Lompat ke isi

Lokomotif NIS 107: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Bagaz RW (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(25 revisi perantara oleh 18 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{paragraf_pembuka|date=2011}}
{{rapikan|date=2011}}
{{Infobox Lokomotif
{{Infobox Lokomotif
|image = Lokomotif NIS 107.JPG
|image =L2hvbWUvc2xva2kvdXNlci9oMjMyNDAvc2l0ZXMvaW5kb25lc2lhbmhlcml0YWdlcmFpbHdheS5jb20vd3d3L2ltYWdlcy9zdG9yaWVzLzE1X3NhcmFuYS9waG90b3MvbG9rb19uaXNfMTA2LmpwZw==.jpg‎
|caption ='''NIS107
|name = NIS 107
|caption =NIS 107 di depan [[SMK Negeri 2 Yogyakarta]].
|powertype =[[Uap]]
|powertype =[[Uap]]
|serialnumber =[[NIS107]]
|serialnumber =NIS 107
|fueltype = Kayu jati, Batu bara
|fueltype =[[Kayu jati]], [[Batu bara]]
|gauge =1.435 mm
|gauge =1.435 mm
|builder =Werkspoor, [[Belanda]]
|builder =[[Hanomag]], [[Jerman]]
|originalowner =Netherlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS)
|railroad =[[Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij]]
|owner =DKA (Djawatan Kereta Api)
|builddate =1901
|totalproduction =3 (sebagai NIS 105, NIS 106 dan NIS 107)
|buildmodel =B12
|builddate =1902
||whytetype =0-6-0RT
|totalproduction =28
|aarwheels =C
||aarwheels =0-6-0RT
|uicclass =C-2Lt
|uicclass =B1
|length =5.381 mm
|length =8180 mm
|width =2.670 mm
|width =2670 mm
|weight =16,5 ton
|weight =16,5 ton
|wheeldiameter =850 mm
|wheeldiameter =850 mm
|vaporpressure =12,7 kg/cm²
|vaporpressure =12,7 kg/cm²
|cylindersize =280 mm X 440 mm
|cylindersize =285 mm × 440 mm
|minimumcurve =170 m
|minimumcurve =170 m
|poweroutput =450 HP
|poweroutput =450 hp
|topspeed =40 km/h
|topspeed =40 km/jam
|notes
|notes
|distancebetweencouplers=6.581 mm|height=3.350 mm|preservedunit=NIS 107}}
}}
'''Lokomotif''' '''NIS 107''' adalah [[lokomotif uap]] di [[Indonesia]] yang dioperasikan oleh perusahaan kereta api [[swasta]] Hindia Belanda, [[Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij|Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij]]. Lokomotif ini diproduksi oleh [[Hanomag]], [[Jerman]] dan merupakan lokomotif dengan lebar sepur 1.435 mm.


== Sejarah ==
Setelah berhasil membangun jalan rel rute [[Semarang]]–[[Tanggung]]-Kedung Jati–[[Solo]]-[[Yogyakarta]] (166 km, gauge 1435 mm) dan jalan rel rute Kedungjati–Tuntang-[[Ambarawa]] (37 km, gauge 1435 mm), perusahaan kereta api swasta NIS ([[Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij]]) melanjutkan pembangunan jalan rel ke wilayah selatan dari kota [[Yogyakarta]]. Pembangunan jalan rel tersebut merupakan wujud kepentingan ekonomi dari pemerintah [[Hindia]] [[Belanda]] karena terdapat banyak pabrik gula di wilayah kota [[Yogyakarta]] bagian selatan. Pada tahun 1895, NIS berhasil membangun jalan rel rute [[Yogyakarta]]–Srandakan (23 km, gauge 1435 mm) kemudian dilanjutkan rute Srandakan–Ngabean–Palbapang –Brossot–Sewugalur (5 km, gauge 1435 mm) mulai beroperasi tahun 1916 dan rute Ngabean–Pasargedeh–Pundung (27 km, gauge 1435 mm) mulai beroperasi tahun 1919. Untuk melayani rute tersebut, NIS mendatangkan 2 lokomotif uap tipe C2-Lt yang kemudian diberi nomor NIS 106–107 sehingga NIS memiliki 3 lokomotif tipe C2-Lt ([[NIS 105]], [[NIS 106]], dan [[NIS 107]]). 3 lokomotif tipe C2-Lt ini didatangkan dari pabrik Hanomag (Jerman). Sebelum jalan rel di kota Yogyakarta bagian selatan dibangun, lokomotif NIS 105 telah datangkan pada tahun 1885.[[ NIS 105]] dirancang untuk beroperasi di jalan rel dengan gauge 1067 mm. Lokomotif [[NIS 105]] beroperasi di daerah [[Demak]] ([[Jawa Tengah]]) yang memiliki jalan rel dengan gauge 1067 mm. Setelah jalan rel (dengan gauge 1435 mm) di kota [[Yogyakarta]] bagian selatan selesai dibangun kemudian NIS 106 didatangkan pada tahun 1895 dan NIS 107 didatangkan pada tahun 1901. [[NIS 106]] dan [[NIS 107]] dirancang untuk beroperasi di jalan rel dengan gauge 1435 mm. Lokomotif tipe C2-Lt (NIS 105–107) ini digunakan untuk menarik rangkaian kereta campuran yang terdiri dari kereta penumpang dan gerbong barang pada rute jarak dekat.
Setelah sukses membangun [[jalur kereta api Brumbung-Gundih]], [[jalur kereta api Gundih-Solo Balapan|Gundih-Solo Balapan]], dan [[jalur kereta api Kutoarjo-Purwosari|Solo Balapan-Yogyakarta]] sejauh 166 km serta [[jalur kereta api Secang-Kedungjati|Kedungjati-Ambarawa]] sejauh 37 km dan semuanya memiliki lebar sepur 1.435 mm, perusahaan NIS mengembangkan [[trem uap]] di [[Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat]]. Di wilayah Kesultanan, banyak tumbuh [[Daftar pabrik gula di Indonesia|pabrik gula]] yang menginginkan adanya jalur kereta api untuk pengangkutan gula. Untuk itulah, pihak pabrik gula mengajukan [[konsesi]] izin pembangunan jalur yang mengintegrasikan seluruh pabrik gula tersebut.
[[Berkas : L2hvbWUvc2xva2kvdXNlci9oMjMyNDAvc2l0ZXMvaW5kb25lc2lhbmhlcml0YWdlcmFpbHdheS5jb20vd3d3L2ltYWdlcy9zdG9yaWVzLzE1X3NhcmFuYS9waG90b3MvbG9rb19uaXNfMTA3LmpwZw==.jpg‎ |thumb|right|lokomotif NIS107 {{Kpb|24-05-2011}}]]
Lokomotif tipe C2-Lt dengan susunan roda 0-6-0T merupakan lokomotif yang memiliki silinder berdimensi 285 mm X 440 mm dengan roda penggerak berdiameter 931 mm. Berat keseluruhan 16,5 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga kecepatan maksimum 40 km/jam. Lokomotif tipe C2 menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara.


Untuk memenuhi permintaan dari para pemilik PG tersebut, NIS membangun [[jalur kereta api Yogyakarta-Palbapang]] (25 km) mulai tahun 1895, lalu membangun [[jalur kereta api Palbapang-Sewugalur|Palbapang-Sewugalur]] (3 km) mulai beroperasi mulai tahun 1916. Selain itu dibangun pula [[jalur kereta api Ngabean-Pundong]] (27 km) dan dibuka tahun 1919.
Pada masa awal Perang Dunia II, [[NIS 106]] dan [[NIS 107]] telah dirancang oleh Ir JC Jonker (mantan kepala dipo traksi di NIS) sebagai lokomotif panser untuk membantu militer [[Belanda]] di [[Jawa]] dalam menghadapi serangan militer [[Jepang]]. Di dalam rancangan lokomotif panser tersebut, [[NIS 106]] dan [[NIS 107]] diberi tambahan lapisan baja dan tinggi cerobong asap dikurangi (tinggi cerobong menjadi sejajar dengan tinggi kabin lokomotif). Konversi [[NIS 106]] sebagai lokomotif panser dikerjakan di Balai Yasa [[Yogyakarta]] dan konversi [[NIS 107]] sebagai lokomotif panser dikerjakan di bengkel perusahaan konstruksi besi yang bernama De Vries Robbe, [[Semarang]]. Sayangnya, konversi [[NIS 106]] dan [[NIS 107]] sebagai lokomotif panser belum sempat diselesaikan hingga tuntas karena militer Jepang telah masuk ke pantai utara Jawa pada bulan Maret 1942. NIS 106 belum sempat dikonversi sama sekali sedangkan [[NIS 107]] baru selesai dikonsersi hanya 50% saja. Lokomotif [[NIS 106]] merupakan lokomotif terakhir yang beroperasi di jalan rel dengan gauge 1435 mm di pelabuhan Semarang pada bulan Juli 1945. Setelah itu, beberapa lokomotif dibongkar oleh pemerintah [[Jepang]] dan banyak yang tidak diketahui nasibnya. Ketika militer Jepang masuk ke Jawa, semua jalan rel dengan gauge 1435 mm dikonversi menjadi jalan rel dengan gauge 1067 mm. Saat ini, semua jalan rel di Jawa dan Sumatra yang dioperasionalkan oleh [[PT. Kereta Api Indonesia]] (persero) menggunakan jalan rel dengan gauge 1067 mm.


Agar memenuhi kebutuhan akan transportasi rel tersebut, NIS mengimpor tiga buah lokomotif, NIS 105, 106, dan 107 dari pabrik [[Hanomag]]. Lokomotif NIS 106-107 yang bertipe C2-Lt ini dioperasikan di jalur dengan lebar sepur 1.435 mm, sedangkan NIS 105 tetap di lebar sepur 1.067 mm dan hanya beroperasi di daerah [[Demak]].
Saat ini masih dapat dijumpai bukti fisik pernah ada jalan rel dengan gauge 1435 mm di [[Jawa]] yaitu berupa chasis milik lokomotif uap [[NIS 107]] dan boiler milik lokomotif uap tipe C2-Rt (NIS 151 - 160). Keduanya dipajang di depan [[SMK]]/[[Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Yogyakarta]] (dahulu bernama [[STM]]/[[Sekolah Teknik Menengah Negeri 1 Yogyakarta]]). Bukti fisik lainnya yaitu 2 unit boggie kereta untuk jalan rel dengan gauge 1435 mm. 2 unit Boggie tersebut saat ini dipajang di dalam Balai Yasa Manggarai, [[Jakarta]].


Lokomotif tipe C2-Lt ini memiliki susunan roda 0-6-0T, dimensi silinder 285 mm × 440 mm, diameter roda penggerak 931 mm, serta berat 16,5 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga 40 km/jam dan berbahan bakar kayu [[jati]] dan [[batu bara]].


NIS 106 dan 107 kemudian dikonversi oleh J.C. Jonker (mantan kepala [[depo lokomotif|depo traksi]] NIS) menjadi lokomotif [[panser]]. Konversi ini dilakukan untuk memperkuat armada tentara Belanda yang menghadapi tentara Jepang pada [[Perang Dunia II]]. Keduanya dikonversi dengan menambah lapisan baja dan mengurangi tinggi cerobong asap hingga sejajar atap kabin [[masinis]]. Anehnya lagi, karena tentara Jepang sudah masuk Jawa pada [[Maret]] [[1942]], NIS 107 baru rampung 50% sedangkan NIS 106 sama sekali tidak dikonversi.
== Lihat pula ==
* [[Dipo lokomotif]]
* [[Diesel elektrik]]
* [[Industri Kereta Api]] [[Madiun]]
* [[Daftar kecelakaan kereta api di Indonesia]]
* [[Kereta Api Indonesia]]
* [[Kereta api ringan]]


Ketika militer Jepang ini masuk ke Jawa, lebar sepur {{RailGauge|1435}} dikonversi menjadi {{RailGauge|1067}}. Terakhir NIS 106 beroperasi di jalur rel dengan lebar sepur 1.067 mm di [[Pelabuhan Tanjung Emas|pelabuhan Semarang]] pada Juli 1945 dan nasibnya tidak lagi diketahui karena dibongkar oleh tentara Jepang.
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://rel-keretaapi.blogspot.com/2008/07/data-teknik-lokomotif-bb-203.html Data teknik lokomotif BB 203]
* {{id}} [http://www.semboyan35.com/showthread.php?tid=259 Daftar lokomotif BB 203 yang diubah menjadi CC 201]
* {{id}} [http://www.gm-marka.web.id/f22/data-persebaran-lokomotif-diesel-elektrik-dan-diesel-hidrolik-336.html/ Alokasi Lokomotif PT. KAI di Indonesia Saat Ini]
* {{id}} [http://www.kereta-api.co.id/ Situs web resmi PT Kereta Api Indonesia (Persero)]


Saat ini NIS 107 tersisa [[sasis]]nya yang kini menjadi monumen statis di [[SMK Negeri 2 Yogyakarta]]. Ada pula ''boiler'' milik lokomotif NIS tipe C2-Lt di monumen tersebut Kemungkinan Lok B11, dan beberapa bagian dari lokomotif lain. Bukti lainnya bahwa jalur kereta Indonesia pernah 1.435&nbsp;mm adalah ''bogie'' yang dipajang di [[Balai Yasa Manggarai]].<ref>[http://heritage.kereta-api.co.id/?p=1404 Unit Pusat Pelestarian dan Desain Arsitektur: Lokomotif NIS 107]</ref>
{{DaftarLokomotifIndonesia}}
{{DaftarKeretaApi}}
{{commonscat|PT Kereta Api}}


== Referensi ==
{{transportasi-stub}}
{{commonscat|Steam locomotives of Indonesia}}
{{reflist}}


{{Daftar lokomotif Indonesia}}
[[Kategori:Lokomotif]]

[[Kategori:Transportasi rel di Indonesia]]
[[Kategori:Lokomotif uap di Indonesia|NIS 107]]

Revisi terkini sejak 20 September 2023 17.52

NIS 107
NIS 107
NIS 107 di depan SMK Negeri 2 Yogyakarta.
Data teknis
Sumber tenagaUap
ProdusenHanomag, Jerman
Nomor seriNIS 107
Tanggal dibuat1901
Jumlah dibuat3 (sebagai NIS 105, NIS 106 dan NIS 107)
Spesifikasi roda
Notasi Whyte0-6-0RT
Susunan roda AARC
Klasifikasi UICC-2Lt
Dimensi
Lebar sepur1.435 mm
Diameter roda850 mm
Panjang5.381 mm
Lebar2.670 mm
Tinggi maksimum3.350 mm
Jarak antara alat perangkai6.581 mm
Berat
Berat kosong16,5 ton
Bahan bakar
Jenis bahan bakarKayu jati, Batu bara
Sistem mesin
Ukuran silinder285 mm × 440 mm
Kinerja
Kecepatan maksimum40 km/jam
Daya mesin450 hp
Jari-jari lengkung terkecil170 m
Lain-lain
Karier
Perusahaan pemilikNederlands-Indische Spoorweg Maatschappij
Unit yang dilestarikanNIS 107

Lokomotif NIS 107 adalah lokomotif uap di Indonesia yang dioperasikan oleh perusahaan kereta api swasta Hindia Belanda, Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij. Lokomotif ini diproduksi oleh Hanomag, Jerman dan merupakan lokomotif dengan lebar sepur 1.435 mm.

Setelah sukses membangun jalur kereta api Brumbung-Gundih, Gundih-Solo Balapan, dan Solo Balapan-Yogyakarta sejauh 166 km serta Kedungjati-Ambarawa sejauh 37 km dan semuanya memiliki lebar sepur 1.435 mm, perusahaan NIS mengembangkan trem uap di Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Di wilayah Kesultanan, banyak tumbuh pabrik gula yang menginginkan adanya jalur kereta api untuk pengangkutan gula. Untuk itulah, pihak pabrik gula mengajukan konsesi izin pembangunan jalur yang mengintegrasikan seluruh pabrik gula tersebut.

Untuk memenuhi permintaan dari para pemilik PG tersebut, NIS membangun jalur kereta api Yogyakarta-Palbapang (25 km) mulai tahun 1895, lalu membangun Palbapang-Sewugalur (3 km) mulai beroperasi mulai tahun 1916. Selain itu dibangun pula jalur kereta api Ngabean-Pundong (27 km) dan dibuka tahun 1919.

Agar memenuhi kebutuhan akan transportasi rel tersebut, NIS mengimpor tiga buah lokomotif, NIS 105, 106, dan 107 dari pabrik Hanomag. Lokomotif NIS 106-107 yang bertipe C2-Lt ini dioperasikan di jalur dengan lebar sepur 1.435 mm, sedangkan NIS 105 tetap di lebar sepur 1.067 mm dan hanya beroperasi di daerah Demak.

Lokomotif tipe C2-Lt ini memiliki susunan roda 0-6-0T, dimensi silinder 285 mm × 440 mm, diameter roda penggerak 931 mm, serta berat 16,5 ton. Lokomotif ini dapat melaju hingga 40 km/jam dan berbahan bakar kayu jati dan batu bara.

NIS 106 dan 107 kemudian dikonversi oleh J.C. Jonker (mantan kepala depo traksi NIS) menjadi lokomotif panser. Konversi ini dilakukan untuk memperkuat armada tentara Belanda yang menghadapi tentara Jepang pada Perang Dunia II. Keduanya dikonversi dengan menambah lapisan baja dan mengurangi tinggi cerobong asap hingga sejajar atap kabin masinis. Anehnya lagi, karena tentara Jepang sudah masuk Jawa pada Maret 1942, NIS 107 baru rampung 50% sedangkan NIS 106 sama sekali tidak dikonversi.

Ketika militer Jepang ini masuk ke Jawa, lebar sepur 1435 dikonversi menjadi 1067. Terakhir NIS 106 beroperasi di jalur rel dengan lebar sepur 1.067 mm di pelabuhan Semarang pada Juli 1945 dan nasibnya tidak lagi diketahui karena dibongkar oleh tentara Jepang.

Saat ini NIS 107 tersisa sasisnya yang kini menjadi monumen statis di SMK Negeri 2 Yogyakarta. Ada pula boiler milik lokomotif NIS tipe C2-Lt di monumen tersebut Kemungkinan Lok B11, dan beberapa bagian dari lokomotif lain. Bukti lainnya bahwa jalur kereta Indonesia pernah 1.435 mm adalah bogie yang dipajang di Balai Yasa Manggarai.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]