Lompat ke isi

Gareng: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
MarvellAdamP (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.9.5
 
(3 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 5: Baris 5:
ꦤꦭꦒꦫꦺꦁ
ꦤꦭꦒꦫꦺꦁ
| daerah = Jawa
| daerah = Jawa
| posisi = [[punakawan/batur]]
| posisi = [[punakawan]]
| ciri = Hidung bulat, tubuh pendek, lengan kurus, berkuncir, kaki pincang, tangan ''ceko'', mata juling
| ciri = Hidung bulat, tangan patah, kaki pincang, mata juling
| senjata =
| senjata =
| kerajaan =Kademangan karang kadempel
| kerajaan =Kademangan karang kadempel
| keluarga =[[Semar]] (bapak angkat )<br/>[[Petruk]] saudara angkat dan [[Bagong]] (adik saudara angkat )<br/> Dewi Endang Nalawati (anak)
| keluarga =[[Semar]] (bapak angkat )<br/>[[Petruk]] saudara angkat dan [[Bagong]] (adik saudara angkat )<br/> Dewi Endang Nalawati (anak)
| alias =Bambang Sukodadi<br/>Pancalpamor<br/>Cakrawangsa<br/>Pandupragolamanik, jaswadiputro, nolojoyotungkluk
| alias = garing<br/>Nala Gareng<br/>Pegatwaja<br/>Bambang Sukodadi<br/>Pancalpanor<br/>Cakrawangsa<br/>Pandupragolamanik, jaswadiputro, nolojoyotungkluk
| gender = Laki-laki
| gender = Laki-laki
}}
}}
'''Gareng''' adalah salah satu dari empat [[punakawan]] yang sering muncul dalam pertunjukan [[wayang]] di [[Jawa]]. Nama lengkapnya adalah '''Nala Gareng''', hanya saja lebih akrab dengan sebutan “Gareng”.


'''Gareng''' ({{lang-jv|ꦒꦫꦺꦁ}}; ''kering'') merupakan salah satu tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa yang diciptakan oleh seorang pujangga [[Jawa]]. Tokoh punakawan pertama kali muncul dalam karya sastra [[gatotkacasraya]], karangan [[Mpu Panuluh]] pada zaman [[kerajaan Kadiri]]. Dalam naskah [[Mahabarata]], dan [[Ramayana]] dari [[India]] tidak terdapat nama-nama tokoh [[punakawan]].
== Riwayat ==

Gareng adalah [[punakawan]] yang [[Kaki|berkaki]] pincang. Hal ini merupakan sebuah ''sanepa'' dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam bertindak. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ''ciker'' atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam [[penyakit bubul]].
==Historiografi==
Gareng adalah Punakawan yang memiliki tubuh yang kurang sempurna dengan hidung bulat, tangan patah, kaki pincang, dan mata yang juling. Sosok Gareng diartikan sebagai pesan untuk berhati-hati dalam bertindak dan tidak mengambil milik orang lain atau yang bukan haknya. Tokoh Gareng dalam Punakawan memiliki dasanama seperti '''Nala Gareng''', '''Pancalpanor''', dan '''Pegatwaja'''. Dalam cerita pewayangan, Gareng diceritakan sebagai anak sulung Semar.


Dalam suatu ''carangan'' Gareng pernah menjadi [[raja]] di [[Paranggumiwayang]] dengan gelar Prabu Pandupragola. Saat itu dia berhasil mengalahkan Prabu [[Welgeduwelbeh]] raja dari [[Borneo]] yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu [[Petruk]].
Dalam suatu ''carangan'' Gareng pernah menjadi [[raja]] di [[Paranggumiwayang]] dengan gelar Prabu Pandupragola. Saat itu dia berhasil mengalahkan Prabu [[Welgeduwelbeh]] raja dari [[Borneo]] yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu [[Petruk]].
Baris 22: Baris 23:
Dulunya, Gareng berwujud [[ksatria|satria]] tampan bernama Bambang Sukodadi dari padepokan Bluluktiba. Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang duel setiap satria yang ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan [[semedi|tapanya]], ia berjumpa dengan satria lain bernama Bambang Panyukilan. Karena suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudian datanglah Batara [[Ismaya]] (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah ''pamong'' para satria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk ''Jangganan Samara Anta'', dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua satria yang baru saja berkelahi itu.
Dulunya, Gareng berwujud [[ksatria|satria]] tampan bernama Bambang Sukodadi dari padepokan Bluluktiba. Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang duel setiap satria yang ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan [[semedi|tapanya]], ia berjumpa dengan satria lain bernama Bambang Panyukilan. Karena suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudian datanglah Batara [[Ismaya]] (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah ''pamong'' para satria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk ''Jangganan Samara Anta'', dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua satria yang baru saja berkelahi itu.


Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua satria itu minta mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah [[Karang Kadempel]], titisan dewa (Batara Ismaya) itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua satria itu mau menemani dia menjadi pamong para kesatria berbudi luhur ([[Pandawa]]), dan akhirnya mereka berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung) dari [[Semar]].
Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua satria itu minta mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah [[Karang Kadempel]], titisan dewa (Batara Ismaya) itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua satria itu mau menemani dia menjadi pamong para kesatria berbudi luhur ([[Pandawa]]), dan akhirnya mereka berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung) dari [[Semar]].<ref>Makna Filosofis dari Tokoh Punakawan Gareng.[https://www.ensiklopediaindonesia.com/4379/makna-filosofis-dari-tokoh-punakawan-gareng-bagian-2/] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230206072212/https://www.ensiklopediaindonesia.com/4379/makna-filosofis-dari-tokoh-punakawan-gareng-bagian-2/ |date=2023-02-06 }}</ref>

== Versi Sunda ==
Dalam [[wayang golek]] (wayang versi Sunda), tokoh Gareng adalah anak terakhir dari [[Semar]]. Sama seperti tokoh [[Astrajingga]] dan [[Dawala]], tokoh ini biasanya dikeluarkan sebagai hiburan untuk penonton. Gareng pada wayang Jawa Tengah dan Jawa Timur ini adalah anak pertama dari [[Semar]].


== Komik dan film ==
== Komik dan film ==

Revisi terkini sejak 28 Juli 2023 21.44

Nala Gareng ꦤꦭꦒꦫꦺꦁ
Tokoh pewayangan Jawa
Nama laingaring
Nala Gareng
Pegatwaja
Bambang Sukodadi
Pancalpanor
Cakrawangsa
Pandupragolamanik, jaswadiputro, nolojoyotungkluk
Jenis kelaminLaki-laki
Posisipunakawan
KarakteristikHidung bulat, tangan patah, kaki pincang, mata juling
KerajaanKademangan karang kadempel
KeluargaSemar (bapak angkat )
Petruk saudara angkat dan Bagong (adik saudara angkat )
Dewi Endang Nalawati (anak)

Gareng (bahasa Jawa: ꦒꦫꦺꦁ; kering) merupakan salah satu tokoh punakawan dalam pewayangan Jawa yang diciptakan oleh seorang pujangga Jawa. Tokoh punakawan pertama kali muncul dalam karya sastra gatotkacasraya, karangan Mpu Panuluh pada zaman kerajaan Kadiri. Dalam naskah Mahabarata, dan Ramayana dari India tidak terdapat nama-nama tokoh punakawan.

Historiografi[sunting | sunting sumber]

Gareng adalah Punakawan yang memiliki tubuh yang kurang sempurna dengan hidung bulat, tangan patah, kaki pincang, dan mata yang juling. Sosok Gareng diartikan sebagai pesan untuk berhati-hati dalam bertindak dan tidak mengambil milik orang lain atau yang bukan haknya. Tokoh Gareng dalam Punakawan memiliki dasanama seperti Nala Gareng, Pancalpanor, dan Pegatwaja. Dalam cerita pewayangan, Gareng diceritakan sebagai anak sulung Semar.

Dalam suatu carangan Gareng pernah menjadi raja di Paranggumiwayang dengan gelar Prabu Pandupragola. Saat itu dia berhasil mengalahkan Prabu Welgeduwelbeh raja dari Borneo yang tidak lain adalah penjelmaan dari saudaranya sendiri yaitu Petruk.

Dulunya, Gareng berwujud satria tampan bernama Bambang Sukodadi dari padepokan Bluluktiba. Gareng sangat sakti namun sombong, sehingga selalu menantang duel setiap satria yang ditemuinya. Suatu hari, saat baru saja menyelesaikan tapanya, ia berjumpa dengan satria lain bernama Bambang Panyukilan. Karena suatu kesalahpahaman, mereka malah berkelahi. Dari hasil perkelahian itu, tidak ada yang menang dan kalah, bahkan wajah mereka berdua rusak. Kemudian datanglah Batara Ismaya (Semar) yang kemudian melerai mereka. Karena Batara Ismaya ini adalah pamong para satria Pandawa yang berjalan di atas kebenaran, maka dalam bentuk Jangganan Samara Anta, dia (Ismaya) memberi nasihat kepada kedua satria yang baru saja berkelahi itu.

Karena kagum oleh nasihat Batara Ismaya, kedua satria itu minta mengabdi dan minta diaku anak oleh Lurah Karang Kadempel, titisan dewa (Batara Ismaya) itu. Akhirnya Jangganan Samara Anta bersedia menerima mereka, asal kedua satria itu mau menemani dia menjadi pamong para kesatria berbudi luhur (Pandawa), dan akhirnya mereka berdua setuju. Gareng kemudian diangkat menjadi anak tertua (sulung) dari Semar.[1]

Komik dan film[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1960an, di Indonesia pernah diterbitkan dagelan versi komik dari tokoh punakawan ini. Komik tersebut berjudul Petruk dan Gareng. Sebenarnya bukan hanya satu komikus yang pernah membuat komik ini, tetapi Indri Soedono adalah komikus yang disebut mengawalinya. Indri Soedono adalah komikus yang paling produktif membuat komik Petruk dan Gareng ini pada tahun 1960an hingga tahun 1970an, karya-karyanya banyak diterbitkan oleh CV Loka Tjipta Semarang. Komikus lain yang mengikutinya adalah Oerip, Rini AS, Leo, Sopoiki, Tjepi, Ricky NS, dan Tatang Suhenra.

Di antarapara komikus yang pernah menggarap Petruk dan Gareng, Tatang S adalah salah satu komikus yang paling tenar sebagai membuat komik Petruk dan Gareng karena dia yang masih tetap bertahan membuat komik ini meski pada tahun 1980an dunia perkomikan di Indonesia mulai meredup. Dia membuat komik Petruk dan Gareng dengan format sederhana dan mendistribusikan langsung ke sekolah-sekolah dasar melalui penjual mainan anak-anak. Komik dengan format sederhana tersebut kebanyakan diterbitkan Gultom Agency.

Komik Petruk dan Gareng yang pernah digarap oleh para komikus Indonesia ini berbeda dengan kisah pewayangan aslinya, setting dari komik ini lebih modern. Mulai masyarakat perkotaan hingga masyarakat pedesaan, lengkap dengan atribut-atribut masa kini yaitu sepeda motor dan mobil.

Kemudian pada tahun 2011, pertama kali dagelan Petruk dan Gareng versi komik ini dibuat filmnya. Film tersebut berjudul Gareng dan Petruk dalam kisah Super - Horror the Movie. Film berdurasi 27 menit ini diputar pertama kali di Bioskop 21 Dieng Plasa Kota Malang. Film komedi ini dibuat oleh Padepokan Film Malang, salah satu komunitas film di Kota Malang bekerjasama dengan Radio MFM dan Indosat.


  1. ^ Makna Filosofis dari Tokoh Punakawan Gareng.[1] Diarsipkan 2023-02-06 di Wayback Machine.