Lompat ke isi

Makam Soekarno: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Pratama26 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(23 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox cemetery
[[Berkas:Makam Soekarno.jpg|thumb|Cungkup makam Bung Karno.]]
| name = Makam Soekarno
'''Makam Soekarno''' adalah kompleks pemakaman [[Presiden Republik Indonesia|presiden pertama Republik Indonesia]], [[Soekarno]], yang didesain dengan arsitektur khas Jawa, yaitu bangunan [[joglo]].
| native_name = Makam Bung Karno
| native_name_lang =
| image = Gapura makam Bung Karno.jpg
| image_size = 250
| alt =
| caption = Gapura masuk ke Astono Mulyo, bangunan utama pusara makam Bung Karno, 2021
| map_type = Kabupaten Blitar
| map_size = 250
| map_caption = Lokasi {{PAGENAME}} di [[Kota Blitar]], [[Jawa Timur]].
| established =
| abandoned = <!-- or | closed = -->
| location =[[Bendogerit, Sananwetan, Blitar]], [[Jawa Timur]]
| country = [[Indonesia]]
| coordinates = {{coord|-8.084589|112.176134}}
| type = Makam tokoh nasional
| style = Jawa
| owner = [[Blitar|Pemerintah Kabupaten Blitar]]
| size = 4.852 m<sup>2</sup>
| graves =3
| interments =
| cremations =
| leases =
| findagraveid =
| politicalgeo =
| footnotes =
| nrhp =
| embedded =
}}
{{Seri Soekarno}}


'''Makam Soekarno''' atau biasa disebut '''Makam Bung Karno''' disingkat MBK adalah kompleks pemakaman [[Presiden Republik Indonesia|presiden pertama Republik Indonesia]], [[Soekarno]], yang didesain dengan arsitektur khas Jawa, yaitu bangunan [[joglo]]. Kompleks tersebut terletak di [[Bendogerit, Sananwetan, Blitar]], dan dibangun di akhir 1970-an. Ratusan ribu peziarah, baik rohani maupun politik, mengunjungi makam tersebut setiap tahun.
Sejak [[2004]], telah ditambahkan bangunan baru yang menjadi satu kompleks dengan makam Bung Karno tersebut, yaitu [[Perpustakaan dan Museum Bung Karno]]. Tim arsiteknya diketuai oleh Pribadi Widodo dan Baskoro Tedjo dari [[Institut Teknologi Bandung]].Di dalam musium Makam Bung Karno terdapat sebuah lukisan Ir.Soekarno yang berada tepat di pintu masuk. Keunikan dari lukisan tersebut ialah, pada saat kita melihat lukisan itu dari samping maka lukisan itu akan berdetak layaknya jantung manusia. Para wisatawan berbondong - bondong untuk melihat lukisan tersebut. Pada saat melihat lukisan tersebut kita di buat merinding, karena getaran dari jantung pada lukisan tersebut apakah asli atau hanya rekaan saja. Tapi, kalau anda penasaran silahkan buktikan sendiri. Selain lukisan, di dalam musium Makam Bung Karno terdapat baju jaman dahulu yang di pakai oleh bpk.Ir.Soekarno. Selain lukisan dan baju ada uang yang di gunakan pada jaman dahulu. Uang tersebut bukan sembarang uang,karena pada zaman dahulu pada saat bpk Ir.Soekarno menemukan uang tersebut dan ia letakkan di tangan maka uang tersebut melipat dengan sendirinya.Selain dengan benda - benda tersebut di musium Makam Bung Karno juga terdapat foto - foto bpk.Ir.Soekarno dari ia masih kanak - kanak sampai ia menjadi kakek. Bung Karno di juluki sebagai "1000" wajah , karena ia memiliki wajah yang berbeda saat ia masih kecil hingga sudah tua. Lalu di luar musium Makam Bung Karno terdapat perpustakaan yang terlengkap di kota Blitar.Sekarang banyak wisatawan yang mengunjungi Makam Bung Karno untuk berziarah dan berwisata.


==Sejarah==
[[Berkas:Makam Soekarno.jpg|jmpl|ki|Cungkup Astono Mulyo yang merupakan bangunan utama pusara makam Bung Karno.]]
Selama masa [[Sejarah Indonesia (1965–1966)|transisi ke Orde Baru]], mantan [[Presiden Republik Indonesia]] [[Soekarno]] merupakan seorang [[tahanan rumah]]. Soekarno mewasiatkan untuk dikuburkan di suatu makam yang sederhana di dekat [[Istana Bogor]].<ref name="ii">{{cite news |last1=Chalmers |first1=Ian |title=A temple to populist nationalism |url=https://www.insideindonesia.org/a-temple-to-populist-nationalism |accessdate=20 Agustus 2020|language=en |work=Inside Indonesia |date=29 April 2019 |archive-url=https://web.archive.org/web/20190904033432/https://www.insideindonesia.org/a-temple-to-populist-nationalism |archive-date=4 September 2019 |url-status=live }}</ref> Setelah wafatnya Soekarno pada tanggal 21 Juni 1970, Presiden [[Soeharto]] memutuskan untuk memakamkan beliau di pemakaman umum di kota [[Blitar]], [[Jawa Timur]], di samping makam ibunya [[Ida Ayu Nyoman Rai]].<ref name="kenapa"/><ref name="peri">{{cite book |last1=Walker |first1=John H. |last2=Banks |first2=Glenn |last3=Sakai |first3=Minako |title=The Politics of the Periphery in Indonesia: Social and Geographical Perspectives |date=2009 |publisher=NUS Press |isbn=978-9971-69-479-1 |pages=188-194 |url=https://books.google.com/books?id=MX_wBgAAQBAJ&pg=PA189 |language=en}}</ref> Keluarga besar Soekarno memprotes keputusan ini,<ref>{{Cite news|title=Megawati: Dulu Keluarga Tak Setuju Makam Bung Karno di Blitar |url=https://nasional.tempo.co/read/1099446/megawati-dulu-keluarga-tak-setuju-makam-bung-karno-di-blitar |accessdate=10 February 2020 |work=[[Tempo.co]] |date=21 Juni 2018 |language=id |archive-url=https://web.archive.org/web/20190913234326/https://nasional.tempo.co/read/1099446/megawati-dulu-keluarga-tak-setuju-makam-bung-karno-di-blitar |archive-date=13 September 2019 |url-status=live |first=Juli |last=Hantoro }}</ref> dan surat kabar ''Merdeka'' yang notabene anti-Soeharto menerbitkan suatu editorial yang mengklaim bahwa Bung Karno berwasiat untuk dimakamkan di [[Bandung]].<ref name="wp"/> Belakangan, dalam [[autobiografi]]nya Soeharto menyatakan bahwa keluarga besar Soekarno berselisih paham tentang lokasi pemakaman tersebut, dan ia memutuskan untuk memakamkan Soekarno di Blitar karena hubungannya yang dekat dengan ibunya selama hidup.<ref name="kenapa">{{Cite news|title=Kenapa Soekarno Dikubur di Blitar? |url=https://news.detik.com/berita/d-880494/kenapa-soekarno-dikubur-di-blitar |accessdate=20 Agustus 2020 |work=[[Detik.com|detikcom]] |date=17 Januari 2008 |language=id-ID}}</ref> Pandangan sejarawan menganggap bahwa Soeharto memutuskan lokasi makam yang jauh dari Jakarta sehingga peziarah tidak terlalu dekat ke pusat politik.<ref name="l6"/>

Tahun-tahun pertama setelah pemakaman, banyak peziarah yang datang ke makam tersebut dan mereka sering mengambil sedikit tanah dari makam tersebut, sampai-sampai pengurus makam khawatir bahwa semuanya akan habis. Hal ini memaksa pemerintah untuk membatasi jumlah pengunjung.<ref name="peri"/> Sekitar tahun 1977, nama Soekarno mulai dipulihkan oleh pemerintah Orde Baru, dan sebagai bagian proses ini makam di Blitar mulai direhabilitasi, antara lain dengan pembangunan suatu [[mausoleum]].<ref name="peri"/><ref name="wp"/> Mausoleum tersebut diresmikan pada tahun 1979, dan sekitar satu juta orang menghadiri peresmian tersebut. Sejumlah anggota keluarga Soekarno mengkritik pembangunan tersebut, dan menurut putra Soekarno [[Guntur Soekarnoputra|Guntur]] pemerintah tidak bermusyawarah dengan pihak keluarga mengenai mausoleum.<ref name="wp">{{cite news |last1=Zach |first1=Paul |title=Even in Death, Sukarno Wins Tribute From Indonesians |url=https://www.washingtonpost.com/archive/politics/1979/06/22/even-in-death-sukarno-wins-tribute-from-indonesians/d7022e58-d2cf-476d-a231-d5db959bd2ee/ |accessdate=20 Agustus 2020 |work=[[Washington Post]] |date=22 Juni 1979|language=en}}</ref> Di luar itu, pejabat tinggi pemerintah mulai mengunjungi makam tersebut dalam sorotan media, dan sepanjang tahun 1980 dilaporkan ada 1.4 juta orang pengunjung.<ref>{{cite book |last1=Bubandt |first1=Nils |title=Democracy, Corruption and the Politics of Spirits in Contemporary Indonesia |date=2014 |publisher=Routledge |isbn=978-1-317-68252-3 |page=117 |url=https://books.google.com/books?id=nanAAwAAQBAJ&pg=PA117 |language=en}}</ref>

Setiap tahun, pada tanggal peringatan wafat Soekarno, keluarga beliau (khususnya [[Megawati Soekarnoputri]], saat itu Ketua Umum [[Partai Demokrasi Indonesia|PDI]]) menggunakan massa yang berziarah ke makam tersebut sebagai simbolisasi perlawanan terhadap pemerintahan Soeharto yang dapat diliput media nasional. Sekitar 10.000 orang mengunjungi makam tersebut pada peringatan wafatnya Soekarno pada tahun 1995.<ref name="peri"/> Awalnya makam tersebut dipagari untuk membatasi peziarah, namun setelah [[kejatuhan Soeharto]] dan naiknya Megawati menjadi Presiden RI, jumlah peziarah dari sekeliling Indonesia naik pesat.<ref name="peri"/><ref name="leick"/> Pada bulan Juni 2001 (sebulan sebelum Megawati naik menjadi Presiden), diperkirakan ada 25.000 orang yang mengunjungi makam tersebut dalam sehari.<ref name="peri"/>

Meskipun atmosfer politik tidak memungkinkan pemanfaatan makam tersebut menjadi objek wisata sepanjang Orde Baru, seusai masa tersebut pemerintah kota Blitar mulai menggalakkan promosi makam tersebut sebagai objek wisata untuk meningkatkan daya tarik Blitar bagi turis. Sejumlah patung-patung dan lokasi-lokasi yang berkaitan dengan Soekarno di sekeliling kota direnovasi atau dibangun.<ref name="eighth">{{cite news |last1=Hasani |first1=Asip |title=Eighth Sukarno statue cements founding president's influence in Blitar |url=https://www.thejakartapost.com/life/2019/12/26/eighth-sukarno-statue-cements-founding-presidents-influence-in-blitar.html |accessdate=20 Agustus 2020 |work=[[The Jakarta Post]] |date=26 Desember 2019|language=en}}</ref>

=== Keadaan sekarang ===
[[File:Pilgrims at Sukarno's grave.jpg|thumb|left|Sejumlah peziarah di sekeliling makam]]
Makam Soekarno kini merupakan objek ziarah politik, khususnya dari politisi yang akan mencalonkan diri dalam pemilu. Capres-capres juga termasuk dalam kategori ini - misalkan Megawati ([[Pilpres 2004]]), [[Joko Widodo]] ([[Pilpres 2014]]), dan [[Prabowo Subianto]] ([[Pilpres 2019]]).<ref name="ii"/><ref name="leick"/><ref>{{Cite news|title=Ziarah, Prabowo Bersujud dan Cium Makam Bung Karno |url=https://regional.kompas.com/read/2018/05/04/12515021/ziarah-prabowo-bersujud-dan-cium-makam-bung-karno |accessdate=10 February 2020 |work=[[Kompas.com]] |date=4 May 2018 |language=id|editor-last=Damanik |editor-first=Caroline }}</ref> Jumlah "peziarah politik" diperkirakan sebanyak 400 hingga 500 ribu tiap tahunnya.<ref name="l6">{{Cite news|title=Kisah Politis Makam Sukarno di Blitar |url=https://www.liputan6.com/news/read/2246621/kisah-politis-makam-sukarno-di-blitar |accessdate=20 Agustus 2020 |work=[[Liputan6.com]] |date=6 Juni 2015 |language=id|last=Syah |first=Moch Harun |editor-last=Sunariyah }}</ref>

Jenis kedua peziarah merupakan peziarah spiritual, yang sebagian besar menganut agama [[Islam]]. Ziarah ini merupakan wujud [[penghormatan orang yang telah meninggal]], sesuai dengan tradisi [[Budaya Jawa|Jawa]] mengunjungi makam orang-orang tertentu, seperti makam [[Wali Songo]]. Diperkirakan bahwa puluhan ribu orang mengunjungi makam Soekarno setiap tahunnya dengan alasan ini.<ref name="ii"/> Setiap tahunnya, juga ada tradisi ziarah dari [[Panglima TNI]] pada tanggal 18 September (hari jadi TNI).<ref>{{cite news |title=Tradisi Tahunan HUT TNI, Panglima Ziarah ke Makam Bung Karno |url=https://faktualnews.co/2019/09/18/tradisi-tahunan-hut-tni-panglima-ziarah-ke-makam-bung-karno/164689/ |accessdate=20 Agustus 2020 |work=faktual.co |date=18 September 2019 |language=id}}</ref> Di luar ziarah, makam tersebut juga merupakan destinasi wisata yang cukup populer untuk turis biasa.<ref>{{cite news |last1=Hasani |first1=Asip A. |title=Bung Karno’s grave in Blitar becomes Idul Fitri holiday tourist destination |url=https://www.thejakartapost.com/travel/2019/06/08/bung-karnos-grave-in-blitar-becomes-idul-fitri-holiday-tourist-destination.html |accessdate=20 Agustus 2020 |work=[[The Jakarta Post]] |date=8 Juni 2019 |language=en}}</ref>

Menurut data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Blitar, ada sekitar 1.500 pengunjung kompleks makam setiap harinya sepanjang tahun 2019, dan kompleks tersebut merupakan penggerak ekonomi setempat sebagai penarik turis yang cukup penting.<ref name="eighth"/> Sejak tahun 2017, pemerintah kota Blitar menetapkan retribusi masuk ke makam sebesar Rp 3.000 tiap pengunjung, belum termasuk biaya masuk bus atau mobil pribadi.<ref>{{Cite news|title=Tarif Parkir dan Tiket Masuk Makam Bung Karno Naik |url=https://jatim.tribunnews.com/2017/09/15/tarif-parkir-dan-tiket-masuk-makam-bung-karno-naik |accessdate=20 Agustus 2020 |work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]] |date=15 September 2017 |language=id}}</ref>
==Desain==
Kompleks makam Soekarno memiliki luas sebesar 1,8 hektar,<ref name="eastjava">{{cite web |title=Makam Soekarno |url=https://www.eastjava.com/east-java/tourism/blitar/ina/sukarno-grave.html |website=eastjava.com |accessdate=20 Agustus 2020 |language=id}}</ref> dan dibagi menjadi tiga: halaman, teras, dan pendopo/mausoleum. Pembagian menjadi tiga ini sesuai dengan kepercayaan Jawa mengenai tiga tahap kehidupan - janin, kehidupan, kematian. Makam Soekarno sendiri terletak di samping makam-makam orangtuanya, dan [[Pualam|batu pualam]] hitam yang memperingati karya Soekarno terletak di belakang batu nisan makam. Terdapat sejumlah patung dan relief yang menggambarkan jalan kehidupan Soekarno di sekeliling kompleks tersebut.<ref name="leick">{{cite book |last1=Leick |first1=Gwendolyn |title=Tombs of the Great Leaders: A Contemporary Guide |date=2013 |publisher=Reaktion Books |isbn=978-1-78023-226-3 |pages=223-225 |url=https://books.google.com/books?id=v5SMAwAAQBAJ |language=en}}</ref><ref name="eastjava"/> Pendopo tersebut setinggi sekitar 15 meter, dengan atap tembaga berlapis tiga yang dibangun dengan arsitektur Jawa. Surat kabar ''Washington Post'' melaporkan bahwa pada tahun 1979, biaya pembangunan pendopo tersebut sebesar 395.000 dolar AS.<ref name="wp"/>

Sejak [[2004]], telah ditambahkan bangunan baru yang menjadi satu kompleks dengan makam Bung Karno tersebut, yaitu [[Perpustakaan dan Museum Bung Karno]]. Tim arsiteknya diketuai oleh Pribadi Widodo dan Baskoro Tedjo dari [[Institut Teknologi Bandung]].<ref name="eastjava"/>
== Referensi ==
{{reflist}}
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://teamtouring.net/ziarah-ke-makam-bung-karno-the-founding-father.html Ziarah ke Makam Bung Karno]
* [https://mblitar.net/makam-bung-karno-wisata-wajib-di-blitar/ Makam Bung Karno di Blitar]
* [https://mblitar.net/makam-bung-karno-wisata-wajib-di-blitar/ Makam Bung Karno di Blitar]


{{Authority control}}
{{Bangunan-stub}}


[[Kategori:Soekarno]]
[[Kategori:Soekarno]]
[[Kategori:Kota Blitar]]
[[Kategori:Kota Blitar]]
[[Kategori:Makam di Indonesia]]
[[Kategori:Makam di Jawa Timur|Soekarno]]
[[Kategori:Sananwetan, Blitar]]

Revisi terkini sejak 11 Juli 2023 04.36

Makam Soekarno
Makam Bung Karno
Gapura masuk ke Astono Mulyo, bangunan utama pusara makam Bung Karno, 2021
Peta
Details
Lokasi
NegaraIndonesia
Koordinat8°05′05″S 112°10′34″E / 8.084589°S 112.176134°E / -8.084589; 112.176134
JenisMakam tokoh nasional
GayaJawa
PemilikPemerintah Kabupaten Blitar
Luas4.852 m2
Jml. kuburan3


Makam Soekarno atau biasa disebut Makam Bung Karno disingkat MBK adalah kompleks pemakaman presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno, yang didesain dengan arsitektur khas Jawa, yaitu bangunan joglo. Kompleks tersebut terletak di Bendogerit, Sananwetan, Blitar, dan dibangun di akhir 1970-an. Ratusan ribu peziarah, baik rohani maupun politik, mengunjungi makam tersebut setiap tahun.

Sejarah

Cungkup Astono Mulyo yang merupakan bangunan utama pusara makam Bung Karno.

Selama masa transisi ke Orde Baru, mantan Presiden Republik Indonesia Soekarno merupakan seorang tahanan rumah. Soekarno mewasiatkan untuk dikuburkan di suatu makam yang sederhana di dekat Istana Bogor.[1] Setelah wafatnya Soekarno pada tanggal 21 Juni 1970, Presiden Soeharto memutuskan untuk memakamkan beliau di pemakaman umum di kota Blitar, Jawa Timur, di samping makam ibunya Ida Ayu Nyoman Rai.[2][3] Keluarga besar Soekarno memprotes keputusan ini,[4] dan surat kabar Merdeka yang notabene anti-Soeharto menerbitkan suatu editorial yang mengklaim bahwa Bung Karno berwasiat untuk dimakamkan di Bandung.[5] Belakangan, dalam autobiografinya Soeharto menyatakan bahwa keluarga besar Soekarno berselisih paham tentang lokasi pemakaman tersebut, dan ia memutuskan untuk memakamkan Soekarno di Blitar karena hubungannya yang dekat dengan ibunya selama hidup.[2] Pandangan sejarawan menganggap bahwa Soeharto memutuskan lokasi makam yang jauh dari Jakarta sehingga peziarah tidak terlalu dekat ke pusat politik.[6]

Tahun-tahun pertama setelah pemakaman, banyak peziarah yang datang ke makam tersebut dan mereka sering mengambil sedikit tanah dari makam tersebut, sampai-sampai pengurus makam khawatir bahwa semuanya akan habis. Hal ini memaksa pemerintah untuk membatasi jumlah pengunjung.[3] Sekitar tahun 1977, nama Soekarno mulai dipulihkan oleh pemerintah Orde Baru, dan sebagai bagian proses ini makam di Blitar mulai direhabilitasi, antara lain dengan pembangunan suatu mausoleum.[3][5] Mausoleum tersebut diresmikan pada tahun 1979, dan sekitar satu juta orang menghadiri peresmian tersebut. Sejumlah anggota keluarga Soekarno mengkritik pembangunan tersebut, dan menurut putra Soekarno Guntur pemerintah tidak bermusyawarah dengan pihak keluarga mengenai mausoleum.[5] Di luar itu, pejabat tinggi pemerintah mulai mengunjungi makam tersebut dalam sorotan media, dan sepanjang tahun 1980 dilaporkan ada 1.4 juta orang pengunjung.[7]

Setiap tahun, pada tanggal peringatan wafat Soekarno, keluarga beliau (khususnya Megawati Soekarnoputri, saat itu Ketua Umum PDI) menggunakan massa yang berziarah ke makam tersebut sebagai simbolisasi perlawanan terhadap pemerintahan Soeharto yang dapat diliput media nasional. Sekitar 10.000 orang mengunjungi makam tersebut pada peringatan wafatnya Soekarno pada tahun 1995.[3] Awalnya makam tersebut dipagari untuk membatasi peziarah, namun setelah kejatuhan Soeharto dan naiknya Megawati menjadi Presiden RI, jumlah peziarah dari sekeliling Indonesia naik pesat.[3][8] Pada bulan Juni 2001 (sebulan sebelum Megawati naik menjadi Presiden), diperkirakan ada 25.000 orang yang mengunjungi makam tersebut dalam sehari.[3]

Meskipun atmosfer politik tidak memungkinkan pemanfaatan makam tersebut menjadi objek wisata sepanjang Orde Baru, seusai masa tersebut pemerintah kota Blitar mulai menggalakkan promosi makam tersebut sebagai objek wisata untuk meningkatkan daya tarik Blitar bagi turis. Sejumlah patung-patung dan lokasi-lokasi yang berkaitan dengan Soekarno di sekeliling kota direnovasi atau dibangun.[9]

Keadaan sekarang

Sejumlah peziarah di sekeliling makam

Makam Soekarno kini merupakan objek ziarah politik, khususnya dari politisi yang akan mencalonkan diri dalam pemilu. Capres-capres juga termasuk dalam kategori ini - misalkan Megawati (Pilpres 2004), Joko Widodo (Pilpres 2014), dan Prabowo Subianto (Pilpres 2019).[1][8][10] Jumlah "peziarah politik" diperkirakan sebanyak 400 hingga 500 ribu tiap tahunnya.[6]

Jenis kedua peziarah merupakan peziarah spiritual, yang sebagian besar menganut agama Islam. Ziarah ini merupakan wujud penghormatan orang yang telah meninggal, sesuai dengan tradisi Jawa mengunjungi makam orang-orang tertentu, seperti makam Wali Songo. Diperkirakan bahwa puluhan ribu orang mengunjungi makam Soekarno setiap tahunnya dengan alasan ini.[1] Setiap tahunnya, juga ada tradisi ziarah dari Panglima TNI pada tanggal 18 September (hari jadi TNI).[11] Di luar ziarah, makam tersebut juga merupakan destinasi wisata yang cukup populer untuk turis biasa.[12]

Menurut data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Blitar, ada sekitar 1.500 pengunjung kompleks makam setiap harinya sepanjang tahun 2019, dan kompleks tersebut merupakan penggerak ekonomi setempat sebagai penarik turis yang cukup penting.[9] Sejak tahun 2017, pemerintah kota Blitar menetapkan retribusi masuk ke makam sebesar Rp 3.000 tiap pengunjung, belum termasuk biaya masuk bus atau mobil pribadi.[13]

Desain

Kompleks makam Soekarno memiliki luas sebesar 1,8 hektar,[14] dan dibagi menjadi tiga: halaman, teras, dan pendopo/mausoleum. Pembagian menjadi tiga ini sesuai dengan kepercayaan Jawa mengenai tiga tahap kehidupan - janin, kehidupan, kematian. Makam Soekarno sendiri terletak di samping makam-makam orangtuanya, dan batu pualam hitam yang memperingati karya Soekarno terletak di belakang batu nisan makam. Terdapat sejumlah patung dan relief yang menggambarkan jalan kehidupan Soekarno di sekeliling kompleks tersebut.[8][14] Pendopo tersebut setinggi sekitar 15 meter, dengan atap tembaga berlapis tiga yang dibangun dengan arsitektur Jawa. Surat kabar Washington Post melaporkan bahwa pada tahun 1979, biaya pembangunan pendopo tersebut sebesar 395.000 dolar AS.[5]

Sejak 2004, telah ditambahkan bangunan baru yang menjadi satu kompleks dengan makam Bung Karno tersebut, yaitu Perpustakaan dan Museum Bung Karno. Tim arsiteknya diketuai oleh Pribadi Widodo dan Baskoro Tedjo dari Institut Teknologi Bandung.[14]

Referensi

  1. ^ a b c Chalmers, Ian (29 April 2019). "A temple to populist nationalism". Inside Indonesia (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 September 2019. Diakses tanggal 20 Agustus 2020. 
  2. ^ a b "Kenapa Soekarno Dikubur di Blitar?". detikcom. 17 Januari 2008. Diakses tanggal 20 Agustus 2020. 
  3. ^ a b c d e f Walker, John H.; Banks, Glenn; Sakai, Minako (2009). The Politics of the Periphery in Indonesia: Social and Geographical Perspectives (dalam bahasa Inggris). NUS Press. hlm. 188–194. ISBN 978-9971-69-479-1. 
  4. ^ Hantoro, Juli (21 Juni 2018). "Megawati: Dulu Keluarga Tak Setuju Makam Bung Karno di Blitar". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 September 2019. Diakses tanggal 10 February 2020. 
  5. ^ a b c d Zach, Paul (22 Juni 1979). "Even in Death, Sukarno Wins Tribute From Indonesians". Washington Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 20 Agustus 2020. 
  6. ^ a b Syah, Moch Harun (6 Juni 2015). Sunariyah, ed. "Kisah Politis Makam Sukarno di Blitar". Liputan6.com. Diakses tanggal 20 Agustus 2020. 
  7. ^ Bubandt, Nils (2014). Democracy, Corruption and the Politics of Spirits in Contemporary Indonesia (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 117. ISBN 978-1-317-68252-3. 
  8. ^ a b c Leick, Gwendolyn (2013). Tombs of the Great Leaders: A Contemporary Guide (dalam bahasa Inggris). Reaktion Books. hlm. 223–225. ISBN 978-1-78023-226-3. 
  9. ^ a b Hasani, Asip (26 Desember 2019). "Eighth Sukarno statue cements founding president's influence in Blitar". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 20 Agustus 2020. 
  10. ^ Damanik, Caroline, ed. (4 May 2018). "Ziarah, Prabowo Bersujud dan Cium Makam Bung Karno". Kompas.com. Diakses tanggal 10 February 2020. 
  11. ^ "Tradisi Tahunan HUT TNI, Panglima Ziarah ke Makam Bung Karno". faktual.co. 18 September 2019. Diakses tanggal 20 Agustus 2020. 
  12. ^ Hasani, Asip A. (8 Juni 2019). "Bung Karno's grave in Blitar becomes Idul Fitri holiday tourist destination". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 20 Agustus 2020. 
  13. ^ "Tarif Parkir dan Tiket Masuk Makam Bung Karno Naik". Tribunnews.com. 15 September 2017. Diakses tanggal 20 Agustus 2020. 
  14. ^ a b c "Makam Soekarno". eastjava.com. Diakses tanggal 20 Agustus 2020. 

Pranala luar