Lompat ke isi

Pembuktian melalui deduksi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Kenrick95Bot (bicara | kontrib)
k Bot: perubahan kosmetika !
 
(24 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{gabung|Metode deduksi}}
'''Pembuktian melalui deduksi''' adalah sebuah [[nalar|jalan pemikiran]] yang menggunakan [[argumen|argumen-argumen]] deduktif untuk beralih dari [[premis|premis-premis]] yang ada, yang dianggap benar, kepada [[kesimpulan|kesimpulan-kesimpulan]], yang mestinya benar apabila premis-premisnya benar.<ref>[http://www.askoxford.com/results/?view=dev_dict&field-12668446=deduction&branch=13842570&textsearchtype=exact&sortorder=score%2Cname AskOxford], [http://www.bartleby.com/61/44/D0084400.html Bartleby], [http://dictionary.cambridge.org/define.asp?key=deduce*1+0&dict=A Cambridge Dictionary of American English], [http://m-w.com/dictionary/deduction Merriam-Webster].</ref>
'''Pembuktian melalui deduksi''' adalah sebuah [[nalar|jalan pemikiran]] yang menggunakan [[argumen|argumen-argumen]] deduktif untuk beralih dari [[premis|premis-premis]] yang ada, yang dianggap benar, kepada [[kesimpulan|kesimpulan-kesimpulan]], yang mestinya benar apabila premis-premisnya benar.<ref>[http://www.askoxford.com/results/?view=dev_dict&field-12668446=deduction&branch=13842570&textsearchtype=exact&sortorder=score%2Cname AskOxford] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080511145025/http://www.askoxford.com/results/?view=dev_dict&field-12668446=deduction&branch=13842570&textsearchtype=exact&sortorder=score%2Cname |date=2008-05-11 }}, [http://www.bartleby.com/61/44/D0084400.html Bartleby] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080509155726/http://www.bartleby.com/61/44/D0084400.html |date=2008-05-09 }}, [http://dictionary.cambridge.org/define.asp?key=deduce*1+0&dict=A Cambridge Dictionary of American English] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080623011224/http://dictionary.cambridge.org/define.asp?key=deduce*1+0&dict=A |date=2008-06-23 }}, [http://m-w.com/dictionary/deduction Merriam-Webster].</ref>


Contoh klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh [[Aristoteles]], ialah
Contoh klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh [[Aristoteles]], ialah
Baris 7: Baris 8:
* Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)
* Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)


Untuk pembahasan deduktif secara terinci seperti yang dipahami dalam [[filsafat]], lihat [[Logika]]. Untuk pembahasan teknis tentang deduksi seperti yang dipahami dalam [[matematika]], lihat [[logika matematika]].
Untuk pembahasan deduktif secara terinci seperti yang dipahami dalam [[filsafat]], lihat [[Logika]]. Untuk pembahasan teknis tentang deduksi seperti yang dipahami dalam [[matematika]], lihat [[logika matematika]].


Penalaran deduktif seringkali dikontraskan dengan [[induksi|penalaran induktif]], yang menggunakan sejumlah besar contoh partikulir lalu mengambil kesimpulan umum.
Penalaran deduktif sering kali dikontraskan dengan [[induksi|penalaran induktif]], yang menggunakan sejumlah besar contoh partikulir lalu mengambil kesimpulan umum.


== Latar belakang ==
== Latar belakang ==
Penalaran deduktif dikembangkan oleh [[Aristoteles]], [[Thales]], [[Pythagoras]], dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.<ref>[http://www-gap.dcs.st-and.ac.uk/~history/Biographies/Thales.html Thales of Miletus]</ref>
Penalaran deduktif dikembangkan oleh [[Aristoteles]], [[Thales]], [[Pythagoras]], dan para filsuf Yunani lainnya dari [[Zaman Klasik|Periode Klasik]] (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.<ref>{{Cite web |url=http://www-gap.dcs.st-and.ac.uk/~history/Biographies/Thales.html |title=Thales of Miletus |access-date=2008-07-18 |archive-date=2008-03-17 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080317065337/http://www-gap.dcs.st-and.ac.uk/~history/Biographies/Thales.html |dead-url=yes }}</ref>


Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.<ref>[http://www.investigativepsych.com/inductive.htm Brief Discussion on Inductive/Deductive Profiling]</ref>
Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.<ref>{{Cite web |url=http://www.investigativepsych.com/inductive.htm |title=Brief Discussion on Inductive/Deductive Profiling |access-date=2008-07-18 |archive-date=2008-05-23 |archive-url=https://web.archive.org/web/20080523125324/http://www.investigativepsych.com/inductive.htm |dead-url=yes }}</ref>


Alternatif dari penalaran deduktif adalah [[penalaran induktif]]. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.
Alternatif dari penalaran deduktif adalah [[penalaran induktif]]. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.


Penalaran deduktif memberlakukan ''prinsip-prinsip'' umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, [[Isaac Newton]] menyimpulkan [[Hukum Newton tentang gravitasi universal|teori daya tarik]]. Pada abad ke-19, [[Penemuan Neptunus|Adams dan LeVerrier]] menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, [[massa]], posisi, dan [[orbit]] [[Neptunus]] (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit [[Uranus]] yang diamati (data spesifik).
Penalaran deduktif memberlakukan ''prinsip-prinsip'' umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum. Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, [[Isaac Newton]] menyimpulkan [[Hukum Newton tentang gravitasi universal|teori daya tarik]]. Pada abad ke-19, [[Penemuan Neptunus|Adams dan LeVerrier]] menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, [[massa]], posisi, dan [[orbit]] [[Neptunus]] (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit [[Uranus]] yang diamati (data spesifik).


== Logika deduktif ==
== Logika deduktif ==
Penalaran deduktif didukung oleh logika deduktif.
Penalaran deduktif didukung oleh logika deduktif. Metode deduksi sifatnya pasti. Berikut ini adalah contoh logika deduksi:


;Premis 1: Semua manusia pasti mati
Misalnya:
:Apel adalah buah.
;Premis 2: Socrates adalah manusia
;Kesimpulan: Socrates pasti mati
:Semua buah tumbuh di pohon.
:Karena itu semua apel tumbuh di pohon.


"Socrates pasti mati" adalah kesimpulan atau konsekuensi dari dua premis sebelumnya. Jika premis 1 dan premis 2 benar, maka kesimpulannya juga benar.<ref name="induksi dan deduksi">{{Cite web |url=http://wisnuops.net/blog/induksi-dan-deduksi/ |title=Induksi dan Deduksi |access-date=2013-02-15 |archive-date=2014-10-04 |archive-url=https://web.archive.org/web/20141004180826/http://wisnuops.net/blog/induksi-dan-deduksi/ |dead-url=yes }}</ref>
Ata

:Apel adalah buah.
:Sebagian apel berwarna merah.
:Karena itu sebagian buah berwarna merah.

Premis yang pertama mungkin keliru, namun siapapun yang menerima premis ini dipaksa untuk menerima kesimpulannya.


== Deduksi alamiah ==
== Deduksi alamiah ==
{{Main|Deduksi alamiah}}
{{Main|Deduksi alamiah}}


Penalaran deduktif harus dibedakan dari konsep yang terkait yaitu [[deduksi alamiah]], sebuah pendekatan kepada teori pembuktian bahwa upaya-upaya untuk memberikan sebuah model penalaran logis yang formal sebagaimana ia terjadi "secara alamiah".
Penalaran deduktif harus dibedakan dari konsep yang terkait yaitu [[deduksi alamiah]], sebuah pendekatan kepada teori pembuktian bahwa upaya-upaya untuk memberikan sebuah model penalaran logis yang formal sebagaimana ia terjadi "secara alamiah".


== Rujukan budaya ==
== Rujukan budaya ==
Baris 52: Baris 46:


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
{{col-begin}}
{{col-break}}
* [[Bukti melalui abduksi]]
* [[Bukti melalui abduksi]]
* [[Analogi|Penalaran analogis]]
* [[Analogi|Penalaran analogis]]
Baris 60: Baris 52:
* [[Metode deduksi-hipotetis]]
* [[Metode deduksi-hipotetis]]
* [[Inquiry]]
* [[Inquiry]]
* [[Induksi matematika]]
* [[Penjelasan]]
* [[Pembuktian melalui abduksi]]
* [[Pembuktian melalui induksi]]
* [[Pembuktian melalui induksi]]
* [[Pembuktian melalui kontradiksi]]
* [[Pembuktian melalui kontradiksi]]
* [[Retroduksi|Pembuktian melalui retroduktif]]
{{col-break}}
* [[Konsekuensi logis]]
* [[Konsekuensi logis]]
* [[Kalkulus proposisional]]
* [[Metode ilmiah]]
* [[Bukti melalui retroduksi]]
* [[Metode ilmiah]]
* [[Soundness]]
* [[Soundness]]
{{col-end}}

{{logika-stub}}
{{logika-stub}}


[[Kategori:Pembuktian]]
[[Kategori:pembuktian matematis]]
[[Kategori:Istilah matematika]]
[[Kategori:Istilah matematika]]
[[Kategori:Istilah filsafat]]
[[Kategori:Istilah filsafat]]
[[Kategori:Penalaran]]


[[bg:Дедукция]]
[[bs:Dedukcija]]
[[cs:Dedukce]]
[[da:Deduktion]]
[[de:Deduktion]]
[[en:Deductive reasoning]]
[[es:Razonamiento deductivo]]
[[es:Razonamiento deductivo]]
[[et:Deduktsioon]]
[[fi:Deduktiivinen päättely]]
[[fr:Déduction logique]]
[[gl:Dedución]]
[[he:דדוקציה]]
[[hr:Dedukcija]]
[[hu:Dedukció]]
[[is:Afleiðsla]]
[[it:Deduzione]]
[[ja:演繹]]
[[ko:연역법]]
[[ko:연역법]]
[[lv:Deduktīvs slēdziens]]
[[mk:Дедукција]]
[[nl:Deductie]]
[[nn:Deduksjon]]
[[no:Deduksjon (filosofi)]]
[[pl:Rozumowanie dedukcyjne]]
[[pt:Método dedutivo]]
[[ro:Raţionament deductiv]]
[[ro:Raţionament deductiv]]
[[ru:Дедуктивное умозаключение]]
[[sh:Dedukcija]]
[[simple:Deductive reasoning]]
[[sl:Dedukcija]]
[[sr:Дедукција]]
[[sv:Deduktion]]
[[tr:Tümdengelim]]
[[uk:Дедукція]]
[[uz:Deduksiya]]
[[vi:Suy diễn logic]]
[[zh:演绎推理]]
[[zh-yue:數學推論法]]
[[zh-yue:數學推論法]]

Revisi terkini sejak 13 Januari 2023 09.57

Pembuktian melalui deduksi adalah sebuah jalan pemikiran yang menggunakan argumen-argumen deduktif untuk beralih dari premis-premis yang ada, yang dianggap benar, kepada kesimpulan-kesimpulan, yang mestinya benar apabila premis-premisnya benar.[1]

Contoh klasik dari penalaran deduktif, yang diberikan oleh Aristoteles, ialah

  • Semua manusia fana (pasti akan mati). (premis mayor)
  • Sokrates adalah manusia. (premis minor)
  • Sokrates pasti (akan) mati. (kesimpulan)

Untuk pembahasan deduktif secara terinci seperti yang dipahami dalam filsafat, lihat Logika. Untuk pembahasan teknis tentang deduksi seperti yang dipahami dalam matematika, lihat logika matematika.

Penalaran deduktif sering kali dikontraskan dengan penalaran induktif, yang menggunakan sejumlah besar contoh partikulir lalu mengambil kesimpulan umum.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.[2]

Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.[3]

Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari bukti-bukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum.

Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umum. Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newton menyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik).

Logika deduktif

[sunting | sunting sumber]

Penalaran deduktif didukung oleh logika deduktif. Metode deduksi sifatnya pasti. Berikut ini adalah contoh logika deduksi:

Premis 1
Semua manusia pasti mati
Premis 2
Socrates adalah manusia
Kesimpulan
Socrates pasti mati

"Socrates pasti mati" adalah kesimpulan atau konsekuensi dari dua premis sebelumnya. Jika premis 1 dan premis 2 benar, maka kesimpulannya juga benar.[4]

Deduksi alamiah

[sunting | sunting sumber]

Penalaran deduktif harus dibedakan dari konsep yang terkait yaitu deduksi alamiah, sebuah pendekatan kepada teori pembuktian bahwa upaya-upaya untuk memberikan sebuah model penalaran logis yang formal sebagaimana ia terjadi "secara alamiah".

Rujukan budaya

[sunting | sunting sumber]

Sherlock Holmes, detektif fiktif yang diciptakan oleh Sir Arthur Conan Doyle, terkenal karena rujukannya kepada penalaran deduktif dalam berbagai cerita Doyle. Namun kesimpulan- kesimpulannya yang paling terkenal jelas sekali adalah kasus-kasus abduksi.

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]
  • Vincent F. Hendricks, Thought 2 Talk: A Crash Course in Reflection and Expression, New York: Automatic Press / VIP, 2005, ISBN 87-991013-7-8
  • Zarefsky, David, Argumentation: The Study of Effective Reasoning Parts I and II, The Teaching Company 2002
  1. ^ AskOxford Diarsipkan 2008-05-11 di Wayback Machine., Bartleby Diarsipkan 2008-05-09 di Wayback Machine., Cambridge Dictionary of American English Diarsipkan 2008-06-23 di Wayback Machine., Merriam-Webster.
  2. ^ "Thales of Miletus". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-03-17. Diakses tanggal 2008-07-18. 
  3. ^ "Brief Discussion on Inductive/Deductive Profiling". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-23. Diakses tanggal 2008-07-18. 
  4. ^ "Induksi dan Deduksi". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-04. Diakses tanggal 2013-02-15. 

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]