Pemberontakan Mandor: Perbedaan antara revisi
k Menghapus Kategori:Federasi Kongsi; Menambah Kategori:Federasi kongsi menggunakan HotCat |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(7 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 6: | Baris 6: | ||
|place=[[Kalimantan]] |
|place=[[Kalimantan]] |
||
|date=23 Oktober 1884 - 5 Februari 1885 |
|date=23 Oktober 1884 - 5 Februari 1885 |
||
|result= |
|result={{plainlist| |
||
*Belanda menang. |
|||
[[Republik Lanfang]] dianeksasi oleh [[Hindia Belanda]] |
*[[Republik Lanfang]] dianeksasi oleh [[Hindia Belanda]]. |
||
⚫ | |||
}} |
|||
⚫ | |||
⚫ | |||
⚫ | |||
'''Didukung oleh:''' |
'''Didukung oleh:''' |
||
{{flagcountry|Dinasti Qing}} |
{{flagcountry|Dinasti Qing}} |
||
|commander1={{flagicon|NED}} A.J. Tengbergen<br>{{flagicon|NED}} L.T.H. Cranen<br>{{flagicon|NED}} Erik S. Shore<br>{{flagicon|NED}}Fredrik van Braam Morris |
|commander1={{flagicon|NED}} [[A.J. Tengbergen]]<br>{{flagicon|NED}} [[L.T.H. Cranen]]<br>{{flagicon|NED}} [[Erik S. Shore]]<br>{{flagicon|NED}}[[Fredrik van Braam Morris]] |
||
|commander2=[[ |
|commander2=[[Berkas:Lanfang Republic Reconstructed Flag.svg|25px]] [[Lin Ah Sin]]{{surrendered}}<br>[[Berkas:Lanfang Republic Reconstructed Flag.svg|25px]] [[Xelen Chi Tong]]{{WIA}} {{surrendered}}<br>[[Berkas:Lanfang Republic Reconstructed Flag.svg|25px]] [[Zhou Wu Li]]{{surrendered}}<br>[[Berkas:Lanfang Republic Reconstructed Flag.svg|25px]] [[Peng Shilun]] {{surrendered}}{{POW}} |
||
|strength1=4.000 |
|strength1=4.000 |
||
|strength2=10.000 |
|strength2=10.000 |
||
Baris 20: | Baris 22: | ||
|campaignbox= |
|campaignbox= |
||
|}} |
|}} |
||
⚫ | |||
'''Pemberontakan Mandor''' ({{lang-zh|工頭叛亂}}), disebut juga '''Perang Kongsi Ketiga''', adalah [[pemberontakan]] etnis [[Tionghoa Indonesia|Tionghoa]] yang dibantu [[suku Dayak]] melawan pemerintah [[Hindia Belanda]] pada tahun 1884 dan 1885.{{sfn|Heidhues|1996|p=109}} |
'''Pemberontakan Mandor''' ({{lang-zh|工頭叛亂}}), disebut juga '''Perang Kongsi Ketiga''', adalah [[pemberontakan]] etnis [[Tionghoa Indonesia|Tionghoa]] yang dibantu [[suku Dayak]] melawan pemerintah [[Hindia Belanda]] pada tahun 1884 dan 1885.{{sfn|Heidhues|1996|p=109}} |
||
Baris 25: | Baris 28: | ||
Kronologi di bawah ini merupakan sudut pandang Belanda; wilayah ini berada di bawah kekuasaan Belanda, tetapi diancam oleh pemberontakan. Sudut pandang pemberontak berbeda karena mereka menganggap dirinya sebagai pelindung terakhir [[Republik Lanfang]], [[federasi kongsi]] yang sudah berdiri sejak akhir abad ke-18, dari "serbuan Belanda" yang membubarkan negara tersebut pada 1884-85. |
Kronologi di bawah ini merupakan sudut pandang Belanda; wilayah ini berada di bawah kekuasaan Belanda, tetapi diancam oleh pemberontakan. Sudut pandang pemberontak berbeda karena mereka menganggap dirinya sebagai pelindung terakhir [[Republik Lanfang]], [[federasi kongsi]] yang sudah berdiri sejak akhir abad ke-18, dari "serbuan Belanda" yang membubarkan negara tersebut pada 1884-85. |
||
==Latar belakang== |
== Latar belakang == |
||
{{main|Republik Lanfang|Federasi |
{{main|Republik Lanfang|Federasi kongsi}} |
||
Di [[Kalimantan]] barat, orang-orang Tionghoa mendirikan permukiman tambang pertama pada tahun 1760 dan menyingkirkan para pemukim Belanda dan pangeran Melayu setempat, lalu mendirikan negara sendiri, [[Republik Lanfang]]. Republik Lanfang adalah satu dari tiga [[federasi kongsi]] terbesar yang menguasai Kalimantan barat. Pada tahun 1819, mereka terlibat konflik dengan pemerintahan Belanda yang baru dan dianggap "tidak sejalan" dengan program pemerintah, tetapi Belanda membutuhkan mereka untuk membangun daerah tersebut. Karena itu, daerah ini mengalami rentetan konflik sebelum pemberontakan besar pecah pada tahun 1884-1885. |
Di [[Kalimantan]] barat, orang-orang Tionghoa mendirikan permukiman tambang pertama pada tahun 1760 dan menyingkirkan para pemukim Belanda dan pangeran Melayu setempat, lalu mendirikan negara sendiri, [[Republik Lanfang]]. Republik Lanfang adalah satu dari tiga [[federasi kongsi]] terbesar yang menguasai Kalimantan barat. Pada tahun 1819, mereka terlibat konflik dengan pemerintahan Belanda yang baru dan dianggap "tidak sejalan" dengan program pemerintah, tetapi Belanda membutuhkan mereka untuk membangun daerah tersebut. Karena itu, daerah ini mengalami rentetan konflik sebelum pemberontakan besar pecah pada tahun 1884-1885. |
||
Sebagian besar federasi kongsi dibubarkan oleh Belanda usai [[Perang Kongsi]]. Republik Lanfang adalah salah satu federasi kongsi terakhir yang bertahan karena membuat kesepakatan otonomi dengan Belanda.{{sfn|Heidhues|1996|p=103}} Lanfang masih bisa memilih pemimpin sendiri, tetapi atas persetujuan Belanda. Pada pertengahan abad ke-19, Belanda berusaha membatasi kekuasaan Republik Lanfang.{{sfn|Heidhues|1996|p=103}} |
Sebagian besar federasi kongsi dibubarkan oleh Belanda usai [[Perang Kongsi]]. Republik Lanfang adalah salah satu federasi kongsi terakhir yang bertahan karena membuat kesepakatan otonomi dengan Belanda.{{sfn|Heidhues|1996|p=103}} Lanfang masih bisa memilih pemimpin sendiri, tetapi atas persetujuan Belanda. Pada pertengahan abad ke-19, Belanda berusaha membatasi kekuasaan Republik Lanfang.{{sfn|Heidhues|1996|p=103}} |
||
==Kronologi== |
== Kronologi == |
||
Ketika orang-orang Tionghoa di Mandor mendadak memberontak pada 23 Oktober 1884, Kontrolir De Rijk dan 4 atau 5 ajudannya tewas di dalam atau di dekat rumahnya. Pemberontakan meluas sangat cepat karena orang-orang Tionghoa dibantu oleh suku Dayak. Mereka segera membentuk kelompok bersenjata dan menyerang tentara patroli Belanda. Mereka dicap "[[geng]]" oleh pemerintah Belanda dan bisa dikelompokkan sebagai kelompok [[gerilya]]. |
Ketika orang-orang Tionghoa di Mandor mendadak memberontak pada 23 Oktober 1884, Kontrolir De Rijk dan 4 atau 5 ajudannya tewas di dalam atau di dekat rumahnya. Pemberontakan meluas sangat cepat karena orang-orang Tionghoa dibantu oleh suku Dayak. Mereka segera membentuk kelompok bersenjata dan menyerang tentara patroli Belanda. Mereka dicap "[[geng]]" oleh pemerintah Belanda dan bisa dikelompokkan sebagai kelompok [[gerilya]]. |
||
==Kelanjutan== |
== Kelanjutan == |
||
⚫ | |||
Catatan kolonial Belanda merincikan insiden dan tentara yang tewas (ditulis "Eropa" atau "Pribumi"). Catatan-catatan ini tidak mencantumkan motivasi atau alasan pemberontakan orang Tionghoa dan Dayak sehingga mereka langsung dilawan dan diredam. |
Catatan kolonial Belanda merincikan insiden dan tentara yang tewas (ditulis "Eropa" atau "Pribumi"). Catatan-catatan ini tidak mencantumkan motivasi atau alasan pemberontakan orang Tionghoa dan Dayak sehingga mereka langsung dilawan dan diredam. |
||
Baris 50: | Baris 52: | ||
* Tanggal 3 Februari 1885, survei dari Mandor ke Theo Toe Kong dilaksanakan dengan pengawalan 100 tentara [[bayonet]] dan dua tentara [[mortir]]. Di tengah perjalanan dari Theo Toe Kong, konvoi pengawalan dihujani tembakan dari benteng di hutan. Tentara Pribumi bernama May (No. 90561) luka parah dan meninggal. |
* Tanggal 3 Februari 1885, survei dari Mandor ke Theo Toe Kong dilaksanakan dengan pengawalan 100 tentara [[bayonet]] dan dua tentara [[mortir]]. Di tengah perjalanan dari Theo Toe Kong, konvoi pengawalan dihujani tembakan dari benteng di hutan. Tentara Pribumi bernama May (No. 90561) luka parah dan meninggal. |
||
==Tugu Mandor== |
== Tugu Mandor == |
||
Pemerintah kolonial Belanda mendirikan tugu untuk mengenang para tentara yang tewas dalam pemberontakan Mandor tahun 1889 di [[Pontianak]]. |
Pemerintah kolonial Belanda mendirikan tugu untuk mengenang para tentara yang tewas dalam pemberontakan Mandor tahun 1889 di [[Pontianak]]. |
||
Baris 65: | Baris 67: | ||
Jumlah dan nama pemberontak Tionghoa dan Dayak yang tewas tidak dicatat serinci itu. |
Jumlah dan nama pemberontak Tionghoa dan Dayak yang tewas tidak dicatat serinci itu. |
||
==Referensi== |
== Referensi == |
||
{{Reflist}} |
{{Reflist}} |
||
*1929. ''Het Mandor-monument.'' Indisch Militair Tijdschrift. nummer 12. NV Drukkerij Visser & Co. Bandoeng. |
* 1929. ''Het Mandor-monument.'' Indisch Militair Tijdschrift. nummer 12. NV Drukkerij Visser & Co. Bandoeng. |
||
* {{cite book|first=Mary Somers|last=Heidhues|chapter=Chinese Settlements in Rural Southeast Asia: Unwritten Histories|title=Sojourners and Settlers: Histories of Southeast China and the Chinese|year=1996|publisher=University of Hawaii Press|isbn=978-0-8248-2446-4|pages=164–182|ref=harv}} |
* {{cite book|first=Mary Somers|last=Heidhues|chapter=Chinese Settlements in Rural Southeast Asia: Unwritten Histories|title=Sojourners and Settlers: Histories of Southeast China and the Chinese|year=1996|publisher=University of Hawaii Press|isbn=978-0-8248-2446-4|pages=164–182|ref=harv}} |
||
[[ |
[[Kategori:Hindia Belanda]] |
||
[[Kategori:Federasi kongsi]] |
[[Kategori:Federasi kongsi]] |
||
[[ |
[[Kategori:Pemberontakan abad ke-19]] |
||
[[ |
[[Kategori:Sejarah Kalimantan]] |
||
[[ |
[[Kategori:Kalimantan Barat]] |
||
[[ |
[[Kategori:Pemberontakan di Asia]] |
||
[[ |
[[Kategori:Etnis Tionghoa di Indonesia]] |
||
[[ |
[[Kategori:Konflik dalam tahun 1884]] |
||
[[ |
[[Kategori:Konflik dalam tahun 1885]] |
||
[[ |
[[Kategori:Perang melibatkan Belanda]] |
Revisi terkini sejak 19 Maret 2023 23.01
Pemberontakan Mandor | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|
Tugu Mandor di Pontianak | |||||||
| |||||||
Pihak terlibat | |||||||
Belanda |
Republik Lanfang | ||||||
Tokoh dan pemimpin | |||||||
A.J. Tengbergen L.T.H. Cranen Erik S. Shore Fredrik van Braam Morris |
Lin Ah Sin Xelen Chi Tong (WIA) Zhou Wu Li Peng Shilun (POW) | ||||||
Kekuatan | |||||||
4.000 | 10.000 | ||||||
Korban | |||||||
Tidak diketahui | Tidak diketahui |
Pemberontakan Mandor (Hanzi: 工頭叛亂), disebut juga Perang Kongsi Ketiga, adalah pemberontakan etnis Tionghoa yang dibantu suku Dayak melawan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1884 dan 1885.[1]
Kronologi di bawah ini merupakan sudut pandang Belanda; wilayah ini berada di bawah kekuasaan Belanda, tetapi diancam oleh pemberontakan. Sudut pandang pemberontak berbeda karena mereka menganggap dirinya sebagai pelindung terakhir Republik Lanfang, federasi kongsi yang sudah berdiri sejak akhir abad ke-18, dari "serbuan Belanda" yang membubarkan negara tersebut pada 1884-85.
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Di Kalimantan barat, orang-orang Tionghoa mendirikan permukiman tambang pertama pada tahun 1760 dan menyingkirkan para pemukim Belanda dan pangeran Melayu setempat, lalu mendirikan negara sendiri, Republik Lanfang. Republik Lanfang adalah satu dari tiga federasi kongsi terbesar yang menguasai Kalimantan barat. Pada tahun 1819, mereka terlibat konflik dengan pemerintahan Belanda yang baru dan dianggap "tidak sejalan" dengan program pemerintah, tetapi Belanda membutuhkan mereka untuk membangun daerah tersebut. Karena itu, daerah ini mengalami rentetan konflik sebelum pemberontakan besar pecah pada tahun 1884-1885.
Sebagian besar federasi kongsi dibubarkan oleh Belanda usai Perang Kongsi. Republik Lanfang adalah salah satu federasi kongsi terakhir yang bertahan karena membuat kesepakatan otonomi dengan Belanda.[2] Lanfang masih bisa memilih pemimpin sendiri, tetapi atas persetujuan Belanda. Pada pertengahan abad ke-19, Belanda berusaha membatasi kekuasaan Republik Lanfang.[2]
Kronologi
[sunting | sunting sumber]Ketika orang-orang Tionghoa di Mandor mendadak memberontak pada 23 Oktober 1884, Kontrolir De Rijk dan 4 atau 5 ajudannya tewas di dalam atau di dekat rumahnya. Pemberontakan meluas sangat cepat karena orang-orang Tionghoa dibantu oleh suku Dayak. Mereka segera membentuk kelompok bersenjata dan menyerang tentara patroli Belanda. Mereka dicap "geng" oleh pemerintah Belanda dan bisa dikelompokkan sebagai kelompok gerilya.
Kelanjutan
[sunting | sunting sumber]Catatan kolonial Belanda merincikan insiden dan tentara yang tewas (ditulis "Eropa" atau "Pribumi"). Catatan-catatan ini tidak mencantumkan motivasi atau alasan pemberontakan orang Tionghoa dan Dayak sehingga mereka langsung dilawan dan diredam.
Insiden berikut ini dicatat oleh pemerintah:
- Tanggal 24 Desember 1884, konvoi patroli bergerak melintasi Landak untuk mencari ketua suku Dayak, Goenang Pa, yang diduga menyembunyikan dua tokoh pemberontak Tionghoa. Namun, di Kampung Sebadoe, mereka diserang oleh pemberontak Tionghoa dan Dayak yang menembak dari persembunyian. Belanda terpaksa mundur dan meninggalkan tentara Eropa bernama van den Berg (No. 16923) yang terluka parah.
- Tanggal 3 Januari 1885, patroli pengintaian ditembaki di dekat Mamie dan terpaksa mundur. Dalam serangan ini, kapten infanteri A.J. Tengbergen terluka.
- Tanggal 6 Januari di dekat Theo Toe Kong, 30 tentara patroli yang dipimpin letnan pertama L.T.H. Cranen berhadapan dengan "geng" yang sama. Dalam peristiwa ini, Sersan Eropa bernama A.H. Schwartz (No. 12698) tewas, sedangkan komandan patroli dan tiga tentara Eropa terluka.
- Setelah patroli Belanda dipukul mundur dengan jumlah korban yang tinggi beberapa kali, pemberontak Tionghoa semakin ceroboh dan berkali-kali menyerang konvoi pasokan antara Ko Phiang dan Mandor.
- Dalam penyerangan konvoi tanggal 20 Januari 1885, tentara Eropa bernama Schoonheere (No. 4923) dan tentara Pribumi bernama Bangoeloeng (No. 9606) tewas. Tiga tentara lainnya luka-luka.
- Dalam konvoi tanggal 24 Januari 1885, tentara Eropa bernama Ramel (No. 9606) tewas.
- Tanggal 25 Januari, konvoi diserang lagi. Kopral Eropa bernama De Bruyn (No. 14788), tentara Eropa bernama Segalas (no. 1157) dan tentara Pribumi bernama Batong (No. 9152) tewas. Tentara Pribumi bernama Inan (No. 13915) luka parah dan meninggal tidak lama kemudian; letnan pertama E. van Dijk tewas di tengah perjalanan akibat suhu panas.
- Dalam penyerangan kapal uap Emanuel yang berlayar dari Pontianak ke Mentidoeng, tentara bernama Simoel (No. 13,976) terluka. Ia jatuh ke Sungai Mempawah dan tenggelam.
- F. van Braam Morris, kontrolir Distrik Mempawah, dan satu detasemen tentara, dibantu oleh beberapa orang Dayak. Mereka mencoba merebut pos di Mentidoeng yang dikosongkan pada 27 Januari dan diduduki orang Tionghoa. Serangan ini gagal dan menewaskan kontrolir van Braam Morris. Tentara Eropa bernama Zuurveen (No. 5994) luka parah dan meninggal tanggal 7 Februari. Tentara Pribumi bernama Sajat juga terluka.
- Tanggal 3 Februari 1885, survei dari Mandor ke Theo Toe Kong dilaksanakan dengan pengawalan 100 tentara bayonet dan dua tentara mortir. Di tengah perjalanan dari Theo Toe Kong, konvoi pengawalan dihujani tembakan dari benteng di hutan. Tentara Pribumi bernama May (No. 90561) luka parah dan meninggal.
Tugu Mandor
[sunting | sunting sumber]Pemerintah kolonial Belanda mendirikan tugu untuk mengenang para tentara yang tewas dalam pemberontakan Mandor tahun 1889 di Pontianak.
Di depan tugu terdapat lempengan marmer bertuliskan nama-nama berikut ini:
- F. van Braam Morris, Kontrolir. Mentidoeng, 5 Februari 1885.
- E. van Dijk, infanteri, letnan pertama, Mandor, 25 Juni 1885.
- J.C. de Rijk, Kontrolir, Mandor, 23 Oktober 1884.
Teks di bawahnya bertuliskan: Gugur dalam pertempuran.
Teks di belakangnya bertuliskan: Mengenang:
- Sersan Schwartz, Kopral de Bruyn.
- Regu Penembak Van den Berg, Ramel, Schoonheere, Segalas, Zuurveen, Bangoeloeng, Batong, Inan, Simoel, May.
1884- Mandor - 1885.
Jumlah dan nama pemberontak Tionghoa dan Dayak yang tewas tidak dicatat serinci itu.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Heidhues 1996, hlm. 109.
- ^ a b Heidhues 1996, hlm. 103.
- 1929. Het Mandor-monument. Indisch Militair Tijdschrift. nummer 12. NV Drukkerij Visser & Co. Bandoeng.
- Heidhues, Mary Somers (1996). "Chinese Settlements in Rural Southeast Asia: Unwritten Histories". Sojourners and Settlers: Histories of Southeast China and the Chinese. University of Hawaii Press. hlm. 164–182. ISBN 978-0-8248-2446-4.