La lenga: Perbedaan antara revisi
Bulandari27 (bicara | kontrib) Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan |
M. Adiputra (bicara | kontrib) k Mengembalikan suntingan oleh 103.149.238.98 (bicara) ke revisi terakhir oleh Bulandari27 Tag: Pengembalian |
(Satu revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan) | |
(Tidak ada perbedaan)
|
Revisi terkini sejak 3 Agustus 2023 01.47
La lenga | |
Aksara Bali | |
Huruf Latin | Le |
---|---|
IAST | Ḷ |
Fonem | [ɭ], [lə] |
Unicode | U+1B0D , U+ |
Warga aksara | dantya |
Gantungan | (memakai gantungan La yang dibubuhi oleh tanda pepet) |
La lenga (lafal: /'ləleŋə/) adalah salah satu aksara swara (huruf vokal) dalam sistem penulisan aksara Bali. Huruf ini sering dianggap sebagai pengganti aksara La yang dilekati pepet.
Bentuk
[sunting | sunting sumber]La lenga berbentuk mirip (atau bahkan persis) dengan angka 2 dalam aksara Bali. Seandainya La lenga dan angka 2 ditulis dalam kalimat yang sama, maka untuk membedakannya dipakailah tanda carik, sebelum dan sesudah menulis angka di tengah kalimat.
La lenga | Angka 2 |
---|---|
Fonem
[sunting | sunting sumber]La lenga melambangkan bunyi /ɭ/, yaitu bunyi Konsonan hampiran-sisi tarik-belakang. Fonem ini terdapat dalam bahasa Sanskerta (Devanagari: ऌ), tidak terdapat dalam bahasa Bali. Namun, aksara Bali menyerap aksara ऌ menjadi La lenga untuk mengalihaksarakan sastra Hindu yang bersumber dari India. Di Bali, bunyi /ɭ/ tersebut berubah menjadi /lə/. Oleh karena itu, jika dialihaksarakan dari aksara Bali ke huruf Latin, maka La lenga ditulis "Le" (baca: lə).
Penggunaan
[sunting | sunting sumber]La lenga ditulis pada kata yang mengandung bunyi /ɭ/, ditulis "Le", atau dilambangkan oleh huruf Latin Ḷ menurut IAST. Huruf Ḷ dibaca seperti /li/ atau /lə/ dalam kata: "pelipur"; "peletak".[1] Dalam bahasa Bali, huruf Ḷ sering diucapkan /lə/. Sehubungan dengan itu, segala bunyi /lə/ harus ditulis dengan La lenga. Maka dari itu, huruf La tidak boleh dibubuhi tanda pepet agar bunyinya /lə/, karena sudah ada La lenga sebagai pengganti La yang dibubuhi pepet.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
- Surada, I Made. 2007. Kamus Sanskerta-Indonesia. Surabaya: Penerbit Paramitha.
- Simpen, I Wayan. Pasang Aksara Bali. Diterbitkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Daerah Tingkat I Bali.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Surada, hal. 8.