sebagai pemegang saham utamanya, yang dikelompokkan dalam kelompok usaha Salim Group, yang diperkirakan pada 1990-an memiliki 500 anak perusahaan. Namun, walaupun demikian, nama Dwi, Risjad dan Djuhar (atau anak-anaknya) tetap menjadi eksekutif dan petinggi-petinggi di perusahaan mereka atau Salim Grup.[20]

Pasca krisis ekonomi 1997-1998, bisnis keempatnya menjadi goyang dan hampir semuanya (kecuali Djuhar yang lebih banyak di luar negeri) menderita hutang yang amat besar.[21] Masing-masing konglomerasi mengalami restrukturisasi dan perubahan radikal. Keempatnya tidak lagi kemudian memegang manajemen perusahaan Kelompok Empat, perusahaan Salim Group atau bahkan perusahaan sendiri, dan lebih memilih menyerahkan ke anaknya. Misalnya, kini anak Liem Anthony Salim dan anak Dwi, Agus Lasmono Sudwikatmono memegang konglomerasi masing-masing. Perusahaan-perusahaan mereka banyak dijual, ditutup dan diserahkan ke BPPN, seperti Indocement yang dijual ke perusahaan Jerman HeidelbergCement. Bahkan, Liem dan Djuhar mengalami pecah kongsi pada sejumlah perusahaan mereka di luar negeri serta saling menggugat pada 2002,[22] dan kemudian posisi Djuhar digantikan anaknya, Tedy Djuhar.[3] Walaupun demikian, menantu Liem, Franciscus Welirang sempat membantah isu perpecahan ini.[23][24] Pada tahun 2004, akhirnya BPPN menyatakan Dwi, Risjad dan Salim sudah lepas dari hutang mereka, terutama di BLBI dan hutang lainnya.[25] Krisis 1997-1998 bisa dikatakan telah mengakhiri kerjasama mereka. Walaupun mereka diantaranya masih ada yang memegang saham bersama, misalnya di Indocement namun saat ini semuanya sudah lebih fokus dengan bisnis masing-masing.[26] Dengan kematian Djuhar pada 2018, maka saat ini tidak ada lagi dari mereka yang hidup. Sebelumnya Dwi meninggal pada 2011, sedangkan Risjad dan Liem wafat pada Februari dan Juli 2012.[27]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]