Lompat ke isi

Surah An-Nisa’: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Penggantian teks otomatis (-duka cita +dukacita)
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Ayat 65: Bot: Merapikan artikel
 
(37 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Sura
{{Infobox Sura
| name = An-Nisā’
| name = An-Nisa' {{br}}<big>[[Berkas:Alnesa2.png|253px]]</big>
| image =
| image =
| caption =
| caption =
| arti = ''Wanita''
| arti = Perempuan
| nama_lain = ''an-Nisa'ul Kubra'' {{br}} (an-Nisa yang Besar)<ref name="Al-Jumunatul 'Ali">Departemen Agama RI.2007.''Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul 'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur''.Bandung:J-Art</ref>
| nama_lain = ''an-Nisa'ul Kubra'' {{br}} (an-Nisa yang Besar)<ref name="Al-Jumunatul 'Ali">Departemen Agama RI.2007.''Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul 'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur''.Bandung:J-Art</ref>
| klasifikasi = [[Madaniyah]]
| klasifikasi = [[Madaniyah]]
| surah_ke = 4
| surah_ke = 4
| nomor_juz = 4–6
| nomor_juz = [[Juz 4]] (ayat 1-23) {{br}} [[Juz 5]] (ayat 24-147) {{br}} [[Juz 6]] (ayat 148-176)
| waktu_pewahyuan =
| waktu_pewahyuan =
| jumlah_ruku =
| jumlah_ruku =24
| jumlah_ayat = 176 ayat
| jumlah_ayat = 176
| jumlah_kata =
| jumlah_kata =
| jumlah_huruf =
| jumlah_huruf =
| ayat_sajdah =
| ayat_sajdah =
| Harf-e-Mukatta'at =
| Harf-e-Mukatta'at =
|name-ar=النسآء|prev_sura=[[Ali Imran]]|next_sura=[[Al-Ma'idah]]}}
}}
'''Surah An-Nisa'''' ([[bahasa Arab]]:'''النسآء''', ''an-Nisā'', "[[Wanita]]") terdiri atas 176 ayat dan tergolong [[surah]] [[Madaniyyah]]. Dinamakan ''An- Nisa'' (wanita) karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan [[wanita]] serta merupakan surah yang paling membicarakan hal itu dibanding dengan surah-surah yang lain. Surah yang lain banyak juga yang membicarakan tentang hal wanita ialah [[surah At-Talaq]] Dalam hubungan ini biasa disebut surah An-Nisa dengan sebutan: Surah An-Nisa Al Kubra (surah An-Nisa yang besar), sedang surah At-Talaq disebut dengan sebutan: Surah An-Nisa As-Sughra (surah An-Nisa yang kecil).
'''Surah An-Nisa'''' ({{lang-ar|سورة النسآء|translit=sūrah an-nisā’|lit=perempuan}})<ref name="Quran 4 U">{{cite web|author=Ibn Kathir|author-link=Ibn Kathir|title=Tafsir Ibn Kathir (English): Surah Al Nisa|url=http://www.quran4u.com/Tafsir%20Ibn%20Kathir/004%20Nisa.htm|work=Quran 4 U|publisher=[[Tafsir]]|access-date=23 December 2019}}</ref><ref>{{cite web|title=The Meaning of the Glorious Qur'ân,: 4. an-Nisa': Women|url=http://www.sacred-texts.com//isl/pick/004.htm|publisher=Sacred-texts.com|access-date=2016-05-24|archive-date=2001-11-08|archive-url=https://web.archive.org/web/20011108201633/http://www.sacred-texts.com//isl/pick/004.htm|dead-url=yes}}</ref> adalah surah ke-4 dalam Al-Qur'an yang terdiri atas 176 ayat.<ref name="Haleem, M. A. S 2008" /> Dinamakan ''An- Nisa'' (wanita) karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan [[wanita]]<ref name="Haleem, M. A. S 2008">Haleem, M. A. S. Abdel. The Qur'an. New York: Oxford University Press, 2008. Print.</ref> serta merupakan surah yang paling membicarakan hal itu dibanding dengan surah-surah yang lain. Surah ini digolongkan [[Madaniyyah]] sebagaimana ditetapkan oleh [[Muhammad Husain Thabathaba'i]] yang mengatakan bahwa berdasarkan isinya, surah ini diwahyukan setelah hijrahnya Nabi [[Muhammad]].<ref>“Tafsir Al-Mizan - An Exegesis of the Holy Quran by the Late Allamah Muhammad Hussain Tabatabai.” Web. 25 Nov. 2012.</ref>


Surah yang lain banyak juga yang membicarakan tentang hal wanita ialah [[surah At-Talaq]]. Dalam hubungan ini biasa disebut surah An-Nisa dengan sebutan "Surah An-Nisa al-Kubra" (surah An-Nisa yang besar), sedang surah At-Talaq disebut dengan sebutan "Surah An-Nisa Ash-Shughra" (surah An-Nisa yang kecil).<ref>{{Cite book|last=Khinn|first=Muṣṭafá Saʻīd|date=2014|url=https://www.worldcat.org/oclc/940900503|title=Sejarah ushul fikih|location=Jakarta|isbn=978-979-592-693-1|edition=Edisi Indonesia|pages=72|others=Muhammad Misbah|oclc=940900503|url-status=live}}</ref>
== Terjemahan ==

''Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.''
Meski surah ini muncul sebagai surah ke-4 dalam mushaf, menurut klasifikasi Nöldeke, berdasarkan tradisi Islam, An-Nisa' diturunkan sebagai surah ke-100.<ref>Robinson, Neal. Discovering the Qur'an: A Contemporary Approach to a Veiled Text. London: SCM Press LTD, 1996. Print.77.</ref> Amir-Ali menempatkannya sebagai surah ke-94, sedangkan Utsman dan Ibnu Abbas meyakini sebagai surah ke-92 yang diturunkan.<ref name="autogenerated1">[http://www.Clay.Smith.name/Revelation_Order.doc Smith, Clay Chip. "Revelation Order of the Qur'an According to 13 Sources." A Chronological Perspective of the Qur'an. N.p.. Web. 25 November 2012.] {{webarchive|url=https://web.archive.org/web/20030913131336/http://www.clay.smith.name/Revelation_Order.doc|date=13 September 2003}}</ref> [[Ja'far ash-Shadiq]] menempatkannya sebagai surah ke-91 yang diturunkan.<ref name="autogenerated1" /> Berdasarkan hukum anak yatim, surah ini kemungkinan besar diturunkan setelah banyak umat Islam terbunuh dalam [[Perang Uhud]], meninggalkan banyak tanggungan di masyarakat Muslim baru.<ref>Robinson, Neal. Discovering the Qur'an: A Contemporary Approach to a Veiled Text. London: SCM Press LTD, 1996. Print. 80.</ref> Dengan demikian, pewahyuannya dimulai sekitar tahun ketiga Hijriah, tetapi baru selesai pada tahun kedelapan Hijriah.<ref name="archive">[[iarchive:InTheShadeOfTheQuranSayyidQutb|Qutb, Sayyid. In the Shade of the Qur'an. 3. eBook.]] {{Cite web |url=https://archive.org/details/InTheShadeOfTheQuranSayyidQutb |title=Salinan arsip |access-date=2023-01-03 |archive-date=2015-09-11 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150911183133/https://archive.org/details/InTheShadeOfTheQuranSayyidQutb |dead-url=unfit }}</ref> Akibatnya, bagian dari surah ini, yang terpanjang kedua dalam al-Qur'an, diwahyukan bersamaan dengan sebagian dari [[Surah Al-Mumtahanah]] 60.<ref name="archive" /> Akan tetapi, surah tersebut menunjukkan beberapa koherensi tematik, meskipun pewahyuannya terputus-putus.<ref>Tafsir Al-Mizan - An Exegesis of the Holy Quran by the Late Allamah Muhammad Hussain Tabatabai.” Web. 25 Nov. 2012.</ref>
* Wahai umat manusia, bertakwalah kepada Tuhan kalian, Yang telah menciptakan kalian dari seorang diri serta daripada diri itu telah Allah ciptakan istrinya; bahwa daripada keduanya; Allah sebarkan laki-laki beserta perempuan yang banyak; <br>maka bertakwalah kepada Allah, yang kepada Dia, kalian memohon beserta tentang ikatan rahim, sungguh Allah selalu Mengawasi kalian. (Ayat:1)

* Dan berikan kepada anak-anak yatim tentang harta benda mereka, janganlah kalian menukar hal yang baik dengan hal yang buruk, serta jangan menghabiskan harta benda mereka bersama harta benda kalian; sebab tindakan-tindakan itu termasuk dosa besar, <br>dan jika kalian takut tidak dapat berlaku adil terhadap perempuan yatim maka nikahilah wanita-wanita yang kalian pilih: dua, tiga atau empat, kemudian apabila kalian khawatir tidak dapat berlaku seimbang, maka seorang saja; ataupun perempuan yang berada dalam kuasa kalian, hal demikian itu supaya tidak cenderung berbuat curang, <br>berilah mahar nikah kepada perempuan sebagai pemberian yang layak kemudian apabila mereka mengembalikan sebagian itu kepada kalian karena dirinya sendiri, maka terimalah itu sebagai hal yang berguna, bermanfaat. (Ayat:2-4)
Lebih lanjut, sehubungan dengan penempatan surah ini di dalam Al-Qur'an secara keseluruhan, Neal Robinson mencatat apa yang dia sebut sebagai "berkesinambungannya" surah-surah.<ref name="Robinson, Neal 1996">Robinson, Neal. Discovering the Qur'an: A Contemporary Approach to a Veiled Text. London: SCM Press LTD, 1996. Print. 266.</ref> Berdasarkan gagasan struktur ini, satu surah diakhiri dengan bahasan yang dilanjutkan pada surah berikutnya.<ref name="Robinson, Neal 1996" /> Surah Ali Imran, membahas laki-laki dan perempuan menjelang akhir surah (3:195).<ref name="Robinson, Neal 1996" /> Tema ini dilanjutkan dalam surah ini:<ref name="Robinson, Neal 1996" /> "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan."<ref>Haleem, M. A. S. Abdel. The Qur'an. New York: Oxford University Press, 2008. Print. 50</ref> Kecocokan ini mungkin menunjukkan proses editorial yang kompleks dalam penyusunan mushaf.<ref>Robinson, Neal. Discovering the Qur'an: A Contemporary Approach to a Veiled Text. London: SCM Press LTD, 1996. Print. 270.</ref>
* Dan janganlah kalian serahkan urusan harta benda kepada golongan yang belum pandai, sehingga Allah jadikan itu sebagai urusan kalian, nafkahilah mereka serta dengan itu pakaikan diri mereka serta ucapkan kepada mereka, ucapan yang baik, serta ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka dewasa untuk menikah kemudian jika menurut kalian mereka sanggup berlaku bijak maka serahkan kepada mereka harta benda milik mereka, <br>dan janganlah kalian menghabiskan harta benda secara boros maupun secara tergesa-gesa sebelum mereka telah dewasa; barangsiapa kaya maka hendaklah ia menahan diri dan barangsiapa yang membutuhkan maka bolehlah ia mempergunakan harta itu secara patut, kemudian apabila kalian menyerahkan harta benda kepada mereka maka hendaklah kalian menjadi saksi-saksi untuk mereka dan cukuplah Allah sebagai Saksi.<br>Untuk orang laki-laki ada bagian dari yang ditinggalkan kedua orang tua ataupun kerabatnya, serta untuk orang wanita ada bagian dari yang ditinggalkan kedua orang tua ataupun kerabatnya; baik sedikit atau banyak bagian yang telah ditentukan itu, maka apabila sewaktu pembagian itu terdapat kaum kerabat, anak yatim serta golongan peminta-minta hadir, maka dermakan harta benda itu untuk mereka serta ucapkan kepada mereka, ucapan yang baik <br>serta hendaklah khawatir, orang-orang yang sekiranya meninggalkan keturunan lemah sebagai penerus mereka, oleh sebab itu hendaklah orang-orang itu bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar, <br>sedangkan golongan yang menghabiskan harta benda anak yatim zalim; yang sebenarnya mereka itu sedang menelan api ke dalam perut mereka, serta mereka akan terjerumus ke dalam Gejolak Api. (Ayat:5-10)

* Allah menentukan untuk kalian tentang bagian anak-anak kalian; jumlah bagian seorang lelaki setara dengan jumlah bagian untuk dua orang perempuan; <br>dan apabila jumlah saudara perempuan lebih dari dua orang, maka kadar bagian mereka itu adalah dua per tiga dari harta benda yang ditinggalkan; <br>jika perempuan itu seorang saja, maka ia memperoleh setengah harta tersebut, <br> sedangkan untuk kedua orang tua, untuk masing-masing seperenam dari harta itu, jika orang itu mempunyai anak-anak, <br> apabila orang itu tidak mempunyai anak sehingga ia mewariskan kepada kedua orang tua, maka ibunya mendapat sepertiga; apabila orang itu mempunyai beberapa saudara, maka ibunya mendapat seperenam sesudah wasiat dibuat atau sesudah hutang dilunasi.<br> tentang orang tua kalian dan anak-anak kalian, tidaklah kalian ketahui siapa dari mereka yang lebih bermanfaat untuk kalian sebagai suatu Ketetapan dari Allah; sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.<br>Bahwa kadar bagian kalian adalah setengah dari harta yang ditinggalkan oleh istri-istri kalian jika mereka tidak mempunyai anak, apabila istri-istri kalian itu mempunyai anak, maka kalian mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkan sesudah wasiat dibuat atau sesudah hutang dilunasi, <br>para istri memperoleh seperempat dari harta yang kalian tinggalkan jika kalian tidak mempunyai anak, <br>jika kalian mempunyai anak, maka para istri memperoleh seperdelapan dari harta yang kalian tinggalkan sesudah wasiat dibuat atau sesudah hutang dilunasi.<br>Apabila seseorang mati, baik laki-laki maupun perempuan, yang tidak meninggalkan orang tua maupun anak, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki atau seorang saudara perempuan, maka bagian masing-masing dari kedua saudara itu adalah seperenam harta tetapi jika saudara-saudara yang seibu berjumlah lebih dari yang demikian, maka mereka dapat bersepakat tentang sepertiga harta itu sesudah wasiat dibuat atau sesudah hutang dilunasi dengan tanpa ada keberatan, sebagai suatu Ketetapan dari Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Penyantun.<br>Demikianlah ketentuan-ketentuan dari Allah, barangsiapa taat terhadap Allah beserta para RasulNya, maka Allah akan menempatkan orang itu ke dalam Surga yang dialiri sungai-sungai di bawahnya, untuk berada disana selamanya; bahwa demikianlah pencapaian yang luar biasa <br>dan barangsiapa yang mendurhakai Allah beserta RasulNya, maupun yang melanggar ketetapan-ketetapanNya, maka Allah memasukkan orang itu ke dalam Neraka hingga berada disana selamanya, serta Azab yang menghinakan menimpa orang itu. (Ayat:11-14)
== Isi ==
* Dan terhadap wanita-wanita yang melakukan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang di antara kalian yang bersaksi kemudian apabila mereka telah mempersaksikan, maka kurunglah mereka dalam rumah sampai mereka direnggut Maut atau sampai Allah menyediakan jalan lain untuk mereka; <br>sedangkan terhadap dua orang yang melakukan perbuatan keji dari kalian, maka hukumlah keduanya kemudian apabila keduanya terlebih dahulu bertaubat dan memperbaiki diri, maka biarkan mereka itu; sungguh Allah Maha Berbelas kasihan, Maha Penyayang. (Ayat:15-16)
{{col|2}}
* Bahwasanya pertaubatan di sisi Allah hanyalah pertaubatan orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran ceroboh kemudian mereka bersegera bertaubat; demikian itu merupakan pertaubatan yang diterima Allah; sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.<br>Bahwa bukanlah pertaubatan, golongan yang terus melakukan kejahatan hingga ketika mencapai pada ajal orang itu, barulah ia mengatakan: "Bahwa aku bertaubat sekarang" dan bukan pula dari golongan yang mati sedang mereka dalam keadaan kafir, untuk golongan itu telah Kami sediakan Azab pedih. (Ayat:17-18)
; Hukum keluarga
* Wahai golongan yang beriman, tidak halal bagi kalian mempusakai wanita dengan cara paksa dan janganlah kalian menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian hal yang telah kalian berikan kepadanya terkecuali apabila mereka melakukan tindakan keji yang jelas, maka perlakukan mereka secara baik kemudian jika kalian tidak menyukai mereka, mungkin saja kalian tidak menyukai sesuatu, padahal Allah mengadakan kebaikan yang banyak padanya. Apabila kalian ingin mengganti istri kalian dengan istri yang lain, sedang kalian telah memberikan kepada seseorang di antara mereka harta benda yang banyak, maka janganlah kalian mengambil kembali barang sedikitpun daripada itu; apakah kalian akan mengambil kembali hal itu dengan tuduhan dusta serta dengan kejahatan jelas? Bagaimanakah kalian akan mengambilnya kembali padahal sebagian kalian telah saling bersama; dan mereka telah mengadakan janji yang sah kepada kalian. (Ayat:19-21)
* Kewajiban para ''washi'' terhadap asuhannya dan kewajiban para wali terhadap orang yang di bawah perwaliannya (1–6)
* Dan jangan mengawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayah kalian, terkecuali hal yang telah terjadi pada masa lampau, sungguh perbuatan itu sangat keji serta dibenci oleh Allah, serta perbuatan itu merupakan seburuk-buruk jalan; <br>Diharamkan atas kalian, ibu-ibu kalian; putri-putri kalian; saudara-saudara kalian yang perempuan; bibi-bibi dari ibu kalian; bibi-bibi dari bapak kalian; putri-putri dari saudara-saudara kalian yang laki-laki; putri-putri dari saudara-saudara kalian yang perempuan; ibu-ibu yang menyusui kalian; saudara perempuan sepersusuan; ibu-ibu dari istri kalian; putri-putri tiri yang berada dalam pemeliharaan kalian dari istri yang telah kalian campuri, namun apabila kalian belum campur dengan istri itu maka tidaklah berdosa untuk mengawini hal demikian; istri-istri dari putra-putra kandung kalian; demikian halnya mengawini dua perempuan yang bersaudara pada saat yang sama terkecuali hal yang telah terjadi pada masa lampau, sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.<br> perempuan-perempuan yang bersuami kecuali yang dimiliki dalam kuasa kalian sebagai Ketetapan Allah atas kalian, maka dihalalkan untuk kalian selain hal-hal tersebut, untuk memperoleh istri-istri mempergunakan harta benda kalian untuk dikawini, bukan bermaksud berbuat keji. oleh sebab kamu memperoleh sesuatu dari mereka, maka berilah kepada mereka mahar sebagai suatu kewajiban, serta tiada berhalangan untuk kalian tentang sesuatu yang saling kalian relakan, sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.<br> barangsiapa di antara kalian yang tidak memiliki cukup perbekalan untuk mengawini wanita merdeka yang beriman, maka orang itu boleh mengawini wanita yang beriman, dari wanita-wanita yang kalian miliki, Allah memahami keimanan kalian, serta sebagian kalian berasal dari sebagian lain, oleh karena itu kawinilah mereka seizin tuan mereka serta berilah mahar mereka secara layak sedang mereka pun wanita-wanita yang santun, bukan pezina serta bukan menjadikan kekasih; sekiranya mereka telah bertunangan, kemudian mereka melakukan perbuatan keji, maka kadar hukuman atas mereka adalah setengah hukuman terhadap wanita-wanita merdeka yang bersuami, demikianlah itu untuk golongan yang menjaga diri terhadap perbuatan dosa di antara kalian, serta kesabaran kalian itu lebih baik untuk kalian. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.<br>Allah yang menjelaskan kepada kalian serta yang membimbing kalian tentang Ketetapan-Ketetapan yang sebelum kalian, serta Dia mengasihani kalian, sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.<br>Dan Allah hendak berpihak kepada kalian, sedangkan orang yang menuruti syahwat bermaksud supaya kalian berpaling sejauh mungkin, <br>Dia ingin memudahkan kalian, sungguh manusia diciptakan dalam keadaan rapuh. (Ayat:22-28)
* Pokok-pokok hukum waris (7–14)
* Wahai golongan yang beriman, janganlah kalian menghabiskan harta benda sesama kalian secara batil terkecuali melalui cara perniagaan yang berlaku dengan saling kerelaan di antara kalian <br>dan jangan membunuh diri kalian sendiri, sungguh Allah Maha Penyayang terhadap kalian dan barangsiapa berbuat demikian secara melanggar serta zalim, maka kelak Kami akan memasukkan orang itu ke dalam Neraka, hal demikian itu adalah perkara mutlak bagi Allah, <br>Jika kalian menghindari tindakan yang sangat keji dari yang telah dilarang bagi kalian niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahan kalian serta Kami tempatkan kalian ke tempat yang terhormat,<br>maka jangan iri terhadap hal-hal yang dikaruniakan Allah kepada sebagian kalian, yang lebih banyak dibanding sebagian lain; bahwa untuk orang laki-laki ada bagian daripada hal-hal yang mereka usahakan sedangkan para wanita memiliki bagian dari hal-hal yang mereka usahakan, maka mohonlah kepada Allah, tentang sebagian dari KaruniaNya, sungguh Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.<br> Berkaitan dengan setiap warisan yang ditinggalkan kedua orang tua maupun karib kerabat, Kamilah yang menentukan para pewarisnya; sedangkan orang-orang yang telah bersumpah setia dengan kalian maka berilah bagian untuk mereka, sungguh Allah Maha Memahami segala sesuatu. (Ayat:29-33)
* Dasar untuk menetapkan perbuatan keji dan hukumnya (15–18)
* Laki-laki itu merupakan pengatur perempuan oleh sebab Allah yang memuliakan sebagian mereka dibanding sebagian lain, serta oleh karena mereka telah menafkahkan sebagian harta milik mereka, oleh sebab itu perempuan-perempuan yang berperilaku baik merupakan perempuan-perempuan yang patuh menjaga diri ketika tanpa pengawasan oleh karena diawasi Allah, <br>perempuan-perempuan yang kalian khawatirkan keburukan mereka maka nasihati mereka serta pisahkan mereka dari tempat tidur, lalu pukul mereka; kemudian apabila mereka mematuhi kalian maka janganlah kalian mencari-cari alasan untuk menyusahkan, sungguh Allah Maha Luhur, Maha Dahsyat.<br> Sekiranya kalian khawatirkan perselisihan antara keduanya, maka hadirkan seorang penengah dari keluarga laki-laki serta seorang penengah dari keluarga perempuan, jika keduanya mengingini perbaikan niscaya Allah yang menyatukan keduanya, sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Mengawasi. (Ayat:34-35)
* Cara bergaul dengan istri (19–21)
* Sembahlah Allah dan jangan mempersekutukan Dia terhadap sesuatupun <br>dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kaum kerabat, anak-anak yatim, golongan peminta-minta, tetangga terdekat, tetangga jauh, teman karib, para pengembara serta golongan yang berada dalam kuasa kalian, <br>sungguh Allah tidak menyukai golongan yang angkuh, membangga-banggakan diri, kikir, maupun golongan yang menyuruh orang lain berlaku kikir sehingga menyembunyikan karunia Allah yang telah Dia karuniakan untuk mereka sedangkan telah Kami sediakan Azab yang menghinakan untuk golongan kafir serta golongan yang menyisihkan harta benda mereka untuk menampak-nampakkan kepada manusia, maupun golongan yang tidak beriman kepada Allah beserta kepada Hari Akhir, <br> barangsiapa yang menjadikan setan itu menjadi kawan, maka setan itu merupakan kawan terburuk. (Ayat:36-38)
* [[Pernikahan dalam Islam|Hukum perkawinan]] (22–28)
* Apakah kesalahan mereka, jika mereka beriman kepada Allah berserta Hari Akhir; serta mereka menyisihkan sebagian rezeki yang telah Allah karuniakan kepada mereka? Dan Allah Maha Mengetahui keadaan mereka.<br>sungguh Allah tidak memperlakukan seorang pun secara zalim walau sekecil zarrah; sekiranya terdapat kebajikan seukuran itu pun niscaya Allah akan melipatgandakan hal itu serta Dia karuniakan upah yang besar dari sisiNya, <br>maka bagaimanakah apabila Kami datangkan seseorang saksi dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan dirimu sebagai saksi terhadap mereka, pada sebuah Hari ketika orang-orang yang kafir maupun orang-orang yang mendurhakai Rasul, berharap supaya mereka disamakan dengan tanah, tatkala mereka tidak dapat menyembunyikan suatu kejadian pun. (Ayat:39-42)
* Islam melindungi hak milik laki-laki dan perempuan (29–33)
* Wahai golongan yang beriman, jangan mendekati shalat sewaktu kalian dalam keadaan tidak sadar; sampai kalian mengerti hal-hal yang kalian ucapkan, jangan pula dalam keadaan junub terkecuali ketika kalian hendak mandi, sewaktu kalian sakit atau berada dalam perjalanan atau datang dari tempat buang air atau kalian menyentuh perempuan, lalu kalian tidak mendapati air maka hendaklah bertayamum dengan tanah yang suci; usaplah ke muka kalian beserta tangan kalian; sungguh Allah Maha Memaklumi, Maha Pengampun. (Ayat:43)
* Beberapa peraturan hidup bersuami-istri (34–35)
* Apakah kamu tidak memperhatikan golongan yang telah diberi suatu bagian dari Al Kitab? mereka itu menghendaki pembelotan dan mereka bermaksud supaya kalian membelot dari Ketetapan, sungguh Allah lebih mengetahui tentang musuh-musuh kalian, maka cukuplah Allah sebagai Pelindung serta cukuplah Allah sebagai Penyelamat<br> di kalangan orang-orang Yahudi, mereka mengubah-ubah perkataan dari keadaan semula, mereka mengatakan: "kami mendengar tetapi kami ingkar" dan "dengarkan yang tidak terdengar" dan "pandanglah kami" dengan memutar-mutar lidah serta mencela Hukum, sekiranya mereka mengatakan: "kami mendengar serta kami mematuhi, maka dengarlah, serta perhatikan kami" tentulah itu adalah lebih baik untuk mereka serta lebih tepat, akan tetapi Allah telah mengutuk mereka akibat kekafiran mereka; mereka itu tidak beriman terkecuali sebagian kecil. (Ayat:44-46)
; Kewajiban terhadap Allah dan sesama manusia (36–42)
* Wahai golongan yang telah diserahi Al-Kitab, berimanlah kepada hal-hal yang telah Kami kirimkan sebagai penggenapan yang berada pada kalian sebelum Kami memalingkan muka dari sebagian kalian lalu Kami biarkan ke belakang atau Kami kutuki mereka sebagaimana Kami mengutuki sekelompok orang pada Sabat; bahwa Ketetapan Allah pasti berlaku; <br>sungguh Allah takkan mengampuni sikap persekutuan terhadap Dia, serta Dialah yang mengampuni perkara yang selain itu terhadap siapa yang Dia perkenan; sedang siapapun yang mempersekutukan Allah maka sungguh orang itu telah mengada-adakan hal yang sangat keji, <br>apakah kamu tidak memperhatikan orang yang memurnikan diri sendiri? yang sebenarnya Allah yang memurnikan orang yang Dia perkenan serta mereka tidak sedikit pun diperlakukan zalim, perhatikan bagaimanakah mereka mengada-adakan dusta terhadap Allah? dan cukuplah yang demikian sebagai bukti. (Ayat:47-50)
; Kesucian lahir dan batin
* Tidakkah kalian memperhatikan golongan yang diserahi suatu bagian Al-Kitab? mereka percaya kepada Jibt dan Thaghut, bahkan mereka mengatakan kepada orang-orang yang kafir bahwa mereka itu lebih tepat dibanding orang-orang beriman dalam perkara jalan hidup; mereka itulah orang yang dikutuki Allah, barangsiapa yang dikutuki Allah niscaya kalian takkan mendapati penyelamat baginya, <br>ataukah ada bagian kerajaan pada mereka? sekalipun ada, mereka takkan menyerahkan sedikit pun kepada manusia<br> ataukah mereka mendengki terhadap manusia lantaran anugerah yang telah Allah karuniakan kepada orang itu? sungguh Kami yang telah memberikan Al-Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, telah Kami memberikan kepada mereka, kerajaan yang besar <br> maka di antara mereka terdapat golongan yang beriman kepada hal demikian<br>serta dari mereka terdapat orang-orang yang menghalangi untuk beriman terhadapnya maka cukuplah Jahannam yang membara,<br> sungguh golongan yang mengingkari ayat-ayat Kami, kelak Kami campakkan mereka ke dalam Neraka, setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti mereka dengan kulit yang lain supaya mereka merasakan Azab, sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. (Ayat:51-56)
* Kesucian lahir dan batin dalam sembahyang (43)
* Dan orang-orang yang beriman beserta memperbuat berbagai keshalehan kelak akan Kami tempatkan mereka ke dalam Surga yang dialiri sungai-sungai di bawahnya; orang-orang tersebut disana selamanya; disana mereka mempunyai istri-istri yang suci juga Kami tempatkan mereka ke tempat teduh yang menaungi.<br>Sungguh Allah menyuruh kalian menyampaikan kepercayaan kepada penerimanya, serta apabila kalian menghakimi umat manusia supaya kalian menghakimi secara adil, sungguh Allah memberi pengajaran sebaik-baiknya kepada kalian, sungguh Allah Maha Mendengar, Maha Mengawasi. (Ayat:57-58)
* Orang yang tidak suci batinnya dan ancaman Allah terhadap mereka (44–57)
* Wahai orang-orang yang beriman, taati Allah serta taati Rasul, juga taati pihak yang memiliki kewenangan terhadap kalian, kemudian apabila kalian berlainan pendapat tentang suatu perkara maka serahkan hal tersebut kepada Allah beserta Rasul jika kalian memang beriman kepada Allah beserta Hari Akhir; hal demikian adalah hal yang terbaik serta paling sesuai untuk diberlakukan. (Ayat:59)
; Dasar-dasar pemerintahan (58–70)
* Tidakkah kamu memperhatikan golongan yang mengaku mengimani tentang hal yang dikirimkan kepadamu serta hal yang dikirimkan sebelum kamu? mereka hendak berhakim kepada Thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari Thaghut itu sehingga setan yang ingin menyesatkan mereka sejauh-jauhnya<br>apabila diserukan kepada mereka: "Ikutilah kepada hal yang telah Allah kirimkan dan kepada Rasul" pasti kamu mendapati golongan munafik menentang disertai rasa enggan, <br>apabila kesengsaraan menimpa mereka disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri tentu mereka menemuimu sambil bersumpah: "Demi Allah, kami tidak lain menghendaki kebaikan serta kerukunan" sedang Allah lebih memahami golongan seperti itu maupun hal yang berada di kalbu mereka; oleh sebab itu tinggalkan mereka serta nasihati mereka juga ucapkan kepada mereka, perkataan yang mengguncangkan jiwa mereka<br>dan tidaklah Kami mengutus seorang Rasul untuk ditaati melainkan atas izin Allah, <br>sungguh apabila kelompok yang berlaku zalim terhadap diri sendiri menemui dirimu lalu memohon ampun kepada Allah, serta supaya Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Mengasihani, Maha Penyayang.<br>Bahwa demi Tuhanmu, mereka itu tidaklah beriman hingga mereka menjadikan dirimu supaya menghakimi mereka terhadap hal-hal yang mereka perkarakan kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam diri mereka terhadap putusan yang kamu beri, serta mereka sepenuhnya menerima<br>sekiranya Kami perintahkan kepada mereka: "Bunuhlah diri kalian atau tinggalkan negeri kalian" niscaya mereka tidak akan melakukan hal itu kecuali sebagian kecil dari mereka, sekiranya mereka melaksanakan pengajaran yang diberikan kepada mereka tentulah hal demikian itu lebih baik untuk mereka dan lebih menguatkan; jika demikian, pastilah Kami karuniakan mereka berupa upah berlimpah-limpah dari sisi Kami; dan tentulah Kami membimbing mereka menuju Ketentuan yang tepat.<br>bahwa siapapun yang mematuhi Allah beserta Rasul, mereka itu bersama-sama dengan golongan yang dianugerahi Kebaikan dari Allah yakni para nabi, para shiddiiqiin, para syuhada serta golongan berperilaku baik, bahwasanya mereka itulah kelompok yang berkenan, hal demikian itu adalah karunia dari Allah, maka cukuplah Allah, Yang Maha Mengetahui. (Ayat:60-70)
; Taktik, tujuan, dan adab perang
* Wahai orang-orang beriman, bersiaplah, dan majulah berkelompok-kelompok atau majulah bersama-sama! bahwa sungguh di antara kalian ada orang yang enggan serta berlambat-lambat maka jika kalian ditimpa keburukan orang itu berkata: "Sungguh Tuhan telah menganugerahkan kebaikan kepada diriku karena diriku tidak ikut bersama-sama mereka." dan sungguh jika kalian memperoleh karunia dari Allah, tentulah orang itu mengatakan seolah-oleh ia belum pernah mengenal diri kalian: "Kiranya aku berada bersama-sama mereka, tentulah aku memperoleh kemenangan yang besar" <br>Sebab itu hendaklah golongan yang menukar kehidupan dunia untuk Akhirat, turut berperang untuk Kehendak Allah, <br> siapapun yang berperang untuk kehendak Allah, lalu terbunuh atau memperoleh kemenangan maka kelak Kami berikan upah berlimpah untuk orang itu, <br> mengapakah kalian tidak mau berperang untuk Kehendak Allah sementara terdapat golongan yang tertindas baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang semuanya berdoa: "Wahai Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri yang penduduknya berlaku zalim, dan hadirkan untuk kami pelindung dari sisi Engkau, serta hadirkanlah kepada kami penolong dari sisi Engkau!"<br> golongan yang beriman itu berperang untuk Kehendak Allah sedangkan golongan kafir itu berperang untuk jalan Thaghut, oleh sebab itu bunuhlah kawan-kawan setan itu oleh karena sungguh tipu daya setan itu merupakan kesia-siaan. (Ayat:71-76)
* Keharusan siap siaga terhadap musuh (71–76)
* Tidakkah kalian perhatikan golongan yang diserukan kepada mereka: "Tahanlah tangan kalian, dirikan shalat dan tunaikan zakat!" setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian mereka takut kepada manusia sebagaimana mereka takut kepada Allah, bahkan sangat takut; <br>mereka mengatakan: "Wahai Tuhan kami, mengapakah Engkau wajibkan berperang kepada kami? mengapakah tidak Engkau tangguhkan kepada kami sampai beberapa waktu lagi?" katakanlah: "Kesenangan dunia ini hanya sebentar sedangkan Akhirat itu lebih baik untuk golongan bertaqwa, serta kalian takkan sedikit pun diperlakukan zalim," <br> Di mana pun kalian berada, Maut akan mendapati kalian sekalipun kalian berada di dalam benteng yang menjulang tinggi,<br>dan ketika mereka memperoleh keberuntungan, mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah" dan kalau keburukan menimpa mereka, mereka mengatakan: "Ini dari sisi dirimu", katakanlah: "Masing-masing itu dari sisi Allah" maka mengapakah golongan itu tiada memahami penjelasan? kebaikan apapun yang kamu peroleh merupakan berasal dari Allah, sedangkan bencana apapun yang menyusahkanmu maka itu berasal dari dirimu sendiri, Kami telah mengutus dirimu sebagai Rasul kepada umat manusia maka cukuplah Allah sebagai Saksi; barangsiapa yang menaati Rasul tersebut sungguh ia telah menaati Allah; sedangkan barangsiapa yang berpaling maka Kami tidak mengutus dirimu sebagai penanggung jawab mereka, <br>dan mereka mengatakan: "taat" tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebagian mereka di malam hari menganggap lain mengenai hal-hal yang telah disampaikan mereka dan Allah menulis yang mereka anggap itu maka berpalinglah dari mereka serta taruhlah kepercayaan kepada Allah, cukuplah Allah sebagai Pengatur, <br>tidakkah mereka memperhatikan Al-Quran? sekiranya itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapati banyak pertentangan di dalamnya. (Ayat:77-82)
* Sikap orang [[munafik]] dalam menghadapi perang (77–83)
* Dan apabila datang kepada mereka suatu perkara tentang keamanan ataupun ketakutan, maka mereka menyiarkan hal itu, sekiranya mereka menyerahkan hal demikian kepada Rasul beserta pihak yang memiliki kewenangan terhadap mereka tentulah penyelesaian diberitahukan di tengah-tengah mereka, <br>kalau bukan berasal dari karunia Allah beserta KasihNya kepada kalian, tentulah kalian telah menurut setan terkecuali sebagian kecil saja. (Ayat:83)
* Kewajiban berperang dan adab-adabnya (84–87)
* Maka berperanglah kalian untuk Kehendak Allah, tidaklah kalian dibebani melainkan atas kewajiban kalian sendiri, semangatilah golongan yang beriman, mudah-mudahan Allah menumpas serangan golongan kafir itu; Allah sangat besar KekuatanNya dan sangat pedih HantamanNya. (Ayat:84)
* Cara menghadapi orang munafik (88–91)
* Barangsiapa yang mengadakan perantaraan kebaikan, niscaya ia akan memperoleh manfaat daripada itu; dan barangsiapa mengadakan perantaraan untuk kejahatan niscaya ia akan menanggung kesalahan daripada itu, Allah Maha Mengendalikan segala sesuatu. (Ayat:85)
* Hukum membunuh seorang muslim (92–93)
* Apabila kalian dihormati dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah dengan tindakan yang lebih baik daripada itu, atau balaslah secara sesuai, sungguh Allah memperhitungkan segala sesuatu. (Ayat:86)
* Teliti dalam mengambil tindakan (94)
* Allah, tiada Tuhan selain Dia, Dialah yang akan menghimpunkan kalian pada Hari Kebangkitan yang tiada keraguan mengenai yang demikian lalu siapakah sosok yang lebih terjamin dalam hal Hadits daripada Allah? (Ayat:87)
* Perbedaan antara orang berjihad dan yang tidak berjihad karena uzur dengan yang tidak jihad (95–96)
* Mengapakah kalian menjadi dua pihak terhadap golongan munafik padahal Allah yang menghancurkan mereka, disebabkan usaha mereka sendiri, <br>apakah kalian ingin membimbing golongan yang dibiarkan Allah? barangsiapa yang dibiarkan Allah, kalian takkan dapati cara bimbingan untuk orang itu <br>mereka itu berupaya supaya kalian menjadi kafir sebagaimana mereka telah kafir lalu kalian menjadi serupa maka jangan jadikan orang-orang itu sebagai penolong sehingga orang-orang itu berpindah pada Kehendak Allah, <br>apabila orang-orang itu berpaling, tangkaplah dan bunuhlah orang-orang itu di mana pun kalian temui, serta janganlah kalian jadikan seorang pun dari orang-orang itu sebagai pemimpin maupun sebagai penolong; terkecuali golongan yang telah meminta perlindungan kepada sesuatu kaum yang telah terdapat perjanjian dengan kalian atau golongan yang datang kepada kalian sedang kalbu mereka enggan untuk memerangi kalian maupun memerangi kaumnya, <br> sekiranya Allah menghendaki, tentu Dia memberi kesempatan kepada mereka terhadap kalian untuk memerangi kalian; akan tetapi jika mereka membiarkan kalian serta tiada memerangi kalian serta mengemukakan perdamaian terhadap kalian maka Allah tidak memberi alasan bagi kalian terhadap mereka, <br>kelak kalian akan dapati golongan lain, yang bermaksud supaya golongan itu aman daripada kalian serta aman dari kaum mereka, setiap golongan itu diajak untuk mengacau, golongan itu pun terlibat kedalamnya; oleh sebab itu jika golongan itu tidak membiarkan kalian, serta tidak mengemukakan perdamaian kepada kalian bahkan tidak menahan tangan mereka; maka tawanlah serta bunuhlah golongan itu dan golongan itu merupakan orang-orang yang Kami berikan alasan jelas kepada kalian. (Ayat:88-91)
* Kewajiban berhijrah di jalan Allah dan balasannya (97–100)
* Dan tidaklah pantas bagi seorang yang beriman membunuh orang beriman lain kecuali karena tersalah; barangsiapa membunuh seorang beriman karena tersalah, haruslah ia memerdekakan seorang budak yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarga yang berdukacita terkecuali jika mereka bersedekah, <br>jika orang itu dari kaum yang terdapat perjanjian dengan kalian, maka hendaklah ia membayar diat yang diserahkan kepada keluarga orang itu serta memerdekakan seorang budak yang beriman; barangsiapa yang tidak menyanggupi hal demikian maka hendaklah ia berpuasa selama dua bulan berturut-turut sebagai pertaubatan kepada Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (Ayat:92)
* Kewajiban mendirikan salat dalam keadaan bagaimana pun (101–104)
* Dan barangsiapa yang secara sengaja membunuh orang beriman maka balasannya ialah Jahannam, orang itu disana selamanya bahwa Allah murka serta melaknat orang itu, serta menyediakan Azab pedih untuk orang itu.<br>Wahai golongan yang beriman, apabila kalian berangkat untuk Jalan Allah, maka telitilah; serta jangan mengatakan kepada orang yang mengucap "salam" kepada kalian: "kamu bukan orang yang beriman" dengan maksud mencari harta benda duniawi, sebab di sisi Allah disediakan kebaikan berlimpah, <br> demikian juga keadaan kalian dahulu lalu Allah menganugerahkan kebaikanNya untuk kalian maka telitilah; sungguh Allah Maha Mengawasi hal-hal yang kalian lakukan. (Ayat:93-94)
; Keharusan menjaga kebenaran dan keadilan
* Tidaklah setara orang beriman yang hanya duduk diam tanpa berhalangan dibanding golongan yang berkorban untuk Kehendak Allah, dengan mempergunakan harta benda mereka maupun nyawa mereka, maka Allah melebihkan golongan yang mengorbankan harta benda mereka maupun nyawa mereka dibanding golongan yang duduk dengan satu keutamaan.<br>Allah menjanjikan pahala yang baik untuk masing-masing sehingga Allah melebihkan golongan yang berkorban dibanding golongan yang duduk diam dengan anugerah berlimpah maupun kedudukan terpilih di sisi Dia, disertai pengampunan juga Kasih. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Ayat:95-96)
* Keharusan adil dan tidak memihak dalam menetapkan sesuatu hukum (105–115)
* Sungguh golongan yang direnggut malaikat dalam keadaan berlaku zalim terhadap diri sendiri, para malaikat bertanya: "Ada apa kalian ini?" mereka berkata: "kami ini golongan yang tunduk tak berdaya di suatu negeri" para malaikat berkata: "Bukankah bumi Allah merupakan tempat yang terbentang luas sehingga kalian dapat berpindah di muka bumi itu?" golongan itu berada di Jahannam, bahwa itulah seburuk-buruk tempat kesudahan, terkecuali golongan yang tertindas baik laki-laki atau wanita ataupun anak-anak yang tidak berdaya serta tidak dibimbing ke suatu agama, kiranya Allah memaafkan golongan itu; sungguh Allah Maha Memaklumi, Maha Pengampun. (Ayat:97-99)
* Kejelekan syirik dan pengaruh setan (116–122)
* Barangsiapa berhijrah untuk Allah, niscaya mereka mendapati di bumi sebagai tempat yang membentang luas serta yang banyak, barangsiapa meninggalkan rumahnya dengan maksud berpindah untuk Allah beserta RasulNya kemudian Maut menjumpai orang tersebut maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Ayat:100)
* Pembalasan itu sesuai dengan perbuatan, bukan menurut angan-angan (123–126)
* Dan apabila kalian bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kalian mempersingkat sembahyang ketika kalian bersiaga diserang orang-orang kafir, sungguh golongan kafir itu adalah musuh yang jelas terhadap kalian, <br>apabila kalian berada di sekitar mereka lalu kalian hendak mendirikan shalat bersama-sama, maka hendaklah segolongan berdiri di dekat kalian seraya menyandang senjata, kemudian apabila mereka selesai bersujud, hendaklah mereka pindah dari belakang kalian lalu hendaklah golongan kedua yang belum bersembahyang bersiaga, maka bersembahyanglah, maka hendaklah mereka bersiaga serta menyandang senjata, golongan kafir ingin supaya kalian lengah terhadap senjata kalian maupun perbekalan kalian, lalu mereka menyerbu secara sekaligus maka tiada dosa bagi kalian meletakkan senjata-senjata kalian, jika kalian mendapat halangan karena hujan atau karena kalian sedang sakit; maka bersiaplah, sungguh Allah telah menyediakan Azab pedih untuk golongan kafir itu, <br>ketika kalian telah menyelesaikan shalat, ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk serta di waktu berbaring kemudian apabila kalian telah merasa aman, maka dirikan shalat itu; sungguh shalat itu ditetapkan dalam waktu tertentu atas golongan yang beriman, <br>bahwa jangan berhati lemah dalam memerangi mereka, jika kalian menderita hantaman maka mereka pun menderita hantaman sebagaimana kalian menderitanya sementara kalian dapat mengharap kepada Allah tentang hal-hal yang tidak dapat mereka harapkan. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.<br>Sungguh Kami telah menghadirkan Al-Kitab kepada dirimu disertai Kebenaran supaya kamu menghakimi umat manusia berdasarkan hal yang diajarkan oleh Allah kepada dirimu, oleh sebab itu jangan menjadi pembela bagi golongan yang berkhianat, serta mohonlah pengampunan kepada Allah; sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Ayat:101-106)
* Keharusan memberikan hak-hak orang lemah dan cara menyelesaikan kesulitan rumah tangga (127–130)
* Dan jangan memperdebatkan golongan yang mengkhianati dirinya sendiri, sungguh Allah tidak menyukai golongan yang berkhianat serta bergelimang dosa, golongan itu menyembunyikan diri terhadap manusia tetapi mereka tiada tersembunyi bagi Allah, padahal Dia mengawasi mereka ketika mereka merencanakan perkara yang tidak Allah perkenan. Dan Allah Maha Meliputi hal-hal yang mereka lakukan.<br> Demikianlah kalian, kalian adalah golongan yang memperkarakan tentang mereka dalam kehidupan dunia maka siapakah yang memperdebatkan Allah untuk mereka pada Hari Kebangkitan? atau siapakah pelindung mereka? (Ayat:107-109)
* Keharusan bertakwa (131–134)
* Dan barangsiapa yang memperbuat kejahatan atau menganiaya diri, kemudian ia memohon ampun kepada Allah niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.<br>Barangsiapa yang memperbuat dosa, maka sungguh ia melakukan itu terhadap dirinya sendiri. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.<br>sedangkan barangsiapa yang melakukan kesalahan atau dosa, kemudian itu dituduhkan kepada orang yang tidak bersalah, maka sungguh ia telah memperbuat suatu dusta serta dosa yang jelas.<br>Sekiranya bukan karena Karunia Allah dan KasihNya kepada dirimu, tentulah segolongan mereka berkeinginan keras untuk menyesatkan dirimu tetapi mereka tidaklah menyesatkan kecuali terhadap diri mereka sendiri, tetapi mereka tidak sedikitpun dapat membahayakan dirimu,<br> dan Allah telah mengirimkan Al-Kitab beserta Hikmah kepada dirimu, serta mengajarkan kepadamu tentang hal-hal yang belum kamu ketahui, Karunia Allah sangat besar terhadap dirimu.<br> Tiada kebaikan pada sebagian besar bisikan, terkecuali bisikan-bisikan yang menyuruh memberi sedekah, atau melakukan keadilan, atau mengadakan perdamaian kepada umat manusia, bahwa barangsiapa yang berbuat demikian untuk mengharap perkenan Allah, kelak Kami karuniakan upah yang berlimpah. (Ayat:110-114)
* Keharusan berlaku adil (135–136)
* Dan barangsiapa yang membantah Rasul sesudah Bimbingan dijelaskan kepada dirinya serta tidak menempuh jalan golongan beriman, Kami biarkan orang itu tentang hal-hal yang ia kehendaki itu, serta Kami tempatkan ia ke dalam Jahannam sebagai tempat kesudahan terburuk. (Ayat:115)
* Beberapa keburukan orang munafik (137–147)
* Sungguh Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan Dia, dan Dia mengampuni hal yang selain itu untuk orang yang Dia perkenan<br>barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah tersesat sejauh-jauhnya, sebab apapun yang mereka seru , selain Dia, tidak lain adalah berhala, serta mereka tidak lain menyeru setan durhaka yang Allah kutuk<br>sungguh setan telah mengatakan: "aku pasti akan mengambil hamba-hambaMu dengan bagian yang sudah ditentukan, serta aku akan menjerumuskan mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, serta menyuruh mereka memotong telinga-telinga hewan ternak kemudian aku yang menyuruh mereka, lalu mereka yang merusak kesesuaian ciptaan Allah" <br>barangsiapa yang menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah, maka sungguh orang-orang itu sangat celaka, <br>setan memberikan janji-janji kepada orang-orang itu seraya membangkitkan angan-angan kosong bagi orang-orang itu padahal setan tiada menjanjikan kepada orang-orang itu selain berupa tipuan belaka; orang-orang itu ditempatkan di Jahannam, kemudian orang-orang itu tidak memperoleh tempat lari darisana. (Ayat:116-121)
* Larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk kepada seseorang (148–149)
* Dan orang-orang yang beriman dan memperbuat berbagai keshalehan, kelak akan Kami masukkan ke dalam Surga yang dialiri sungai-sungai di bawahnya, mereka disana selamanya, <br>Allah yang telah menjanjikan Kebenaran, maka siapakah yang lebih terjamin dalam hal pernyataan dibanding Allah? (Ayat:122)
* Akibat kekafiran dan buah keimanan (150–152)
* Bukanlah menurut angan-angan kalian yang kosong serta bukan pula menurut angan-angan golongan pewaris Kitab, bahwasanya barangsiapa yang melakukan kejahatan niscaya akan diberi pembalasan setimpal sedang orang itu tidaklah mendapati pelindung serta tiada penolong untuk dirinya selain Allah,<br> barangsiapa yang memperbuat berbagai keshalehan, baik laki-laki atau perempuan, yang berada dalam keadaan beriman maka mereka itu masuk ke dalam Surga, serta mereka tidak dicurangi walau sedikitpun. (Ayat:123-124)
; Kesatuan agama Allah
* Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang berserah diri kepada Allah, sedang ia pun orang baik dan ia mengikuti Pendirian Ibrahim yang lurus? sungguh Allah telah menjadikan Ibrahim sebagai KesayanganNya. Dan Milik Allah, segala hal yang berada di langit maupun yang berada di bumi. Dan Allah Maha Meliputi segala sesuatu. (Ayat:125-126)
* Pembalasan Allah terhadap pelanggaran [[orang Yahudi]] (153–162)
* Dan mereka minta fatwa kepadamu tentang kaum wanita; katakanlah: "Allah yang memberi fatwa kepada kalian tentang mereka, beserta yang dibacakan kepada kalian dalam Al-Kitab mengenai para perempuan yatim yang tidak memberikan hal yang ditetapkan untuk mereka sedang kalian ingin mengawini mereka; serta mengenai anak-anak yang masih dipandang lemah supaya kalian mengurus anak-anak yatim secara pantas; bahwa kebajikan apapun yang kalian usahakan maka sungguh Allah Maha Mengetahui hal demikian.<br>Apabila seorang wanita khawatir tentang nusyuz atau pengabaian dari suaminya maka tidak mengapa untuk keduanya mengadakan kesepakatan secara baik, bahwa kesepakatan itu lebih baik walaupun manusia itu bersifat kikir; jika kalian bergaul dengan istri kalian secara baik serta memelihara diri kalian, maka sungguh Allah Maha Mengetahui yang kalian lakukan.<br>bahwasanya kalian takkan dapat berlaku seimbang terhadap para istri itu walaupun kalian ingin berbuat demikian, oleh karena itu janganlah kalian terlalu cenderung sehingga kalian membiarkan istri yang lain; sekiranya kalian memperbaiki diri juga memelihara diri, maka sungguh Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang, <br>sekiranya keduanya bercerai maka Allah yang akan memperkaya masing-masing melalui limpahan KaruniaNya. Dan Allah Maha Menaungi, Maha Bijaksana. (Ayat:127-130)
* Perumpamaan pokok-pokok agama yang diwahyukan kepada para rasul (163–170)
* Dan Milik Allah, segala yang berada di langit maupun yang berada di bumi, <br>bahwa sungguh Kami telah perintahkan kepada golongan yang diserahi Al-Kitab sebelum kalian juga kepada kalian: "Takutlah kepada Allah" namun jika kalian mengingkari, ketahuilah bahwa segala hal yang berada di langit maupun yang berada di bumi adalah Milik Allah. Dan Allah Maha Kaya, Maha Terpuji; Milik Allah, segala yang di langit maupun yang berada di bumi; cukuplah Allah sebagai Pemelihara, <br>sekiranya Allah menghendaki niscaya Dia punahkan kalian wahai umat manusia! sehingga Dia hadirkan umat yang lain sebab Allah Maha Kuasa berbuat demikian. (Ayat:131-133)
* Pandangan Al-Qur'an terhadap [[Isa|nabi Isa]] (171–175)
* Barangsiapa yang menghendaki upah di dunia saja, maka di sisi Allah ada upah dunia beserta Akhirat, sungguh Allah Maha Mendengar, Maha Mengawasi. (Ayat:134)
* Masalah pusaka ''[[kalalah]]'' (176)
* Wahai orang-orang yang beriman, jadilah orang-orang yang menjunjung keadilan serta menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap diri kalian sendiri atau kedua orang tua serta kaum kerabat, sekiranya orang itu kaya ataupun miskin, Allah-lah yang menganugerahkan hal tersebut, <br>maka janganlah kalian menuruti kecenderungan diri karena ingin menyimpang terhadap Kebenaran, bahwa jika kalian menyeleweng atau enggan menjadi saksi, maka sungguh Allah Maha Mengetahui segala hal yang kalian lakukan. (Ayat:135)
{{EndDiv}}Surah yang termasuk Madaniyah ini diturunkan untuk melindungi kelompok Muslim yang sedang bertumbuh,<ref name="archive" /> serta menjelaskan peranan Al-Qur'an sebagai sumber hukum Islam tertinggi.<ref>Ernst, Carl W. How to Read the Qur'an : A New Guide, with Select Translations. Chapel Hill: The University of North Carolina Press, 2011. Ebook Library. Web. 25 Nov. 2012.</ref> Surah ini juga diturunkan untuk memberantas kesyirikan serta tradisi yang bertentangan dengan syariat, khususnya di masyarakat Arab pra-Islam (jahiliah).<ref name="archive" /> Misalnya, salah satu ayat surah ini memuat keharusan berlaku adil terhadap yatim piatu (4:2-4) dan diturunkan dalam rangka membahas praktik masyarakat jahiliah yang mengawini gadis yatim piatu untuk mengambil harta mereka..<ref name="ReferenceA">Haleem, M. A. S. Abdel. The Qur'an. New York: Oxford University Press, 2008. Print. 50.</ref>
* Wahai golongan yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah beserta RasulNya maupun kepada Kitab yang Allah kirimkan kepada RasulNya serta kepada Kitab yang Allah kirimkan sebelumnya, barangsiapa yang mengingkar terhadap Allah, para malaikatNya, para kitabNya, para RasulNya beserta Hari Akhir; ketahuilah bahwa orang itu telah tersesat sejauh-jauhnya.<br>bahwasanya golongan beriman yang kemudian kafir, kemudian beriman, kemudian kafir lagi, kemudian bertambah kekafirannya, maka Allah takkan memberi pengampunan untuk mereka serta tidak membimbing mereka menuju Jalan Lurus. (Ayat:136-137)

* Beritahukan kepada golongan munafik bahwa mereka akan memperoleh Azab pedih; yakni golongan yang menjadikan golongan kafir sebagai kawan dibanding golongan beriman, <br>apakah mereka mencari kehormatan pada sisi orang kafir itu? ketahuilah bahwa segala Kehormatan adalah Milik Allah. (Ayat:138-139)
Perbuatan [[syirik]] (4:48 dan 4:116)<ref name="Quran 4 U" /> adalah bentuk kekafiran dan kezaliman paling keji, dan dianggap sebagai dosa yang tidak diampuni Allah.<ref>{{cite web|title=Encyclopaedia of Islam, Second Edition — Brill|url=https://referenceworks.brillonline.com/browse/encyclopaedia-of-islam-2/alphaRange/Sh%20-%20Sn/S?s.start=300}}</ref>
* Dan sungguh Allah yang menyampaikan kepada kalian di dalam Al-Kitab; apabila kalian mendapati ayat-ayat Allah diingkari serta dilecehkan, maka jangan duduk bersama-sama mereka hingga mereka mengadakan pembicaraan lain sebab jika kalian tetap demikian tentulah kalian serupa dengan mereka, ketahuilah bahwa Allah akan menghimpunkan golongan munafik beserta golongan kafir ke dalam Jahannam, <br>golongan yang menanti-nanti akan terjadi sesuatu pada kalian maka apabila Allah hadirkan kemenangan untuk kalian; mereka mengatakan: "Bukankah kami menyertai kalian?" dan jika golongan kafir mendapat keberuntungan mereka berkata: "Bukankah kami turut memenangkan kalian serta membela kalian terhadap golongan yang beriman?" maka Allah akan memberi keputusan kepada kalian pada Hari Kebangkitan. Dan Allah takkan memberi kesempatan untuk golongan kafir terhadap golongan yang beriman. (Ayat:140-141)

* Bahwasanya golongan munafik itu berpura-pura terhadap Allah, maka Dialah yang akan membalas kepura-puraan mereka; apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri secara enggan, mereka bermaksud menampak-nampakkan di hadapan umat manusia, bahwa tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit;<br> mereka dalam keadaan meragu antara hal yang demikian: tidak termasuk kepada golongan ini dan tidak kepada golongan itu<br>dan barangsiapa dibiarkan oleh Allah, maka kalian takkan mendapat jalan keluar terhadap mereka, <br>Wahai golongan yang beriman, jangan memilih golongan kafir sebagai pemimpin dengan meninggalkan golongan yang beriman; Inginkah Allah mengadakan sebab yang jelas untuk melawan kalian? (Ayat:142-144)
Surah An-Nisā tidak hanya membahas persoalan perempuan, tetapi juga membahas tentang hukum syariat seperti waris, perkawinan, cara merawat anak dan yatim piatu, hukum, jihad, hubungan umat Islam dan Ahli Kitab, perang, dan peran [[Isa]] (Yesus) sebagai seorang nabi, bukan "anak Tuhan" atau bagian dari "[[Tritunggal]]" seperti yang diklaim orang Nasrani.<ref name="archive" /> Lebih jauh lagi, dalam membahas perang, surah ini mendorong umat Islam untuk berjuang melindungi yang lemah<ref name="ReferenceA" /> sebagaimana ayat 4:75: "Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.'?"<ref>Haleem, M. A. S. Abdel. The Qur'an. New York: Oxford University Press, 2008. Print. 57.</ref> Surah ini membahas banyak masalah yang dihadapi masyarakat Muslim awal serta menanggapi tantangan yang dihadapi masyarakat. Beragamnya persoalan yang dibahas dalam surah ini membuat sulit dalam pemaknaan sastrawinya. Namun, berdasarkan telaah terhadap tema-tema yang ada di setiap bagian surah, Amin Ahsan Islāhī membagi surah tersebut menjadi tiga bagian: reformasi sosial, masyarakat Islam dan penentangnya, serta kesimpulan.<ref>Boullata, Issa J. Literary Structures of Religious Meaning in the Qur'an. Richmond: Curzon Press, 2000. eBook. 29</ref> Mathias Zahniser menghadirkan cara alternatif dalam melihat struktur surat ini. Ia mengeklaim bahwa tema sentral dari surah ini adalah ditujukan kepada orang-orang Nasrani. Kesimpulannya, berdasarkan pengujian tersebut, surah ini memiliki keteraturan struktural seperti kesejajaran, pengulangan, dan komposisi.<ref name="Ernst, Carl W 2011">Ernst, Carl W. How to Read the Qur'an : A New Guide, with Select Translations. Chapel Hill: The University of North Carolina Press, 2011. Ebook Library. Web. 25 Nov. 2012. 190.</ref> Namun, Carl Ernst mengakui bahwa lebih banyak penelitian perlu dilakukan dalam jenis analisis struktural ini untuk lebih memahami komposisi surah yang begitu luas.<ref name="Ernst, Carl W 2011" />
* Bahwa golongan munafik berada pada tingkatan terendah dalam Neraka; serta takkan kalian dapati seorang penolong pun untuk mereka terkecuali orang-orang yang bertaubat serta memperbaiki diri, serta berpegang teguh kepada Allah juga secara tulus dalam agama mereka untuk Allah, maka mereka bersama-sama dengan golongan beriman dan kelak Allah akan memberikan upah yang besar untuk golongan beriman. (Ayat:145-146)

* Apakah Allah akan menghukum kalian jika kalian bersyukur serta beriman? sungguh Allah Maha Mensyukuri, Maha Mengetahui.<br>Allah tidak menyukai ucapan serapah yang kasar terkecuali dari orang yang diperlakukan zalim, sebab Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.<br>apabila kalian menampakkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan itu atau memaafkan suatu kesalahan, maka sungguh Allah Maha Memaklumi, Maha Kuasa. (Ayat:147-149)
Dalam bukunya yang berjudul ''Qur'an and Woman,'' [[Amina Wadud]] menempatkan pendekatan tafsir Al-Quran ke dalam tiga kategori: tradisional, reaktif, dan holistik.<ref>Wadud, Amina. Qur'an and Woman: Rereading the Sacred Texts from a Woman's Perspective. New York: Oxford University Press, 1999. Print. 1.</ref> Jenis penafsiran yang diterapkan pada surah ini mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap peran perempuan dalam masyarakat muslim. Mengambil pendekatan ketiga, pendekatan holistik memungkinkan pembacaan Alquran secara feminis,<ref>Wadud, Amina. Qur'an and Woman: Rereading the Sacred Texts from a Woman's Perspective. New York: Oxford University Press, 1999. Print. 3.</ref> yang secara khusus relevan dengan an-Nisā dan dapat membentuk kembali pemahaman tentang surah ini.
* Sungguh golongan yang kafir kepada Allah beserta para RasulNya bermaksud memperbedakan antara Allah dengan para RasulNya, seraya mengatakan: "Kami beriman kepada sebagian sedangkan kami mengingkar terhadap sebagian lain" serta mereka bermaksud mengada-ada jalan antara yang demikian, mereka itulah golongan kafir yang sebenar-benarnya, telah Kami sediakan Azab yang menghinakan untuk golongan kafir itu.<br> Golongan yang beriman kepada Allah beserta para RasulNya, tidaklah memperbeda-bedakan seorang pun dari mereka sehingga Allah akan memberi upah untuk mereka. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang. (Ayat:150-152)

* Golongan pewaris Kitab menuntut kepadamu supaya kamu menurunkan sebuah Kitab dari langit untuk mereka, maka sungguh mereka pernah menuntut yang lebih dahsyat dari itu kepada Musa; mereka mengatakan: "Perlihatkan Allah kepada kami secara nyata" kemudian mereka disambar petir akibat tindakan zalim mereka serta mereka menyembah anak sapi, sesudah bukti-bukti jelas hadir kepada mereka, lalu Kami maklumi tentang hal yang demikian.<br>Bahwa telah Kami serahkan bukti jelas kepada Musa, serta telah Kami angkat sebuah Gunung ke atas mereka untuk penegasan ikrar mereka <br>serta Kami perintahkan kepada mereka: "Masukilah pintu gerbang itu sambil tunduk" dan Kami perintahkan kepada mereka: "Janganlah kalian melanggar perkara tentang Sabat", dan Kami telah mengadakan perjanjian yang kuat dari mereka; lalu mereka melanggar perjanjian itu; serta akibat kekafiran mereka terhadap ayat-ayat Allah bahkan mereka membunuh para nabi tanpa Kebenaran, seraya mengatakan: "kalbu kami mengeras" yang sebenarnya Allah telah mengunci kalbu mereka akibat kekafiran mereka, bahwasanya mereka tidaklah beriman, kecuali sebagian kecil, <br>serta akibat kekafiran mereka juga tuduhan mereka terhadap Maryam dengan kepalsuan besar, serta akibat ucapan mereka: "Bahwasanya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, seorang Rasul Allah" padahal mereka itu tiada membunuhnya serta mereka tiada menyalibnya, melainkan seorang yang diserupakan menurut pandangan mereka, ketahuilah bahwa golongan yang memperdebatkan perkara ini berada dalam kebimbangan tentang siapa yang dibunuh itu, mereka tidak mempunyai jaminan tentang hal ini kecuali menuruti dugaan belaka; serta mereka tidak dapat memastikan tentang siapa yang mereka bunuh itu, sebab Allah yang telah mengangkat Isa kepada Dia. Dan Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.<br>Tiada seorangpun dari golongan pewaris Kitab itu melainkan mereka beriman kepada ia sewaktu ia belum mati, bahwa pada Hari Kebangkitan kelak, ia akan menjadi saksi terhadap mereka. Akibat tindakan zalim segolongan Yahudi, maka Kami haramkan segala hal baik yang sebelumnya dihalalkan untuk golongan tersebut akibat golongan tersebut sangat menghalang-halangi Ketentuan Allah, juga disebabkan golongan tersebut mengambil riba padahal mereka telah dilarang, bahwa karena golongan itu menghabiskan harta benda orang lain secara sembarangan, sehingga telah Kami sediakan Azab pedih untuk golongan kafir di kalangan mereka; namun terdapat golongan berilmu mendalam di tengah-tengah mereka serta golongan yang beriman, yakni mereka mengimani terhadap yang telah dihadirkan kepada dirimu beserta hal yang telah dihadirkan sebelum dirimu, maupun golongan yang mendirikan shalat, serta menunaikan zakat, serta yang beriman kepada Allah beserta Hari Akhir; golongan itulah yang kelak Kami beri upah yang besar untuk mereka. (Ayat:153-162)
== Ayat-ayat penting ==
* Sungguh telah Kami sampaikan wahyu kepada dirimu sebagaimana Kami telah mewahyukan kepada Nuh juga para nabi setelahnya, dan telah Kami wahyukan kepada Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan Suku-Suku, Isa, Ayyub, Yunus, Harun serta Sulaiman; bahwa telah Kami berikan Zabur kepada Daud; sungguh telah Kami kisahkan riwayat para Rasul terdahulu kepada dirimu, sungguh terdapat para Rasul yang tidak Kami kisahkan kepada dirimu; sungguh Allah telah berbincang-bincang secara langsung dengan Musa; <br>para Rasul merupakan pembawa berita gembira serta pemberi peringatan supaya tiada alasan bagi manusia membantah Allah sesudah para Rasul itu; sungguh Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana.<br>Bahwasanya Allah mengakui hal-hal yang Dia serahkan kepada dirimu, Dia telah mengirimkan hal demikian berdasar IlmuNya, serta para malaikat pun bersaksi, maka cukuplah Allah sebagai Saksi.<br> Sungguh orang-orang yang kafir maupun orang-orang yang menghalang-halangi Ketentuan Allah, merupakan orang-orang yang zalim; bahwasanya orang-orang yang kafir serta berlaku zalim; Allah takkan mengampuni mereka serta Dia takkan membimbing mereka kepada ketentuan selain ketentuan menuju Jahannam; mereka disana selamanya sebab hal demikian itu merupakan Ketetapan bagi Allah. (Ayat:163-169)

* Wahai umat manusia, sungguh telah hadir seorang Rasul kepada kalian beserta Kebenaran dari Tuhan kalian, maka berimanlah hal itu lebih baik bagi kalian; sekiranya kalian mengingkar, ketahuilah bahwa segala hal yang berada di langit maupun di bumi itu adalah Milik Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana. (Ayat:170)
=== Hukum nikah dan perbudakan ===
* Wahai golongan pewaris Kitab, jangan melampaui batas dalam agama kalian dan jangan mengatakan tentang Allah kecuali Kebenaran.<br>sungguh Al Masih, Isa putra Maryam itu adalah seorang Rasul Allah serta sebuah KetetapanNya pada Maryam serta Ruh dari Dia; maka berimanlah kalian kepada Allah beserta para RasulNya, oleh sebab itu janganlah kalian mengatakan: "yang tiga", bahwasanya menghentikan pernyataan semacam ini lebih baik untuk kalian; sebab Allah, Tuhan Yang Tunggal, Dipermuliakanlah Allah daripada mempunyai anak; sungguh segala hal yang berada di langit maupun di bumi adalah MilikNya, cukuplah Allah sebagai Pemelihara.<br>Al Masih tidaklah enggan menjadi seorang hamba terhadap Allah; demikian juga para malaikat yang terdekat, barangsiapa yang enggan menghamba terhadap Dia, serta yang menyombongkan diri, kelak Allah yang akan menghimpunkan mereka semua kepada Dia. Adapun golongan yang beriman serta memperbuat berbagai keshalehan maka Allah akan menyempurnakan upah mereka, serta melimpahkan sebagian karuniaNya untuk mereka, <br> sedangkan golongan yang enggan serta menyombongkan diri maka Allah menghukum mereka dengan Azab pedih, dan mereka takkan mendapati untuk diri mereka, pelindung ataupun penolong selain Allah. (Ayat:171-173)
{{main|Pernikahan dalam Islam|Poligini dalam Islam|Ma malakat aimanukum}}{{blockquote|Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.|{{cite quran|4|3|style=inline}}}}
* Wahai umat manusia, sungguh telah datang kepada kalian; bukti Kebenaran dari Tuhan kalian, juga telah Kami kirimkan kepada kalian sinar yang menerangi<br> adapun golongan yang beriman kepada Allah serta berpegang teguh kepada Dia niscaya Allah akan menempatkan mereka ke dalam Kasih yang besar dari Dia, beserta limpahan karuniaNya juga mengarahkan mereka di Jalan Lurus menuju Dia. (Ayat:174-175)
[[Ibnu Katsir]] berkata dalam tafsirnya sebagai berikut
* Mereka meminta fatwa kepadamu, katakanlah: "Allah yang memberi fatwa kepada kalian tentang kalalah; yakni apabila terdapat seseorang meninggal dunia namun orang itu tidak mempunyai anak serta mempunyai saudara perempuan, maka bagian saudaranya yang perempuan itu adalah setengah dari harta yang ditinggalkan; <br>bahwa saudaranya yang laki-laki merupakan yang mewarisi apabila orang itu tidak mempunyai anak; <br>tetapi jika saudara perempuan itu berjumlah dua orang, maka bagian keduanya adalah dua pertiga dari warisan yang ditinggalkan, <br>apabila orang itu mempunyai seorang saudara laki-laki serta seorang saudara perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki itu setara dengan dua bagian orang saudara perempuan, <br>Allah menjelaskan kepada kalian supaya kalian tidak sesat, sebab Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Ayat:176)

{{blockquote|4:3 Ayat ini memerintahkan bahwa jika kamu khawatir tidak mampu bersikap adil di antara istri-istrimu dengan menikah lebih dari satu, maka cukup nikahi satu istri, atau puaskan dengan hamba sahaya saja.<ref name = "Quran 4 U"/>{{rp|4:3}}}}

[[Tafsir al-Jalalain|Tafsir Al-Jalalain]] berbunyi sebagai berikut:

{{blockquote|4:3 Seorang pria boleh menikahi 2, 3, atau 4 istri tetapi janganlah melebihi ini; tetapi jika kamu takut kamu tidak bersikap adil terhadap mereka dalam hal nafkah dan bagiannya secara individu; sebaiknya nikahi satu saja atau batasi ''[[ma malakat aimanukum|hamba sahaya]]'' yang menjadi milikmu karena mereka tidak memiliki hak yang sama dengan istri; jadi dengan menikahi hanya empat atau hanya satu atau mengambil hamba sahaya, kemungkinan besar lebih dekat dengan sifat tidak zalim atau aniaya.<ref name="Al-Jalalayn">{{cite web|url= https://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=0&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=3&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2 |title= The Tasfirs - Al-Jalalayn|author=Al-Jalalayn|author-link=Tafsir al-Jalalayn|date=2017 |work=Altafsir.com|access-date=10 February 2020}}</ref>}}

=== Berlaku keji terhadap perempuan dan zina ===
{{See also|Zina}}
Dalam ayat 15-16, terdapat perintah untuk menjauhi sikap keji terhadap perempuan (zina). Ayat 15 membahas tentang wanita yang melakukan perbuatan keji di antara wanita-wanita lain. Hukuman yang dijatuhkan adalah mengurung mereka sampai ajal atau sampai Allah memberikan jalan lain. Ayat 16 berhubungan dengan kedua jenis kelamin. Perintah tersebut menetapkan bahwa mereka harus dihukum - yaitu, mereka harus dipukuli dan dicela di depan umum. Kemudian, perintah lain terungkap lihat ([[Surah An-Nur|surah 24]]:2) yang menetapkan bahwa laki-laki dan perempuan harus dicambuk seratus kali.<ref>{{cite web|title=Towards Understanding the Quran|url=https://www.islamicstudies.info/tafheem.php?sura=4&verse=15&to=16|work=Islamic Foundation UK|access-date=8 December 2019}}</ref>

=== Kawin sedarah ===
{{Main|Mahram}}
Ayat 22- 23 membahas wanita dalam keluarga seseorang yang [[haram]] dinikahi.<ref>{{cite web|title=Quran 4:22 Translation Yusuf Ali (Orig. 1938)|url=https://www.islamawakened.com/quran/4/22/|work=Islam Awakened|access-date=20 March 2020}}</ref><ref>{{cite web|title=Quran 4:23 Translation Yusuf Ali (Orig. 1938)|url=https://www.islamawakened.com/quran/4/23/|work=Islam Awakened|access-date=20 March 2020}}</ref> Pembahasan ayat ini lebih lanjut dalam [[Tafsir al-Jalalain]].<ref>{{cite web|author=al-Jalalayn|author-link=Tafsir al-Jalalayn|title=The Tasfirs Verse 4:22|url=https://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=1&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=22&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2|work=altafsir.com|access-date=20 March 2020}}</ref><ref>{{cite web|author=al-Jalalayn|author-link=Tafsir al-Jalalayn|title=The Tasfirs Verse 4:23|url=https://www.altafsir.com/Tafasir.asp?tMadhNo=1&tTafsirNo=74&tSoraNo=4&tAyahNo=23&tDisplay=yes&UserProfile=0&LanguageId=2|work=altafsir.com|access-date=20 March 2020}}</ref>

=== Laki-laki wajib melindungi perempuan ===
{{Main article|Surah An-Nisa' 34}}{{blockquote|4:34 Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar|{{cite quran|4|34|style=inline}}}}

Banyak sekali tafsir mengenai ayat 34 ini.<ref>{{cite web|title=Surat Al Nisaa 4:34|url=http://tanzil.net/#4:34|work=Tanzil.net|access-date=19 February 2020}}</ref> ''The Encyclopedia of Islam and the Muslim World'' menyatakan bahwa ayat ini merupakan ayat yang paling tidak [[egalitarian|egaliter]].<ref>{{cite web|author=Martin, Richard C|date=2004|title=The Encyclopedia of Islam and the Muslim World Vol 1|url=https://archive.org/details/EncyclopediaOfIslamAndTheMuslimWorld_411|work=[[Gale (publisher)|Thomson Gale]]|page=267|access-date=7 May 2020}}</ref>

Beberapa Muslim, seperti kelompok feminis Islam, berpendapat bahwa pria Muslim menggunakan teks tersebut sebagai alasan untuk melakukan [[kekerasan dalam rumah tangga]].<ref name="issue">{{cite news|last=Nomani|first=Asra Q.|date=October 22, 2006|title=Clothes Aren't the Issue|url=https://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2006/10/20/AR2006102001261.html|newspaper=[[The Washington Post]]|archive-url=https://web.archive.org/web/20180922033032/http://www.washingtonpost.com/wp-dyn/content/article/2006/10/20/AR2006102001261_2.html?noredirect=on|archive-date=2018-09-22|url-status=live}}</ref>

=== Kesyirikan ===
{{Main|Syirik}}{{blockquote|Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.|{{cite quran|4|48|style=inline}}}}{{blockquote|Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali.
|{{cite quran|4|116|style=inline}}}}
[[Tafsir]] [[Ibnu Katsir]] berbunyi, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), maksudnya, Dia tidak akan menganpuni hamba-hamba-Nya jika seseorang dalam menyembah-Nya juga mempersekutukan segala sesuatu dengan-Nya".<ref name="Quran 4 U" />{{rp|4:48}} The ''Enlightening Commentary into the Light of the Holy Qur'an'' juga berbunyi, "Syirik adalah bentuk dosa paling buruk dan dapat menghalangi orang dari pengampunan Allah."<ref>{{cite web|title=An Enlightening Commentary into the Light of the Holy Qur'an vol. 4|url=https://www.al-islam.org/printpdf/book/export/html/29333|work=Al Islam.org|page=47|access-date=16 March 2020}}</ref>

Juga dalam tafsir tersebut: "Syirik tidak akan diampuni, tambahannya lagi mereka juga dianggap menyembah [[setan]]".<ref name="Quran 4 U" />

=== Ketaatan kepada pemimpin ===
{{Main|Ayat Ketaatan}}{{blockquote|Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulilamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.|{{cite quran|4|59|style=inline}}}}

=== Ayat 65 ===
[[Muhammad bin Ismail al-Bukhari|Imam al-Bukhari]], [[Imam Muslim|Muslim]], [[Ibnu Majah]], dan [[Ahmad bin Syuaib An-Nasa'i|an-Nasa'i]] meriwayatkan sebuah hadis yang diriwayatkan dari [[Zubair bin Awwam]], yang diyakini oleh para ulama sebagai ''[[asbabunnuzul]]'' ayat 65 surah ini.{{sfn|bin Musa|2006}}<ref name="Zubayr Asbabun Nuzul 1">{{cite web|last1=Bukhari|first1=Muhammad|title=Sahih al-Bukhari » Distribution of Water - كتاب المساقاة » Hadith 2359|url=https://sunnah.com/bukhari:2359|website=Sunnah.com|publisher=Sunnah.com|access-date=7 November 2021}}{{cite web|last1=Bukhari|first1=Muhammad|title=Sahih al-Bukhari » Distribution of Water - كتاب المساقاة » Hadith 2361|url=https://sunnah.com/bukhari:2361|website=Sunnah.com|publisher=Sunnah.com|access-date=7 November 2021}}{{cite web|last1=Nasa'i|first1=Abū `Abd ar-Raḥmān Aḥmad ibn Shu`ayb ibn Alī ibn Sīnān|title=Sunan an-Nasa'i » The Book of the Etiquette of Judges - كتاب آداب القضاة » Hadith 5407|url=https://sunnah.com/nasai:5407|access-date=7 November 2021}}{{cite web|last1=Ibn Muslim|first1=Abū al-Ḥusayn ‘Asākir ad-Dīn Muslim ibn al-Ḥajjāj|title=Sahih Muslim » The Book of Virtues - كتاب الفضائل » Hadith 2357|url=https://sunnah.com/muslim:2357|website=Sunnah.com|publisher=Sunnah.com|access-date=7 November 2021}}{{cite web|last1=Ibn Majah|first1=Abū ʻAbdillāh Muḥammad ibn Yazīd|title=Sunan Ibn Majah » The Book of the Sunnah - كتاب المقدمة » Hadith 15|url=https://sunnah.com/ibnmajah:15|website=Sunnah.com|publisher=Sunnah.com|access-date=7 November 2021}}</ref> Namun, ada fatwa yang cukup kontemporer bahwa riwayat Zubair ini ''dhaif'', karena hadis yang lebih kuat yang dikaitkan dengan wahyu ayat ini justru dikaitkan dengan tradisi Umar, [[Khulafaur Rasyidin]] kedua.<ref name="fatwa committee islamweb center">{{cite web|last1=Al-Faqeeh|first1=Abdullaah|date=2006|title=Fatwa of Quranic verse (4:65)|url=https://www.islamweb.net/emainpage/PrintFatwa.php?lang=E&Id=92293|website=Islamweb center|publisher=committee comprises a group of licentiate graduates from the Islamic University, Al-Imaam Muhammad Bin Sa’oud Islamic University in Saudi Arabia|format=Printed|access-date=28 November 2021}} [https://www.islamweb.net/en/fatawa/?tab=3 Fatwa center]</ref>

=== Mereka yang mati syahid ===
[[Muhammad bin Sulayman al-Katib|Muhammad bin Sulaiman]] mencatat bahwa ash-Shadiq menyampaikan kepada ayahnya yang sudah lanjut usia, tentang maksud ayat berikut: "Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (4:69). "Rasulullah" dalam ayat ini adalah dari para nabi, dan kami (ahlulbait) dalam hal ini adalah orang-orang yang benar, dan para syuhada dan kalian (pengikut kami), adalah orang-orang yang saleh."<ref name="Kulayni">{{cite book|last1=al-Kulayni|first1=Muhammad ibn Ya‘qūb|date=2015|title=Al-Kafi|location=NY|publisher=Islamic Seminary Incorporated|isbn=9780991430864|edition=Volume 8}}</ref>

=== Ayat-ayat pedang ===
{{main|Ayat-ayat pedang}}

Menurut Dipak Kutha, banyak kekerasan yang dilakukan oleh kelompok [[jihadisme]] terhadap kelompok kafir dilakukan berdasarkan "ayat-ayat pedang" dalam al-Qur'an<ref>{{cite book|last=Gupta|first=Dipak K.|year=2008|url=https://books.google.com/books?id=a5S8tAyPuQwC&pg=PA232|title=Understanding terrorism and political violence: the life cycle of birth, growth, transformation, and demise|publisher=Taylor & Francis|isbn=9780203930274|page=232}}</ref> (contohnya {{cite quran|9|5|s=r}}). {{cite quran|4|74-76|s=r}} memuat kata-kata yang dianggap mengizinkan perilaku kekerasan,<ref name="globalpolitician">{{cite web|last=Roy|first=Saberi|title=Islam, Islamic Fundamentalism and Islamic Terrorism|url=http://www.globalpolitician.com/print.asp?id=3084|publisher=Globalpolitician|archive-url=https://web.archive.org/web/20131015005435/http://www.globalpolitician.com/print.asp?id=3084|archive-date=15 October 2013|access-date=17 March 2012}}</ref>

Bunyinya:

{{blockquote|Karena itu, hendaklah orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk (kehidupan) akhirat berperang di jalan Allah. Dan barang siapa berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka akan Kami berikan pahala yang besar kepadanya. Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang berdoa, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu." Orang-orang yang beriman, mereka berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan [[Tagut]], maka perangilah kawan-kawan setan itu, (karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.}}

[[Tafsir]] [[Ibn Kathir|Ibnu Katsir]] berkata, "Oleh karena itu, orang-orang beriman berperang dalam ketaatan kepada Allah dan untuk mendapatkan keridaan-Nya, sedangkan orang-orang kafir berperang dalam ketaatan kepada setan. Allah kemudian mendorong orang-orang beriman untuk memerangi musuh-musuh-Nya".<ref name="Quran 4 U" />{{rp|4.74 - 4:75}} Islam membolehkan perang untuk membela diri (Quran 22:39), untuk membela Islam (bukan untuk menyebarkannya), untuk melindungi orang-orang yang diusir secara paksa karena mereka Muslim (Quran 22:40), serta untuk melindungi yang tidak bersalah dari penindasan (Quran 4:75).

"Sejumlah pemikir Muslim di masa lalu dan [[Radikalisme|Muslim radikal]] saat ini... (terkait Ayat 76)... yang disebut 'ayat pedang', telah "[[Nasakh (tafsir)|mencabut]]" (maksudnya menghapus atau membatalkan) ayat-ayat yang membolehkan peperangan saja, sebagai pembelaan. Mereka menggunakan 'ayat pedang' ini untuk membenarkan perang melawan orang kafir sebagai alat untuk menyebarkan Islam."<ref>{{cite web|title=Religions|url=https://www.bbc.co.uk/religion/religions/islam/islamethics/war.shtml|work=[[BBC]]|access-date=24 December 2019}}</ref>

=== "Bunuhlah mereka di mana pun kamu menemukannya" ===
{{blockquote|Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah. Apabila mereka berpaling, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di mana pun mereka kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka sebagai teman setia dan penolong, kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang yang datang kepadamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu atau memerangi kaumnya. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya diberikan-Nya kekuasaan kepada mereka (dalam) menghadapi kamu, maka pastilah mereka memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangimu serta menawarkan perdamaian kepadamu (menyerah) maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.|{{cite quran|4|89-90|style=inline}}}}

Muhammad meminta semua sahabatnya untuk tidak menjadikan orang kafir sebagai teman setia atau pemimpin.<ref name="Kulayni" /> Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, jika mereka tidak mau [[Hijrah|berhijrah]], As-Saddi mengatakan bagian ayat yang bermakna: "Apabila mereka berpaling, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di mana pun mereka kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka sebagai teman setia dan penolong". Namun, Ibnu Katsir mengklarifikasi bahwa non-kombatan, mereka yang netral atau ragu-ragu untuk berperang dan mereka yang menawarkan perdamaian tidak boleh dilawan.<ref name="Quran 4 U" />

=== Perempuan yatim, suami ''nusyuz'', keinginan untuk damai dalam ikatan pernikahan, serta perceraian ===
Ayat-ayat ini mencakup masalah yang berkaitan dengan perempuan yatim, suami yang bersikap keras terhadap istri (''nusyuz''), dan keinginan perdamaian perkawinan.<ref name="Quran 4 U" />{{rp|4:127–130}}

=== Kemunafikan ===
Dalam kitab Syiah, [[Kitab al-Kafi]], [[Ja'far ash-Shadiq]] menulis sepucuk surat kepada para sahabatnya menekankan pentingnya mematuhi Allah, Rasul-Nya, dan "Ulilamri", serta mengatakan bahwa siapa pun yang tidak menaati dan menyangkal kebajikan mereka adalah "pendusta dan munafik". Ia menegaskan bahwa ini adalah orang-orang yang digambarkan sebagai "orang-orang munafik" dalam ayat tersebut, "Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada di kedalaman Neraka yang paling rendah - dan kamu tidak akan pernah menemukan penolong bagi mereka."

=== Pandangan Islam mengenai kematian Isa ===
{{Main|Pandangan Islam mengenai kematian Isa}}{{blockquote|dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,1 padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang siapa yang dibunuh. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya,|{{cite quran|4|157|style=inline}}}}

Penjelasan mengenai pandangan Islam mengenai kenabian Isa, dan bukannya Ketuhanan Isa, terdapat dalam [[Tafsir]] [[Ibn Kathir|Ibnu Katsir]].<ref name="Quran 4 U" />{{rp|4:157}}

=== Pandangan Islam tentang Tritunggal ===
{{Main|Pandangan Islam tentang Tritunggal}}{{blockquote|Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak.|{{cite quran|4|171|style=inline}}}}


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 88: Baris 157:


{{Qur'an}}
{{Qur'an}}
{{authority control}}

[[Kategori:Madaniyah|N]]
[[Kategori:Surah|Nisa]]
[[Kategori:Surah An-Nisa'| ]]
[[Kategori:Islam dan wanita]]
[[Kategori:Poligini]]
[[Kategori:Isa]]
[[Kategori:Syariat]]
[[Kategori:Pernikahan dalam Islam]]
[[Kategori:Jihad]]

Revisi terkini sejak 31 Agustus 2023 21.55

Surah ke-4
النسآء
An-Nisā’
Perempuan
KlasifikasiMadaniyah
Nama lainan-Nisa'ul Kubra
(an-Nisa yang Besar)[1]
Juz4–6
Jumlah ruku24
Jumlah ayat176

Surah An-Nisa' (bahasa Arab: سورة النسآء, translit. sūrah an-nisā’, har. 'perempuan')[2][3] adalah surah ke-4 dalam Al-Qur'an yang terdiri atas 176 ayat.[4] Dinamakan An- Nisa (wanita) karena dalam surah ini banyak dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan wanita[4] serta merupakan surah yang paling membicarakan hal itu dibanding dengan surah-surah yang lain. Surah ini digolongkan Madaniyyah sebagaimana ditetapkan oleh Muhammad Husain Thabathaba'i yang mengatakan bahwa berdasarkan isinya, surah ini diwahyukan setelah hijrahnya Nabi Muhammad.[5]

Surah yang lain banyak juga yang membicarakan tentang hal wanita ialah surah At-Talaq. Dalam hubungan ini biasa disebut surah An-Nisa dengan sebutan "Surah An-Nisa al-Kubra" (surah An-Nisa yang besar), sedang surah At-Talaq disebut dengan sebutan "Surah An-Nisa Ash-Shughra" (surah An-Nisa yang kecil).[6]

Meski surah ini muncul sebagai surah ke-4 dalam mushaf, menurut klasifikasi Nöldeke, berdasarkan tradisi Islam, An-Nisa' diturunkan sebagai surah ke-100.[7] Amir-Ali menempatkannya sebagai surah ke-94, sedangkan Utsman dan Ibnu Abbas meyakini sebagai surah ke-92 yang diturunkan.[8] Ja'far ash-Shadiq menempatkannya sebagai surah ke-91 yang diturunkan.[8] Berdasarkan hukum anak yatim, surah ini kemungkinan besar diturunkan setelah banyak umat Islam terbunuh dalam Perang Uhud, meninggalkan banyak tanggungan di masyarakat Muslim baru.[9] Dengan demikian, pewahyuannya dimulai sekitar tahun ketiga Hijriah, tetapi baru selesai pada tahun kedelapan Hijriah.[10] Akibatnya, bagian dari surah ini, yang terpanjang kedua dalam al-Qur'an, diwahyukan bersamaan dengan sebagian dari Surah Al-Mumtahanah 60.[10] Akan tetapi, surah tersebut menunjukkan beberapa koherensi tematik, meskipun pewahyuannya terputus-putus.[11]

Lebih lanjut, sehubungan dengan penempatan surah ini di dalam Al-Qur'an secara keseluruhan, Neal Robinson mencatat apa yang dia sebut sebagai "berkesinambungannya" surah-surah.[12] Berdasarkan gagasan struktur ini, satu surah diakhiri dengan bahasan yang dilanjutkan pada surah berikutnya.[12] Surah Ali Imran, membahas laki-laki dan perempuan menjelang akhir surah (3:195).[12] Tema ini dilanjutkan dalam surah ini:[12] "Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan."[13] Kecocokan ini mungkin menunjukkan proses editorial yang kompleks dalam penyusunan mushaf.[14]

Hukum keluarga
  • Kewajiban para washi terhadap asuhannya dan kewajiban para wali terhadap orang yang di bawah perwaliannya (1–6)
  • Pokok-pokok hukum waris (7–14)
  • Dasar untuk menetapkan perbuatan keji dan hukumnya (15–18)
  • Cara bergaul dengan istri (19–21)
  • Hukum perkawinan (22–28)
  • Islam melindungi hak milik laki-laki dan perempuan (29–33)
  • Beberapa peraturan hidup bersuami-istri (34–35)
Kewajiban terhadap Allah dan sesama manusia (36–42)
Kesucian lahir dan batin
  • Kesucian lahir dan batin dalam sembahyang (43)
  • Orang yang tidak suci batinnya dan ancaman Allah terhadap mereka (44–57)
Dasar-dasar pemerintahan (58–70)
Taktik, tujuan, dan adab perang
  • Keharusan siap siaga terhadap musuh (71–76)
  • Sikap orang munafik dalam menghadapi perang (77–83)
  • Kewajiban berperang dan adab-adabnya (84–87)
  • Cara menghadapi orang munafik (88–91)
  • Hukum membunuh seorang muslim (92–93)
  • Teliti dalam mengambil tindakan (94)
  • Perbedaan antara orang berjihad dan yang tidak berjihad karena uzur dengan yang tidak jihad (95–96)
  • Kewajiban berhijrah di jalan Allah dan balasannya (97–100)
  • Kewajiban mendirikan salat dalam keadaan bagaimana pun (101–104)
Keharusan menjaga kebenaran dan keadilan
  • Keharusan adil dan tidak memihak dalam menetapkan sesuatu hukum (105–115)
  • Kejelekan syirik dan pengaruh setan (116–122)
  • Pembalasan itu sesuai dengan perbuatan, bukan menurut angan-angan (123–126)
  • Keharusan memberikan hak-hak orang lemah dan cara menyelesaikan kesulitan rumah tangga (127–130)
  • Keharusan bertakwa (131–134)
  • Keharusan berlaku adil (135–136)
  • Beberapa keburukan orang munafik (137–147)
  • Larangan melontarkan ucapan-ucapan buruk kepada seseorang (148–149)
  • Akibat kekafiran dan buah keimanan (150–152)
Kesatuan agama Allah
  • Pembalasan Allah terhadap pelanggaran orang Yahudi (153–162)
  • Perumpamaan pokok-pokok agama yang diwahyukan kepada para rasul (163–170)
  • Pandangan Al-Qur'an terhadap nabi Isa (171–175)
  • Masalah pusaka kalalah (176)

Surah yang termasuk Madaniyah ini diturunkan untuk melindungi kelompok Muslim yang sedang bertumbuh,[10] serta menjelaskan peranan Al-Qur'an sebagai sumber hukum Islam tertinggi.[15] Surah ini juga diturunkan untuk memberantas kesyirikan serta tradisi yang bertentangan dengan syariat, khususnya di masyarakat Arab pra-Islam (jahiliah).[10] Misalnya, salah satu ayat surah ini memuat keharusan berlaku adil terhadap yatim piatu (4:2-4) dan diturunkan dalam rangka membahas praktik masyarakat jahiliah yang mengawini gadis yatim piatu untuk mengambil harta mereka..[16]

Perbuatan syirik (4:48 dan 4:116)[2] adalah bentuk kekafiran dan kezaliman paling keji, dan dianggap sebagai dosa yang tidak diampuni Allah.[17]

Surah An-Nisā tidak hanya membahas persoalan perempuan, tetapi juga membahas tentang hukum syariat seperti waris, perkawinan, cara merawat anak dan yatim piatu, hukum, jihad, hubungan umat Islam dan Ahli Kitab, perang, dan peran Isa (Yesus) sebagai seorang nabi, bukan "anak Tuhan" atau bagian dari "Tritunggal" seperti yang diklaim orang Nasrani.[10] Lebih jauh lagi, dalam membahas perang, surah ini mendorong umat Islam untuk berjuang melindungi yang lemah[16] sebagaimana ayat 4:75: "Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu.'?"[18] Surah ini membahas banyak masalah yang dihadapi masyarakat Muslim awal serta menanggapi tantangan yang dihadapi masyarakat. Beragamnya persoalan yang dibahas dalam surah ini membuat sulit dalam pemaknaan sastrawinya. Namun, berdasarkan telaah terhadap tema-tema yang ada di setiap bagian surah, Amin Ahsan Islāhī membagi surah tersebut menjadi tiga bagian: reformasi sosial, masyarakat Islam dan penentangnya, serta kesimpulan.[19] Mathias Zahniser menghadirkan cara alternatif dalam melihat struktur surat ini. Ia mengeklaim bahwa tema sentral dari surah ini adalah ditujukan kepada orang-orang Nasrani. Kesimpulannya, berdasarkan pengujian tersebut, surah ini memiliki keteraturan struktural seperti kesejajaran, pengulangan, dan komposisi.[20] Namun, Carl Ernst mengakui bahwa lebih banyak penelitian perlu dilakukan dalam jenis analisis struktural ini untuk lebih memahami komposisi surah yang begitu luas.[20]

Dalam bukunya yang berjudul Qur'an and Woman, Amina Wadud menempatkan pendekatan tafsir Al-Quran ke dalam tiga kategori: tradisional, reaktif, dan holistik.[21] Jenis penafsiran yang diterapkan pada surah ini mempengaruhi cara pandang seseorang terhadap peran perempuan dalam masyarakat muslim. Mengambil pendekatan ketiga, pendekatan holistik memungkinkan pembacaan Alquran secara feminis,[22] yang secara khusus relevan dengan an-Nisā dan dapat membentuk kembali pemahaman tentang surah ini.

Ayat-ayat penting

[sunting | sunting sumber]

Hukum nikah dan perbudakan

[sunting | sunting sumber]

Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.

Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya sebagai berikut

4:3 Ayat ini memerintahkan bahwa jika kamu khawatir tidak mampu bersikap adil di antara istri-istrimu dengan menikah lebih dari satu, maka cukup nikahi satu istri, atau puaskan dengan hamba sahaya saja.[2]:4:3

Tafsir Al-Jalalain berbunyi sebagai berikut:

4:3 Seorang pria boleh menikahi 2, 3, atau 4 istri tetapi janganlah melebihi ini; tetapi jika kamu takut kamu tidak bersikap adil terhadap mereka dalam hal nafkah dan bagiannya secara individu; sebaiknya nikahi satu saja atau batasi hamba sahaya yang menjadi milikmu karena mereka tidak memiliki hak yang sama dengan istri; jadi dengan menikahi hanya empat atau hanya satu atau mengambil hamba sahaya, kemungkinan besar lebih dekat dengan sifat tidak zalim atau aniaya.[23]

Berlaku keji terhadap perempuan dan zina

[sunting | sunting sumber]

Dalam ayat 15-16, terdapat perintah untuk menjauhi sikap keji terhadap perempuan (zina). Ayat 15 membahas tentang wanita yang melakukan perbuatan keji di antara wanita-wanita lain. Hukuman yang dijatuhkan adalah mengurung mereka sampai ajal atau sampai Allah memberikan jalan lain. Ayat 16 berhubungan dengan kedua jenis kelamin. Perintah tersebut menetapkan bahwa mereka harus dihukum - yaitu, mereka harus dipukuli dan dicela di depan umum. Kemudian, perintah lain terungkap lihat (surah 24:2) yang menetapkan bahwa laki-laki dan perempuan harus dicambuk seratus kali.[24]

Kawin sedarah

[sunting | sunting sumber]

Ayat 22- 23 membahas wanita dalam keluarga seseorang yang haram dinikahi.[25][26] Pembahasan ayat ini lebih lanjut dalam Tafsir al-Jalalain.[27][28]

Laki-laki wajib melindungi perempuan

[sunting | sunting sumber]

4:34 Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang saleh, adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena Allah telah menjaga (mereka). Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, tinggalkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar

Banyak sekali tafsir mengenai ayat 34 ini.[29] The Encyclopedia of Islam and the Muslim World menyatakan bahwa ayat ini merupakan ayat yang paling tidak egaliter.[30]

Beberapa Muslim, seperti kelompok feminis Islam, berpendapat bahwa pria Muslim menggunakan teks tersebut sebagai alasan untuk melakukan kekerasan dalam rumah tangga.[31]

Kesyirikan

[sunting | sunting sumber]

Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), dan Dia mengampuni apa (dosa) yang selain (syirik) itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa mempersekutukan Allah, maka sungguh, dia telah berbuat dosa yang besar.

Allah tidak akan mengampuni dosa syirik (mempersekutukan Allah dengan sesuatu), dan Dia mengampuni dosa selain itu bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan barang siapa mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sungguh, dia telah tersesat jauh sekali.

Tafsir Ibnu Katsir berbunyi, "Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni (dosa) karena mempersekutukan-Nya (syirik), maksudnya, Dia tidak akan menganpuni hamba-hamba-Nya jika seseorang dalam menyembah-Nya juga mempersekutukan segala sesuatu dengan-Nya".[2]:4:48 The Enlightening Commentary into the Light of the Holy Qur'an juga berbunyi, "Syirik adalah bentuk dosa paling buruk dan dapat menghalangi orang dari pengampunan Allah."[32]

Juga dalam tafsir tersebut: "Syirik tidak akan diampuni, tambahannya lagi mereka juga dianggap menyembah setan".[2]

Ketaatan kepada pemimpin

[sunting | sunting sumber]

Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulilamri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Alquran) dan Rasul (sunahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Imam al-Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, dan an-Nasa'i meriwayatkan sebuah hadis yang diriwayatkan dari Zubair bin Awwam, yang diyakini oleh para ulama sebagai asbabunnuzul ayat 65 surah ini.[33][34] Namun, ada fatwa yang cukup kontemporer bahwa riwayat Zubair ini dhaif, karena hadis yang lebih kuat yang dikaitkan dengan wahyu ayat ini justru dikaitkan dengan tradisi Umar, Khulafaur Rasyidin kedua.[35]

Mereka yang mati syahid

[sunting | sunting sumber]

Muhammad bin Sulaiman mencatat bahwa ash-Shadiq menyampaikan kepada ayahnya yang sudah lanjut usia, tentang maksud ayat berikut: "Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.” (4:69). "Rasulullah" dalam ayat ini adalah dari para nabi, dan kami (ahlulbait) dalam hal ini adalah orang-orang yang benar, dan para syuhada dan kalian (pengikut kami), adalah orang-orang yang saleh."[36]

Ayat-ayat pedang

[sunting | sunting sumber]

Menurut Dipak Kutha, banyak kekerasan yang dilakukan oleh kelompok jihadisme terhadap kelompok kafir dilakukan berdasarkan "ayat-ayat pedang" dalam al-Qur'an[37] (contohnya Qur'an At-Taubah:5). Qur'an An-Nisa’:74-76 memuat kata-kata yang dianggap mengizinkan perilaku kekerasan,[38]

Bunyinya:

Karena itu, hendaklah orang-orang yang menjual kehidupan dunia untuk (kehidupan) akhirat berperang di jalan Allah. Dan barang siapa berperang di jalan Allah, lalu gugur atau memperoleh kemenangan maka akan Kami berikan pahala yang besar kepadanya. Dan mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang yang lemah, baik laki-laki, perempuan maupun anak-anak yang berdoa, "Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekkah) yang penduduknya zalim. Berilah kami pelindung dari sisi-Mu, dan berilah kami penolong dari sisi-Mu." Orang-orang yang beriman, mereka berperang di jalan Allah, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan Tagut, maka perangilah kawan-kawan setan itu, (karena) sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.

Tafsir Ibnu Katsir berkata, "Oleh karena itu, orang-orang beriman berperang dalam ketaatan kepada Allah dan untuk mendapatkan keridaan-Nya, sedangkan orang-orang kafir berperang dalam ketaatan kepada setan. Allah kemudian mendorong orang-orang beriman untuk memerangi musuh-musuh-Nya".[2]:4.74 - 4:75 Islam membolehkan perang untuk membela diri (Quran 22:39), untuk membela Islam (bukan untuk menyebarkannya), untuk melindungi orang-orang yang diusir secara paksa karena mereka Muslim (Quran 22:40), serta untuk melindungi yang tidak bersalah dari penindasan (Quran 4:75).

"Sejumlah pemikir Muslim di masa lalu dan Muslim radikal saat ini... (terkait Ayat 76)... yang disebut 'ayat pedang', telah "mencabut" (maksudnya menghapus atau membatalkan) ayat-ayat yang membolehkan peperangan saja, sebagai pembelaan. Mereka menggunakan 'ayat pedang' ini untuk membenarkan perang melawan orang kafir sebagai alat untuk menyebarkan Islam."[39]

"Bunuhlah mereka di mana pun kamu menemukannya"

[sunting | sunting sumber]

Mereka ingin agar kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, sehingga kamu menjadi sama (dengan mereka). Janganlah kamu jadikan dari antara mereka sebagai teman-teman(mu), sebelum mereka berpindah pada jalan Allah. Apabila mereka berpaling, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di mana pun mereka kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka sebagai teman setia dan penolong, kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang yang datang kepadamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu atau memerangi kaumnya. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya diberikan-Nya kekuasaan kepada mereka (dalam) menghadapi kamu, maka pastilah mereka memerangimu. Tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangimu serta menawarkan perdamaian kepadamu (menyerah) maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka.

Muhammad meminta semua sahabatnya untuk tidak menjadikan orang kafir sebagai teman setia atau pemimpin.[36] Al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, jika mereka tidak mau berhijrah, As-Saddi mengatakan bagian ayat yang bermakna: "Apabila mereka berpaling, maka tawanlah mereka dan bunuhlah mereka di mana pun mereka kamu temukan, dan janganlah kamu jadikan seorang pun di antara mereka sebagai teman setia dan penolong". Namun, Ibnu Katsir mengklarifikasi bahwa non-kombatan, mereka yang netral atau ragu-ragu untuk berperang dan mereka yang menawarkan perdamaian tidak boleh dilawan.[2]

Perempuan yatim, suami nusyuz, keinginan untuk damai dalam ikatan pernikahan, serta perceraian

[sunting | sunting sumber]

Ayat-ayat ini mencakup masalah yang berkaitan dengan perempuan yatim, suami yang bersikap keras terhadap istri (nusyuz), dan keinginan perdamaian perkawinan.[2]:4:127–130

Kemunafikan

[sunting | sunting sumber]

Dalam kitab Syiah, Kitab al-Kafi, Ja'far ash-Shadiq menulis sepucuk surat kepada para sahabatnya menekankan pentingnya mematuhi Allah, Rasul-Nya, dan "Ulilamri", serta mengatakan bahwa siapa pun yang tidak menaati dan menyangkal kebajikan mereka adalah "pendusta dan munafik". Ia menegaskan bahwa ini adalah orang-orang yang digambarkan sebagai "orang-orang munafik" dalam ayat tersebut, "Sesungguhnya orang-orang munafik itu berada di kedalaman Neraka yang paling rendah - dan kamu tidak akan pernah menemukan penolong bagi mereka."

Pandangan Islam mengenai kematian Isa

[sunting | sunting sumber]

dan (Kami hukum juga) karena ucapan mereka, "Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putra Maryam, Rasul Allah,1 padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa. Sesungguhnya mereka yang berselisih pendapat tentang (pembunuhan) Isa, selalu dalam keragu-raguan tentang siapa yang dibunuh. Mereka benar-benar tidak tahu (siapa sebenarnya yang dibunuh), melainkan mengikuti persangkaan belaka, jadi mereka tidak yakin telah membunuhnya,

Penjelasan mengenai pandangan Islam mengenai kenabian Isa, dan bukannya Ketuhanan Isa, terdapat dalam Tafsir Ibnu Katsir.[2]:4:157

Pandangan Islam tentang Tritunggal

[sunting | sunting sumber]

Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Mahasuci Dia dari (anggapan) mempunyai anak.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Departemen Agama RI.2007.Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul 'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur.Bandung:J-Art
  2. ^ a b c d e f g h i Ibn Kathir. "Tafsir Ibn Kathir (English): Surah Al Nisa". Quran 4 U. Tafsir. Diakses tanggal 23 December 2019. 
  3. ^ "The Meaning of the Glorious Qur'ân,: 4. an-Nisa': Women". Sacred-texts.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2001-11-08. Diakses tanggal 2016-05-24. 
  4. ^ a b Haleem, M. A. S. Abdel. The Qur'an. New York: Oxford University Press, 2008. Print.
  5. ^ “Tafsir Al-Mizan - An Exegesis of the Holy Quran by the Late Allamah Muhammad Hussain Tabatabai.” Web. 25 Nov. 2012.
  6. ^ Khinn, Muṣṭafá Saʻīd (2014). Sejarah ushul fikih. Muhammad Misbah (edisi ke-Edisi Indonesia). Jakarta. hlm. 72. ISBN 978-979-592-693-1. OCLC 940900503. 
  7. ^ Robinson, Neal. Discovering the Qur'an: A Contemporary Approach to a Veiled Text. London: SCM Press LTD, 1996. Print.77.
  8. ^ a b Smith, Clay Chip. "Revelation Order of the Qur'an According to 13 Sources." A Chronological Perspective of the Qur'an. N.p.. Web. 25 November 2012. Diarsipkan 13 September 2003 di Wayback Machine.
  9. ^ Robinson, Neal. Discovering the Qur'an: A Contemporary Approach to a Veiled Text. London: SCM Press LTD, 1996. Print. 80.
  10. ^ a b c d e Qutb, Sayyid. In the Shade of the Qur'an. 3. eBook. "Salinan arsip". Archived from the original on 2015-09-11. Diakses tanggal 2023-01-03. 
  11. ^ Tafsir Al-Mizan - An Exegesis of the Holy Quran by the Late Allamah Muhammad Hussain Tabatabai.” Web. 25 Nov. 2012.
  12. ^ a b c d Robinson, Neal. Discovering the Qur'an: A Contemporary Approach to a Veiled Text. London: SCM Press LTD, 1996. Print. 266.
  13. ^ Haleem, M. A. S. Abdel. The Qur'an. New York: Oxford University Press, 2008. Print. 50
  14. ^ Robinson, Neal. Discovering the Qur'an: A Contemporary Approach to a Veiled Text. London: SCM Press LTD, 1996. Print. 270.
  15. ^ Ernst, Carl W. How to Read the Qur'an : A New Guide, with Select Translations. Chapel Hill: The University of North Carolina Press, 2011. Ebook Library. Web. 25 Nov. 2012.
  16. ^ a b Haleem, M. A. S. Abdel. The Qur'an. New York: Oxford University Press, 2008. Print. 50.
  17. ^ "Encyclopaedia of Islam, Second Edition — Brill". 
  18. ^ Haleem, M. A. S. Abdel. The Qur'an. New York: Oxford University Press, 2008. Print. 57.
  19. ^ Boullata, Issa J. Literary Structures of Religious Meaning in the Qur'an. Richmond: Curzon Press, 2000. eBook. 29
  20. ^ a b Ernst, Carl W. How to Read the Qur'an : A New Guide, with Select Translations. Chapel Hill: The University of North Carolina Press, 2011. Ebook Library. Web. 25 Nov. 2012. 190.
  21. ^ Wadud, Amina. Qur'an and Woman: Rereading the Sacred Texts from a Woman's Perspective. New York: Oxford University Press, 1999. Print. 1.
  22. ^ Wadud, Amina. Qur'an and Woman: Rereading the Sacred Texts from a Woman's Perspective. New York: Oxford University Press, 1999. Print. 3.
  23. ^ Al-Jalalayn (2017). "The Tasfirs - Al-Jalalayn". Altafsir.com. Diakses tanggal 10 February 2020. 
  24. ^ "Towards Understanding the Quran". Islamic Foundation UK. Diakses tanggal 8 December 2019. 
  25. ^ "Quran 4:22 Translation Yusuf Ali (Orig. 1938)". Islam Awakened. Diakses tanggal 20 March 2020. 
  26. ^ "Quran 4:23 Translation Yusuf Ali (Orig. 1938)". Islam Awakened. Diakses tanggal 20 March 2020. 
  27. ^ al-Jalalayn. "The Tasfirs Verse 4:22". altafsir.com. Diakses tanggal 20 March 2020. 
  28. ^ al-Jalalayn. "The Tasfirs Verse 4:23". altafsir.com. Diakses tanggal 20 March 2020. 
  29. ^ "Surat Al Nisaa 4:34". Tanzil.net. Diakses tanggal 19 February 2020. 
  30. ^ Martin, Richard C (2004). "The Encyclopedia of Islam and the Muslim World Vol 1". Thomson Gale. hlm. 267. Diakses tanggal 7 May 2020. 
  31. ^ Nomani, Asra Q. (October 22, 2006). "Clothes Aren't the Issue". The Washington Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-09-22. 
  32. ^ "An Enlightening Commentary into the Light of the Holy Qur'an vol. 4". Al Islam.org. hlm. 47. Diakses tanggal 16 March 2020. 
  33. ^ bin Musa 2006.
  34. ^ Bukhari, Muhammad. "Sahih al-Bukhari » Distribution of Water - كتاب المساقاة » Hadith 2359". Sunnah.com. Sunnah.com. Diakses tanggal 7 November 2021. Bukhari, Muhammad. "Sahih al-Bukhari » Distribution of Water - كتاب المساقاة » Hadith 2361". Sunnah.com. Sunnah.com. Diakses tanggal 7 November 2021. Nasa'i, Abū `Abd ar-Raḥmān Aḥmad ibn Shu`ayb ibn Alī ibn Sīnān. "Sunan an-Nasa'i » The Book of the Etiquette of Judges - كتاب آداب القضاة » Hadith 5407". Diakses tanggal 7 November 2021. Ibn Muslim, Abū al-Ḥusayn ‘Asākir ad-Dīn Muslim ibn al-Ḥajjāj. "Sahih Muslim » The Book of Virtues - كتاب الفضائل » Hadith 2357". Sunnah.com. Sunnah.com. Diakses tanggal 7 November 2021. Ibn Majah, Abū ʻAbdillāh Muḥammad ibn Yazīd. "Sunan Ibn Majah » The Book of the Sunnah - كتاب المقدمة » Hadith 15". Sunnah.com. Sunnah.com. Diakses tanggal 7 November 2021. 
  35. ^ Al-Faqeeh, Abdullaah (2006). "Fatwa of Quranic verse (4:65)" (Printed). Islamweb center. committee comprises a group of licentiate graduates from the Islamic University, Al-Imaam Muhammad Bin Sa’oud Islamic University in Saudi Arabia. Diakses tanggal 28 November 2021.  Fatwa center
  36. ^ a b al-Kulayni, Muhammad ibn Ya‘qūb (2015). Al-Kafi (edisi ke-Volume 8). NY: Islamic Seminary Incorporated. ISBN 9780991430864. 
  37. ^ Gupta, Dipak K. (2008). Understanding terrorism and political violence: the life cycle of birth, growth, transformation, and demise. Taylor & Francis. hlm. 232. ISBN 9780203930274. 
  38. ^ Roy, Saberi. "Islam, Islamic Fundamentalism and Islamic Terrorism". Globalpolitician. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 October 2013. Diakses tanggal 17 March 2012. 
  39. ^ "Religions". BBC. Diakses tanggal 24 December 2019. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]


Surah Sebelumnya:
Surah Al-'Imran
Al-Qur'an Surah Berikutnya:
Surah Al-Ma'idah
Surah 4