Lompat ke isi

Togog: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tarusbawa (bicara | kontrib)
Riwayat: Perbaikan kesalahan ketik
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(38 revisi perantara oleh 23 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox tokoh wayang
'''Togog''' adalah putra [[dewa]] yang lahir sebelum [[Semar]], tapi karena tidak mampu mengayomi bumi maka Togog kembali ke asal lagi alias tidak jadi lahir. Dan pada waktu bersamaan lahirlah Semar.
| nama = Togog
| gambar = COLLECTIE TROPENMUSEUM Wajang kulit pop voorstellende Togog Tejomantri TMnr 8-266.jpg
| daerah = Jawa
| alias =
| ciri =
| istimewa =
| keluarga =
| senjata =
| posisi =
| kerajaan =
| tempat =
}}
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Wajangpop voorstellende Togog Tejomantri TMnr 3582-15.jpg|250px|thumb|Wayang Togog.]]
'''Togog''' adalah nama tokoh pewayangan [[Jawa]]. Ia dikisahkan sebagai putra [[dewa]] yang lahir sebelum [[Semar]], tetapi karena tidak mampu mengayomi Bumi, maka Togog kembali ke asalnya; pada waktu bersamaan, lahirlah Semar.


== Riwayat ==
== Riwayat ==
{{spoiler}}
Pada zaman ''kadewatan'' diceritakan [[Sanghyang Wenang]] mengadakan sayembara untuk memilih penguasa kahyangan dari ketiga cucunya yaitu ''Batara Antaga'' ([[Togog]]), ''Batara Ismaya'' ([[Semar]]) dan ''Batara Manikmaya'' (''[[Batara Guru]]''). Untuk itu sayembara diadakan dengan cara barang siapa dari ketiga cucunya tersebut dapat menelan bulat-bulat dan memuntahkan kembali [[Gunung Jamurdipa]] maka dialah yang akan terpilih menjadi penguasa kahyangan. Pada giliran pertama Batara Antaga (Togog) mencoba untuk melakukannya, namun yang terjadi malah mulutnya robek dan jadi ''dower'' karena Togog salah menelan gunung yang sedang aktif dan mendadak meletus ketika gunung tersebut berada di dalam rongga mulut Togog. Giliran berikutnya adalah Batara Ismaya (Semar) yang melakukannya, Gunung Jamurdipa dapat ditelan bulat-bulat tetapi tidak dapat dikeluarkan lagi karena Semar tidak bisa mengunyah akibat giginya taring semua, dan jadilah [[Semar]] berperut buncit karena ada gunung didalamnya seperti dapat kita lihat pada karakter Semar dalam [[wayang kulit]]. Karena sarana sayembara sudah musnah ditelan Semar maka yang berhak memenangkan sayembara dan diangkat menjadi penguasa ''kadewatan'' adalah Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru, cucu bungsu dari Sang Hyang Wenang.


Pada zaman ''kadewatan'' diceritakan [[Sanghyang Wenang]] mengadakan sayembara untuk memilih penguasa kahyangan dari ketiga anaknya yang lahir dari sebutir telur. Lapisan-lapisan telur yakni kulit paling luar diberi nama ''Batara Antaga'' (Togog), putih telur diberi nama ''Batara Ismaya'' ([[Semar]]) dan kuning telur diberi nama ''Batara Manikmaya'' (''[[Batara Guru]]''). Untuk itu sayembara diadakan dengan cara barang siapa dari ketiga anaknya tersebut dapat menelan bulat-bulat dan memuntahkan kembali Gunung Jamurdipa maka dialah yang akan terpilih menjadi penguasa Kahyangan.
Adapun Batara Antaga (Togog) dan Batara Ismaya (Semar) akhirnya diutus turun ke ''marcapada'' (dunia manusia) untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebajikan pada manusia, yang pada akhirnya Semar dipilih sebagai pamong untuk para satria berwatak baik ([[Pandawa]]) dan Togog diutus sebagai pamong untuk para satria dengan watak buruk.


Pada giliran pertama Batara Antaga (Togog) mencoba untuk melakukannya, tetapi yang terjadi malah mulutnya robek dan jadi ''dower'' karena Togog memaksakan dirinya untuk menelan, padahal mulutnya tidak muat. Giliran berikutnya adalah Batara Ismaya (Semar) yang melakukannya, Gunung Jamurdipa dapat ditelan bulat-bulat tetapi tidak dapat dikeluarkan lagi karena Semar tidak bisa mengunyah akibat giginya taring semua, dan jadilah [[Semar]] berperut buncit karena ada gunung didalamnya seperti dapat kita lihat pada karakter Semar dalam [[wayang kulit]]. Karena sarana sayembara sudah musnah ditelan Semar maka yang berhak memenangkan sayembara dan diangkat menjadi penguasa ''kadewatan'' adalah Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru, anak bungsu dari Sang Hyang Wenang.
{{tokoh wayang}}


Adapun Batara Antaga (Togog), dan Batara Ismaya (Semar) akhirnya diutus turun ke ''marcapada'' (dunia manusia) untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebajikan pada manusia. Semar dipilih sebagai pamong untuk para satria berwatak baik ([[Pandawa]]). Sedangkan Togog dan Bilung diutus sebagai pamong untuk para satria dengan watak buruk.Dalam perannya menjadi pamong untuk menasihati kesatria angkara murka ,Togog didampingi ''Bilung'' ([[Sarawita]]) yang tercipta dari Hawa Nafsu Togog melalui sabda sakti dari ''Sanghyang Podo Wenang''
{{wayang-stub}}

{{tokoh wayang}}


[[Kategori:Punakawan]]
[[Kategori:Punakawan]]
[[Kategori:Tokoh pewayangan]]
[[Kategori:Tokoh pewayangan Jawa]]
[[Kategori:Tokoh pewayangan Jawa]]


{{wayang-stub}}

Revisi terkini sejak 18 Oktober 2023 12.09

Togog
Tokoh pewayangan Jawa
Wayang Togog.

Togog adalah nama tokoh pewayangan Jawa. Ia dikisahkan sebagai putra dewa yang lahir sebelum Semar, tetapi karena tidak mampu mengayomi Bumi, maka Togog kembali ke asalnya; pada waktu bersamaan, lahirlah Semar.

Pada zaman kadewatan diceritakan Sanghyang Wenang mengadakan sayembara untuk memilih penguasa kahyangan dari ketiga anaknya yang lahir dari sebutir telur. Lapisan-lapisan telur yakni kulit paling luar diberi nama Batara Antaga (Togog), putih telur diberi nama Batara Ismaya (Semar) dan kuning telur diberi nama Batara Manikmaya (Batara Guru). Untuk itu sayembara diadakan dengan cara barang siapa dari ketiga anaknya tersebut dapat menelan bulat-bulat dan memuntahkan kembali Gunung Jamurdipa maka dialah yang akan terpilih menjadi penguasa Kahyangan.

Pada giliran pertama Batara Antaga (Togog) mencoba untuk melakukannya, tetapi yang terjadi malah mulutnya robek dan jadi dower karena Togog memaksakan dirinya untuk menelan, padahal mulutnya tidak muat. Giliran berikutnya adalah Batara Ismaya (Semar) yang melakukannya, Gunung Jamurdipa dapat ditelan bulat-bulat tetapi tidak dapat dikeluarkan lagi karena Semar tidak bisa mengunyah akibat giginya taring semua, dan jadilah Semar berperut buncit karena ada gunung didalamnya seperti dapat kita lihat pada karakter Semar dalam wayang kulit. Karena sarana sayembara sudah musnah ditelan Semar maka yang berhak memenangkan sayembara dan diangkat menjadi penguasa kadewatan adalah Sang Hyang Manikmaya atau Batara Guru, anak bungsu dari Sang Hyang Wenang.

Adapun Batara Antaga (Togog), dan Batara Ismaya (Semar) akhirnya diutus turun ke marcapada (dunia manusia) untuk menjadi penasihat, dan pamong pembisik makna sejati kehidupan dan kebajikan pada manusia. Semar dipilih sebagai pamong untuk para satria berwatak baik (Pandawa). Sedangkan Togog dan Bilung diutus sebagai pamong untuk para satria dengan watak buruk.Dalam perannya menjadi pamong untuk menasihati kesatria angkara murka ,Togog didampingi Bilung (Sarawita) yang tercipta dari Hawa Nafsu Togog melalui sabda sakti dari Sanghyang Podo Wenang