Srawana (Ramayana)
श्रवण | |
---|---|
Tokoh Ramayana | |
Nama | Srawana |
Ejaan Dewanagari | श्रवण |
Ejaan IAST | Śravaṇa |
Kitab referensi | Ramayana |
Kasta | brahmana |
Dalam Ramayana, Srawana (Dewanagari: श्रवण; IAST: Śravaṇa ) atau Srawana Kumara (Dewanagari: श्रवणकुमार; IAST: Śravaṇakumāra ) adalah tokoh yang melambangkan dedikasi kepada orang tua. Riwayatnya muncul sekilas dalam kitab kedua Ramayana, yaitu kitab Ayodhyakanda. Srawana lahir dari kedua orang tua yang buta. Untuk membawa orang tuanya dari suatu tempat ke tempat lain, Srawana menempatkan orang tuanya pada periuk besar, kemudian kedua periuk tersebut dipikul.
Kisah dalam Ramayana
[sunting | sunting sumber]Pada suatu ketika, Raja Dasarata dari Ayodhya pergi berburu di tepi sungai Sarayu dalam keadaan remang-remang. Pada waktu itu juga Srawana sedang berada di tempat yang sama untuk mengisi kendi dengan air. Dasarata yang ceroboh mengira bahwa seekor kijang sedang meminum air. Tanpa pikir panjang, ia segera melepaskan anak panahnya karena ia memiliki kemampuan untuk memanah tanpa melihat sasaran, tetapi hanya dengan mendengar suaranya saja. Ketika anak panahnya mengenai sasaran dengan tepat, Dasarata terkejut karena tidak mendengar suara hewan yang menjerit, melainkan suara seseorang yang sedang mengaduh.
Saat Dasarata mendekati asal suara tersebut, ia melihat seorang pemuda sedang tergeletak bersimbah darah sambil mengerang kesakitan. Srawana mengenal wajah Dasarata dengan baik, tetapi ia heran karena raja yang seharusnya melindunginya kini menjadi pembunuhnya. Kemudian Srawana meminta Dasarata agar memenuhi permohonan terakhirnya, yaitu membawa sekendi air untuk kedua orang tuanya yang sedang menunggu. Dasarata memenuhi permohonan Srawana lalu menelusuri jejak Srawana sampai di sebuah asrama. Di sana ia melihat dua orang tua yang buta sedang cemas menunggu kedatangan puteranya. Dengan memberanikan diri, Dasarata memberikan air minum kepada mereka berdua. Karena Srawana tidak kunjung tiba, kedua orang tuanya menanyakan keadaan putera mereka kepada Dasarata. Lalu Dasarata menceritakan musibah yang telah menimpa Srawana dengan sejujurnya.
Setelah Dasarata menceritakan kejadian yang sebenarnya, ia memohon pengampunan dan menunggu hukuman di hadapan orang tua Srawana. Namun, kedua orang tua tersebut membisu sambil mencucurkan air mata karena mendengar musibah yang menimpa puteranya. Kemudian mereka melakukan upacara pembakaran yang layak bagi puteranya. Mereka juga hendak turut serta menyusul putera mereka ke surga. Sebelum mereka menenggelamkan diri ke dalam api pembakaran, mereka mengutuk Dasarata bahwa pada masa kejayaannya kelak, ia akan meninggal dalam kesedihan karena berpisah dengan putera yang paling diharapkannya dan paling dicintainya.
Beberapa tahun kemudian, kutukan yang ditimpa kepada Dasarata menjadi kenyataan. Ia wafat dalam kesedihan karena berpisah dengan Rama, putera yang paling diharapkannya sebagai raja.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]