Lompat ke isi

Hinduisme di Poso: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
k Clean-up.
 
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{hindu}}
{{hindu}}
'''Hindu di Poso''' ({{lang-en|Hinduism in Poso}}) adalah suatu studi yang membahas bagaimana agama [[Hindu]] masuk ke [[Kabupaten Poso]]. Sejak tahun [[1960-an]], [[pulau Sulawesi]] adalah salah satu pulau penerima [[transmigran]] dalam program [[transmigrasi]] yang dijalankan [[Pemerintah Indonesia|pemerintah]]. Sebagian besar transmigran yang dipindahkan berasal dari [[pulau Jawa]], [[pulau Bali|Bali]] dan [[pulau Madura|Madura]]. Pemerintah menempatkan para transmigran tersebut di beberapa daerah seperti [[Kabupaten Poso]], [[Kabupaten Parigi Moutong]], dan wilayah lainnya.<ref name=UGM>{{cite web|url=http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=86542&obyek_id=4|title=Pulang ke Bali Kecil: Migrasi Spontan di Dusun Pematu|website=[[UGM]]|access-date=17 Oktober 2016}}</ref>
'''Hindu di Poso''' adalah suatu studi yang membahas bagaimana agama [[Hindu]] masuk ke [[Kabupaten Poso]]. Sejak tahun [[1960-an]], [[pulau Sulawesi]] adalah salah satu pulau penerima [[transmigran]] dalam program [[transmigrasi]] yang dijalankan [[Pemerintah Indonesia|pemerintah]]. Sebagian besar transmigran yang dipindahkan berasal dari [[pulau Jawa]], [[pulau Bali|Bali]] dan [[pulau Madura|Madura]]. Pemerintah menempatkan para transmigran tersebut di beberapa daerah seperti [[Kabupaten Poso]], [[Kabupaten Parigi Moutong]], dan wilayah lainnya.<ref name=UGM>{{cite web|url=http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view&typ=html&buku_id=86542&obyek_id=4|title=Pulang ke Bali Kecil: Migrasi Spontan di Dusun Pematu|website=[[UGM]]|access-date=17 Oktober 2016}}</ref>


Saat ini, agama Hindu dianut oleh 9739 jiwa di Poso, membuat Hindu sebagai agama terbesar ketiga di Poso, didahului oleh agama [[Kristen di Poso|Kristen]] dan [[Islam]], serta diikuti oleh [[Katolik]] dan [[Buddha]].<ref name=BPSPoso>{{cite web|url=https://posokab.bps.go.id/alphab/pdf_publikasi/Kabupaten-Poso-Dalam-Angka-2016.pdf|title=Kabupaten Poso dalam Angka 2016|website=[[Badan Pusat Statistik|BPS]] [[Poso|Kabupaten Poso]]|access-date=17 Oktober 2016}}</ref>
Saat ini, agama Hindu dianut oleh 9739 jiwa di Poso, membuat Hindu sebagai agama terbesar ketiga di Poso, didahului oleh agama [[Kristen di Poso|Kristen]] dan [[Islam]], serta diikuti oleh [[Katolik]] dan [[Buddha]].<ref name=BPSPoso>{{cite web|url=https://posokab.bps.go.id/alphab/pdf_publikasi/Kabupaten-Poso-Dalam-Angka-2016.pdf|title=Kabupaten Poso dalam Angka 2016|website=[[Badan Pusat Statistik|BPS]] [[Poso|Kabupaten Poso]]|access-date=17 Oktober 2016|archive-date=2016-08-28|archive-url=https://web.archive.org/web/20160828194845/https://posokab.bps.go.id/alphab/pdf_publikasi/Kabupaten-Poso-Dalam-Angka-2016.pdf|dead-url=yes}}</ref>


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Agama Hindu disebarkan di wilayah Kabupaten Poso pada awal tahun 1960-an oleh para transmigran yang sebagian besar berasal dari Bali. Pada akhir tahun [[1990-an]], [[Kerusuhan Poso]] terjadi dan dengan cepat menjadi konflik antar-agama. Kerusuhan Poso tidak sampai menjalar dan meluas hingga ke kabupaten lain di Sulawesi Tengah, atau di daerah [[Kabupaten Luwu]], [[Sulawesi Selatan]], yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Poso. Hal itu disebabkan karena adanya kantong-kantong desa transmigran dari Bali, seperti di wilayah Kabupaten Parigi Moutong maupun di daerah Luwu. Kantong-kantong transmigran asal Bali ini, yang biasanya memiliki sistem [[pertanian]] yang maju, menjadi ''buffer zone'' yang mencegah meluasnya konflik.<ref name=KMHDI>{{cite web|url=http://kmhdi.org/web/berita/detail/81/superadmin/untung-ada-orang-bali|title=Untung Ada Orang Bali|website=[[Agama Hindu Dharma|Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma di Indonesia]]|access-date=17 Oktober 2016}}</ref>
Agama Hindu disebarkan di wilayah Kabupaten Poso pada awal tahun 1960-an oleh para transmigran yang sebagian besar berasal dari Bali. Pada akhir tahun [[1990-an]], [[Kerusuhan Poso]] terjadi dan dengan cepat menjadi konflik antar-agama. Kerusuhan Poso tidak sampai menjalar dan meluas hingga ke kabupaten lain di Sulawesi Tengah, atau di daerah [[Kabupaten Luwu]], [[Sulawesi Selatan]], yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Poso. Hal itu disebabkan karena adanya kantong-kantong desa transmigran dari Bali, seperti di wilayah Kabupaten Parigi Moutong maupun di daerah Luwu. Kantong-kantong transmigran asal Bali ini, yang biasanya memiliki sistem [[pertanian]] yang maju, menjadi ''buffer zone'' yang mencegah meluasnya konflik.<ref name=KMHDI>{{cite web|url=http://kmhdi.org/web/berita/detail/81/superadmin/untung-ada-orang-bali|title=Untung Ada Orang Bali|website=[[Agama Hindu Dharma|Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma di Indonesia]]|access-date=17 Oktober 2016|archive-date=2016-10-18|archive-url=https://web.archive.org/web/20161018225544/http://kmhdi.org/web/berita/detail/81/superadmin/untung-ada-orang-bali|dead-url=yes}}</ref>


=== Kekerasan ===
=== Kekerasan ===
Pada 13 September 2015, kelompok militan [[Mujahidin Indonesia Timur]] pimpinan [[Santoso]] membunuh dan memenggal I Nyoman Astika (60), seorang transmigran asal Buleleng, Bali. Dia tewas usai diserang lima orang tak dikenal (OTK) di kebunnya di pegunungan Baturiti, [[Sausu, Parigi Moutong|Sausu]], Parigi Moutong. Pemenggalan itu diduga sebagai aksi balas dendam setelah terjadi kontak tembak dengan Polri sebelumnya.<ref name=tribun1>{{cite web|url=http://www.tribunnews.com/regional/2015/09/15/i-nyoman-astika-tewas-tanpa-kepala-diserang-lima-orang-tak-dikenal|title=I Nyoman Astika Tewas Tanpa Kepala Diserang Lima OTK|website=Tribunnews|date=13 September 2015|access-date=17 Oktober 2016}}</ref>
Pada 13 September 2015, kelompok militan [[Mujahidin Indonesia Timur]] pimpinan [[Santoso]] membunuh dan memenggal I Nyoman Astika (60), seorang transmigran asal Buleleng, Bali. Dia tewas usai diserang lima orang tak dikenal (OTK) di kebunnya di pegunungan Baturiti, [[Sausu, Parigi Moutong|Sausu]], Parigi Moutong. Pemenggalan itu diduga sebagai aksi balas dendam setelah terjadi kontak tembak dengan Polri sebelumnya.<ref name=tribun1>{{Cite news|url=http://www.tribunnews.com/regional/2015/09/15/i-nyoman-astika-tewas-tanpa-kepala-diserang-lima-orang-tak-dikenal|title=I Nyoman Astika Tewas Tanpa Kepala Diserang Lima Orang tak Dikenal|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|date=13 September 2015|access-date=17 Oktober 2016|first=Dewi|last=Agustina|language=id|editor-last=Agustina|editor-first=Dewi}}</ref>


== Demografi ==
== Demografi ==
[[Berkas:Hinduism Ceremony in Pura Agung Narayana, Poso.jpg|jmpl|ka|Upacara Hindu di Pura Toini]]
[[Berkas:Hinduism Ceremony in Pura Agung Narayana, Poso.jpg|jmpl|ka|Upacara Hindu di Pura Toini]]
Wilayah [[Poso Pesisir Utara, Poso|Poso Pesisir Utara]], [[Poso Pesisir Selatan, Poso|Poso Pesisir Selatan]], dan [[Pamona Barat, Poso|Pamona Barat]] merupakan basis populasi warga yang beragama Hindu. Pada tahun 2010 sampai 2014, berdasarkan data dari [[Kementerian tenaga kerja dan transmigrasi republik indonesia|Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi]] [[Provinsi Bali]], menunjukkan bahwa Kabupaten Poso menjadi daerah yang paling banyak menjadi tujuan transmigrasi, yakni sekitar 26 persen atau sekitar 365 jiwa transmigran Bali.<ref name=TN>{{cite web|url=http://bali.tribunnews.com/2015/10/26/ini-asal-dan-lokasi-tujuan-yang-paling-diminati-transmigran-dari-bali|title=Ini Asal dan Lokasi Tujuan yang Paling Diminati Transmigran dari Bali|website=[[Tribunnews.com|Tribunnews]]|access-date=17 Oktober 2016}}</ref> Sebagian besar calon transmigran berasal dari [[Kabupaten Buleleng]] dengan jumlah 1.838 jiwa, diikuti oleh [[Kabupaten Tabanan]] dengan jumlah 192 jiwa, serta [[Kabupaten Karangasem]] dengan jumlah 132 jiwa.<ref name=TN/>
Wilayah [[Poso Pesisir Utara, Poso|Poso Pesisir Utara]], [[Poso Pesisir Selatan, Poso|Poso Pesisir Selatan]], dan [[Pamona Barat, Poso|Pamona Barat]] merupakan basis populasi warga yang beragama Hindu. Pada tahun 2010 sampai 2014, berdasarkan data dari [[Kementerian tenaga kerja dan transmigrasi republik indonesia|Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi]] [[Provinsi Bali]], menunjukkan bahwa Kabupaten Poso menjadi daerah yang paling banyak menjadi tujuan transmigrasi, yakni sekitar 26 persen atau sekitar 365 jiwa transmigran Bali.<ref name=TN>{{Cite news|url=http://bali.tribunnews.com/2015/10/26/ini-asal-dan-lokasi-tujuan-yang-paling-diminati-transmigran-dari-bali|title=Ini Asal dan Lokasi Tujuan yang Paling Diminati Transmigran dari Bali|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|access-date=17 Oktober 2016|first=Ida Ayu Made|last=Sadnyari|language=id}}</ref> Sebagian besar calon transmigran berasal dari [[Kabupaten Buleleng]] dengan jumlah 1.838 jiwa, diikuti oleh [[Kabupaten Tabanan]] dengan jumlah 192 jiwa, serta [[Kabupaten Karangasem]] dengan jumlah 132 jiwa.<ref name=TN/>


Migrasi ini dilakukan didasari oleh keinginan untuk mendapatkan tanah dengan kadar kesuburan yang lebih baik dari yang masih belum diolah. Untuk mampu bertahan di wilayah yang baru, para migran dari Bali ini memutuskan untuk hidup secara berkelompok.
Migrasi ini dilakukan didasari oleh keinginan untuk mendapatkan tanah dengan kadar kesuburan yang lebih baik dari yang masih belum diolah. Untuk mampu bertahan di wilayah yang baru, para migran dari Bali ini memutuskan untuk hidup secara berkelompok.

Revisi terkini sejak 13 September 2023 06.17

Hindu di Poso adalah suatu studi yang membahas bagaimana agama Hindu masuk ke Kabupaten Poso. Sejak tahun 1960-an, pulau Sulawesi adalah salah satu pulau penerima transmigran dalam program transmigrasi yang dijalankan pemerintah. Sebagian besar transmigran yang dipindahkan berasal dari pulau Jawa, Bali dan Madura. Pemerintah menempatkan para transmigran tersebut di beberapa daerah seperti Kabupaten Poso, Kabupaten Parigi Moutong, dan wilayah lainnya.[1]

Saat ini, agama Hindu dianut oleh 9739 jiwa di Poso, membuat Hindu sebagai agama terbesar ketiga di Poso, didahului oleh agama Kristen dan Islam, serta diikuti oleh Katolik dan Buddha.[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Agama Hindu disebarkan di wilayah Kabupaten Poso pada awal tahun 1960-an oleh para transmigran yang sebagian besar berasal dari Bali. Pada akhir tahun 1990-an, Kerusuhan Poso terjadi dan dengan cepat menjadi konflik antar-agama. Kerusuhan Poso tidak sampai menjalar dan meluas hingga ke kabupaten lain di Sulawesi Tengah, atau di daerah Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Poso. Hal itu disebabkan karena adanya kantong-kantong desa transmigran dari Bali, seperti di wilayah Kabupaten Parigi Moutong maupun di daerah Luwu. Kantong-kantong transmigran asal Bali ini, yang biasanya memiliki sistem pertanian yang maju, menjadi buffer zone yang mencegah meluasnya konflik.[3]

Kekerasan[sunting | sunting sumber]

Pada 13 September 2015, kelompok militan Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso membunuh dan memenggal I Nyoman Astika (60), seorang transmigran asal Buleleng, Bali. Dia tewas usai diserang lima orang tak dikenal (OTK) di kebunnya di pegunungan Baturiti, Sausu, Parigi Moutong. Pemenggalan itu diduga sebagai aksi balas dendam setelah terjadi kontak tembak dengan Polri sebelumnya.[4]

Demografi[sunting | sunting sumber]

Upacara Hindu di Pura Toini

Wilayah Poso Pesisir Utara, Poso Pesisir Selatan, dan Pamona Barat merupakan basis populasi warga yang beragama Hindu. Pada tahun 2010 sampai 2014, berdasarkan data dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Bali, menunjukkan bahwa Kabupaten Poso menjadi daerah yang paling banyak menjadi tujuan transmigrasi, yakni sekitar 26 persen atau sekitar 365 jiwa transmigran Bali.[5] Sebagian besar calon transmigran berasal dari Kabupaten Buleleng dengan jumlah 1.838 jiwa, diikuti oleh Kabupaten Tabanan dengan jumlah 192 jiwa, serta Kabupaten Karangasem dengan jumlah 132 jiwa.[5]

Migrasi ini dilakukan didasari oleh keinginan untuk mendapatkan tanah dengan kadar kesuburan yang lebih baik dari yang masih belum diolah. Untuk mampu bertahan di wilayah yang baru, para migran dari Bali ini memutuskan untuk hidup secara berkelompok.

Desa Meko di kecamatan Pamona Barat, adalah salah satu contoh kasus, memperlihatkan para petani eks transmigran Tolai asal Bali yang tidak memiliki lahan, berpindah untuk perburuan lahan baru sejak pertengahan 1990-an.[6]

Budaya[sunting | sunting sumber]

Pura Agung Jagad Natha Stana Narayana adalah pura terbesar di Kabupaten Poso dan merupakan lokasi pusat dari perayaan Hari Raya Nyepi yang diadakan setiap tahun. Lokasi pura ini juga berhadapan langsung dengan Teluk Tomini. Proses upacara umat Hindu di Poso diawali dengan upacara Melasti. Ritual ini dilakukan dengan memberikan persembahan ke laut, dan dimaksudkan untuk menyucikan diri sendiri dan menetralisir alam dari segala bentuk sesuatu yang jahat. Upacara ini merupakan tradisi yang dilakukan setiap menjelang hari raya Nyepi dan diteruskan dengan proses Tawur Agung dan sembahyang di pura.[7]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Pulang ke Bali Kecil: Migrasi Spontan di Dusun Pematu". UGM. Diakses tanggal 17 Oktober 2016. 
  2. ^ "Kabupaten Poso dalam Angka 2016" (PDF). BPS Kabupaten Poso. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2016-08-28. Diakses tanggal 17 Oktober 2016. 
  3. ^ "Untung Ada Orang Bali". Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-18. Diakses tanggal 17 Oktober 2016. 
  4. ^ Agustina, Dewi (13 September 2015). Agustina, Dewi, ed. "I Nyoman Astika Tewas Tanpa Kepala Diserang Lima Orang tak Dikenal". Tribunnews.com. Diakses tanggal 17 Oktober 2016. 
  5. ^ a b Sadnyari, Ida Ayu Made. "Ini Asal dan Lokasi Tujuan yang Paling Diminati Transmigran dari Bali". Tribunnews.com. Diakses tanggal 17 Oktober 2016. 
  6. ^ "Transisi Kapital di Sulawesi Tengah". IndoProgress. Diakses tanggal 17 Oktober 2016. 
  7. ^ "Nyepi di Poso Khidmat Tanpa Penjagaan". MetroSulawesi. Diakses tanggal 17 Oktober 2016.