Nga (aksara Bali): Perbedaan antara revisi
M. Adiputra (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
k →Referensi: pembersihan kosmetika dasar |
||
(8 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 4: | Baris 4: | ||
| Image = Bali Nga.png |
| Image = Bali Nga.png |
||
| Warga = kanthya |
| Warga = kanthya |
||
| Gantungan = |
| Gantungan = Gantungan Nga.png |
||
| Aksara = Bali |
| Aksara = Bali |
||
| Latin = Nga |
| Latin = Nga |
||
Baris 10: | Baris 10: | ||
| Unicode = 1B17 |
| Unicode = 1B17 |
||
}} |
}} |
||
'''Nga''' adalah salah satu ''[[aksara Bali#aksara wianjana (konsonan)|aksara wianjana]]'' (huruf [[konsonan]]) dalam sistem penulisan [[aksara Bali]], yang melambangkan bunyi {{IPA|/ŋ/}}. Jika dialihaksarakan menjadi [[huruf Latin]], maka aksara ini ditulis "Nga". |
'''Nga''' adalah salah satu ''[[aksara Bali#aksara wianjana (konsonan)|aksara wianjana]]'' (huruf [[konsonan]]) dalam sistem penulisan [[aksara Bali]], yang melambangkan bunyi {{IPA|/ŋ/}}. Jika dialihaksarakan menjadi [[huruf Latin]], maka aksara ini ditulis "Nga". |
||
== Fonem == |
== Fonem == |
||
Nga adalah salah satu [[konsonan sengau]] dalam aksara Bali. Nga bisa dibaca {{IPA|/ŋə/}} atau {{IPA|/ŋa/}}, dan hal itu tergantung kata yang diucap. |
Nga adalah salah satu [[konsonan sengau]] dalam aksara Bali. Nga bisa dibaca {{IPA|/ŋə/}} atau {{IPA|/ŋa/}}, dan hal itu tergantung kata yang diucap. |
||
== Penggunaan == |
== Penggunaan == |
||
⚫ | |||
⚫ | Bila dalam suatu kata terkandung bunyi {{IPA|/ŋ/}} pada suku kata terakhir (contoh: "bawang", "pasang", dll), maka huruf Nga dilekati oleh [[adeg-adeg]] untuk meniadakan bunyi {{IPA|/a/}} agar yang dibaca cuma {{IPA|/ŋ/}}. Untuk mewakili huruf Nga yang dilekati oleh adeg-adeg, maka dipakailah tanda [[cecek]]. Biasanya cecek ditulis di akhir kata. Cecek boleh ditulis di tengah kata, tetapi apabila mengikuti ketentuan dan syarat yang berlaku. |
||
⚫ | |||
⚫ | Bila huruf Nga digabungkan dengan gempelan [[Pa (aksara Bali)|Pa]], gantungan [[Ja (aksara Bali)|Ja]] dan gantungan [[Ma (aksara Bali)|Ma]], maka akan menjadi tanda [[pamada]]. Keempat aksara tersebut dipilih, sebab bila digabungkan akan membentuk kata "mangajapa", yang bermakna "semoga selamat tanpa rintangan". |
||
⚫ | Bila dalam suatu kata terkandung bunyi {{IPA|/ŋ/}} pada suku kata terakhir (contoh: "bawang", "pasang", dll), maka huruf Nga dilekati oleh [[adeg-adeg]] untuk meniadakan bunyi {{IPA|/a/}} agar yang dibaca cuma {{IPA|/ŋ/}}. Untuk mewakili huruf Nga yang dilekati oleh adeg-adeg, maka dipakailah tanda [[cecek]]. Biasanya cecek ditulis di akhir kata. Cecek boleh ditulis di tengah kata, |
||
⚫ | Bila huruf Nga digabungkan dengan gempelan [[Pa (aksara Bali)|Pa]], gantungan [[Ja (aksara Bali)|Ja]] dan gantungan [[Ma (aksara Bali)|Ma]], maka akan menjadi tanda [[pamada]]. Keempat aksara tersebut dipilih, sebab bila digabungkan akan membentuk kata "mangajapa", yang bermakna "semoga selamat tanpa rintangan". |
||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
||
Baris 30: | Baris 29: | ||
* Tinggen, I Nengah. 1993. ''Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali.'' Singaraja: UD. Rikha. |
* Tinggen, I Nengah. 1993. ''Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali.'' Singaraja: UD. Rikha. |
||
* Surada, I Made. 2007. ''Kamus Sanskerta-Indonesia.'' Surabaya: Penerbit Paramitha. |
* Surada, I Made. 2007. ''Kamus Sanskerta-Indonesia.'' Surabaya: Penerbit Paramitha. |
||
{{aksara bali}} |
{{aksara bali}} |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Huruf Bali]] |
||
[[jv:Nga (aksara Bali)]] |
Revisi terkini sejak 5 Februari 2023 01.22
Nga | |
Aksara Bali | |
Huruf Latin | Nga |
---|---|
IAST | Ṁa, Ṅa |
Fonem | [ŋ] |
Unicode | U+1B17 , U+ |
Warga aksara | kanthya |
Gantungan |
Nga adalah salah satu aksara wianjana (huruf konsonan) dalam sistem penulisan aksara Bali, yang melambangkan bunyi /ŋ/. Jika dialihaksarakan menjadi huruf Latin, maka aksara ini ditulis "Nga".
Fonem
[sunting | sunting sumber]Nga adalah salah satu konsonan sengau dalam aksara Bali. Nga bisa dibaca /ŋə/ atau /ŋa/, dan hal itu tergantung kata yang diucap.
Penggunaan
[sunting | sunting sumber]Penggunaan aksara Nga sama dengan penggunaan Nga (Dewanagari: ङ) dalam abjad bahasa Sanskerta. Dalam sistem penulisan dengan aksara Bali, Nga digunakan pada kata-kata yang mengandung bunyi /ŋ/, baik dari bahasa Bali, maupun bahasa non-Bali.
Bila dalam suatu kata terkandung bunyi /ŋ/ pada suku kata terakhir (contoh: "bawang", "pasang", dll), maka huruf Nga dilekati oleh adeg-adeg untuk meniadakan bunyi /a/ agar yang dibaca cuma /ŋ/. Untuk mewakili huruf Nga yang dilekati oleh adeg-adeg, maka dipakailah tanda cecek. Biasanya cecek ditulis di akhir kata. Cecek boleh ditulis di tengah kata, tetapi apabila mengikuti ketentuan dan syarat yang berlaku.
Bila huruf Nga digabungkan dengan gempelan Pa, gantungan Ja dan gantungan Ma, maka akan menjadi tanda pamada. Keempat aksara tersebut dipilih, sebab bila digabungkan akan membentuk kata "mangajapa", yang bermakna "semoga selamat tanpa rintangan".
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
- Surada, I Made. 2007. Kamus Sanskerta-Indonesia. Surabaya: Penerbit Paramitha.