Lompat ke isi

Ahalya: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Stephensuleeman (bicara | kontrib)
k ←Suntingan Relly Komaruzaman (bicara) dikembalikan ke versi terakhir oleh ChuispastonBot
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Add 1 book for Wikipedia:Pemastian (20231209)) #IABot (v2.0.9.5) (GreenC bot
 
(18 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{TMH Infobox
Dalam [[wiracarita]] [[Ramayana]], '''Ahalya''' (Sansekerta: अहल्या; ''Ahalyā'') adalah nama istri [[Resi Gautama]]. Kata Ahalya berarti "yang tidak mengalami perubahan" (awet muda, abadi). Ahalya tinggal di sebuah asrama bersama Resi Gautama. Ia memiliki wajah yang sangat cantik. Kecantikannya dapat membuat Dewa [[Indra]] terpesona.
| Nama = Ahalya
| Devanagari = अहल्या
| Image = Ahalya_Indravalokan.jpg
| Caption = Lukisan Ahalya karya [[Raja Ravi Varma]]. Pada detail pojok kanan atas, terlukis sosok Dewa [[Indra]].
| Ejaan_Sanskerta = Ahalyā
| Tokoh = ''Ramayana''
| Kitab = ''[[Ramayana]]'', ''[[Purana]]''
| Suami = [[Resi Gautama]]
| Kasta = [[brahmana]]
}}
Dalam [[wiracarita]] [[Ramayana]], '''Ahalya''' {{Sanskerta|अहल्या|Ahalyā}} atau '''Indradi''' adalah nama istri [[Resi Gautama]]. Kata Ahalya berarti "yang tidak mengalami perubahan" (awet muda, abadi).{{sfn|Wilson p100|Apte p73}}{{sfn|Apte p637|Monier-Williams p1293}} Ahalya tinggal di sebuah asrama bersama Resi Gautama. Ia memiliki wajah yang sangat cantik. Kecantikannya dapat membuat Dewa [[Indra]] terpesona.{{sfn|Söhnen-Thieme|1996|p=39}}{{sfn|Ray|2007|pp=24–25}}


== Kutukan Resi Gautama ==
== Kutukan Resi Gautama ==


Pada suatu hari, ketika [[Resi Gautama]] meninggalkan asramanya, Dewa [[Indra]] datang menyamar dan dengan bernafsu ia merayu Ahalya. Ahalya tahu siapa yang berusaha merayunya karena mata batinnya yang tajam, namun ia tertipu oleh kecantikannya sendiri, maka ia memberikan kepuasan kepada Indra. Saat Resi Gautama datang, ia terkejut karena Ahalya telah terpengaruh oleh rayuan Indra. Kemudian Resi Gautama mengutuk Ahalya agar melakukan tapa yang sangat panjang demi menebus dosanya. Agar Ahalya tidak diketahui, wujudnya diubah menjadi batu. Resi Gautama juga berkata bahwa kelak putera [[Dasarata]] dari [[Ayodhya]] akan mengunjungi asrama Resi Gautama, dimana Ahalya bertapa, dan membebaskan kutukannya. Setelah Ahalya dikutuk, Resi Gautama meninggalkan asramanya dan pergi ke [[Himalaya]] untuk bertapa.
Pada suatu hari, ketika [[Resi Gautama]] meninggalkan asramanya, Dewa [[Indra]] datang menyamar dan dengan bernafsu ia merayu Ahalya. Ahalya tahu siapa yang berusaha merayunya karena mata batinnya yang tajam, tetapi ia tertipu oleh kecantikannya sendiri, maka ia memberikan kepuasan kepada Indra.{{sfn|Doniger|1999|pp=101–102, 321–322}} Saat Resi Gautama datang, ia terkejut karena Ahalya telah terpengaruh oleh rayuan Indra. Kemudian Resi Gautama mengutuk Ahalya agar melakukan tapa yang sangat panjang demi menebus dosanya. Agar Ahalya tidak diketahui, wujudnya diubah menjadi batu. Resi Gautama juga berkata bahwa kelak putra [[Dasarata]] dari [[Ayodhya]] akan mengunjungi asrama Resi Gautama, di mana Ahalya bertapa, dan membebaskan kutukannya. Setelah Ahalya dikutuk, Resi Gautama meninggalkan asramanya dan pergi ke [[Himalaya]] untuk bertapa.


Bertahun-tahun kemudian, [[Resi]] [[Wiswamitra]] bersama [[Rama]] dan [[Laksmana]] melewati asrama Resi Gautama dalam perjalanan mereka menuju [[Mithila]]. Saat melihat asrama yang sepi tersebut, Rama bertanya mengenai asal-usul tempat itu kepada Resi Wiswamitra. Sang Resi menjelaskan bahwa tempat tersebut dikutuk karena Ahalya telah melakukan dosa, dan hanya putera [[Dasarata]]-lah yang dapat membuat Ahalya menjadi suci kembali. Setelah mendengarkan penjelasan Resi [[Wiswamitra]], [[Rama]] memasuki asrama tersebut. Begitu ia menginjakkan kakinya, kutukan yang menimpa Ahalya lenyap. Ahalya berubah kembali menjadi manusia dan keluar dari semak belukar yang telah menutupnya selama bertahuan-tahun. Wajahnya kembali muda dan bersinar-sinar. Dengan takzim, Ahalya menyambut Rama dan [[Laksmana]] bagaikan tamu agung. Setelah Rama dan Laksmana pergi untuk melanjutkan perjalanannya, [[Resi Gautama]] muncul untuk menyambut istrinya yang telah muda kembali.
Bertahun-tahun kemudian, [[Resi]] [[Wiswamitra]] bersama [[Rama]] dan [[Laksmana]] melewati asrama Resi Gautama dalam perjalanan mereka menuju [[Mithila]]. Saat melihat asrama yang sepi tersebut, Rama bertanya mengenai asal usul tempat itu kepada Resi Wiswamitra. Sang Resi menjelaskan bahwa tempat tersebut dikutuk karena Ahalya telah melakukan dosa, dan hanya putera [[Dasarata]]-lah yang dapat membuat Ahalya menjadi suci kembali. Setelah mendengarkan penjelasan Resi [[Wiswamitra]], [[Rama]] memasuki asrama tersebut. Begitu ia menginjakkan kakinya, kutukan yang menimpa Ahalya lenyap.{{sfn|Söhnen-Thieme|1996|pp=56–58}}{{sfn|Doniger|1999|pp=94, 321–322}} Ahalya berubah kembali menjadi manusia dan keluar dari semak belukar yang telah menutupnya selama bertahun-tahun. Wajahnya kembali muda dan bersinar-sinar. Dengan takzim, Ahalya menyambut Rama dan [[Laksmana]] bagaikan tamu agung. Setelah Rama dan Laksmana pergi untuk melanjutkan perjalanannya, [[Resi Gautama]] muncul untuk menyambut istrinya yang telah muda kembali.{{sfn|Bhattacharya|March–April 2004|pp=4–7}}{{sfn|Goldman|1990|pp=215–218}}


== Referensi ==
{{reflist|2}}

== Daftar pustaka ==
{{refbegin|30em}}
* {{cite book | last = Apte | first = Vaman S. | year = 2004| orig-year = 1970| title = The Student's Sanskrit-English Dictionary | publisher = [[Motilal Banarsidass|Motilal Banarsidass Publishers]] | isbn = 978-81-208-0045-8 | edition = 2nd }}
* {{cite book | last = Doniger | first = Wendy | title = Splitting the Difference: Gender and Myth in Ancient Greece and India | url = https://archive.org/details/splittingdiffere0000doni | publisher = [[University of Chicago Press]] | year = 1999 | isbn = 978-0-226-15641-5 | chapter = Indra and Ahalya, Zeus and Alcmena | author-link = Wendy Doniger}}
* {{cite book | last = Goldman | first = Robert P. | title = The Ramayana of Valmiki: Balakanda | series = The Ramayana of Valmiki: an Epic of Ancient India | volume = 1 | year = 1990 | publisher = [[Princeton University Press]] | isbn = 978-0-691-01485-2| url = https://archive.org/details/ramayanaofva01valm }}
* {{cite book | last = Monier-Williams | first = Monier | title = Monier Williams Sanskrit-English Dictionary | author-link = Monier Monier-Williams <!-- | access-date = 18 May 2011 --> | year = 2008 | orig-year = 1899 | publisher = Universität zu Köln}}
* {{cite book |last=Söhnen-Thieme |first=Renate |title=Myth and Mythmaking: Continuous Evolution in Indian Tradition |editor=Leslie, Julia |publisher=Curzon Press |year=1996 |chapter=The Ahalya Story Through the Ages |isbn = 978-0-7007-0303-6}}
* {{cite book | last = Ray | first = Pratibha | title = Revisiting the Pancha Kanyas : Proceedings of the National Seminar, [[Kolkata]], 2003 | editor = Bhattacharya, Pratip | publisher = Eastern Zonal Cultural Centre in association with Bookworks | year = 2007 | chapter = Ahalya's Voyage: From Transgression to Transcendence | author-link = Pratibha Ray | pages = 22–30}}
{{refend}}


{{ramayana}}
{{ramayana}}
Baris 12: Baris 35:
[[Kategori:Tokoh Ramayana]]
[[Kategori:Tokoh Ramayana]]
[[Kategori:Resi]]
[[Kategori:Resi]]

[[bn:অহল্যা]]
[[en:Ahalya]]
[[ja:アハリヤー]]
[[ml:അഹല്യ]]
[[mr:अहल्या]]
[[ru:Ахалья]]
[[ta:அகலிகை]]
[[te:అహల్య]]

Revisi terkini sejak 10 Desember 2023 17.49

Ahalya
अहल्या
Lukisan Ahalya karya Raja Ravi Varma. Pada detail pojok kanan atas, terlukis sosok Dewa Indra.
Lukisan Ahalya karya Raja Ravi Varma. Pada detail pojok kanan atas, terlukis sosok Dewa Indra.
Tokoh Ramayana
NamaAhalya
Ejaan Dewanagariअहल्या
Ejaan IASTAhalyā
Kitab referensiRamayana, Purana
Kastabrahmana
SuamiResi Gautama

Dalam wiracarita Ramayana, Ahalya (Dewanagari: अहल्या; ,IASTAhalyā, अहल्या) atau Indradi adalah nama istri Resi Gautama. Kata Ahalya berarti "yang tidak mengalami perubahan" (awet muda, abadi).[1][2] Ahalya tinggal di sebuah asrama bersama Resi Gautama. Ia memiliki wajah yang sangat cantik. Kecantikannya dapat membuat Dewa Indra terpesona.[3][4]

Kutukan Resi Gautama

[sunting | sunting sumber]

Pada suatu hari, ketika Resi Gautama meninggalkan asramanya, Dewa Indra datang menyamar dan dengan bernafsu ia merayu Ahalya. Ahalya tahu siapa yang berusaha merayunya karena mata batinnya yang tajam, tetapi ia tertipu oleh kecantikannya sendiri, maka ia memberikan kepuasan kepada Indra.[5] Saat Resi Gautama datang, ia terkejut karena Ahalya telah terpengaruh oleh rayuan Indra. Kemudian Resi Gautama mengutuk Ahalya agar melakukan tapa yang sangat panjang demi menebus dosanya. Agar Ahalya tidak diketahui, wujudnya diubah menjadi batu. Resi Gautama juga berkata bahwa kelak putra Dasarata dari Ayodhya akan mengunjungi asrama Resi Gautama, di mana Ahalya bertapa, dan membebaskan kutukannya. Setelah Ahalya dikutuk, Resi Gautama meninggalkan asramanya dan pergi ke Himalaya untuk bertapa.

Bertahun-tahun kemudian, Resi Wiswamitra bersama Rama dan Laksmana melewati asrama Resi Gautama dalam perjalanan mereka menuju Mithila. Saat melihat asrama yang sepi tersebut, Rama bertanya mengenai asal usul tempat itu kepada Resi Wiswamitra. Sang Resi menjelaskan bahwa tempat tersebut dikutuk karena Ahalya telah melakukan dosa, dan hanya putera Dasarata-lah yang dapat membuat Ahalya menjadi suci kembali. Setelah mendengarkan penjelasan Resi Wiswamitra, Rama memasuki asrama tersebut. Begitu ia menginjakkan kakinya, kutukan yang menimpa Ahalya lenyap.[6][7] Ahalya berubah kembali menjadi manusia dan keluar dari semak belukar yang telah menutupnya selama bertahun-tahun. Wajahnya kembali muda dan bersinar-sinar. Dengan takzim, Ahalya menyambut Rama dan Laksmana bagaikan tamu agung. Setelah Rama dan Laksmana pergi untuk melanjutkan perjalanannya, Resi Gautama muncul untuk menyambut istrinya yang telah muda kembali.[8][9]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Wilson p100 & Apte p73.
  2. ^ Apte p637 Monier-Williams p1293.
  3. ^ Söhnen-Thieme 1996, hlm. 39.
  4. ^ Ray 2007, hlm. 24–25.
  5. ^ Doniger 1999, hlm. 101–102, 321–322.
  6. ^ Söhnen-Thieme 1996, hlm. 56–58.
  7. ^ Doniger 1999, hlm. 94, 321–322.
  8. ^ Bhattacharya March–April 2004, hlm. 4–7.
  9. ^ Goldman 1990, hlm. 215–218.

Daftar pustaka

[sunting | sunting sumber]