Manunggul: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
k pembersihan kosmetika dasar, removed stub tag
 
(8 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Landschap Manunggul''' adalah sebuah [[divisi]] dari [[Kerajaan Tanah Bumbu]] yang wilayahnya meliputi Daerah Aliran [[Sungai Manunggul]] di [[Kalimantan Selatan]] yang kemudian sejak [[1846]] menjadi bagian dari pemerintahan [[Hindia Belanda|Belanda]] di [[Borneo Timur]]. Negeri Manunggul merupakan daerah pemerintahan sipil yang dikepalai seorang bumiputera yang termasuk dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang membawahi wilayah Borneo Timur di bawah kekuasaan [[Asisten Residen]] GH Dahmen yang berkedudukan di [[Samarinda]].
'''Landschap Manunggul''' adalah sebuah bahagian atau [[divisi]] dari [[Kerajaan Tanah Bumbu]] yang wilayahnya meliputi Daerah Aliran [[Sungai Manunggul]] di [[Kalimantan Selatan]] yang kemudian sejak [[1846]] menjadi bagian dari pemerintahan [[Hindia Belanda|Belanda]] di [[Borneo Timur]]. [[Landschap]] Manunggul merupakan daerah pemerintahan sipil yang dikepalai seorang bumiputera yang termasuk dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang membawahi wilayah Borneo Timur di bawah kekuasaan [[Asisten Residen]] GH Dahmen yang berkedudukan di [[Samarinda]].


Pemerintah swapraja daerah tersebut dikuasakan kepada seorang kepala bumiputera adalah Pangeran Muda Muhammad Arifillah (Aji Samarang).
Pemerintah swapraja daerah tersebut dikuasakan kepada seorang kepala bumiputera adalah Pangeran Muda Muhammad Arifillah (Aji Samarang).
Baris 7: Baris 7:


== Kampung-kampung ==
== Kampung-kampung ==
Menoenggoel memiliki luas 11 meter persegi. geogr. mil. Kota ini berbatasan dengan Tjengal di utara, di mana Soengei Pangerangan membentuk perbatasan, di sebelah barat dengan Bandjarmasin, di sebelah selatan dengan Sampanahan, di sebelah timur dengan teluk Pamukan. Menoenggoel diperintah oleh Punggawa Tatioep, mata pencaharian masyarakatnya terutama dari bidang perdagangan dan pertanian. Penguasa lokal di daerah ini, mengenakan pajak dan biaya tol untuk para pedagang yang melewati daerah ini dari wilayah Sampanahan ke Cantung. Daerah ini memiliki sumber daya alam berupa rotan yang melimpah. Kemudian dataran tinggi di daerah ini memiliki banyak cadangan emas. Sementara tanah pertanian, hanya sedikit yang dibudidayakan penduduk. Eksploitasi tradisional adalah untuk kepentingan Sulthan di Bandjamasin.<ref>{{cite book
Menoenggoel memiliki luas 11 meter persegi. geogr. mil. Kota ini berbatasan dengan Tjengal di utara, di mana Soengei Pangerangan membentuk perbatasan, di sebelah barat dengan Bandjarmasin, di sebelah selatan dengan Sampanahan, di sebelah timur dengan teluk Pamukan. Menoenggoel diperintah oleh Punggawa Tatioep, mata pencaharian masyarakatnya terutama dari bidang perdagangan dan pertanian. Penguasa lokal di daerah ini, mengenakan pajak dan biaya tol untuk para pedagang yang melewati daerah ini dari wilayah Sampanahan ke Cantung. Daerah ini memiliki sumber daya alam berupa rotan yang melimpah. Kemudian dataran tinggi di daerah ini memiliki banyak cadangan emas. Sementara tanah pertanian, hanya sedikit yang dibudidayakan penduduk.<ref>{{cite book
| lg= nl
| lg= nl
| pages= 32
| pages= 32
| url= https://books.google.co.id/books?id=LeU4eJn8ruwC&pg=PT3&dq=Igah+tanah-boemboe&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwi-_6qho4nqAhVeILcAHZq_BikQ6AEwAnoECAEQAg#v=onepage&q=Igah%20tanah-boemboe&f=false
| url= https://www.google.co.id/books/edition/Historische_geografische_en_statistieke/LeU4eJn8ruwC?hl=id&gbpv=1&dq=Woantang+tanah+boemboe&pg=PA33&printsec=frontcover
| title=Historische, geografische en statistieke aanteekeningen betreffende Tanah Boemboe: aangetroffen onder de bij het Gouvernement van Nederlandsch-Indië berustende papieren van C.A.L.M. Schwaner
| title=Historische, geografische en statistieke aanteekeningen betreffende Tanah Boemboe: aangetroffen onder de bij het Gouvernement van Nederlandsch-Indië berustende papieren van C.A.L.M. Schwaner
| volume= 1
| volume= 1
| author= C.A.L.M. Schwaner
| authorlink= Carl Schwaner
| first= C.A.L.M.
| last= Schwaner
| publisher=
| publisher=
| year= 1851
| year= 1851
}}</ref>
}}</ref>

Kampung-kampung di Kerajaan Manunggul
Kampung-kampung di Kerajaan Manunggul
# Kampong Badjan
# Kampong Badjan
# [[Manunggul Lama, Sungai Durian, Kotabaru | Soengei Manoenggoel]]
# [[Manunggul Lama, Sungai Durian, Kotabaru|Soengei Manoenggoel]]
Perkampungan Dayak
Perkampungan Dayak
# Sela Batoe
# Sela Batoe
Baris 26: Baris 29:
# Soengean
# Soengean
# Kantarang
# Kantarang
# Smalawi
# Smalawi <ref>{{cite book
| pages= 357
| url= https://books.google.co.id/books?id=pFdBAQAAMAAJ&pg=PA357&dq=Smalawi+tanah+boemboe&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwjlnaaVtInqAhXL6XMBHRpyDAUQ6AEwAHoECAkQAg#v=onepage&q=Smalawi%20tanah%20boemboe&f=false
| title= Aardrijkskundig en statistisch woordenboek van Nederlandsch Indië: bewerkt naar de jongste en beste berigten
| language= nl
| location= Dutch East Indies
| publisher= Van Kampen
| volume= 2
| year= 1869
}}</ref>
# Tengaroe
# Tengaroe


Baris 33: Baris 45:
# Pangeran Nata (Ratu Agung) bin Pangeran Prabu (1800-1820), sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan dan Manunggul. Pada saat itu sebagai Raja divisi Cengal diserahkan kepada Pangeran Seria.
# Pangeran Nata (Ratu Agung) bin Pangeran Prabu (1800-1820), sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan dan Manunggul. Pada saat itu sebagai Raja divisi Cengal diserahkan kepada Pangeran Seria.
# Pangeran Seria bin Pangeran Prabu (1800-?), sebagai Raja Cengal, Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul dan Cengal.
# Pangeran Seria bin Pangeran Prabu (1800-?), sebagai Raja Cengal, Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul dan Cengal.
# Gusti Besar binti Pangeran Prabu (1820-1830) atau (18xx-1825) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung, Batulicin. Gusti Besar berkedudukan di Cengal. Divisi Cantung dan Batulicin diserahkan/digabungkan kembalai atas persetujuan ahli waris setelah mangkatnya Ratu Intan I, puteri dari Ratu Mas. Gusti Besar menikahi Aji Raden yang bergelar Sultan Anom dari Kesultanan Pasir. Sultan Sulaiman dari Pasir menyerbu dan mengambil divisi Cengal, Manunggul, Bangkalaan, dan Cantung, tetapi kemudian dapat direbut kembali.
# Gusti Besar binti Pangeran Prabu (1820-1830) atau (18xx-1825) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung, Batulicin. Gusti Besar berkedudukan di Cengal. Divisi Cantung dan Batulicin diserahkan/digabungkan kembalai atas persetujuan ahli waris setelah mangkatnya Ratu Intan I, puteri dari Ratu Mas. Gusti Besar menikahi Aji Raden yang bergelar Sultan Anom dari Kesultanan Pasir. Sultan Sulaiman dari Pasir menyerbu dan mengambil divisi Cengal, Manunggul, Bangkalaan, dan Cantung, tetapi kemudian dapat direbut kembali.
# Punggawa Tatioep yang ditunjuk Adji Jawi
# Kepala divisi Cengal, Manunggul, Sampanahan yang diangkat Sultan Pasir
# Aji Jawi (1840) (putera Gusti Besar)(1825-1840): Pangeran Aji Jawi/Aji Djawa (1840-1841) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung dan Batulicin. Pada mulanya Cengal adalah daerah pertama yang berhasil direbut kembali, kemudian Manunggul dan Sampanahan. Divisi Cantung diperolehnya ketika ia menikahi Gusti Katapi puteri Gusti Muso, Raja Cantung sebelumnya yang ditunjuk ibunya. Divisi Bangkalaan diperolehnya ketika ia menikahi Gusti Kamil puteri dari Pangeran Muda (Gusti Kamir) Raja Bangkalaan sebelumnya yang ditunjuk ibunya. Belakangan divisi Sampanahan diserahkan kepada pamannya Pangeran Mangku (Gusti Ali) sebagai Raja Sampanahan yang memiliki pewaris laki-laki bernama Gusti Hina.
# Aji Jawi (1840) (putera Gusti Besar)(1825-1840): Pangeran Aji Jawi/Aji Djawa (1840-1841) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung dan Batulicin. Pada mulanya Cengal adalah daerah pertama yang berhasil direbut kembali, kemudian Manunggul dan Sampanahan. Divisi Cantung diperolehnya ketika ia menikahi Gusti Katapi puteri Gusti Muso, Raja Cantung sebelumnya yang ditunjuk ibunya. Divisi Bangkalaan diperolehnya ketika ia menikahi Gusti Kamil puteri dari Pangeran Muda (Gusti Kamir) Raja Bangkalaan sebelumnya yang ditunjuk ibunya. Belakangan divisi Sampanahan diserahkan kepada pamannya Pangeran Mangku (Gusti Ali) sebagai Raja Sampanahan yang memiliki pewaris laki-laki bernama Gusti Hina.
# Aji Tukul (Ratu Intan II/Ratu Agung) bin Aji Jawi(1845). Sekitar tahun [[1846]] sebagai Raja Bangkalaan, Manunggul dan Cengal. Aji Jawi dan Gusti Katapi memiliki anak bernama Aji Tukul dan Aji Landasan. Sedangkan Aji Jawi dan Gusti Kamil memiliki anak bernama Aji Mandura, yang menjadi Raja Cantung. Ratu Intan II menikahi Aji Pati bergelar Pangeran Agung berasal dari Pasir, yang mendampinginya memegang tampuk pemerintahan sampai meninggalnya tahun 1846. Pada tahun 1849 Aji Tukul/Ratu Intan II kemudian menikahi Pangeran Abdul Kadir yang menjadi Raja Kusan, Batulicin dan Pulau Laut.
# Aji Tukul (Ratu Intan II/Ratu Agung) bin Aji Jawi(1845). Sekitar tahun [[1846]] sebagai Raja Bangkalaan, Manunggul dan Cengal. Aji Jawi dan Gusti Katapi memiliki anak bernama Aji Tukul dan Aji Landasan. Sedangkan Aji Jawi dan Gusti Kamil memiliki anak bernama Aji Mandura, yang menjadi Raja Cantung. Ratu Intan II menikahi Aji Pati bergelar Pangeran Agung berasal dari Pasir, yang mendampinginya memegang tampuk pemerintahan sampai meninggalnya tahun 1846. Pada tahun 1849 Aji Tukul/Ratu Intan II kemudian menikahi Pangeran Abdul Kadir yang menjadi Raja Kusan, Batulicin dan Pulau Laut.
Baris 47: Baris 59:
== Catatan kaki ==
== Catatan kaki ==
{{reflist}}
{{reflist}}
{{indo-sejarah-stub}}


[[Kategori:Hindia Belanda]]
[[Kategori:Hindia Belanda]]
Baris 54: Baris 65:
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Manunggul]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara|Manunggul]]
[[Kategori:Bekas negara di Borneo]]
[[Kategori:Bekas negara di Borneo]]
[[Kategori:Sungai Durian, Kotabaru]]

Revisi terkini sejak 25 Februari 2023 11.07

Landschap Manunggul adalah sebuah bahagian atau divisi dari Kerajaan Tanah Bumbu yang wilayahnya meliputi Daerah Aliran Sungai Manunggul di Kalimantan Selatan yang kemudian sejak 1846 menjadi bagian dari pemerintahan Belanda di Borneo Timur. Landschap Manunggul merupakan daerah pemerintahan sipil yang dikepalai seorang bumiputera yang termasuk dalam pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang membawahi wilayah Borneo Timur di bawah kekuasaan Asisten Residen GH Dahmen yang berkedudukan di Samarinda.

Pemerintah swapraja daerah tersebut dikuasakan kepada seorang kepala bumiputera adalah Pangeran Muda Muhammad Arifillah (Aji Samarang).

Negeri Manunggul merupakan salah satu daerah landschap dalam Afdeeling Pasir en de Tanah Boemboe menurut Staatblaad tahun 1898 no. 178. Wilayahnya ini sekarang menjadi kecamatan Sungai Durian dan sekitarnya di Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Kampung-kampung[sunting | sunting sumber]

Menoenggoel memiliki luas 11 meter persegi. geogr. mil. Kota ini berbatasan dengan Tjengal di utara, di mana Soengei Pangerangan membentuk perbatasan, di sebelah barat dengan Bandjarmasin, di sebelah selatan dengan Sampanahan, di sebelah timur dengan teluk Pamukan. Menoenggoel diperintah oleh Punggawa Tatioep, mata pencaharian masyarakatnya terutama dari bidang perdagangan dan pertanian. Penguasa lokal di daerah ini, mengenakan pajak dan biaya tol untuk para pedagang yang melewati daerah ini dari wilayah Sampanahan ke Cantung. Daerah ini memiliki sumber daya alam berupa rotan yang melimpah. Kemudian dataran tinggi di daerah ini memiliki banyak cadangan emas. Sementara tanah pertanian, hanya sedikit yang dibudidayakan penduduk.[1]

Kampung-kampung di Kerajaan Manunggul

  1. Kampong Badjan
  2. Soengei Manoenggoel

Perkampungan Dayak

  1. Sela Batoe
  2. Poenti
  3. Woantang
  4. Soengean
  5. Kantarang
  6. Smalawi [2]
  7. Tengaroe

Kepala Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

  1. Pangeran Prabu (Sultan Sepuh, 1780-1800) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul dan Cengal. Ia memiliki anak: Pangeran Nata (Ratu Agung), Pangeran Seria, Pangeran Muda (Gusti Kamir), Gusti Mas Alim, Gusti Besar, Gusti Lanjong, Gusti Alif, Gusti Redja dan Gusti Ali (Pangeran Mangku Bumi/Gusti Bajau).
  2. Pangeran Nata (Ratu Agung) bin Pangeran Prabu (1800-1820), sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan dan Manunggul. Pada saat itu sebagai Raja divisi Cengal diserahkan kepada Pangeran Seria.
  3. Pangeran Seria bin Pangeran Prabu (1800-?), sebagai Raja Cengal, Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul dan Cengal.
  4. Gusti Besar binti Pangeran Prabu (1820-1830) atau (18xx-1825) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung, Batulicin. Gusti Besar berkedudukan di Cengal. Divisi Cantung dan Batulicin diserahkan/digabungkan kembalai atas persetujuan ahli waris setelah mangkatnya Ratu Intan I, puteri dari Ratu Mas. Gusti Besar menikahi Aji Raden yang bergelar Sultan Anom dari Kesultanan Pasir. Sultan Sulaiman dari Pasir menyerbu dan mengambil divisi Cengal, Manunggul, Bangkalaan, dan Cantung, tetapi kemudian dapat direbut kembali.
  5. Punggawa Tatioep yang ditunjuk Adji Jawi
  6. Aji Jawi (1840) (putera Gusti Besar)(1825-1840): Pangeran Aji Jawi/Aji Djawa (1840-1841) sebagai Raja Bangkalaan, Sampanahan, Manunggul, Cengal, Cantung dan Batulicin. Pada mulanya Cengal adalah daerah pertama yang berhasil direbut kembali, kemudian Manunggul dan Sampanahan. Divisi Cantung diperolehnya ketika ia menikahi Gusti Katapi puteri Gusti Muso, Raja Cantung sebelumnya yang ditunjuk ibunya. Divisi Bangkalaan diperolehnya ketika ia menikahi Gusti Kamil puteri dari Pangeran Muda (Gusti Kamir) Raja Bangkalaan sebelumnya yang ditunjuk ibunya. Belakangan divisi Sampanahan diserahkan kepada pamannya Pangeran Mangku (Gusti Ali) sebagai Raja Sampanahan yang memiliki pewaris laki-laki bernama Gusti Hina.
  7. Aji Tukul (Ratu Intan II/Ratu Agung) bin Aji Jawi(1845). Sekitar tahun 1846 sebagai Raja Bangkalaan, Manunggul dan Cengal. Aji Jawi dan Gusti Katapi memiliki anak bernama Aji Tukul dan Aji Landasan. Sedangkan Aji Jawi dan Gusti Kamil memiliki anak bernama Aji Mandura, yang menjadi Raja Cantung. Ratu Intan II menikahi Aji Pati bergelar Pangeran Agung berasal dari Pasir, yang mendampinginya memegang tampuk pemerintahan sampai meninggalnya tahun 1846. Pada tahun 1849 Aji Tukul/Ratu Intan II kemudian menikahi Pangeran Abdul Kadir yang menjadi Raja Kusan, Batulicin dan Pulau Laut.
  8. Aji Pati (Pangeran Agung) bin Sultan Sulaiman dari Pasir(1845-1846) sebagai Raja Bangkalaan, Manunggul dan Cengal.
  9. Aji Samarang (Pangeran Muda Muhammad Arifbillah) bin Aji Pati (1846-1883) Pangeran Muda atau lengkapnya Pangeran Muda Muhammad Arifillah Aji Samarang sebagai Raja Bangkalaan, Manunggul, Cengal.
  10. Pangeran Syarif Hasyim al-Qudsi, 24 Maret 1864.[3]
  11. Aji Mas Rawan (Raja Arga Kasuma) bin Aji Samarang(1884-1905) sebagai Raja Bangkalaan, Manunggul, dan Cengal.

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  • (Belanda) Utrechtsche bijdragen tot de geschiedenis, het staatsrecht en de economie van Nederlandsch-Indië, Volume 14

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]