Lompat ke isi

Antareja: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →‎Sifat: clean up
 
(11 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{noref}}
{{bukan|Anteraja}}
{{for|mesin|Antareja (mesin)}}
[[Berkas:Antareja Solo.JPG|thumb|300px|right|Wayang Antareja gaya [[Surakarta]].]]
{{Infobox tokoh wayang
'''Anantaraja''', atau yang lebih sering disingkat '''Antareja''', adalah salah satu tokoh pewayangan yang tidak terdapat dalam ''[[Mahabharata]]'' karena merupakan asli ciptaan para pujangga [[Jawa]]. Ia merupakan putra sulung [[Wrekodara]] atau [[Bimasena]] dari keluarga [[Pandawa]].
| gambar = Antareja Solo.JPG
| keterangan = Wayang Antareja gaya [[Surakarta]].
| keluarga = [[Werkudara]] (ayah){{br}}Nagini (ibu)
| istimewa = kulit kebal; mampu hidup dan berjalan di dalam tanah.
| gender = laki-laki
| daerah = Jawa
| nama = Antareja
}}
'''Anantaraja''', atau yang lebih sering disingkat '''Antareja''', adalah salah satu tokoh [[pewayangan]] [[Jawa]]. Antareja sering dikisahkan terlibat dengan tokoh-tokoh [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'', tetapi nama Antareja tidak terdapat dalam naskah ''[[Mahabharata]]'' karya [[Byasa|Krishna Dwaipayana Byasa]] dari [[India]], karena Antareja merupakan tokoh ciptaan para pujangga [[Jawa]]. Menurut pewayangan, ia merupakan putra sulung [[Werkudara]] atau [[Bimasena]] dari keluarga [[Pandawa]], sedangkan tidak ada catatan kisah demikian dalam naskah ''Mahabharata'' ber[[bahasa Sanskerta]] (terutama terjemahan [[Kisari Mohan Ganguli]] dan [[C. Rajagopalachari]]).


Dalam pewayangan klasik versi [[Surakarta]], Antareja merupakan nama lain dari [[Antasena]], sedangkan versi [[Yogyakarta]] menyebut Antasena sebagai adik lain ibu Antareja, selain [[Gatutkaca]]. Sementara itu dalam pewayangan zaman para dalang versi Surakarta umumnya juga mengisahkan Antareja dan Antasena sebagai dua orang tokoh yang berbeda.
Dalam pewayangan klasik versi [[Surakarta]], Antareja merupakan nama lain dari [[Antasena]], sedangkan versi [[Yogyakarta]] menyebut Antasena sebagai adik lain ibu Antareja, selain [[Gatutkaca]]. Sementara itu dalam pewayangan zaman sekarang (era modern) para dalang versi Surakarta umumnya juga mengisahkan Antareja dan Antasena sebagai dua orang tokoh yang berbeda.

Anantareja menjadi raja di negara Jangkarbumi bergelar Prabu Nagabaginda. Ia meninggal menjelang perang [[Bharatayuddha]] atas perintah [[Kresna|Prabu Kresna]] dengan cara menjilat telapak kakinya sebagai ''tabuk tawur'' (tumbal atau korban untuk kemenangan) keluarga [[Pandawa]] dalam perang ''[[Bharatayuddha]]''. Sebenarnya, kematian Antareja memang disengaja oleh para pujangga Jawa karena dalam ''Kakawin [[Bharatayuddha]]'' maupun naskah wiracarita ''[[Mahabharata]]'' tidak ada tokoh Antareja.


== Asal-Usul ==
== Asal-Usul ==
Antareja adalah putra sulung [[Bimasena]] yang lahir dari Nagagini putri [[Batara Anantaboga]], dewa bangsa ular. Perkawinan Bima dan Nagagini [ dalam lakon wayang ' Bale Sigala - Gala] terjadi setelah [[Pandawa]] selamat dalam peristiwa terbakarnya Bale Sigala - Gala yang dibuat [[Kurawa]] untuk membunuh [[Pandawa]]
Antareja adalah putra sulung [[Bimasena]] yang lahir dari Nagagini putri [[Antaboga|Batara Anantaboga]], dewa bangsa ular. Perkawinan Bima dan Nagagini (dalam lakon ''Bale Sigala-gala'') terjadi setelah [[Pandawa]] selamat dalam peristiwa terbakarnya Bale Sigala-gala yang dibuat [[Kurawa]] untuk membunuh [[Pandawa]]. Bima kemudian meninggalkan Nagagini dalam keadaan mengandung. Antareja lahir dan dibesarkan oleh Nagagini sampai ketika dewasa ia memutuskan untuk mencari ayah kandungnya. Dengan bekal pusaka Napakawaca pemberian Anantaboga dan Cincin Mustikabumi pemberian Nagagini, Antareja berangkat menuju [[Kerajaan Amarta]].


Di tengah jalan Antareja menemukan mayat seorang wanita yang dimuat dalam perahu tanpa pengemudi. Dengan menggunakan Napakawaca, Antareja menghidupkan wanita tersebut, yang tidak lain adalah [[Subadra|Sembadra]] istri [[Arjuna]]. Tiba-tiba muncul [[Gatutkaca]] menyerang Antareja. Gatutkaca memang sedang ditugasi untuk mengawasi mayat Subadra untuk menangkap pelaku pembunuhan terhadap bibinya itu. Subadra yang telah hidup kembali melerai kedua keponakannya itu dan saling memperkenalkan satu sama lain. Antareja dan Gatutkaca gembira atas pertemuan tersebut. Kedua putra Bima itu pun bekerja sama dan akhirnya berhasil menangkap pelaku pembunuhan Subadra yang sebenarnya, yaitu [[Burisrawa]].
Bima kemudian meninggalkan Nagagini dalam keadaan mengandung. Antareja lahir dan dibesarkan oleh Nagagini sampai ketika dewasa ia memutuskan untuk mencari ayah kandungnya. Dengan bekal pusaka Napakawaca pemberian Anantaboga dan Cincin Mustikabumi pemberian Nagagini, Antareja berangkat menuju [[Kerajaan Amarta]].


Kisah kemunculan Antareja untuk pertama kalinya tersebut dalam pewayangan [[Jawa]] biasa disebut dengan judul cerita ''Sembadra Larung''.
Di tengah jalan Antareja menemukan mayat seorang wanita yang dimuat dalam perahu tanpa pengemudi. Dengan menggunakan Napakawaca, Antareja menghidupkan wanita tersebut, yang tidak lain adalah [[Subadra]] istri [[Arjuna]].

Tiba-tiba muncul [[Gatutkaca]] menyerang Antareja. Gatutkaca memang sedang ditugasi untuk mengawasi mayat Subadra demi untuk menangkap pelaku pembunuhan terhadap bibinya itu. Subadra yang telah hidup kembali melerai kedua keponakannya itu dan saling memperkenalkan satu sama lain.

Antareja dan Gatutkaca gembira atas pertemuan tersebut. Kedua putra Bima itu pun bekerja sama dan akhirnya berhasil menangkap pelaku pembunuhan Subadra yang sebenarnya, yaitu [[Burisrawa]].

Kisah kemunculan Antareja untuk pertama kalinya tersebut dalam pewayangan [[Jawa]] biasa disebut dengan judul cerita ''Sumbadra Larung''.


== Kesaktian ==
== Kesaktian ==
Antareja memiliki Ajian Upas Anta pemberian Hyang Anantaboga. Lidahnya sangat sakti, makhluk apapun yang dijilat bekas telapak kakinya akan menemui kematian. Anatareja berkulit ''Napakawaca'', sehingga kebal terhadap senjata. Ia juga memiliki cincin Mustikabumi, pemberian ibunya, yang mempunyai kesaktian, menjauhkan dari kematian selama masih menyentuh bumi maupun tanah, dan dapat digunakan untuk menghidupkan kembali kematian di luar takdir. Kesaktian lain Anantareja dapat hidup dan berjalan di dalam bumi.
Antareja memiliki Ajian Upas Anta pemberian Batara Anantaboga. Lidahnya sangat sakti, makhluk apapun yang dijilat bekas telapak kakinya akan menemui kematian. Anatareja berkulit ''Napakawaca'', sehingga kebal terhadap senjata. Ia juga memiliki cincin Mustikabumi, pemberian ibunya, yang mempunyai kesaktian, menjauhkan dari kematian selama masih menyentuh bumi maupun tanah, dan dapat digunakan untuk menghidupkan kembali kematian di luar takdir. Kesaktian lain Anantareja dapat hidup dan berjalan di dalam bumi.


== Sifat ==
== Sifat ==
Anantareja memiliki sifat jujur, pendiam, sangat berbakti pada yang lebih tua dan sayang kepada yang muda, rela berkorban dan besar kepercayaanya kepada [[Tuhan|Sang Maha Pencipta]]. Ia menikah dengan Dewi Ganggi, putri Prabu Ganggapranawa, raja ular di Tawingnarmada, dan berputra Arya Danurwenda.
Anantareja memiliki sifat jujur, pendiam, sangat berbakti pada yang lebih tua dan sayang kepada yang muda, rela berkorban dan besar kepercayaanya kepada [[Tuhan|Sang Maha Pencipta]]. Ia menikah dengan Dewi Ganggi, putri Prabu Ganggapranawa, raja ular di Tawingnarmada, dan berputra Arya Danurwenda.

Setelah dewasa Anantareja menjadi raja di negara Jangkarbumi bergelar Prabu Nagabaginda. Ia meninggal menjelang perang [[Bharatayuddha]] atas perintah [[Kresna|Prabu Kresna]] dengan cara menjilat telapak kakinya sebagai Tumbal (korban untuk kemenangan) keluarga [[Pandawa]] dalam perang [[Bharatayuddha]]. Sebenarnya, kematian Antareja memang disengaja oleh para Pujangga Jawa karena dalam Kakawin [[Bharatayuddha]] maupun Kakawin [[Mahabharata]] tidak ada tokoh Antareja.

== Antareja ==

Catatan:tokoh ini sering juga digunakan untuk tokoh Danurwenda,anak Antareja yang mengabdi pada [[Parikesit]].



{{tokoh wayang}}
{{tokoh wayang}}


[[Kategori:Tokoh Mahabharata]]
[[Kategori:Tokoh wayang]]

Revisi terkini sejak 15 Desember 2022 16.05

Antareja
Wayang Antareja gaya Surakarta.
Tokoh pewayangan Jawa
Jenis kelaminlaki-laki
Keistimewaankulit kebal; mampu hidup dan berjalan di dalam tanah.
KeluargaWerkudara (ayah)
Nagini (ibu)

Anantaraja, atau yang lebih sering disingkat Antareja, adalah salah satu tokoh pewayangan Jawa. Antareja sering dikisahkan terlibat dengan tokoh-tokoh wiracarita Mahabharata, tetapi nama Antareja tidak terdapat dalam naskah Mahabharata karya Krishna Dwaipayana Byasa dari India, karena Antareja merupakan tokoh ciptaan para pujangga Jawa. Menurut pewayangan, ia merupakan putra sulung Werkudara atau Bimasena dari keluarga Pandawa, sedangkan tidak ada catatan kisah demikian dalam naskah Mahabharata berbahasa Sanskerta (terutama terjemahan Kisari Mohan Ganguli dan C. Rajagopalachari).

Dalam pewayangan klasik versi Surakarta, Antareja merupakan nama lain dari Antasena, sedangkan versi Yogyakarta menyebut Antasena sebagai adik lain ibu Antareja, selain Gatutkaca. Sementara itu dalam pewayangan zaman sekarang (era modern) para dalang versi Surakarta umumnya juga mengisahkan Antareja dan Antasena sebagai dua orang tokoh yang berbeda.

Anantareja menjadi raja di negara Jangkarbumi bergelar Prabu Nagabaginda. Ia meninggal menjelang perang Bharatayuddha atas perintah Prabu Kresna dengan cara menjilat telapak kakinya sebagai tabuk tawur (tumbal atau korban untuk kemenangan) keluarga Pandawa dalam perang Bharatayuddha. Sebenarnya, kematian Antareja memang disengaja oleh para pujangga Jawa karena dalam Kakawin Bharatayuddha maupun naskah wiracarita Mahabharata tidak ada tokoh Antareja.

Asal-Usul

[sunting | sunting sumber]

Antareja adalah putra sulung Bimasena yang lahir dari Nagagini putri Batara Anantaboga, dewa bangsa ular. Perkawinan Bima dan Nagagini (dalam lakon Bale Sigala-gala) terjadi setelah Pandawa selamat dalam peristiwa terbakarnya Bale Sigala-gala yang dibuat Kurawa untuk membunuh Pandawa. Bima kemudian meninggalkan Nagagini dalam keadaan mengandung. Antareja lahir dan dibesarkan oleh Nagagini sampai ketika dewasa ia memutuskan untuk mencari ayah kandungnya. Dengan bekal pusaka Napakawaca pemberian Anantaboga dan Cincin Mustikabumi pemberian Nagagini, Antareja berangkat menuju Kerajaan Amarta.

Di tengah jalan Antareja menemukan mayat seorang wanita yang dimuat dalam perahu tanpa pengemudi. Dengan menggunakan Napakawaca, Antareja menghidupkan wanita tersebut, yang tidak lain adalah Sembadra istri Arjuna. Tiba-tiba muncul Gatutkaca menyerang Antareja. Gatutkaca memang sedang ditugasi untuk mengawasi mayat Subadra untuk menangkap pelaku pembunuhan terhadap bibinya itu. Subadra yang telah hidup kembali melerai kedua keponakannya itu dan saling memperkenalkan satu sama lain. Antareja dan Gatutkaca gembira atas pertemuan tersebut. Kedua putra Bima itu pun bekerja sama dan akhirnya berhasil menangkap pelaku pembunuhan Subadra yang sebenarnya, yaitu Burisrawa.

Kisah kemunculan Antareja untuk pertama kalinya tersebut dalam pewayangan Jawa biasa disebut dengan judul cerita Sembadra Larung.

Kesaktian

[sunting | sunting sumber]

Antareja memiliki Ajian Upas Anta pemberian Batara Anantaboga. Lidahnya sangat sakti, makhluk apapun yang dijilat bekas telapak kakinya akan menemui kematian. Anatareja berkulit Napakawaca, sehingga kebal terhadap senjata. Ia juga memiliki cincin Mustikabumi, pemberian ibunya, yang mempunyai kesaktian, menjauhkan dari kematian selama masih menyentuh bumi maupun tanah, dan dapat digunakan untuk menghidupkan kembali kematian di luar takdir. Kesaktian lain Anantareja dapat hidup dan berjalan di dalam bumi.

Anantareja memiliki sifat jujur, pendiam, sangat berbakti pada yang lebih tua dan sayang kepada yang muda, rela berkorban dan besar kepercayaanya kepada Sang Maha Pencipta. Ia menikah dengan Dewi Ganggi, putri Prabu Ganggapranawa, raja ular di Tawingnarmada, dan berputra Arya Danurwenda.