Lompat ke isi

Waktoe: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Yunita AZ (bicara | kontrib)
←Membuat halaman berisi ''''''Waktoe''''' adalah majalah mingguan berbahasa Indonesia yang terbit pertama kali pada 19 Desember 1947. Majalah ini mengklaim dirinya sebagai "majalah berita mingguan bergambar pertama di Indonesia". Kantor redaksi majalah ini beralamat di Medan. Percetakannya juga dilakukan di Medan oleh Persekoetoean Waktoe Medan.<ref name=":0">{{Cite book|last=|first=|date=2007|url=https://www.worldcat.org/oclc/289071007|title=Seabad Pers kebangsaan, 1907–2007|location=...'
 
OrophinBot (bicara | kontrib)
 
(13 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox magazine
'''''Waktoe''''' adalah majalah mingguan berbahasa Indonesia yang terbit pertama kali pada 19 Desember 1947. Majalah ini mengklaim dirinya sebagai "majalah berita mingguan bergambar pertama di Indonesia". Kantor redaksi majalah ini beralamat di Medan. Percetakannya juga dilakukan di Medan oleh Persekoetoean Waktoe Medan.<ref name=":0">{{Cite book|last=|first=|date=2007|url=https://www.worldcat.org/oclc/289071007|title=Seabad Pers kebangsaan, 1907–2007|location=Jakarta|publisher=I:Boekoe|isbn=978-979-1436-02-1|edition=Cet. 1|pages=610–612|others=|oclc=289071007|url-status=live}}</ref>
| title = Waktoe
| image_file =
| image_caption =
| frequency = Mingguan
| founder =
| company =
| publisher = Persekoetoean Waktoe Medan
| editor = Sjamsoe Hidajat
| editor_title = Pemimpin redaksi
| firstdate = 19 Desember 1947
| relaunched =
| finalnumber =
| country = Indonesia
| language = Indonesia
| based = Medan, Sumatera Utara
}}


{{italic title}}'''''Waktoe''''' adalah [[majalah]] mingguan [[Bahasa Indonesia|berbahasa Indonesia]] yang terbit pertama kali pada 19 Desember 1947. Majalah ini mengklaim dirinya sebagai "majalah berita mingguan bergambar pertama di Indonesia". Kantor redaksi majalah ini beralamat di [[Kota Medan|Medan]], [[Sumatera Utara]]. Percetakannya juga dilakukan di Medan oleh Persekoetoean Waktoe Medan.{{sfn|Rahzen|2007|p=610-612}}
Tokoh majalah ini yakni Zahari selaku penanggung jawab, Sjamsoe Hidajat selaku pemimpin redaksi, serta M. Noer, R.M. Aulia, dan Tan Boon Djie selaku ilustrator.<ref name=":0" />


Tokoh majalah ini yakni Zahari selaku penanggung jawab, Sjamsoe Hidajat selaku pemimpin redaksi, serta M. Noer, R.M. Aulia, dan Tan Boon Djie selaku ilustrator.{{sfn|Rahzen|2007|p=610-612}}
Menurut buku ''Seabad Pers Kebangsaan, 1907–2007'', majalah ini menggabungkan antara jurnalisme koran dengan dan jurnalisme foto. Tata letak ''Waktoe'' bisa dikatakan sebagai yang terbaik dibandingkan dengan majalah-majalah sezaman. Bahkan pada saat awal majalah ini terbit, semua media massa masih berupa koran, bukan majalah.<ref name=":0" />


Menurut buku ''Seabad Pers Kebangsaan, 1907–2007'', majalah ini menggabungkan antara [[jurnalisme]] koran dengan dan jurnalisme foto. Tata letak ''Waktoe'' bisa dikatakan sebagai yang terbaik dibandingkan dengan majalah-majalah sezaman. Bahkan pada saat awal majalah ini terbit, semua media massa masih berupa koran, bukan majalah.{{sfn|Rahzen|2007|p=610-612}}
Sesuai dengan semangat zamannya, majalah ini memuat foto-foto para ''founding fathers'' seperti Soekarno, Muhammad Hatta, Agus Salim, dan Sjahir. Foto tak lagi hanya subjek pendukung berita, melainkan ditempatkan menjadi berita itu sendiri. Seperti pada edisi 3 Januari 1948, ''Waktoe'' berhasil mendapatkan foto Agus Salim, diplomat ulung Indonesia, membawa payung kesayangannya ke gedung United Nation Organization (UNO).<ref name=":0" />

Sesuai dengan semangat zamannya, majalah ini memuat foto-foto para pendiri negara [[Indonesia]] seperti [[Soekarno]], [[Muhammad Hatta]], [[Agus Salim]], dan [[Sutan Sjahrir]]. Foto tak lagi hanya subjek pendukung berita, melainkan ditempatkan menjadi berita itu sendiri. Seperti pada edisi 3 Januari 1948, ''Waktoe'' berhasil mendapatkan foto Agus Salim, diplomat ulung Indonesia, membawa payung kesayangannya ke gedung [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]].{{sfn|Rahzen|2007|p=610-612}}


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


== Daftar Pustaka ==
[[Kategori:Pers Indonesia]]
{{cite book
|title = Seabad Pers Kebangsaan: Bahasa Bangsa, Tanahair Bangsa
|last1 = Rahzen
|first1 = Taufik
|last2 = Dwi Hartanto
|first2 = Agung
|display-authors = 1
|publisher = I:Boekoe
|year = 2007
|location = Jakarta
|url = https://www.google.co.id/books/edition/Seabad_pers_kebangsaan_1907_2007/docLAQAAMAAJ?hl=en&gbpv=0
|isbn = 978-979-1436-02-1

|ref = {{sfnref|Rahzen|2007}}
}}
[[Kategori:Majalah berita yang diterbitkan di Indonesia]]
[[Kategori:Kota Medan]]
[[Kategori:Kota Medan]]

Revisi terkini sejak 29 September 2023 06.53

Waktoe
Pemimpin redaksiSjamsoe Hidajat
FrekuensiMingguan
PenerbitPersekoetoean Waktoe Medan
Terbitan pertama19 Desember 1947
NegaraIndonesia
Berpusat diMedan, Sumatera Utara
BahasaIndonesia

Waktoe adalah majalah mingguan berbahasa Indonesia yang terbit pertama kali pada 19 Desember 1947. Majalah ini mengklaim dirinya sebagai "majalah berita mingguan bergambar pertama di Indonesia". Kantor redaksi majalah ini beralamat di Medan, Sumatera Utara. Percetakannya juga dilakukan di Medan oleh Persekoetoean Waktoe Medan.[1]

Tokoh majalah ini yakni Zahari selaku penanggung jawab, Sjamsoe Hidajat selaku pemimpin redaksi, serta M. Noer, R.M. Aulia, dan Tan Boon Djie selaku ilustrator.[1]

Menurut buku Seabad Pers Kebangsaan, 1907–2007, majalah ini menggabungkan antara jurnalisme koran dengan dan jurnalisme foto. Tata letak Waktoe bisa dikatakan sebagai yang terbaik dibandingkan dengan majalah-majalah sezaman. Bahkan pada saat awal majalah ini terbit, semua media massa masih berupa koran, bukan majalah.[1]

Sesuai dengan semangat zamannya, majalah ini memuat foto-foto para pendiri negara Indonesia seperti Soekarno, Muhammad Hatta, Agus Salim, dan Sutan Sjahrir. Foto tak lagi hanya subjek pendukung berita, melainkan ditempatkan menjadi berita itu sendiri. Seperti pada edisi 3 Januari 1948, Waktoe berhasil mendapatkan foto Agus Salim, diplomat ulung Indonesia, membawa payung kesayangannya ke gedung Perserikatan Bangsa-Bangsa.[1]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Rahzen 2007, hlm. 610-612.

Daftar Pustaka

[sunting | sunting sumber]

Rahzen, Taufik; et al. (2007). Seabad Pers Kebangsaan: Bahasa Bangsa, Tanahair Bangsa. Jakarta: I:Boekoe. ISBN 978-979-1436-02-1.