Taqiyyuddin an-Nabhani: Perbedaan antara revisi
Agus Trisa (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
(39 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Refimprove-bio-tokohmuslim}} |
|||
{{noref}} |
|||
{{Infobox religious biography|honorific_prefix=Syaikh|name='''Muḥammad Taqyyuddīn bin Ibrāhīm bin Muṣṭafā bin Ismāʿīl bin Yūsuf an-Nabhānī'''|image=Taqiuddin Al Nabhani.jpg|alt=|caption=al-Imām asy-Syaikh |
|||
Beliau adalah Abu Ibrahim Taqiyuddin Muhammad bin Ibrahim bin Mushthafa bin Ismail bin Yusuf bin Hasan bin Muhammad bin Nashiruddin an-Nabhaniy.[1] |
|||
Muhammad Taqi al-Din bin Ibrāhīm bin Mustafā bin Ismā'īl bin Yūsuf al-Nab'hāni|religion=[[Islam]]|office1=Pendiri dan Ketua Umum [[Hizbut Tahrir]] ke-1|term1=1953 – 11 Desember 1977|predecessor1=''Jabatan baru''|successor1=[[Abdul Qadim Zallum]]|office2=[[Qadi]] [[Haifa]]|term2=1938–1948|title=al-Imam, [[asy-Syaikh]]|birth_date=1914 <ref name="hizb-australia.org">{{cite web|url=http://www.hizb-australia.org/2016/02/sheikh-muhammad-taqiuddin-al-nabhani/ |title=Sheikh Muhammad Taqiuddin al-Nabhani | Hizb ut-Tahrir Australia |date=February 2016 |publisher=Hizb-australia.org |access-date=2020-05-29}}</ref> (Versi lain menyebut 1909)|birth_place=[[Ijzim]], [[Wilayah Beirut]], [[Kesultanan Utsmaniyah]]|death_date={{death date and age|1977|12|11|1914}}|death_place=[[Beirut]], [[Lebanon]]<ref name="hizb-australia.org">{{cite web|url=http://www.hizb-australia.org/2016/02/sheikh-muhammad-taqiuddin-al-nabhani/ |title=Sheikh Muhammad Taqiuddin al-Nabhani | Hizb ut-Tahrir Australia |date=February 2016 |publisher=Hizb-australia.org |access-date=2020-05-29}}</ref>|resting_place=|other_names=|era=[[Abad modern]]|region=[[Timur Tengah]]|occupation=[[Ulama]]|denomination=[[Sunni]]|jurisprudence=|creed.=|movement=|party=* [[Hizbut Tahrir]] (1953-1977)|main_interests=* [[Politik Islam]] |
|||
* [[Filsafat Islam]] |
|||
Keluarga an-Nabhaniy termasuk di antara keluarga dari kalangan terhormat (mulia), yang hidup di daerah Ijzim, selatan kota Haifa. Keluarga beliau adalah keluarga yang mulia, yang memiliki kedudukan tinggi dalam hal ilmu pengetahuan dan agama. Nasab keluarga beliau kembali pada keluarga besar atau Bani Nabhan dari Kabilah al-Hanajirah di Bi’r as-Sab’a. Bani (keturunan) Nabhan merupakan orang kepercayaan Bani Samak dari keturunan Lakhm yang tersebar di wilayah-wilayah Palestina. Sedang Lakhm adalah Malik bin ‘Adiy. Mereka memiliki bangsa dan suku yang banyak. Pada akhir abad ke-2 Masehi sekelompok dari Bani Lakhm tiba di Palestina bagian selatan. Bani Lakhm memiliki kebanggaan-kebanggaan yang teragung, dan di antaranya yang terkenal adalah Tamin ad-Dariy ash-Shahabiy. |
|||
* [[Anti-Zionisme]] |
|||
* [[Ekonomi Islam]] |
|||
* Pemberantasan ajaran sesat |
|||
* [[Fikih]] |
|||
[1] ''Mafhum |
|||
* [[Dakwah]] |
|||
al-‘Adalah al-Ijtima’iyah fi al-Fikri al-Islami al-Mu’ashirah'', hlm. 140; |
|||
* [[Khilafah]]|notable_ideas=* [[Pan-Islamisme]] |
|||
selebaran dengan judul ''I’lan li Jami’i asy-Syabab'', Hizbut Tahrir, 11 |
|||
* [[Islamisme]] [[Sunni]] |
|||
Shafar 1423 H./13 April 2003 M. |
|||
* [[Revivalisme Islam]] |
|||
* [[Jihad]] melawan [[Zionis]] |
|||
== Masa kecil == |
|||
* [[Khalifah-isme]]|notable_works={{Collapsible list| |
|||
⚫ | |||
* Inqadh Filasteen [Menyelamatkan Palestina] – 1950 |
|||
* Rislatu al-Arab [Pesan kepada Arab] – 1950 |
|||
* Nidham al-Islam [Sistem Islam] – 1953 |
|||
* Nidham al-Hukm fi al-Islam [Sistem Hukum Islam] – 1953 |
|||
* Nidham al-Iqtisadi fi al-Islam [Sistem Ekonomi Islam] – 1953 |
|||
* Nidham al-Ijtima’i fi al-Islam [Sistem Sosial Islam] −1953 |
|||
* Takattul al-Hizbi [Struktur Partai] – 1953 |
|||
* Mahafeem Hizb ut-Tahrir [Konsep-konsep Hizbut-Tahrir] – 1953 |
|||
* Dawlah al-Islamiyyah [Negara Islam] – 1953 |
|||
* Shakhsiyyah al-Islamiyyah [Kepribadian Islam (3 volume)] – 1960 |
|||
* Muqadimat al-Dustor [Mukadimah Konstitusi] – 1963 |
|||
* Nida al-Haar ila al-Muslimeen [Panggilan yang Hangat kepada Umat Muslim] – 1965 |
|||
* Mahafeem Siyasiyya li Hizb ut-Tahrir [Konsep Politik Hizbut-Tahrir] – 1969 |
|||
* Afkar Siyasiyya [Pemikiran Politik] – 1972 |
|||
* Tafkir [Berpikir] – 1973 |
|||
* Sura’t al-Badiha [Presence of Mind] – 1976}}|education=|alma_mater=* [[Darul Ulum]]|teachers=*|disciple_of=|disciples=|expand_disciples=|influences=Imam Yusuf an-Nabhani|expand_influences=|influenced=|expand_influenced=|awards=|module={{Infobox Arabic name|embed=yes |
|||
|ism = Muhammad |
|||
|ism-ar = محمد |
|||
|nasab = ibn Ibrāhīm ibn Mustafā |
|||
|nasab-ar = بن إبراهيم بن مصطفى |
|||
|laqab = Taqī al-Dīn |
|||
|laqab-ar = تقي الدين |
|||
|nisba = an-Nabhānī |
|||
|nisba-ar = النبهاني |
|||
|other = Nama lain |
|||
|birthname = Taqiyyuddīn |
|||
}} |
|||
{{Infobox person|child=yes |
|||
| parents = |
|||
| relations = Imam Yusuf al-Nabhani ''(kakek pihak ibu)''}}|website=|signature=|signature_alt=|native_name='''محمد تقي الدين بن إبراهيم بن مصطفى بن إسماعيل بن يوسف النبهاني'''|native_name_lang=ar}}'''Syaikh Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Isma'il bin Yusuf an-Nabhani''' (lahir di [[Ijzim]], [[Haifa]] pada tahun 1909 – meninggal di [[Beirut]], [[Lebanon]], 20 Desember 1977)<ref name="hizb-australia.org">http://www.hizb-australia.org/2016/02/sheikh-muhammad-taqiuddin-al-nabhani/</ref> adalah seorang ulama dari Yerusalem yang menjadi pendiri partai politik Islam [[Hizbut Tahrir]]. Dia telah hafal Al Quran sebelum usia 13 tahun. Namanya dinisbatkan kepada kabilah Bani Nabhan, yang termasuk orang [[Bangsa Arab|Arab]] penghuni padang sahara di [[Palestina]]. Mereka bermukim di daerah Ijzim yang terma<ref>{{Cite news|url=http://rilis.id/taqiyuddin-an-nabhani-pendiri-hizbut-tahrir-(1).html|title=Taqiyuddin An-Nabhani, Pendiri Hizbut Tahrir (1)|last=Indonesia|first=PT Rilis Multimedia|newspaper=RILIS.ID|language=id-ID|access-date=2017-07-20|archive-date=2017-07-21|archive-url=https://web.archive.org/web/20170721073828/http://www.rilis.id/taqiyuddin-an-nabhani-pendiri-hizbut-tahrir-(1).html|dead-url=yes}}</ref> suk wilayah [[Haifa]] di Palestina Utara. |
|||
== Syeikh Yusuf an-Nabhani == |
|||
Syeikh Yusuf an-Nabhani adalah termasuk tokoh sejarah masa akhir [[Khilafah]] [[Utsmaniyah]]. Ia berpendapat bahwa Khalifah Utsmaniyah merupakan penjaga agama dan [[akidah]], simbol kesatuan kaum [[Muslimin]], dan mempertahankan institusi umat. Syeikh Yusuf bertentangan dengan [[Muhammad Abduh]] dalam metode tafsir. Muhammad Abduh menyerukan perlunya penakwilan nas agar tafsir merujuk pada tuntutan situasi dan waktu. Ia juga bertentangan dengan [[Jamaluddin al-Afghani]], Muhammad Abduh dan murid-muridnya yang sering menyerukan reformasi agama. Menurut dia, tuntutan reformasi itu meniru [[Protestan]]. Dalam Islam tidak ada reformasi agama (seperti dalam pemahaman Protestan). Ia juga menentang gerakan [[misionaris]] dan sekolah-sekolah misionaris yang mulai tersebar pada saat itu. |
Syeikh Yusuf an-Nabhani adalah termasuk tokoh sejarah masa akhir [[Khilafah]] [[Utsmaniyah]]. Ia berpendapat bahwa Khalifah Utsmaniyah merupakan penjaga agama dan [[akidah]], simbol kesatuan kaum [[Muslimin]], dan mempertahankan institusi umat. Syeikh Yusuf bertentangan dengan [[Muhammad Abduh]] dalam metode tafsir. Muhammad Abduh menyerukan perlunya penakwilan nas agar tafsir merujuk pada tuntutan situasi dan waktu. Ia juga bertentangan dengan [[Jamaluddin al-Afghani]], Muhammad Abduh dan murid-muridnya yang sering menyerukan reformasi agama. Menurut dia, tuntutan reformasi itu meniru [[Protestan]]. Dalam Islam tidak ada reformasi agama (seperti dalam pemahaman Protestan). Ia juga menentang gerakan [[misionaris]] dan sekolah-sekolah misionaris yang mulai tersebar pada saat itu. |
||
Baris 20: | Baris 51: | ||
"(Dia adalah) Yusuf bin Ismail bin Yusuf bin Hasan bin Muhammad an-Nabhani asy Syafi'i. Julukan baginya adalah Abu al-Mahasin. Dia adalah seorang penyair, [[sufi]], dan termasuk salah seorang qadhi yang terkemuka. Dia menangani peradilan (qadha') di Qushbah Janin, yang termasuk wilayah [[Nablus]]. Kemudian ia berpindah ke [[Konstantinopel]] (Istanbul) dan diangkat sebagai qadhi untuk menangani peradilan di [[Sinjiq]] yang termasuk wilayah [[Moshul]]. Dia kemudian menjabat sebagai ketua Mahkamah jaza' di al-Ladziqiyah, sebelum pindah ke al-Quds. Selanjutnya ia menjabat sebagai ketua Mahkamah Huquq di [[Beirut]]. Dia menulis banyak kitab yang jumlahnya mencapai hingga 80 buah." |
"(Dia adalah) Yusuf bin Ismail bin Yusuf bin Hasan bin Muhammad an-Nabhani asy Syafi'i. Julukan baginya adalah Abu al-Mahasin. Dia adalah seorang penyair, [[sufi]], dan termasuk salah seorang qadhi yang terkemuka. Dia menangani peradilan (qadha') di Qushbah Janin, yang termasuk wilayah [[Nablus]]. Kemudian ia berpindah ke [[Konstantinopel]] (Istanbul) dan diangkat sebagai qadhi untuk menangani peradilan di [[Sinjiq]] yang termasuk wilayah [[Moshul]]. Dia kemudian menjabat sebagai ketua Mahkamah jaza' di al-Ladziqiyah, sebelum pindah ke al-Quds. Selanjutnya ia menjabat sebagai ketua Mahkamah Huquq di [[Beirut]]. Dia menulis banyak kitab yang jumlahnya mencapai hingga 80 buah." |
||
⚫ | |||
⚫ | Pembesaran Syeikh Taqiyuddin dalam suasana keagamaan seperti itu, ternyata memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian dan pandangan hidupnya. Syeikh Taqiyuddin telah menghafal [[Al-Quran]] dalam usia yang sangat muda, yaitu sebelum ia mencapai umur 13 tahun. Dia banyak mendapat pengaruh dari kakeknya, Syeikh Yusuf an-Nabhani dalam banyak hal. Syeikh Taqiyuddin juga sudah mulai mengerti masalah-masalah politik yang penting, di mana kakeknya menempuh |
||
=== Pendidikan dasar === |
|||
⚫ | Muhammad Taqiyuddin mendapat didikan ilmu dan [[agama]] di rumah dari [[ayah]]nya sendiri, seorang [[syekh]] yang faqih fid din. Ayahnya seorang pengajar [[ilmu syari'ah|ilmu-ilmu syari'ah]] di Kementerian Pendidikan Palestina. Ibunya juga menguasai beberapa cabang ilmu syari'ah, yang diperolehnya dari ayahnya, Syekh Yusuf bin Ismail bin Yusuf An Nabhani. Ia adalah seorang [[qadi|qadhi]] ([[hakim]]), [[penyair]], [[sastrawan]], dan salah seorang [[ulama]] terkemuka di daerah [[Turki Utsmani]]. Pertumbuhan Syekh Taqiyyuddin dalam suasana keagamaan yang kental seperti itu mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian dan pandangan hidupnya. Syekh Taqiyyuddin menerima pendidikan dasar-dasar ilmu syari'ah dari ayah dan kakeknya, yang telah mengajarkan hafalan Al Qur'an sehingga ia hafal Al Qur'an seluruhnya sebelum baligh. Ia telah hafal [[Al Qur'an]] seluruhnya dalam usia yang amat muda, yaitu di bawah usia 13 [[tahun]]. Di samping itu, ia juga mendapatkan pendidikannya di [[sekolah]]-sekolah negeri ketika ia bersekolah di [[sekolah dasar]] di daerah Ijzim. |
||
⚫ | Pembesaran Syeikh Taqiyuddin dalam suasana keagamaan seperti itu, ternyata memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian dan pandangan hidupnya. Syeikh Taqiyuddin telah menghafal [[Al-Quran]] dalam usia yang sangat muda, yaitu sebelum ia mencapai umur 13 tahun. Dia banyak mendapat pengaruh dari kakeknya, Syeikh Yusuf an-Nabhani dalam banyak hal. Syeikh Taqiyuddin juga sudah mulai mengerti masalah-masalah politik yang penting, di mana kakeknya menempuh ataupun mengalami kejadian tersebut secara langsung karena hubungannya yang erat dengan para Khalifah Daulah Utsmaniyah saat itu. Ia banyak menimba ilmu melalui dewan dan diskusi-diskusi fiqih yang diselenggarakan oleh kakeknya. |
||
⚫ | Kecerdasan dan kecerdikan Syeikh Taqiyuddin yang menonjol tatkala mengikuti majelis-majelis ilmu tersebut telah menarik perhatian kakeknya. Oleh sebab itu, kakeknya begitu memerhatikan Syeikh Taqiyuddin dan berusaha meyakinkan ayahnya -Syeikh Ibrahim bin Musthafa-tentang perlunya mengirim Syeikh Taqiyuddin ke [[al-Azhar]] untuk melanjutkan pendidikan nya dalam ilmu [[syariah]]. |
||
⚫ | Kecerdasan dan kecerdikan Syeikh Taqiyuddin yang menonjol tatkala mengikuti majelis-majelis ilmu tersebut telah menarik perhatian kakeknya. Oleh sebab itu, kakeknya begitu memerhatikan Syeikh Taqiyuddin dan berusaha meyakinkan ayahnya -Syeikh Ibrahim bin Musthafa-tentang perlunya mengirim Syeikh Taqiyuddin ke [[al-Azhar]] untuk melanjutkan pendidikan nya dalam ilmu [[syariah]].. |
||
⚫ | |||
Syekh Taqiyyuddin menerima pendidikan dasar-dasar ilmu syari'ah dari ayah dan kakeknya, yang telah mengajarkan hafalan Al Qur'an sehingga ia hafal Al Qur'an seluruhnya sebelum baligh. Di samping itu, ia juga mendapatkan pendidikannya di [[sekolah]]-sekolah negeri ketika ia bersekolah di [[sekolah dasar]] di daerah Ijzim. |
|||
=== Sekolah di Akko === |
|||
Kemudian ia berpindah ke sebuah sekolah di [[Akko]] untuk melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah. Sebelum ia menamatkan sekolahnya di Akko, ia telah bertolak ke [[Kairo]] untuk meneruskan pendidikannya di Al Azhar, hasil dorongan kakeknya, Syekh Yusuf An Nabhani. |
Kemudian ia berpindah ke sebuah sekolah di [[Akko]] untuk melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah. Sebelum ia menamatkan sekolahnya di Akko, ia telah bertolak ke [[Kairo]] untuk meneruskan pendidikannya di Al Azhar, hasil dorongan kakeknya, Syekh Yusuf An Nabhani. |
||
=== Tsanawiyah Al Azhar === |
|||
⚫ | |||
Syekh Taqiyyuddin kemudian meneruskan pendidikannya di Tsanawiyah Al Azhar pada tahun [[1928]] dan pada tahun yang sama ia meraih ijazah dengan predikat sangat cemerlang. |
|||
=== Darul Ulum === |
|||
Meskipun Syekh Taqiyyuddin menghimpun sistem Al Azhar lama dengan Darul Ulum, akan tetapi ia tetap menampakkan keunggulan dan keistimewaan dalam kesungguhan dan ketekunan belajar. |
|||
⚫ | Lalu ia melanjutkan studinya di Kulliyah Darul Ulum yang saat itu merupakan cabang Al Azhar. Di samping itu ia banyak menghadiri halaqah-halaqah ilmiah di Al Azhar yang diikuti oleh syekh-syekh Al Azhar, semisal Syekh Muhammad Al Hidlir Husain—rahimahullah—seperti yang pernah disarankan oleh kakeknya. Hal itu dimungkinkan karena sistem pengajaran lama Al Azhar memungkinkannya. Meskipun Syekh Taqiyyuddin menghimpun sistem Al Azhar lama dengan Darul Ulum, akan tetapi ia tetap menampakkan keunggulan dan keistimewaan dalam kesungguhan dan ketekunan belajar. |
||
Syekh Taqiyyuddin telah menarik perhatian kawan-kawan dan pensyarah-pensyarahnya karena kecermatannya dalam berpikir dan kuatnya pendapat serta [[hujjah]] yang dilontarkan dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi fikriyah, yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga ilmu yang ada saat itu di Kairo dan di negeri-negeri [[Islam]] lainnya. |
Syekh Taqiyyuddin telah menarik perhatian kawan-kawan dan pensyarah-pensyarahnya karena kecermatannya dalam berpikir dan kuatnya pendapat serta [[hujjah]] yang dilontarkan dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi fikriyah, yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga ilmu yang ada saat itu di Kairo dan di negeri-negeri [[Islam]] lainnya. |
||
Syekh Taqiyyuddin An Nabhani menamatkan kuliahnya di Darul Ulum pada tahun [[1932]]. Pada tahun yang sama |
Syekh Taqiyyuddin An Nabhani menamatkan kuliahnya di Darul Ulum pada tahun [[1932]]. Pada tahun yang sama dia menamatkan pula kuliahnya di Al Azhar Asy Syarif menurut sistem lama, di mana para mahasiswanya dapat memilih beberapa syekh Al Azhar dan menghadiri halaqah-halaqah mereka mengenai [[bahasa Arab]], dan ilmu-ilmu syari'ah seperti [[fiqih]], [[ushul fiqih]], [[hadits]], [[tafsir]], [[tauhid]] ([[ilmu kalam]]), dan yang sejenisnya. |
||
Dalam forum-forum halaqah ilmiyah tersebut, An Nabhani dikenal oleh kawan-kawan dan sahabat-sahabat terdekatnya dari kalangan Al Azhar, sebagai seseorang dengan pemikiran yang genius, pendapat yang kukuh, pemahaman dan pemikiran yang mendalam, serta berkemampuan tinggi untuk meyakinkan orang dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi fikriyah. Demikian juga ia sangat bersungguh-sungguh, tekun, dan bersemangat dalam memanfaatkan waktu guna menimba ilmu dan belajar. |
Dalam forum-forum halaqah ilmiyah tersebut, An Nabhani dikenal oleh kawan-kawan dan sahabat-sahabat terdekatnya dari kalangan Al Azhar, sebagai seseorang dengan pemikiran yang genius, pendapat yang kukuh, pemahaman dan pemikiran yang mendalam, serta berkemampuan tinggi untuk meyakinkan orang dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi fikriyah. Demikian juga ia sangat bersungguh-sungguh, tekun, dan bersemangat dalam memanfaatkan waktu guna menimba ilmu dan belajar. |
||
== Dakwah, ketokohan & Pengaruh == |
|||
=== Mengajar di Madrasah Islamiyah di Haifa === |
|||
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Syekh Taqiyyuddin An Nabhani kembali ke Palestina untuk kemudian bekerja di Kementerian Pendidikan Palestina sebagai seorang guru di sebuah [[sekolah menengah atas]] negeri di Haifa. Di samping itu ia juga mengajar di sebuah Madrasah Islamiyah di Haifa. |
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Syekh Taqiyyuddin An Nabhani kembali ke Palestina untuk kemudian bekerja di Kementerian Pendidikan Palestina sebagai seorang guru di sebuah [[sekolah menengah atas]] negeri di Haifa. Di samping itu ia juga mengajar di sebuah Madrasah Islamiyah di Haifa. |
||
=== Diangkat sebagai Musyawir === |
|||
Pada tahun [[1940]], ia diangkat sebagai Musyawir (Pembantu Qadi) dan ia terus memegang jabatan ini hingga tahun [[1945]], yakni saat ia dipindah ke [[Ramallah]] untuk menjadi qadi di Mahkamah Ramallah hingga tahun [[1948]]. Setelah itu, ia keluar dari Ramallah menuju [[Syam]] sebagai akibat jatuhnya Palestina ke tangan [[Yahudi]]. |
Pada tahun [[1940]], ia diangkat sebagai Musyawir (Pembantu Qadi) dan ia terus memegang jabatan ini hingga tahun [[1945]], yakni saat ia dipindah ke [[Ramallah]] untuk menjadi qadi di Mahkamah Ramallah hingga tahun [[1948]]. Setelah itu, ia keluar dari Ramallah menuju [[Syam]] sebagai akibat jatuhnya Palestina ke tangan [[Yahudi]]. |
||
=== Qadi di Mahkamah Syar'iyah Al Quds === |
|||
Pada tahun 1948 itu pula, sahabatnya Al Ustadz Anwar Al Khatib mengirim surat kepadanya, yang isinya meminta agar ia kembali ke Palestina untuk diangkat sebagai qadi di Mahkamah Syar'iyah Al Quds. Syekh Taqiyyuddin mengabulkan permintaan itu dan kemudian |
Pada tahun 1948 itu pula, sahabatnya Al Ustadz Anwar Al Khatib mengirim surat kepadanya, yang isinya meminta agar ia kembali ke Palestina untuk diangkat sebagai qadi di Mahkamah Syar'iyah Al Quds. Syekh Taqiyyuddin mengabulkan permintaan itu dan kemudian dia diangkat sebagai qadi di Mahkamah Syar'iyah Al Quds pada tahun 1948. |
||
=== Hizbut Tahrir === |
|||
Pada tahun [[1951]], Syekh An Nabhani menziarahi kota [[Amman]] untuk menyampaikan ceramah-ceramahnya kepada para pelajar [[Madrasah Tsanawiyah]] di Kulliyah Ilmiyah Islamiyah. Hal ini terus berlangsung sehingga awal tahun [[1953]], ketika ia mulai sibuk dalam [[Hizbut Tahrir]], yang telah dirintis antara tahun [[1949]] hingga 1953. |
Pada tahun [[1951]], Syekh An Nabhani menziarahi kota [[Amman]] untuk menyampaikan ceramah-ceramahnya kepada para pelajar [[Madrasah Tsanawiyah]] di Kulliyah Ilmiyah Islamiyah. Hal ini terus berlangsung sehingga awal tahun [[1953]], ketika ia mulai sibuk dalam [[Hizbut Tahrir]], yang telah dirintis antara tahun [[1949]] hingga 1953. |
||
Baris 49: | Baris 90: | ||
Syekh Taqiyyuddin An Nabhani meninggal dunia pada tahun 1398 [[Kalender Hijriyah|H]]/ [[1977]] [[Masehi|M]] dan dikuburkan di Pekuburan Al Auza'i di [[Beirut]]. |
Syekh Taqiyyuddin An Nabhani meninggal dunia pada tahun 1398 [[Kalender Hijriyah|H]]/ [[1977]] [[Masehi|M]] dan dikuburkan di Pekuburan Al Auza'i di [[Beirut]]. |
||
== Sumbangan kepada Islam == |
=== Sumbangan kepada Islam === |
||
Ia telah meninggalkan kitab-kitab penting yang dapat dianggap sebagai kekayaan pemikiran yang tak ternilai harganya. Karya-karya ini menunjukkan bahwa Syekh Taqiyyuddin An Nabhani merupakan seorang yang mempunyai pemikiran brilian dan analisis yang cermat. Karya-karya Syekh Taqiyyuddin An Nabhani yang paling terkenal, yang memuat pemikiran dan [[ijtihad]]nya antara lain |
Ia telah meninggalkan kitab-kitab penting yang dapat dianggap sebagai kekayaan pemikiran yang tak ternilai harganya. Karya-karya ini menunjukkan bahwa Syekh Taqiyyuddin An Nabhani merupakan seorang yang mempunyai pemikiran brilian dan analisis yang cermat. Karya-karya Syekh Taqiyyuddin An Nabhani yang paling terkenal, yang memuat pemikiran dan [[ijtihad]]nya antara lain: |
||
# ''Nizhamul Islam''. |
# ''Nizhamul Islam''. |
||
# ''At Takattul Al Hizbi''. |
# ''At Takattul Al Hizbi''. |
||
Baris 78: | Baris 119: | ||
Semua ini belum termasuk ribuan risalah (nasyrah) mengenai pemikiran, [[politik]], dan [[ekonomi]], serta beberapa kitab yang dikeluarkan atas nama anggota Hizbut Tahrir. |
Semua ini belum termasuk ribuan risalah (nasyrah) mengenai pemikiran, [[politik]], dan [[ekonomi]], serta beberapa kitab yang dikeluarkan atas nama anggota Hizbut Tahrir. |
||
== Wafat == |
|||
⚫ | |||
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani Wafat pada 20 Desember 1977, di [[Beirut]], [[Lebanon]].<ref name="hizb-australia.org"/> |
|||
== Referensi == |
|||
{{Refimprove-cite-bio-tokohmuslim}} |
|||
{{reflist}} |
|||
⚫ | |||
{{lifetime|1909|1977|An Nabhani}} |
{{lifetime|1909|1977|An Nabhani}} |
||
[[Kategori:Cendekiawan Muslim|An Nabhani]] |
[[Kategori:Cendekiawan Muslim|An Nabhani]] |
||
[[Kategori:Tokoh dari Haifa]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Palestina]] |
|||
[[Kategori:Alumni Universitas Al-Azhar]] |
Revisi per 16 Oktober 2023 16.00
Syaikh Muḥammad Taqyyuddīn bin Ibrāhīm bin Muṣṭafā bin Ismāʿīl bin Yūsuf an-Nabhānī | |
---|---|
محمد تقي الدين بن إبراهيم بن مصطفى بن إسماعيل بن يوسف النبهاني | |
Pendiri dan Ketua Umum Hizbut Tahrir ke-1 | |
Masa jabatan 1953 – 11 Desember 1977 | |
Pendahulu Jabatan baru | |
Qadi Haifa | |
Masa jabatan 1938–1948 | |
Gelar | al-Imam, asy-Syaikh |
Informasi pribadi | |
Lahir | 1914 [1] (Versi lain menyebut 1909) |
Meninggal | 11 Desember 1977 | (umur 62–63)
Agama | Islam |
Zaman | Abad modern |
Wilayah | Timur Tengah |
Denominasi | Sunni |
Partai politik |
|
Minat utama |
|
Ide terkenal | |
Karya terkenal | Daftar
|
Almamater | |
Guru |
|
Pekerjaan | Ulama |
Pemimpin Muslim | |
Dipengaruhi oleh
| |
Nama Arab | |
Pribadi (Ism) | Muhammad محمد |
Patronimik (Nasab) | ibn Ibrāhīm ibn Mustafā بن إبراهيم بن مصطفى |
Julukan (Laqab) | Taqī al-Dīn تقي الدين |
Toponim (Nisbah) | an-Nabhānī النبهاني |
Nama lahir | Taqiyyuddīn |
Nama lain | Nama lain |
Kerabat | Imam Yusuf al-Nabhani (kakek pihak ibu) |
Syaikh Muhammad Taqiyuddin bin Ibrahim bin Musthafa bin Isma'il bin Yusuf an-Nabhani (lahir di Ijzim, Haifa pada tahun 1909 – meninggal di Beirut, Lebanon, 20 Desember 1977)[1] adalah seorang ulama dari Yerusalem yang menjadi pendiri partai politik Islam Hizbut Tahrir. Dia telah hafal Al Quran sebelum usia 13 tahun. Namanya dinisbatkan kepada kabilah Bani Nabhan, yang termasuk orang Arab penghuni padang sahara di Palestina. Mereka bermukim di daerah Ijzim yang terma[2] suk wilayah Haifa di Palestina Utara.
Syeikh Yusuf an-Nabhani
Syeikh Yusuf an-Nabhani adalah termasuk tokoh sejarah masa akhir Khilafah Utsmaniyah. Ia berpendapat bahwa Khalifah Utsmaniyah merupakan penjaga agama dan akidah, simbol kesatuan kaum Muslimin, dan mempertahankan institusi umat. Syeikh Yusuf bertentangan dengan Muhammad Abduh dalam metode tafsir. Muhammad Abduh menyerukan perlunya penakwilan nas agar tafsir merujuk pada tuntutan situasi dan waktu. Ia juga bertentangan dengan Jamaluddin al-Afghani, Muhammad Abduh dan murid-muridnya yang sering menyerukan reformasi agama. Menurut dia, tuntutan reformasi itu meniru Protestan. Dalam Islam tidak ada reformasi agama (seperti dalam pemahaman Protestan). Ia juga menentang gerakan misionaris dan sekolah-sekolah misionaris yang mulai tersebar pada saat itu.
Oleh karena itu, di samping seorang ulama yang faqih, Syeikh Yusuf an-Nabhani juga terkenal sebagai seorang politikus yang selalu memperhatikan dan mengurus urusan umat. Berkenaan Syeikh Yusuf An-Nabhani, beberapa penulis biografi menyebutkan,
"(Dia adalah) Yusuf bin Ismail bin Yusuf bin Hasan bin Muhammad an-Nabhani asy Syafi'i. Julukan baginya adalah Abu al-Mahasin. Dia adalah seorang penyair, sufi, dan termasuk salah seorang qadhi yang terkemuka. Dia menangani peradilan (qadha') di Qushbah Janin, yang termasuk wilayah Nablus. Kemudian ia berpindah ke Konstantinopel (Istanbul) dan diangkat sebagai qadhi untuk menangani peradilan di Sinjiq yang termasuk wilayah Moshul. Dia kemudian menjabat sebagai ketua Mahkamah jaza' di al-Ladziqiyah, sebelum pindah ke al-Quds. Selanjutnya ia menjabat sebagai ketua Mahkamah Huquq di Beirut. Dia menulis banyak kitab yang jumlahnya mencapai hingga 80 buah."
Pendidikan
Pendidikan dasar
Muhammad Taqiyuddin mendapat didikan ilmu dan agama di rumah dari ayahnya sendiri, seorang syekh yang faqih fid din. Ayahnya seorang pengajar ilmu-ilmu syari'ah di Kementerian Pendidikan Palestina. Ibunya juga menguasai beberapa cabang ilmu syari'ah, yang diperolehnya dari ayahnya, Syekh Yusuf bin Ismail bin Yusuf An Nabhani. Ia adalah seorang qadhi (hakim), penyair, sastrawan, dan salah seorang ulama terkemuka di daerah Turki Utsmani. Pertumbuhan Syekh Taqiyyuddin dalam suasana keagamaan yang kental seperti itu mempunyai pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian dan pandangan hidupnya. Syekh Taqiyyuddin menerima pendidikan dasar-dasar ilmu syari'ah dari ayah dan kakeknya, yang telah mengajarkan hafalan Al Qur'an sehingga ia hafal Al Qur'an seluruhnya sebelum baligh. Ia telah hafal Al Qur'an seluruhnya dalam usia yang amat muda, yaitu di bawah usia 13 tahun. Di samping itu, ia juga mendapatkan pendidikannya di sekolah-sekolah negeri ketika ia bersekolah di sekolah dasar di daerah Ijzim.
Pembesaran Syeikh Taqiyuddin dalam suasana keagamaan seperti itu, ternyata memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan kepribadian dan pandangan hidupnya. Syeikh Taqiyuddin telah menghafal Al-Quran dalam usia yang sangat muda, yaitu sebelum ia mencapai umur 13 tahun. Dia banyak mendapat pengaruh dari kakeknya, Syeikh Yusuf an-Nabhani dalam banyak hal. Syeikh Taqiyuddin juga sudah mulai mengerti masalah-masalah politik yang penting, di mana kakeknya menempuh ataupun mengalami kejadian tersebut secara langsung karena hubungannya yang erat dengan para Khalifah Daulah Utsmaniyah saat itu. Ia banyak menimba ilmu melalui dewan dan diskusi-diskusi fiqih yang diselenggarakan oleh kakeknya.
Kecerdasan dan kecerdikan Syeikh Taqiyuddin yang menonjol tatkala mengikuti majelis-majelis ilmu tersebut telah menarik perhatian kakeknya. Oleh sebab itu, kakeknya begitu memerhatikan Syeikh Taqiyuddin dan berusaha meyakinkan ayahnya -Syeikh Ibrahim bin Musthafa-tentang perlunya mengirim Syeikh Taqiyuddin ke al-Azhar untuk melanjutkan pendidikan nya dalam ilmu syariah..
Sekolah di Akko
Kemudian ia berpindah ke sebuah sekolah di Akko untuk melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah. Sebelum ia menamatkan sekolahnya di Akko, ia telah bertolak ke Kairo untuk meneruskan pendidikannya di Al Azhar, hasil dorongan kakeknya, Syekh Yusuf An Nabhani.
Tsanawiyah Al Azhar
Syekh Taqiyyuddin kemudian meneruskan pendidikannya di Tsanawiyah Al Azhar pada tahun 1928 dan pada tahun yang sama ia meraih ijazah dengan predikat sangat cemerlang.
Darul Ulum
Lalu ia melanjutkan studinya di Kulliyah Darul Ulum yang saat itu merupakan cabang Al Azhar. Di samping itu ia banyak menghadiri halaqah-halaqah ilmiah di Al Azhar yang diikuti oleh syekh-syekh Al Azhar, semisal Syekh Muhammad Al Hidlir Husain—rahimahullah—seperti yang pernah disarankan oleh kakeknya. Hal itu dimungkinkan karena sistem pengajaran lama Al Azhar memungkinkannya. Meskipun Syekh Taqiyyuddin menghimpun sistem Al Azhar lama dengan Darul Ulum, akan tetapi ia tetap menampakkan keunggulan dan keistimewaan dalam kesungguhan dan ketekunan belajar.
Syekh Taqiyyuddin telah menarik perhatian kawan-kawan dan pensyarah-pensyarahnya karena kecermatannya dalam berpikir dan kuatnya pendapat serta hujjah yang dilontarkan dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi fikriyah, yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga ilmu yang ada saat itu di Kairo dan di negeri-negeri Islam lainnya.
Syekh Taqiyyuddin An Nabhani menamatkan kuliahnya di Darul Ulum pada tahun 1932. Pada tahun yang sama dia menamatkan pula kuliahnya di Al Azhar Asy Syarif menurut sistem lama, di mana para mahasiswanya dapat memilih beberapa syekh Al Azhar dan menghadiri halaqah-halaqah mereka mengenai bahasa Arab, dan ilmu-ilmu syari'ah seperti fiqih, ushul fiqih, hadits, tafsir, tauhid (ilmu kalam), dan yang sejenisnya.
Dalam forum-forum halaqah ilmiyah tersebut, An Nabhani dikenal oleh kawan-kawan dan sahabat-sahabat terdekatnya dari kalangan Al Azhar, sebagai seseorang dengan pemikiran yang genius, pendapat yang kukuh, pemahaman dan pemikiran yang mendalam, serta berkemampuan tinggi untuk meyakinkan orang dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi fikriyah. Demikian juga ia sangat bersungguh-sungguh, tekun, dan bersemangat dalam memanfaatkan waktu guna menimba ilmu dan belajar.
Dakwah, ketokohan & Pengaruh
Mengajar di Madrasah Islamiyah di Haifa
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Syekh Taqiyyuddin An Nabhani kembali ke Palestina untuk kemudian bekerja di Kementerian Pendidikan Palestina sebagai seorang guru di sebuah sekolah menengah atas negeri di Haifa. Di samping itu ia juga mengajar di sebuah Madrasah Islamiyah di Haifa.
Diangkat sebagai Musyawir
Pada tahun 1940, ia diangkat sebagai Musyawir (Pembantu Qadi) dan ia terus memegang jabatan ini hingga tahun 1945, yakni saat ia dipindah ke Ramallah untuk menjadi qadi di Mahkamah Ramallah hingga tahun 1948. Setelah itu, ia keluar dari Ramallah menuju Syam sebagai akibat jatuhnya Palestina ke tangan Yahudi.
Qadi di Mahkamah Syar'iyah Al Quds
Pada tahun 1948 itu pula, sahabatnya Al Ustadz Anwar Al Khatib mengirim surat kepadanya, yang isinya meminta agar ia kembali ke Palestina untuk diangkat sebagai qadi di Mahkamah Syar'iyah Al Quds. Syekh Taqiyyuddin mengabulkan permintaan itu dan kemudian dia diangkat sebagai qadi di Mahkamah Syar'iyah Al Quds pada tahun 1948.
Hizbut Tahrir
Pada tahun 1951, Syekh An Nabhani menziarahi kota Amman untuk menyampaikan ceramah-ceramahnya kepada para pelajar Madrasah Tsanawiyah di Kulliyah Ilmiyah Islamiyah. Hal ini terus berlangsung sehingga awal tahun 1953, ketika ia mulai sibuk dalam Hizbut Tahrir, yang telah dirintis antara tahun 1949 hingga 1953.
Sejak remaja Syekh An Nabhani sudah memulai aktivitas politiknya karena pengaruh kakeknya, Syekh Yusuf An Nabhani. Pengalaman itulah yang mengantarkannya mendirikan partai politik berasas Islam, Hizbut Tahrir di Al Quds (Yerusalem) pada tahun 1953. Syekh Taqiyyuddin An Nabhani meninggal dunia pada tahun 1398 H/ 1977 M dan dikuburkan di Pekuburan Al Auza'i di Beirut.
Sumbangan kepada Islam
Ia telah meninggalkan kitab-kitab penting yang dapat dianggap sebagai kekayaan pemikiran yang tak ternilai harganya. Karya-karya ini menunjukkan bahwa Syekh Taqiyyuddin An Nabhani merupakan seorang yang mempunyai pemikiran brilian dan analisis yang cermat. Karya-karya Syekh Taqiyyuddin An Nabhani yang paling terkenal, yang memuat pemikiran dan ijtihadnya antara lain:
- Nizhamul Islam.
- At Takattul Al Hizbi.
- Mahafim Hizbut Tahrir
- An Nizhamul Iqthishadi fil Islam.
- An Nizhamul Ijtima'i fil Islam.
- Nizhamul Hukm fil Islam.
- Ad Dustur.
- Muqaddimah Dustur.
- Ad Daulatul Islamiyah.
- Asy Syakhshiyah Al Islamiyah (3 jilid).
- Mafahim Siyasiyah li Hizbit Tahrir.
- Nazharat Siyasiyah li Hizbit Tahrir.
- Nida' Haar.
- Al Khilafah.
- At Tafkir.
- Ad Dusiyah.
- Sur'atul Badihah.
- Nuqthatul Inthilaq.
- Dukhulul Mujtama'.
- Inqadzu Filisthin.
- Risalatul Arab.
- Tasalluh Mishr.
- Al Ittifaqiyyah Ats Tsana'iyyah Al Mishriyyah As Suriyyah wal Yamaniyyah
- Hallu Qadliyah Filisthin ala Ath Thariqah Al Amrikiyyah wal Inkiliziyyah.
- Nazhariyatul Firagh As Siyasi Haula Masyru' Aizanhawar.
Semua ini belum termasuk ribuan risalah (nasyrah) mengenai pemikiran, politik, dan ekonomi, serta beberapa kitab yang dikeluarkan atas nama anggota Hizbut Tahrir.
Wafat
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani Wafat pada 20 Desember 1977, di Beirut, Lebanon.[1]
Referensi
- ^ a b c d "Sheikh Muhammad Taqiuddin al-Nabhani | Hizb ut-Tahrir Australia". Hizb-australia.org. February 2016. Diakses tanggal 2020-05-29. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "hizb-australia.org" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ Indonesia, PT Rilis Multimedia. "Taqiyuddin An-Nabhani, Pendiri Hizbut Tahrir (1)". RILIS.ID. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-21. Diakses tanggal 2017-07-20.