Lompat ke isi

Kerajaan Sekar: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Haffalan (bicara | kontrib)
membuat halaman kerajaan sekar
Tag: menambah tag nowiki tanpa kategori [ * ] VisualEditor
 
Envapid (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(26 revisi perantara oleh 8 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox country
'''Kerajaan Sekar''' merupakan satu di antara sembilan kerajaan yang masih eksis di tanah [[Papua]]. Delapan kerajaan lainnya adalah Ati-Ati, Patipi, Rumbati, Papagar, Argumi, Wertuar, Namatota, dan Penisi.<ref>[https://batampos.co.id/2018/01/14/mengenal-rustuty-rumagesan-satu-satunya-perempuan-yang-bertakhta-di-papua/#:~:text=Kerajaan%20Sekar%20merupakan%20satu%20di,Fak-Fak%2C%20Papua%20Barat. https://batampos.co.id/2018/01/14/mengenal-rustuty-rumagesan-satu-satunya-perempuan-yang-bertakhta-di-papua/#:~:text=Kerajaan%20Sekar%20merupakan%20satu%20di,Fak-Fak%2C%20Papua%20Barat.]</ref> Kerajaan ini terletak di semenanjung Onin, Teluk Berau, kab. [[Fakfak, Fakfak|Fak Fak]], provinsi [[Papua Barat]].
|native_name = Petuanan Sekar
|conventional_long_name = Kerajaan Sekar
|common_name = Sekar
|today = {{flag|Indonesia}}
|era =
|status =
|status_text =
|empire =
|government_type =
|event_start =
|date_start =
|year_start =
|event_end =
|date_end =
|year_end =
|year_exile_start =
|year_exile_end =
|event1 =
|date_event1 =
|event2 =
|date_event2 =
|event3 =
|date_event3 =
|event4 =
|date_event4 =
|event5 =
|date_event5 =
|event_pre =
|date_pre =
|event_post =
|date_post =
|p1 =
|flag_p1 =
|image_p1 =
|p2 =
|flag_p2 =
|p3 =
|flag_p3 =
|p4 =
|flag_p4 =
|p5 =
|flag_p5 =
|s1 =
|flag_s1 =
|image_s1 =
|s2 =
|flag_s2 =
|s3 =
|flag_s3 =
|s4 =
|flag_s4 =
|s5 =
|flag_s5 =
|image_flag =
|flag_alt =
|image_flag2 =
|flag_alt2 =
|flag =
|flag2 =
|flag_type =
|flag2_type =
|image_coat =
|coat_size =
|coat_alt =
|symbol =
|symbol_type =
|image_map =
|image_map_alt =
|image_map_caption =
|image_map2 =
|image_map2_alt =
|image_map2_caption =
|capital = [[Sekar, Kokas, Fakfak|Sekar]]
|capital_exile =
|latd= |latm= |latNS= |longd= |longm= |longEW=
|national_motto =
|national_anthem =
|common_languages = [[Bahasa Melayu Papua|Melayu Papua]], [[bahasa Sekar|Sekar]]
|religion = [[Islam Sunni]]
|currency =
|leader1 = Kapita<ref group=Catatan name=Catatan01/><ref name="Regeeringsalmanak 1903">{{cite book
| pages=294
| url= https://www.google.co.id/books/edition/Regeeringsalmanak_voor_Nederlandsch_Indi/OFY9AQAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Mohamad-Amin-Salawati&pg=PA294&printsec=frontcover
| title= Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie voor 1903
| contribution= Landsdrukkerij
| location= Batavia
| publisher= Dutch East Indies
| year= 1903
| issue= 2
| lg= nl
}}</ref>
|leader2 = Pandai Congan
|leader3 = Lakate Heremba (sementara)<ref name="Regeeringsalmanak 1904">{{cite book
| pages=296
| url= https://www.google.co.id/books/edition/Regeeringsalmanak_voor_Nederlandsch_Indi/zFU9AQAAMAAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Ganjoem+Waigeoe&pg=PA296&printsec=frontcover
| title= Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie voor 1904
| contribution= Landsdrukkerij
| location= Batavia
| publisher= Ter Lands-Drukkerij
| year= 1904
| issue= 2
| lg= nl}}</ref>
|leader4 = Saban Pipi Rumagesan
|leader5 = Machmud Singgirei Rumagesan
|leader6 = Amir Syahdan Rumagesan
|leader7 = Rustuty Rumagesan
|leader8 = Arief Rumagesan
|year_leader1 = 14 Juni 1896<ref name="Regeeringsalmanak 1903"/>
|year_leader2 = tidak diketahui–1899
|year_leader3 = 1899–1911
|year_leader4 = 1911-1915
|year_leader5 = 1915-1942,1946-tidak diketahui
|year_leader6 = tidak diketahui
|year_leader7 = 2009-2019
|year_leader8 = 2019-sekarang
|title_leader = Raja, [[Ratu (gelar)|Rat]]
|representative1 =
|representative2 =
|representative3 =
|representative4 =
|year_representative1 =
|year_representative2 =
|year_representative3 =
|year_representative4 =
|title_representative =
|deputy1 =
|deputy2 =
|deputy3 =
|deputy4 =
|year_deputy1 =
|year_deputy2 =
|year_deputy3 =
|year_deputy4 =
|title_deputy =
|legislature =
|house1 =
|type_house1 =
|house2 =
|type_house2 =
|stat_year1 =
|stat_area1 =
|stat_pop1 =
|stat_year2 =
|stat_area2 =
|stat_pop2 =
|stat_year3 =
|stat_area3 =
|stat_pop3 =
|stat_year4 =
|stat_area4 =
|stat_pop4 =
|stat_year5 =
|stat_area5 =
|stat_pop5 =
}}


'''Kerajaan Sekar''', awalnya disebut '''Kerajaan Kabituwar''', adalah satu di antara sembilan kerajaan yang masih eksis di [[Papua (wilayah Indonesia)|Tanah Papua]]. Delapan kerajaan lainnya adalah Ati-Ati, Patipi, Rumbati, [[Kerajaan Fatagar|Fatagar]], Arguni, Wertuar, Namatota, dan [[Kerajaan Kaimana|Komisi]].<ref>[https://batampos.co.id/2018/01/14/mengenal-rustuty-rumagesan-satu-satunya-perempuan-yang-bertakhta-di-papua/#:~:text=Kerajaan%20Sekar%20merupakan%20satu%20di,Fak-Fak%2C%20Papua%20Barat. https://batampos.co.id/2018/01/14/mengenal-rustuty-rumagesan-satu-satunya-perempuan-yang-bertakhta-di-papua/#:~:text=Kerajaan%20Sekar%20merupakan%20satu%20di,Fak-Fak%2C%20Papua%20Barat.]</ref> Kerajaan ini terletak di semenanjung Onin, dis. [[Kokas, Fakfak|Kokas]], kab. [[Kabupaten Fakfak|Fakfak]], provinsi [[Papua Barat]]. Awalnya merupakan kerajaan bawahan Kerajaan Rumbati bersama kerajaan Wertu(w)ar, namun kemudian diakui menjadi kerajaan sendiri.<ref name="Usmany 2014">{{Cite book|last=Usmany|first=Dessy Polla|date=2014|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1001584|title=Kerajaan Fatagar dalam Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Fakfak Papua Barat|location=Yogyakarta|publisher=Kepel Press|isbn=978-602-1228-79-1|pages=83–85|url-status=live}}</ref>
Sejak 700 tahun lalu Kerajaan Sekar dan kerajaan lainnya telah berdiri serta tersohor sebagai penyebar agama Islam yang memiliki aturan tegas dalam berbagai hal, termasuk berpakaian.[https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/10/11/27/149245-kerajaan-sekar-salah-satu-perintis-penyebaran-islam-di-papua]


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Pada mulanya kerajaan Sekar berpusat di jalan masuk Teluk Sekar, yang disebut Kabituwar. Sehingga orang pertama yang mendapat jabatan raja disebut Raja Kabituwar, bernama Pandai alias Congan. Daerah Kokas menjadi pemukiman atas banyak pedagang yang berasal dari luar Papua, pada kemudian hari pemukiman itu dinamakan Sekar. Pada tahun 1896 seorang bernama Mner dari ‘soa’ Beraweri diangkat oleh [[kesultanan Tidore|Sultan Tidore]] menjadi raja kapitan negeri Sekar. Pengangkatan ini disebutkan atas saran dari raja Misool dan raja Rumbati. Sehingga kekuasaan Raja Kapitan Sekar adalah terpisah dari kekuasaan Raja Kabituwar. Mner kemudian pindah ke Sekar dan membangun kampung Sekar. Putra sulung Mner, Kubis juga mendapat gelar Raja Kapitan Sekar, tetapi keturunan berikutnya tidak lagi mendapatkan gelar ini.<ref name="Usmany 2014">{{Cite book|last=Usmany|first=Dessy Polla|date=2014|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1001584|title=Kerajaan Fatagar dalam Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Fakfak Papua Barat|location=Yogyakarta|publisher=Kepel Press|isbn=978-602-1228-79-1|pages=83–85|url-status=live}}</ref>


Sementara itu Pandai sebelum menyandang gelar Raja Kabituwar merupakan raja komisi secara tidak resmi dari Kerajaan Rumbati, ayahnya Paduri alias Weker juga menyandang gelar ini. Namun ketuka Pandai meninggal, tidak ada calon pengganti yang dipertimbangkan. Ini dikarenakan Pandai tidak memiliki saudara, dan satu-satunya putra yang ia miliki, Abdulrachman masih anak-anak. Sehubungan ini pemerintahan kerajaan Kabituwar dipimpin oleh rajamuda Wertuwar bernama Lakate, yang merupakan putra tiri Pandai. Pandai menikah dua kali, istri keduanya bernama Badika, yang sebelumnya merupakan istri dari rajamuda Wertuwar, Inisuka, ayah dari Lakate. Lakate menjalankan fungsinya sebagai raja Kabituwar, sedangkan fungsi rajamuda dijalankan oleh Saban Pipi Rumagesan, walau tidak diangkat secara resmi. Pipi sendiri adalah putra dari Dimin, “anak emas” dari Paduri. Keturunan Dimin menurut adat seharusnya tidak bisa menjabat sebagai raja ini dikarenakan tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan raja-raja sebelumnya.<ref name="Usmany 2014">{{Cite book|last=Usmany|first=Dessy Polla|date=2014|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1001584|title=Kerajaan Fatagar dalam Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Fakfak Papua Barat|location=Yogyakarta|publisher=Kepel Press|isbn=978-602-1228-79-1|pages=83–85|url-status=live}}</ref>
=== '''''Sejarah 1''''' ===
Tahun '''1365''', daerah Wwanin/Onin (Kabupaten Fakfak) merupakan daerah pengaruh mandala Kerajaan Majapahit, kawasan ini mungkin bagian dari koloni kerajaan Hindu di Kepulauan Maluku yang diakui ditaklukan Majapahit.


Pada tahun 1911 dari pihak kolonial Belanda, tidak ditemukan orang yang lebih cocok, sehingga mengintervensi suksesi kerajaan Kabituwar dengan mengangkat Pipi sebagai raja dengan gelar Raja Sekar. Putrinya sebelumnya telah dinikahkan dengan penjabat raja Kabituwar, Lakate. Sehubungan usia Pipi sudah lanjut, [[Machmud Singgirei Rumagesan]] yang merupakan anaknya diangkat menjadi rajamuda dalam menjalankan kekuasaan. Daerah Pikpik yang awalnya diletakkan di bawah kuasa kerajaan Atiati dipindahkan menjadi wilayah Sekar.<ref name="Usmany 2014">{{Cite book|last=Usmany|first=Dessy Polla|date=2014|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1001584|title=Kerajaan Fatagar dalam Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Fakfak Papua Barat|location=Yogyakarta|publisher=Kepel Press|isbn=978-602-1228-79-1|pages=83–85|url-status=live}}</ref>
Tahun '''1569''' pemimpin-pemimpin Papua mengunjungi kerajaan Bacan di mana dari kunjungan terebut terbentuklah kerajaan-kerajaan).


Sekitar tahun 1885 raja Atiati mengangkat seorang kepala daerah di Pikpik dengan tujuan untuk mendapatkan bantuan perang yang mengancam antara Rumbati di satu pihak, dengan Atiati dan Fatagar di pihak lainnya. Kepala daerah ini bernama Tatare dan mendapat gelar raja, walau tidak diakui jabatan ini oleh pemerintah Belanda, baru setelah putranya Kauat diakui menjadi kepala Pikpik. Akan tetapi semua hubungan Atiati dan Pikpik dihilangkan dan diletakkan di bawah kekuasaan kerajaan Sekar. Bisa dipastikan Kauat melakukan beberapa manuver untuk menjadi kerajaan sendiri tanpa dibawah Sekar. Akan tetapi keinginan para kepala daerah Pikpik tidak pernah didukung pemerintah kolonial Belanda. Berdasarkan pertimbangan praktis Pikpik merupakan daerah kekuasaan Sekar, walau secara adat posisi raja Sekar sebagai kepala daerah Pikpik masih diperdebatkan. Beberapa daerah lain yang tidak mengakui kekuasaan raja Sekar saat itu adalah kampung Sisir dan Kampung Ugar yang memiliki silsilah raja sendiri. Akan tetapi pemerintah kekuasaan Belanda mendukung sepenuhnya kekuasaan raja Sekar.<ref name="Usmany 2014">{{Cite book|last=Usmany|first=Dessy Polla|date=2014|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1001584|title=Kerajaan Fatagar dalam Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Fakfak Papua Barat|location=Yogyakarta|publisher=Kepel Press|isbn=978-602-1228-79-1|pages=83–85|url-status=live}}</ref>
Tahun '''1660''', VOC memang sempat menandatangani perjanjian dengan sultan Tidore di mana Tidore mengakui protektorat Belanda atas penduduk Irian barat. Tidore sebenarnya tidak pernah menguasai Irian. Jadi protektorat Belanda hanya merupakan fiksi hukum.


[[Machmud Singgirei Rumagesan]] ditetapkan menjadi raja pada tahun 1915 dan diakui secara resmi oleh pemerintah Belanda. Namun kerap kali Raja Rumagesan justru memberontak dari Belanda. Pemberontakan Machmud Rumagesan diawaki dengan konflik yang menyangkut Maskapai Colijn, perusahaan penambangan minyak yang beroperasi di Kokas. Pada awal pendirian operasi di Kokas ini, sangat difasilitasi oleh Raja Rumagesan dan penduduk sekitar, sehingga perusahaan ini menyetujui ketika hasil gaji diberikan kepadanya untuk didistribusikan ke penduduk. Akan tetapi Bestuur Assistent lokal meminta Raja Rumagesan memberikan kembali uang tersebut kepadanya, namun ditolak Raja Rumagesan. Bestuur Assistent tersebut melapor ke Controleur van den Terwijk, yang kemudian terlibat dalam perkelahian dengan Raja Rumagesan. Penduduk sekitar mendukung Raja Rumagesan dan hampir membunuh van den Terwijk. Pemberontakan menjadi lebih luas sehingga pemerintahan kolonial Belanda yang berpusat di [[Fakfak]] kemudian mengirimkan pasukan. Pada akhirnya 73 warga setempat dan 5 kepala kampung ditangkap dan dijatuhi hukuman 2-10 tahun penjara. Sedangkan Raja Rumagesan sendiri dijatuhi hukuman 15 tahun penjara di Saparua, Maluku.<ref name="Patriot Irian Damai">{{cite book | last=Dajoh | first=Marius Ramis | title=Patriot Irian Damai | year=1957 | publisher=Grafica Jakarta | url=https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20381101-Patriot%20irian%20damai,%201956.pdf | language=id | access-date=2022-04-16}}</ref> Di dalam penjara Rumagesan berhasil menulis surat meminta bantuan [[Muhammad Husni Thamrin]] anggota Volksraad saat itu. Thamrin berhasil menghadirkan kasus Rumagesan di pengadilan dimana bisa dibuktikan ia tidak bersalah sehingga dibebaskan tahun 1941. Machmud Singgirei Rumagesan sendiri kemudian terlibat dalam beberapa perlawanan Indonesia melawan Kolonial Belanda di Papua.<ref name="Kemdikbud 1983 p.42">{{Cite web|last1=Patiara|first1=John|last2=Renwarin|first2=Herman|last3=Soedharto|first3=Bondan|last4=Palangan|first4=M.|date=1983|title=Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialis dan Kolonialisme di Daerah Irian Jaya|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/14100/1/Sejarah%20perlawanan%20terhadap%20imperialisme%20dan%20kolonialisme%20di%20daerah%20irian%20jaya.PDF|website=Kemdikbud|page=42| access-date=2021-11-03}}</ref><ref name="Damarjati 2020">{{Cite news| last=Damarjati | first=Danu | title=Mengenal Machmud Rumagesan, Pahlawan Berjuluk 'Jago Tua dari Irian Barat' |work=[[Detik.com|detikcom]] | date=2020-11-14 | url=https://news.detik.com/berita/d-5254543/mengenal-machmud-rumagesan-pahlawan-berjuluk-jago-tua-dari-irian-barat | language=id | access-date=2022-04-15}}</ref><ref name="Patriot Irian Damai">{{cite book | last=Dajoh | first=Marius Ramis | title=Patriot Irian Damai | year=1957 | publisher=Grafica Jakarta | url=https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20381101-Patriot%20irian%20damai,%201956.pdf | language=id | access-date=2022-04-16}}</ref>
Sejak '''abad ke-16''', selain di Kepulauan Raja Ampat yang termasuk wilayah kekuasaan Sultan Bacan dan Sultan Ternate, kawasan lain di Papua yaitu daerah pesisir Papua dari pulau Biak (serta daerah sebaran orang Biak) sampai Mimika merupakan bagian dari wilayah mandala Kesultanan Tidore. Tidore menganut adat Uli-Siwa (Persekutuan Sembilan), sehingga provinsi-provinsi Tidore seperti Biak, Fakfak dan sebagainya juga dibagi dalam sembilan distrik (pertuanan).


Setelah Raja Machmud Singgirei Rumagesan mangkat, pimpinan kerajaan diwariskan kepada putranya Amir Syahdan Rumagesan.<ref name="Sukamto 2004 p. 73">{{cite book | last=Sukamto | first=A.E. | title=Pemetaan peran & kepentingan para aktor dalam konflik di Papua | publisher=Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Riset Kompetitif Pengembangan Iptek, Sub Program Otonomi Daerah, Konflik, dan Daya Saing | year=2004 | isbn=978-979-3584-34-8 | url=https://books.google.com/books?id=wIR0AAAAMAAJ | language=id | access-date=2022-04-17 | page=73}}</ref> Tetapi setelah Amir meninggal terjadi konflik suksesi. Sehingga Rustuty Rumagesan anak Singgirei dari putri keturunan Gowa, menjadi pemimpin. Tetapi Rustuty menolak gelar raja dan mengambil jalan tengah bergelar “Ratu Petuanan Tanah Rata Kokoda”. Rustuty menikah dengan Sri Harijanto Tjitro Soeksoro, yang merupakan bangsawan keturunan [[Mangkunegara III]].<ref>[https://batampos.co.id/2018/01/14/mengenal-rustuty-rumagesan-satu-satunya-perempuan-yang-bertakhta-di-papua/#:~:text=Kerajaan%20Sekar%20merupakan%20satu%20di,Fak-Fak%2C%20Papua%20Barat. https://batampos.co.id/2018/01/14/mengenal-rustuty-rumagesan-satu-satunya-perempuan-yang-bertakhta-di-papua/#:~:text=Kerajaan%20Sekar%20merupakan%20satu%20di,Fak-Fak%2C%20Papua%20Barat.]</ref> Setelah Rustuty meninggal, Pamannya Arief Rumagesan, cucu ke-lima Singgirei menjabat menjadi raja dengan gelar “Raja Petuanan Pikpik Sekar”.<ref name="Janur 2020">{{Cite news| last=Janur | first=Katharina | title=Keberanian Machmud Singgirei Rumagesan, Kobarkan Semangat Persatuan Bangsa |work=[[Liputan6.com]] | date=2020-11-10 | url=https://www.liputan6.com/regional/read/4404859/keberanian-machmud-singgirei-rumagesan-kobarkan-semangat-persatuan-bangsa | language=id | access-date=2022-04-16| editor-last=Hida | editor-first=Ramdania El }}</ref>
Tahun '''1826''' Pieter Merkus, gubernur Belanda untuk Maluku, mendengar kabar angin bahwa Inggris mulai masuk pantai Irian di sebelah timur Kepulauan Aru. Dia mengutuskan rombongan untuk menjajagi pantai tersebut sampai Pulau Dolak. Dua tahun kemudian, Belanda membangun Fort Du Bus, yang sekarang menjadi kota Lobo, dengan tujuan utama menghadang kekuatan Eropa lain mendarat di Irian barat. Fort Du Bus ditinggalkan tahun 1836.


==Catatan==
Tahun '''1872''', Tidore mengakui kekuasaan Kerajaan Belanda atasnya.
{{reflist|group=Catatan|refs=
<ref name=Catatan01>Kemungkinan Raja Kapitan Sekar Mner, keturunan yang berbeda dari Raja Kabituwar.</ref>
}}


== Referensi ==
Belanda baru kembali ke Irian tahun '''1898'''. Irian dibagi antara Belanda, Jerman (bagian utara Irian timur) dan Inggris (bagian selatan Irian timur). Garis busur 141 diakui sebagai batas timur Irian barat. Pada '''1898 – 1949''', Papua bagian barat dikenal sebagai ''Nugini Belanda.''
{{Reflist}}


[[Kategori:Kerajaan di Papua Barat]]
=== '''''Sejarah 2''''' ===
[[Kategori:Kerajaan di Indonesia]]
Sebelum penegakan Pemerintahan Kolonial Belanda di Nieuw Guinea bagian barat  (sekarang Provinsi  Papua dan Provinsi Papua Barat), di daerah pantai barat Papua  terdapat  beberapa  daerah  kerajaan. Menurut  Mansoben, pada awalnya di Semenanjung Onin wilayah pantai barat Papua terdapat tiga kerajaan tradisional, yaitu:
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]

[[Kategori:Papua Barat]]
<nowiki>*</nowiki> Kerajaan  Rumbati,

<nowiki>*</nowiki> Kerajaan  Fatagar

<nowiki>*</nowiki> Kerajaaan  Atiati.

Namun, dalam perkembangannya muncul  kerajaan-kerajaan kecil  yang  pada mulanya berada di bawah kekuasaan Kerajaan Rumbati, tetapi   kemudian berhasil memperoleh pengakuan sebagai kerajaan yang berdiri  sendiri terutama setelah penegakan pemerintahan kolonial Belanda di  wilayah itu.

Adapun kerajaan-kerajaan  yang dimaksud adalah Kerajaan Patipi, Kerajaan Sekar, Kerajaan Wertuar dan Kerajaan Arguni. Dalam memori serah  terima jabatan F.H. Dumas disebutkan bahwa di Semenanjung Onin terdapat beberapa kerajaan yaitu: Kerajaan Rumbati, Kerajaan Namatota, Kerajaan  Atiati, Kerajaan Fatagar, Kerajaan  Arguni, dan Kerajaan Sekar. Keberadaan  kerajaan-kerajaan tersebut tidak terlepas dari pengaruh Kesultanan Tidore di wilayah itu. Para raja tersebut menjalankan kekuasaan atas nama Sultan Tidore, sebab Sultan Tidore yang menganugerahkan gelar raja kepada para raja yang berkuasa di Semenanjung Onin.

Yang memberi  gelar raja kepada para raja di daerah pantai barat Papua  adalah Sultan  Tidore. Meskipun mereka diberi gelarraja,  tetapi  kenyataannya mereka hanyalah agen dagang dan pemungut pajak di wilayah kekuasaannya atas perintah dari Sultan Tidore. Hal ini berarti para raja di wilayah itu berperan sebagai makelar dagang antara penduduk  setempat dan Sultan Tidore. Dengan demikian, fungsi raja yang terutama  bukan di bidang politik, melainkan di bidang ekonomi untuk menunjang   kepentingan  Sultan Tidore.

Sultan  Tidore  membangun  hubungan dagang  dengan  para  raja  di  daerah pantai barat Papua melalui perantaraan raja Lilintah (Misool).  Sultan  Tidore  berupaya menjalin hubungan dagang dengan orang-orang  yang dianggap menonjol di daerah itu. Mereka diangkat menjadi kepala  adat oleh atau atas nama Sultan Tidore. Setelah pengangkatan itu, para kepala adat itu dimanfaatkan untuk memperluas kekuasaan dan   menambah penghasilan Sultan Tidore.

Pengangkatan para raja itu berkaitan dengan kepentingan ekonomi dari Sultan Tidore. Konsekuensi dari pengangkatan raja-raja di  Semenanjung  Onin oleh Sultan Tidore adalah para raja dan penduduknya ditempatkan di bawah kekuasaan Sultan Tidore. Oleh karena itu, penduduk di  Semenanjung Onin  diwajibkan untuk membayar upeti kepada sultan  Tidore.

Setelah penegakan kekuasaan pemerintah kolonial Belanda pada 1898, pengaruh Sultan Tidore terhadap raja-raja di pantai barat Nieuw  Guinea  (Papua) perlahan-lahan berkurang. Para raja ditempatkan di bawah kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Akibatnya, kewajiban para raja   tersebut berakhir untuk membayar upeti kepada  Sultan Tidore.

Meskipun kekuasaan Sultan Tidore telah berakhir di wilayah para raja di Semenanjung  Onin, akan tetapi relasi kekerabatan antara para raja dengan penduduk di wilayah kekuasan Sultan Tidore belum berakhir. Relasi kekerabatan itu terjalin melalui ikatan perkawinan.<ref>https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/papua/kerajaan-sekar/</ref>

Revisi terkini sejak 29 November 2023 03.36

Kerajaan Sekar

Petuanan Sekar
Ibu kotaSekar
Bahasa yang umum digunakanMelayu Papua, Sekar
Agama
Islam Sunni
Raja, Rat 
• 14 Juni 1896[1]
Kapita[Catatan 1][1]
• tidak diketahui–1899
Pandai Congan
• 1899–1911
Lakate Heremba (sementara)[2]
• 1911-1915
Saban Pipi Rumagesan
• 1915-1942,1946-tidak diketahui
Machmud Singgirei Rumagesan
• tidak diketahui
Amir Syahdan Rumagesan
• 2009-2019
Rustuty Rumagesan
• 2019-sekarang
Arief Rumagesan
Sekarang bagian dari Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kerajaan Sekar, awalnya disebut Kerajaan Kabituwar, adalah satu di antara sembilan kerajaan yang masih eksis di Tanah Papua. Delapan kerajaan lainnya adalah Ati-Ati, Patipi, Rumbati, Fatagar, Arguni, Wertuar, Namatota, dan Komisi.[3] Kerajaan ini terletak di semenanjung Onin, dis. Kokas, kab. Fakfak, provinsi Papua Barat. Awalnya merupakan kerajaan bawahan Kerajaan Rumbati bersama kerajaan Wertu(w)ar, namun kemudian diakui menjadi kerajaan sendiri.[4]

Pada mulanya kerajaan Sekar berpusat di jalan masuk Teluk Sekar, yang disebut Kabituwar. Sehingga orang pertama yang mendapat jabatan raja disebut Raja Kabituwar, bernama Pandai alias Congan. Daerah Kokas menjadi pemukiman atas banyak pedagang yang berasal dari luar Papua, pada kemudian hari pemukiman itu dinamakan Sekar. Pada tahun 1896 seorang bernama Mner dari ‘soa’ Beraweri diangkat oleh Sultan Tidore menjadi raja kapitan negeri Sekar. Pengangkatan ini disebutkan atas saran dari raja Misool dan raja Rumbati. Sehingga kekuasaan Raja Kapitan Sekar adalah terpisah dari kekuasaan Raja Kabituwar. Mner kemudian pindah ke Sekar dan membangun kampung Sekar. Putra sulung Mner, Kubis juga mendapat gelar Raja Kapitan Sekar, tetapi keturunan berikutnya tidak lagi mendapatkan gelar ini.[4]

Sementara itu Pandai sebelum menyandang gelar Raja Kabituwar merupakan raja komisi secara tidak resmi dari Kerajaan Rumbati, ayahnya Paduri alias Weker juga menyandang gelar ini. Namun ketuka Pandai meninggal, tidak ada calon pengganti yang dipertimbangkan. Ini dikarenakan Pandai tidak memiliki saudara, dan satu-satunya putra yang ia miliki, Abdulrachman masih anak-anak. Sehubungan ini pemerintahan kerajaan Kabituwar dipimpin oleh rajamuda Wertuwar bernama Lakate, yang merupakan putra tiri Pandai. Pandai menikah dua kali, istri keduanya bernama Badika, yang sebelumnya merupakan istri dari rajamuda Wertuwar, Inisuka, ayah dari Lakate. Lakate menjalankan fungsinya sebagai raja Kabituwar, sedangkan fungsi rajamuda dijalankan oleh Saban Pipi Rumagesan, walau tidak diangkat secara resmi. Pipi sendiri adalah putra dari Dimin, “anak emas” dari Paduri. Keturunan Dimin menurut adat seharusnya tidak bisa menjabat sebagai raja ini dikarenakan tidak memiliki hubungan kekerabatan dengan raja-raja sebelumnya.[4]

Pada tahun 1911 dari pihak kolonial Belanda, tidak ditemukan orang yang lebih cocok, sehingga mengintervensi suksesi kerajaan Kabituwar dengan mengangkat Pipi sebagai raja dengan gelar Raja Sekar. Putrinya sebelumnya telah dinikahkan dengan penjabat raja Kabituwar, Lakate. Sehubungan usia Pipi sudah lanjut, Machmud Singgirei Rumagesan yang merupakan anaknya diangkat menjadi rajamuda dalam menjalankan kekuasaan. Daerah Pikpik yang awalnya diletakkan di bawah kuasa kerajaan Atiati dipindahkan menjadi wilayah Sekar.[4]

Sekitar tahun 1885 raja Atiati mengangkat seorang kepala daerah di Pikpik dengan tujuan untuk mendapatkan bantuan perang yang mengancam antara Rumbati di satu pihak, dengan Atiati dan Fatagar di pihak lainnya. Kepala daerah ini bernama Tatare dan mendapat gelar raja, walau tidak diakui jabatan ini oleh pemerintah Belanda, baru setelah putranya Kauat diakui menjadi kepala Pikpik. Akan tetapi semua hubungan Atiati dan Pikpik dihilangkan dan diletakkan di bawah kekuasaan kerajaan Sekar. Bisa dipastikan Kauat melakukan beberapa manuver untuk menjadi kerajaan sendiri tanpa dibawah Sekar. Akan tetapi keinginan para kepala daerah Pikpik tidak pernah didukung pemerintah kolonial Belanda. Berdasarkan pertimbangan praktis Pikpik merupakan daerah kekuasaan Sekar, walau secara adat posisi raja Sekar sebagai kepala daerah Pikpik masih diperdebatkan. Beberapa daerah lain yang tidak mengakui kekuasaan raja Sekar saat itu adalah kampung Sisir dan Kampung Ugar yang memiliki silsilah raja sendiri. Akan tetapi pemerintah kekuasaan Belanda mendukung sepenuhnya kekuasaan raja Sekar.[4]

Machmud Singgirei Rumagesan ditetapkan menjadi raja pada tahun 1915 dan diakui secara resmi oleh pemerintah Belanda. Namun kerap kali Raja Rumagesan justru memberontak dari Belanda. Pemberontakan Machmud Rumagesan diawaki dengan konflik yang menyangkut Maskapai Colijn, perusahaan penambangan minyak yang beroperasi di Kokas. Pada awal pendirian operasi di Kokas ini, sangat difasilitasi oleh Raja Rumagesan dan penduduk sekitar, sehingga perusahaan ini menyetujui ketika hasil gaji diberikan kepadanya untuk didistribusikan ke penduduk. Akan tetapi Bestuur Assistent lokal meminta Raja Rumagesan memberikan kembali uang tersebut kepadanya, namun ditolak Raja Rumagesan. Bestuur Assistent tersebut melapor ke Controleur van den Terwijk, yang kemudian terlibat dalam perkelahian dengan Raja Rumagesan. Penduduk sekitar mendukung Raja Rumagesan dan hampir membunuh van den Terwijk. Pemberontakan menjadi lebih luas sehingga pemerintahan kolonial Belanda yang berpusat di Fakfak kemudian mengirimkan pasukan. Pada akhirnya 73 warga setempat dan 5 kepala kampung ditangkap dan dijatuhi hukuman 2-10 tahun penjara. Sedangkan Raja Rumagesan sendiri dijatuhi hukuman 15 tahun penjara di Saparua, Maluku.[5] Di dalam penjara Rumagesan berhasil menulis surat meminta bantuan Muhammad Husni Thamrin anggota Volksraad saat itu. Thamrin berhasil menghadirkan kasus Rumagesan di pengadilan dimana bisa dibuktikan ia tidak bersalah sehingga dibebaskan tahun 1941. Machmud Singgirei Rumagesan sendiri kemudian terlibat dalam beberapa perlawanan Indonesia melawan Kolonial Belanda di Papua.[6][7][5]

Setelah Raja Machmud Singgirei Rumagesan mangkat, pimpinan kerajaan diwariskan kepada putranya Amir Syahdan Rumagesan.[8] Tetapi setelah Amir meninggal terjadi konflik suksesi. Sehingga Rustuty Rumagesan anak Singgirei dari putri keturunan Gowa, menjadi pemimpin. Tetapi Rustuty menolak gelar raja dan mengambil jalan tengah bergelar “Ratu Petuanan Tanah Rata Kokoda”. Rustuty menikah dengan Sri Harijanto Tjitro Soeksoro, yang merupakan bangsawan keturunan Mangkunegara III.[9] Setelah Rustuty meninggal, Pamannya Arief Rumagesan, cucu ke-lima Singgirei menjabat menjadi raja dengan gelar “Raja Petuanan Pikpik Sekar”.[10]

  1. ^ Kemungkinan Raja Kapitan Sekar Mner, keturunan yang berbeda dari Raja Kabituwar.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b "Landsdrukkerij". Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie voor 1903. Batavia: Dutch East Indies. 1903. hlm. 294. 
  2. ^ "Landsdrukkerij". Regeeringsalmanak voor Nederlandsch-Indie voor 1904. Batavia: Ter Lands-Drukkerij. 1904. hlm. 296. 
  3. ^ https://batampos.co.id/2018/01/14/mengenal-rustuty-rumagesan-satu-satunya-perempuan-yang-bertakhta-di-papua/#:~:text=Kerajaan%20Sekar%20merupakan%20satu%20di,Fak-Fak%2C%20Papua%20Barat.
  4. ^ a b c d e Usmany, Dessy Polla (2014). Kerajaan Fatagar dalam Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Fakfak Papua Barat. Yogyakarta: Kepel Press. hlm. 83–85. ISBN 978-602-1228-79-1. 
  5. ^ a b Dajoh, Marius Ramis (1957). Patriot Irian Damai (PDF). Grafica Jakarta. Diakses tanggal 2022-04-16. 
  6. ^ Patiara, John; Renwarin, Herman; Soedharto, Bondan; Palangan, M. (1983). "Sejarah Perlawanan Terhadap Imperialis dan Kolonialisme di Daerah Irian Jaya" (PDF). Kemdikbud. hlm. 42. Diakses tanggal 2021-11-03. 
  7. ^ Damarjati, Danu (2020-11-14). "Mengenal Machmud Rumagesan, Pahlawan Berjuluk 'Jago Tua dari Irian Barat'". detikcom. Diakses tanggal 2022-04-15. 
  8. ^ Sukamto, A.E. (2004). Pemetaan peran & kepentingan para aktor dalam konflik di Papua. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Riset Kompetitif Pengembangan Iptek, Sub Program Otonomi Daerah, Konflik, dan Daya Saing. hlm. 73. ISBN 978-979-3584-34-8. Diakses tanggal 2022-04-17. 
  9. ^ https://batampos.co.id/2018/01/14/mengenal-rustuty-rumagesan-satu-satunya-perempuan-yang-bertakhta-di-papua/#:~:text=Kerajaan%20Sekar%20merupakan%20satu%20di,Fak-Fak%2C%20Papua%20Barat.
  10. ^ Janur, Katharina (2020-11-10). Hida, Ramdania El, ed. "Keberanian Machmud Singgirei Rumagesan, Kobarkan Semangat Persatuan Bangsa". Liputan6.com. Diakses tanggal 2022-04-16.