Lompat ke isi

Agam Wispi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
WL3 Hani Siti (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(38 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{inuse| 07 Desember 2011}}

{{Infobox Penulis
{{Infobox Penulis
| name = Agam Wispi
|name = Agam Wispi
| image =
|image = Agam Wispi, Indonesia Literary Pioneers, 00.49.jpg
| imagesize =
|imagesize =
| caption =
|caption =
| pseudonym =
|pseudonym =
| birthname =
|birthname =
| birthdate = {{birth date and age|1930|12|31}}
|birthdate = {{birth date|1930|12|31}}
| birthplace = [[Pangkalan Susu, Langkat]], [[Sumatera Utara]]
|birthplace = [[Pangkalan Susu, Langkat|Pangkalan Susu]], [[Sumatera Utara]]
| deathdate =
|deathdate = {{death date|2003|01|1}}
| deathplace =
|deathplace = Amsterdam, Belanda
| occupation = [[Penulis]]
|occupation = [[Penulis]]
| nationality = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
|nationality = {{flagicon|Indonesia}} [[Indonesia]]
| ethnicity =
|ethnicity =
| citizenship =
|citizenship =
| period =
|period =
| genre =
|genre = Sajak
| subject =
|subject =
| movement =
|movement =
| notableworks =
|notableworks =
| spouse =
|spouse =
| partner =
|partner =
| children =
|children =
| relatives =
|relatives =
| influences =
|influences =
| influenced =
|influenced =
| awards =
|awards =
| signature =
|signature =
| website =
|website =
| portaldisp =
|portaldisp =
}}
}}
'''Agam Wispi''', ({{lahirmati|[[Pangkalan Susu]], [[Sumatera Utara]]|31|12|1930|[[Amsterdam]], [[Belanda]]|31|12|2003}}) <ref name="agam">{{id}} [http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2003/01/06/KL/mbm.20030106.KL83945.id.html Agam Wispi (1930 - 2003). Diakses 4 November 2007.</ref>, adalah seorang [[penulis]] [[Indonesia]], sebagai orang eksilan, orang yang hidup di pengasingan, di Belanda sejak tahun 1988. Ia adalah seorang penyair, banyak menulis sajak dan salah satunya dilarang beredar oleh dua pemerintahan, yakni pemerintahan Soekarno dan Soeharto. <ref name="agam2">{{id}} [Di Negeri Orang: Puisi Penyair Indonesia Eksil. Penyunting Asahan Alham. Amanah-Lontar, 2002, Jakarta. halaman 246]</ref>
'''Agam Wispi''', ({{lahirmati|[[Pangkalan Susu, Langkat|Pangkalan Susu]], [[Sumatera Utara]]|31|12|1930|[[Amsterdam]], [[Belanda]]|1|1|2003}}),<ref name="agam">{{id}} [http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2003/01/06/KL/mbm.20030106.KL83945.id.html Majalah TEMPO Interaktif. Agam Wispi (1930 - 2003).] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20120210133427/http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2003/01/06/KL/mbm.20030106.KL83945.id.html |date=2012-02-10 }} Diakses 4 November 2007.</ref> adalah seorang [[penulis]] [[Indonesia]], termasuk sebagai salah seorang penulis [[sastra eksil Indonesia]].<ref name="agam2">{{id}}Di Negeri Orang: Puisi Penyair Indonesia Eksil. Penyunting Asahan Alham. Amanah-Lontar, 2002, Jakarta. Halaman 246, ISBN 979-8083-42-3</ref> Ia mulai menjadi [[eksil]], orang yang hidup di pengasingan, di Belanda sejak tahun 1988.<ref name="agam2"/> Ia adalah seorang penyair, banyak menulis sajak, juga cerpen dan drama.<ref name="agam2"/>


==Biografi==
== Biografi ==
Agam Wispi memulai karirnya sebagai [[wartawan]] dan [[redaktur]] kebudayaan di harian ''Kerakyatan'' dan ''Pendorong Medan'' (1952-1957). Pindah ke [[Jakarta]] (1957), Agam menduduki kedudukan yang sama sebagai redaktur kebudayaan di ''Harian Rakyat'' sampai tahun 1962 (terseling antara 1958-1959, Agam belajar jurnalistik di [[Berlin]]). Antara tahun 1962-1965, ia tercatat sebagai anggota Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) sekaligus dikenal sebagai wartawan dan [[penyair]]. Ia pernah menjadi aggota Pimpinan Pusat Lekra (1959-1965). <ref name="agam3">{{id}} [Rampan, Korrie. Leksikon Sastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 20]</ref>
Agam Wispi memulai kariernya sebagai [[wartawan]] dan [[redaktur]] kebudayaan pada harian ''Kerakyatan'' dan ''Pendorong Medan'' (1952-1957). Pindah ke [[Jakarta]] (1957), Agam menduduki kedudukan yang sama sebagai redaktur kebudayaan di ''Harian Rakyat'' sampai tahun 1962 (terseling antara 1958-1959, Agam belajar jurnalistik di [[Berlin]]). Antara tahun 1962-1965, ia tercatat sebagai anggota Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) sekaligus dikenal sebagai wartawan dan [[penyair]].<ref name="agam2"/> Ia pernah menjadi aggota Pimpinan Pusat Lekra (1959-1965).<ref name="agam3">{{id}} Rampan, Korrie. Leksikon Sastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 20</ref>


Pada bulan Mei 1965, Agam diundang ke [[Vietnam]] selama beberapa bulan dan sempat bertemu dengan [[Ho Chi Minh]]. Namun sejak itulah Agam tak bisa kembali ke tanah air karena arus balik politik di Indonesia. Dari bulan September 1965 sampai Desember 1970, ia bermukim di [[Republik Rakyat Tiongkok]]. Dari tahun 1973 sampai 1978 tinggal di Leipzig, [[Jerman]]. Di kota itu, Agam sempat belajar sastra di Institut fur Literatur dan bekerja sebagai pustakawan di Deutsche Bucheret. Kemudian sejak tahun 1988 Agam tinggal di Amsterdam, [[Belanda]].<ref name="agam2"/>


== Hasil karya ==
Pada bulan Mei 1965, Agam diundang ke [[Vietnam]] selama beberapa bulan dan sempat bertemu dengan [[Ho Chi Minh]]. Namun sejak itulah Agam tak bisa kembali ke tanah air karena arus balik politik di Indonesia. Dari bulan September 1965 sampai Desember 1970, ia bermukim di [[Republik Rakyat Cina]]. Dari tahun 1973 sampai 1978 tinggal di Leipzig, [[Jerman]]. Di kota itu, Agam sempat belajar sastra di Institut fur Literatur dan bekerja sebagai pustakawan di Deutsche Bucheret. Kemudian sejak tahun 188 Agam tinggal di Amsterdam, [[Belanda]].
Pada tahun 50-60an Agam Wispi dikenal sebagai penyair. Salah satu sajaknya yang terkenal, ''[[iarchive:matinjaseorangpetani/page/n5/mode/2up|Matinya Seorang Petani]]'' tak saja dilarang oleh pemerintahan [[Soeharto]] tetapi juga pemerintahan [[Soekarno]]. [[Goenawan Mohamad]] dalam [[Catatan Pinggir]] di [[majalah Tempo]], menulis tentang puisi ini: Pada suatu hari Agam Wispi menyaksikan keadaan itu pada awal tahun 1960-an, ketika di Tanjung Morawa tanah garapan para petani miskin digusur dengan traktor dan bedil, dan dari kantor Barisan Tani Indonesia rakyat memprotes, dan seorang petani mati ditembak:

==Hasil karya==
Pada tahun 50-60an Agam Wispi dikenal sebagai penyair. Salah satu sajaknya yang terkenal, ''Matinya Seorang Petani'' tak saja dilarang oleh pemerintahan [[Soeharto]] tapi juga pemerintahan [[Soekarno]]. [[Goenawan Mohamad]] dalam [[Catatan Pinggir]] di [[majalah Tempo]], menulis tentang puisi ini: Pada suatu hari Agam Wispi menyaksikan keadaan itu di awal tahun 1960-an, ketika di Tanjung Morawa tanah garapan para petani miskin digusur dengan traktor dan bedil, dan dari kantor Barisan Tani Indonesia rakyat memprotes, dan seorang petani mati ditembak:


''''dia jatuh''
''''dia jatuh''
''rubuh''
''roboh''
''satu peluru''
''satu peluru''
''dalam kepala''
''dalam kepala''
Baris 53: Baris 50:
''dapat bangkainya''''
''dapat bangkainya''''


Ketika sajak itu terbit dalam antologi ''Matinja Seorang Petani'' (1961) ia dilarang oleh penguasa militer yang waktu itu ditegakkan bersama dengan "Demokrasi Terpimpin". Tapi dalam memberangus puisi, seperti halnya dalam membunuh petani, kekuasaan selamanya "cuma dapat bangkainya". Puisi dan pemberontakan adalah juga "roh", tak pernah hanya bangkai. <ref name="agam4">{{id}} [http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2003/01/06/KL/mbm.20030106.KL83945.id.html Agam Wispi (1930 - 2003)</ref>
Ketika sajak itu terbit dalam antologi ''[[iarchive:matinjaseorangpetani|Matinja Seorang Petani]]'' (1961) ia dilarang oleh penguasa militer yang waktu itu ditegakkan bersama dengan "Demokrasi Terpimpin".<ref name="agam"/>



Buku-buku kumpulan sajaknya ''Sahabat'' dan ''Yang Tak Terbungkamkan'' diterbitkan oleh [[Lekra]], Jakarta.
Buku-buku kumpulan sajaknya ''Sahabat'' dan ''Yang Tak Terbungkamkan'' diterbitkan oleh [[Lekra]], Jakarta.
Baris 60: Baris 56:
Selama hidup sebagai orang eksilan, ia baru menerbitkan satu buku kumpulan sajak ''Kronologi in Memoriam 1953-1954''. Dan sajak-sajak yang sempat ditulisnya selama hidup di pengasingan masih tersimpan di laci belum sempat diterbitkan. Di Amsterdam, ia sempat mengelola ruang kebudayaan di majalah ''Arah''.
Selama hidup sebagai orang eksilan, ia baru menerbitkan satu buku kumpulan sajak ''Kronologi in Memoriam 1953-1954''. Dan sajak-sajak yang sempat ditulisnya selama hidup di pengasingan masih tersimpan di laci belum sempat diterbitkan. Di Amsterdam, ia sempat mengelola ruang kebudayaan di majalah ''Arah''.


Agam Wispi pulang kembali ke Indonesia pada tahun 1996, dan menerbitkan kumpulan puisi "Pulang".
==Rujukan==

== Rujukan ==
{{reflist}}
{{reflist}}


==Pranala luar==
== Pranala luar ==


* Agam Wispi dkk., ''Matinja Seorang Petani'', Bagian Penerbitan LEKRA, 1961. [[iarchive:matinjaseorangpetani|Unduh (Bebaskan Buku!)]]
* http://media.kompasiana.com/buku/2011/01/17/world-writers-13-agam-wispi/{{Pranala mati|date=Januari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} diakses 4 November 2011
* [http://id.shvoong.com/social-sciences/1718222-dua-puisi-zaman-pergolakan-penyair/ Dua Puisi Jaman Pergolakan Penyair. Diakses 4 November 2011] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090605162730/http://id.shvoong.com/social-sciences/1718222-dua-puisi-zaman-pergolakan-penyair/ |date=2009-06-05 }}


{{lifetime|1930||Agam Wispi}}
{{lifetime|1930|2003|Agam Wispi}}
{{Authority control}}
{{penulis-stub}}


[[Kategori:Penulis Indonesia]]
[[Kategori:Penulis Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh dari Langkat]]

Revisi terkini sejak 28 September 2023 11.35

Agam Wispi
PekerjaanPenulis
KebangsaanIndonesia Indonesia
GenreSajak

Agam Wispi, (31 Desember 1930 – 1 Januari 2003),[1] adalah seorang penulis Indonesia, termasuk sebagai salah seorang penulis sastra eksil Indonesia.[2] Ia mulai menjadi eksil, orang yang hidup di pengasingan, di Belanda sejak tahun 1988.[2] Ia adalah seorang penyair, banyak menulis sajak, juga cerpen dan drama.[2]

Agam Wispi memulai kariernya sebagai wartawan dan redaktur kebudayaan pada harian Kerakyatan dan Pendorong Medan (1952-1957). Pindah ke Jakarta (1957), Agam menduduki kedudukan yang sama sebagai redaktur kebudayaan di Harian Rakyat sampai tahun 1962 (terseling antara 1958-1959, Agam belajar jurnalistik di Berlin). Antara tahun 1962-1965, ia tercatat sebagai anggota Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI) sekaligus dikenal sebagai wartawan dan penyair.[2] Ia pernah menjadi aggota Pimpinan Pusat Lekra (1959-1965).[3]

Pada bulan Mei 1965, Agam diundang ke Vietnam selama beberapa bulan dan sempat bertemu dengan Ho Chi Minh. Namun sejak itulah Agam tak bisa kembali ke tanah air karena arus balik politik di Indonesia. Dari bulan September 1965 sampai Desember 1970, ia bermukim di Republik Rakyat Tiongkok. Dari tahun 1973 sampai 1978 tinggal di Leipzig, Jerman. Di kota itu, Agam sempat belajar sastra di Institut fur Literatur dan bekerja sebagai pustakawan di Deutsche Bucheret. Kemudian sejak tahun 1988 Agam tinggal di Amsterdam, Belanda.[2]

Hasil karya

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 50-60an Agam Wispi dikenal sebagai penyair. Salah satu sajaknya yang terkenal, Matinya Seorang Petani tak saja dilarang oleh pemerintahan Soeharto tetapi juga pemerintahan Soekarno. Goenawan Mohamad dalam Catatan Pinggir di majalah Tempo, menulis tentang puisi ini: Pada suatu hari Agam Wispi menyaksikan keadaan itu pada awal tahun 1960-an, ketika di Tanjung Morawa tanah garapan para petani miskin digusur dengan traktor dan bedil, dan dari kantor Barisan Tani Indonesia rakyat memprotes, dan seorang petani mati ditembak:

''dia jatuh roboh satu peluru dalam kepala

ingatannya melayang didakap siksa tapi siksa cuma dapat bangkainya''

Ketika sajak itu terbit dalam antologi Matinja Seorang Petani (1961) ia dilarang oleh penguasa militer yang waktu itu ditegakkan bersama dengan "Demokrasi Terpimpin".[1]

Buku-buku kumpulan sajaknya Sahabat dan Yang Tak Terbungkamkan diterbitkan oleh Lekra, Jakarta.

Selama hidup sebagai orang eksilan, ia baru menerbitkan satu buku kumpulan sajak Kronologi in Memoriam 1953-1954. Dan sajak-sajak yang sempat ditulisnya selama hidup di pengasingan masih tersimpan di laci belum sempat diterbitkan. Di Amsterdam, ia sempat mengelola ruang kebudayaan di majalah Arah.

Agam Wispi pulang kembali ke Indonesia pada tahun 1996, dan menerbitkan kumpulan puisi "Pulang".

  1. ^ a b (Indonesia) Majalah TEMPO Interaktif. Agam Wispi (1930 - 2003). Diarsipkan 2012-02-10 di Wayback Machine. Diakses 4 November 2007.
  2. ^ a b c d e (Indonesia)Di Negeri Orang: Puisi Penyair Indonesia Eksil. Penyunting Asahan Alham. Amanah-Lontar, 2002, Jakarta. Halaman 246, ISBN 979-8083-42-3
  3. ^ (Indonesia) Rampan, Korrie. Leksikon Sastra Indonesia. Balai Pustaka, 2000, Jakarta. Halaman 20

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]