Lompat ke isi

Masjid Raya Pariaman: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
OrophinBot (bicara | kontrib)
(34 revisi perantara oleh 5 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3: Baris 3:
| native_name =
| native_name =
| native_name_lang =
| native_name_lang =
| image = Masjid Raya Pariaman 2020 01b.jpg
| image = Masjid Raya Pariaman oleh Denas.jpg
| image_size = 250px
| image_size = 250px
| alt =
| alt =
Baris 12: Baris 12:
| map_relief =
| map_relief =
| map_caption =
| map_caption =
| location = [[Kota Pariaman]], [[Sumatra Barat]], [[Indonesia]]
| location = [[Kota Pariaman]], [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]]
| latitude =
| latitude =
| longitude =
| longitude =
Baris 89: Baris 89:
}}
}}


'''Masjid Raya Pariaman''' adalah sebuah masjid batu pertama yang terletak di Jalan Syekh Mohammad Jamil, [[Kampung Perak, Pariaman Tengah, Pariaman|Kampung Perak]], [[Pariaman Tengah, Pariaman|Pariaman Tengah]], [[Kota Pariaman]], [[Sumatra Barat]], [[Indonesia]]. Masjid ini didirikan atas prakarsa seorang ulama bernama [[Syekh Muhammad Jamil El Khalidi]].
'''Masjid Raya Pariaman''' atau '''Masjid Raya Nagari Pasar Pariaman''' terletak di Jalan Syekh Mohammad Jamil, [[Kampung Perak, Pariaman Tengah, Pariaman|Kampung Perak]], [[Pariaman Tengah, Pariaman|Pariaman Tengah]], [[Kota Pariaman]], [[Sumatera Barat]], [[Indonesia]].<ref>{{Cite web|url=https://sumbar.antaranews.com/berita/62785/52-bangunan-cagar-budaya-di-kota-pariaman|title=52 Bangunan Cagar Budaya di Kota Pariaman|last=Agency|first=ANTARA News|website=Antara News Sumbar|access-date=2020-05-28}}</ref> Masjid ini didirikan atas prakarsa seorang ulama bernama [[Syekh Muhammad Jamil El Khalidi]] (1830–1928).


Pemerintah Indonesia telah menetapkannya sebagai benda cagar budaya di bawah [[Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala|Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumatra Barat, Riau, dan Kepulauan Riau]].
Pemerintah Indonesia telah menetapkannya sebagai benda cagar budaya di bawah [[Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala|Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau]].


== Sejarah ==
== Sejarah ==
[[Kementerian Agama Republik Indonesia]] mencatat bahwa masjid ini didirikan pada tahun 1300 Hijirah (sekitar tahun 1882).<ref>http://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/91108/</ref><ref>https://issuu.com/waspada/docs/waspada__minggu_30_mei_2010/20</ref> Pemrakarsa pembangunan yakni seorang ulama bernama Syekh Muhammad Jamil El Khalidi. Pembangunnya dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Pasar Pariaman dipimpin seorang tukang bangunan bernama Sutan Tundun.<ref name="pemko">https://pariamankota.go.id/berita/sejarah-mesjid-raya-kota-pariaman-mesjid-batu-pertama-di-kota-pariaman</ref> Saat didirikan, masjid ini menjadi masjid batu pertama yang terdapat di Pariaman sehingga dijuluki sebagai masjid batu.<ref name=":0">{{Cite web|url=http://www.pariamantoday.com/2019/01/mengenal-syekh-muhammad-jamil-el.html|title=Mengenal Syekh Muhammad Jamil El Khalidi, Ulama Besar Pariaman Zaman Hindia Belanda|last=Redaksi|language=english|access-date=2020-05-28}}</ref>
[[Kementerian Agama Republik Indonesia]] mencatat bahwa masjid ini didirikan pada tahun 1300 Hijirah (sekitar tahun 1882).<ref>http://simas.kemenag.go.id/index.php/profil/masjid/91108/</ref><ref>https://issuu.com/waspada/docs/waspada__minggu_30_mei_2010/20</ref> Pembangunnya diprakarsai oleh ulama setempat bernama Syekh Muhammad Jamil El Khalidi (1843–1928).<ref name="pemko">https://pariamankota.go.id/berita/sejarah-mesjid-raya-kota-pariaman-mesjid-batu-pertama-di-kota-pariaman</ref> Sebelumnya, Syekh Muhammad Jamil El Khalidi telah mendirikan Surau Anjuang (sekitar tahun 1860–1870) bersebelahan dengan masjid sebagai tempat mengajarnya. Surau ini beratap rumbia dan baru diganti dengan seng pada tahun 1931. Kelak, Syekh Muhammad Jamil El Khalidi dan adiknya, Moehammad Adam dimakamkan di depan surau tersebut.<ref name=":1">{{Cite book|last=Waluyo|first=Harry|date=1997|url=https://books.google.com/books?id=wLRkAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22sebelah+kanan+mesjid+ini+berdiri+%22&q=%22sebelah+kanan+mesjid+ini+berdiri+%22&hl=id|title=Pengungkapan dan pengkajian naskah kuno kota Pariaman, Sumatera Barat|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|language=id}}</ref>


Pembangunan Masjid Raya Pariaman dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Pasar Pariaman dipimpin seorang tukang bernama Sutan Tundun. Pembangunannya memakan waktu empat tahun.<ref name=":0">{{Cite web|last=Sadri Chaniago|first=|date=|title=Mengenal Syekh Muhammad Jamil El Khalidi, Ulama Besar Pariaman Zaman Hindia Belanda|url=http://www.pariamantoday.com/2019/01/mengenal-syekh-muhammad-jamil-el.html|website=|language=|access-date=2020-05-28}}</ref> Masjid ini tercatat sebagai menjadi masjid batu pertama yang terdapat di Pariaman.<ref name=":0" />
Sebelum masjid batu dibangun, sudah ada bangunan Masjid Raya Nagari Pasar Pariaman, yang bahan bangunannya terbuat dari kayu. Masjid tersebut didirikan pada tahun 1829, yang pembangunannya bersamaan dengan pembangunan Masjid Raya Badano dan Masjid Raya Nagari IV Angkek Padusunan. Arsitektur serta desain dari ketiga masjid ini memiliki persamaan, karena memang dirancang dan dibangun oleh arsitek yang sama.<ref name=":0" />


Sebelum masjid ini didirikan, Nagari Pasar Pariaman hanya memiliki masjid yang terbuat dari kayu. Masjid tersebut diperkirakan berdiri pada 1829, bersamaan dengan pembangunan [[Masjid Raya Badano]] dan [[Masjid Raya Padusunan]] di Nagari IV Angkek Padusunan. Arsitektur serta desain dari ketiga masjid ini memiliki persamaan, karena memang dirancang dan dibangun oleh arsitek yang sama.<ref name=":0" />
Masjid Raya Pariama didirikan dengan proses pembangunan memakan waktu sekitar empat tahun dengan biaya sekitar 100.000 gulden Belanda. Setelah pembangunannya selesai, dibangun sarana pendukung lainya seperti madrasah dan surau suluk.<ref name="sibud">https://situsbudaya.id/surau-pasar-masjid-raya-pariaman/</ref> Madrasah dibangun pada 1925 bernama Madrasatul Falah.<ref name=":0" />


Pada tahun 1916, seorang ulama bernama [[Sutan Darab]] pernah mengajar di sini.<ref name=":0" /> Pada 1925, sebuah sekolah agama bernama Madrasatul Falah dibangun di kompleks Masjid Raya Pariaman oleh Dja'afar, putra Syekh Muhammad Jamil El Khalidi.<ref name=":1">{{Cite book|last=Waluyo|first=Harry|date=1997|url=https://books.google.com/books?id=wLRkAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22sebelah+kanan+mesjid+ini+berdiri+%22&q=%22sebelah+kanan+mesjid+ini+berdiri+%22&hl=id|title=Pengungkapan dan pengkajian naskah kuno kota Pariaman, Sumatera Barat|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|language=id}}</ref>
Masjid Raya Kota Pariaman dikenal pula sebagai Surau Pasa karena berlokasi di dekat Pasar Pariaman. Di samping masjid, dulunya terdapat Surau Anjuang, tempat Syekh Muhammad Jamil El Khalidi mengajar.<ref name=":0" />


Saat [[gempa bumi Padang Panjang 1926]], bangunan masjid ini tetap utuh, bahkan tidak retak sama sekali.<ref name=":1">{{Cite book|last=Waluyo|first=Harry|date=1997|url=https://books.google.com/books?id=wLRkAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22sebelah+kanan+mesjid+ini+berdiri+%22&q=%22sebelah+kanan+mesjid+ini+berdiri+%22&hl=id|title=Pengungkapan dan pengkajian naskah kuno kota Pariaman, Sumatera Barat|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI|language=id}}</ref>{{Multiple image|direction=vertical|align=right|image1=Masjid Raya Badano 2020 07.jpg|image2=Masjid Raya Padusunan 2020 02.jpg|width1=252|width2=252|footer=[[Masjid Raya Badano]] (atas) dan [[Mesjid Raya Padusunan|Masjid Raya Nagari IV Angkek Padusunan]] (bawah)}}
== Arsitektur ==
Masjid ini bertingkat dua. Pada tingkat pertama berukuran 21 x 21 meter dan pada tingkat kedua berukuran 9,5 x 9,5 meter. Masjid ini memiliki atap [[tumpang]] sebanyak lima buah. Terlihat dari luar bangunan ini merupakan bangunan Balai Pelestarian Cagar Budaya Sumatera Barat Wilayah Kerja Provinsi Sumatera Barat, Riau dan Kepulauan Riau tahun 2018 dengan satu lantai tetapi setelah masuk ke dalam bangunan maka pada bagian atas terdapat [[loteng]] yang dihubungkan dengan sebuah tangga dibagian belakang bangunan. Bagian loteng ini terbuat dari bahan kayu yang merupakan satu rangkaian dengan kerangka atap dan [[plafon]].<ref name=sibud/>


== Bangunan ==
Bagian tubuh bangunan tersusun dari bata berplester yang dibagian ruang utama masjid terdapat sembilan buah tiang dan salah satunya merupakan tiang utama atau soko guru yang berada di tengah-tengah bangunan. Pada saf terdepan terdapat tiang-tiang yang dihubungkan dengan lengkungan, bagian tersebut membedakan antara saf pertama dengan saf yang ada di belakangnya.<ref name=sibud/>
Masjid Raya Pariaman bertingkat dua. Pada tingkat pertama berukuran 21 x 21 meter dan pada tingkat kedua berukuran 9,5 x 9,5 meter. Masjid ini memiliki atap [[tumpang]] sebanyak lima buah. Dari luar, bangunan terlihat hanya memiliki satu lantai tetapi setelah masuk ke dalam bangunan maka pada bagian atas terdapat [[loteng]] yang dihubungkan dengan sebuah tangga dibagian belakang bangunan. Bagian loteng ini terbuat dari bahan kayu yang merupakan satu rangkaian dengan kerangka atap dan [[plafon]].<ref name="sibud">https://situsbudaya.id/surau-pasar-masjid-raya-pariaman/{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref>


Bagian tubuh bangunan tersusun dari bata berplester. Di bagian ruang utama masjid, terdapat sembilan buah tiang dan salah satunya merupakan tiang utama atau soko guru yang berada di tengah-tengah bangunan. Pada saf terdepan terdapat tiang-tiang yang dihubungkan dengan lengkungan, bagian tersebut membedakan antara saf pertama dengan saf yang ada di belakangnya.<ref name=sibud/>
Pada tahun 1992 masjid dipugar oleh pengurus masjid. Bangunan masjid ditopang oleh 9 tiang dan satu tiang soko. Arsitektur masjid mencirikan arsitektur masjid tipe [[Suku Bodi|Bodi]]-[[Caniago]]. Atap masjid awalnya terbuat dari ijuk dan telah diganti dengan seng. Di samping masjid terdapat makam Syekh Mohammad Jamil yang dimakamkan pada 10 Februari 1928. Di samping masjid terdapat surau pasar yang beratap tumpang tiga dan terbuat dari kayu. Surau ini difungsikan untuk tempat mengaji.<ref name=sibud/>

Atap masjid semula terbuat dari ijuk dan kini telah berganti menjadi seng.<ref name=sibud/> Pada tahun 1992, masjid dipugar oleh pengurus masjid.

== Bangunan lain ==
Di samping masjid terdapat makam Syekh Mohammad Jamil yang dimakamkan pada 10 Februari 1928. Selain itu, terdapat surau pasar yang beratap tumpang tiga dan terbuat dari kayu. Surau ini difungsikan untuk tempat mengaji.<ref name="sibud" />


== Rujukan ==
== Rujukan ==
{{Reflist}}{{Masjid di Indonesia}}
{{Reflist}}{{Masjid di Indonesia}}


[[Kategori:Masjid di Sumatra Barat]]
[[Kategori:Masjid di Pariaman|Pariaman]]
[[Kategori:Kota Pariaman]]

Revisi per 29 September 2023 22.24

Masjid Raya Pariaman
PetaKoordinat: 0°37′43.02001″S 100°7′10.73021″E / 0.6286166694°S 100.1196472806°E / -0.6286166694; 100.1196472806
Agama
AfiliasiIslam
KepemimpinanWakaf
Lokasi
LokasiKota Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia
Arsitektur
TipeMasjid
Gaya arsitekturMinangkabau tradisional
Dibangun olehSyekh Muhammad Jamil
Spesifikasi
Kapasitas600
Panjang21 meter
Menara2

Masjid Raya Pariaman atau Masjid Raya Nagari Pasar Pariaman terletak di Jalan Syekh Mohammad Jamil, Kampung Perak, Pariaman Tengah, Kota Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia.[1] Masjid ini didirikan atas prakarsa seorang ulama bernama Syekh Muhammad Jamil El Khalidi (1830–1928).

Pemerintah Indonesia telah menetapkannya sebagai benda cagar budaya di bawah Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau.

Sejarah

Kementerian Agama Republik Indonesia mencatat bahwa masjid ini didirikan pada tahun 1300 Hijirah (sekitar tahun 1882).[2][3] Pembangunnya diprakarsai oleh ulama setempat bernama Syekh Muhammad Jamil El Khalidi (1843–1928).[4] Sebelumnya, Syekh Muhammad Jamil El Khalidi telah mendirikan Surau Anjuang (sekitar tahun 1860–1870) bersebelahan dengan masjid sebagai tempat mengajarnya. Surau ini beratap rumbia dan baru diganti dengan seng pada tahun 1931. Kelak, Syekh Muhammad Jamil El Khalidi dan adiknya, Moehammad Adam dimakamkan di depan surau tersebut.[5]

Pembangunan Masjid Raya Pariaman dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat Pasar Pariaman dipimpin seorang tukang bernama Sutan Tundun. Pembangunannya memakan waktu empat tahun.[6] Masjid ini tercatat sebagai menjadi masjid batu pertama yang terdapat di Pariaman.[6]

Sebelum masjid ini didirikan, Nagari Pasar Pariaman hanya memiliki masjid yang terbuat dari kayu. Masjid tersebut diperkirakan berdiri pada 1829, bersamaan dengan pembangunan Masjid Raya Badano dan Masjid Raya Padusunan di Nagari IV Angkek Padusunan. Arsitektur serta desain dari ketiga masjid ini memiliki persamaan, karena memang dirancang dan dibangun oleh arsitek yang sama.[6]

Pada tahun 1916, seorang ulama bernama Sutan Darab pernah mengajar di sini.[6] Pada 1925, sebuah sekolah agama bernama Madrasatul Falah dibangun di kompleks Masjid Raya Pariaman oleh Dja'afar, putra Syekh Muhammad Jamil El Khalidi.[5]

Saat gempa bumi Padang Panjang 1926, bangunan masjid ini tetap utuh, bahkan tidak retak sama sekali.[5]

Bangunan

Masjid Raya Pariaman bertingkat dua. Pada tingkat pertama berukuran 21 x 21 meter dan pada tingkat kedua berukuran 9,5 x 9,5 meter. Masjid ini memiliki atap tumpang sebanyak lima buah. Dari luar, bangunan terlihat hanya memiliki satu lantai tetapi setelah masuk ke dalam bangunan maka pada bagian atas terdapat loteng yang dihubungkan dengan sebuah tangga dibagian belakang bangunan. Bagian loteng ini terbuat dari bahan kayu yang merupakan satu rangkaian dengan kerangka atap dan plafon.[7]

Bagian tubuh bangunan tersusun dari bata berplester. Di bagian ruang utama masjid, terdapat sembilan buah tiang dan salah satunya merupakan tiang utama atau soko guru yang berada di tengah-tengah bangunan. Pada saf terdepan terdapat tiang-tiang yang dihubungkan dengan lengkungan, bagian tersebut membedakan antara saf pertama dengan saf yang ada di belakangnya.[7]

Atap masjid semula terbuat dari ijuk dan kini telah berganti menjadi seng.[7] Pada tahun 1992, masjid dipugar oleh pengurus masjid.

Bangunan lain

Di samping masjid terdapat makam Syekh Mohammad Jamil yang dimakamkan pada 10 Februari 1928. Selain itu, terdapat surau pasar yang beratap tumpang tiga dan terbuat dari kayu. Surau ini difungsikan untuk tempat mengaji.[7]

Rujukan