Lompat ke isi

Lokomotif B22: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Taylorbot (bicara | kontrib)
sesudah pemindahan | t=659 su=66 in=75 at=66 -- only 82 edits left of totally 149 possible edits | edr/ovr=000/000 | clean up (3) : tab&trailspc&reduceol&killreddot & {{Daftar Kereta Api}}--(ci=3,0x)-->{{Daftar KA penumpang Indonesia}} & {{DaftarKeretaApi}}--(ci=3,1x)-->{{Daftar KA penumpang Indonesia}} | "arKeretaApi}} {{" -> "r KA penumpang I"
RaFaDa20631 (bicara | kontrib)
k Removing from Category:Lokomotif using Cat-a-lot
 
(21 revisi perantara oleh 15 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Lokomotif
{{Infobox Lokomotif
|image=B22 09.jpg
|image=Lokomotif B22.jpg
|caption=Lokomotif B2209 di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
|caption='''B22'''
|powertype=[[Uap]]
|powertype=[[Uap]]
|serialnumber=[[B22]]
|serialnumber=B22
|fueltype=Kayu / batubara
|fueltype=Kayu/Batubara
|gauge=1.067 mm
|gauge=1.067 mm
|builder=Hartmann, [[Jerman]]
|builder=Hartmann, [[Jerman]]
|buildmodel=
|buildmodel=
|builddate=1989 – 1901
|builddate=1898–1901
|totalproduction=20 unit
|totalproduction=20 unit
||whytetype=0-4-2
||whytetype=0-4-2
Baris 22: Baris 22:
|minimumcurve=
|minimumcurve=
|poweroutput=
|poweroutput=
|topspeed=55 km/h
|topspeed=60 km/h
|notes=
|notes=
}}
}}


[[Berkas:DKA B22 (B 22 20 A).jpg|jmpl|Lokomotif B2220 di [[Museum Kereta Api Ambarawa]], 1991.]]
Selain kaya dengan sumber daya alam, seperti [[jati|kayu jati]], kawasan pantai utara [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]] juga terdapat [[minyak bumi]] dan [[gas alam|gas bumi]], baik di [[Cepu, Blora|Cepu]] ([[Jawa Tengah]]) maupun di [[Kabupaten Bojonegoro|Bojonegoro]] ([[Jawa Timur]]). Untuk mendukung percepatan arus perdagangan hasil bumi dan hasil [[industri]] [[perkebunan]] kemudian dibangun [[jalan rel]]. Setelah perusahaan kereta api swasta [[Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij]] (NIS) berhasil membangun jalur kereta api rute [[Kota Semarang|Semarang]] [[Gundih]] - [[Kota Surakarta|Solo]] [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] (166 km) pada tahun 1867 – 1872, NIS kemudian melanjutkan pembangunan jalur kereta api rute [[Kota Surabaya|Surabaya]] [[Pasar Turi]] – Babat (69 km) selesai dibangun pada tahun 1900, rute Babat [[Kabupaten Bojonegoro|Bojonegoro]] [[Cepu, Blora|Cepu]] (72 km) selesai dibangun pada tahun 1903 dan rute Gundih – Gambringan – [[Cepu, Blora|Cepu]] (89 km) selesai dibangun pada tahun 1902. Jalur kereta api ini telah menjadi jalur perdagangan penting, yaitu lembah Bengawa Solo yang terletak di [[Jawa Timur]] bagian utara. NIS mendatangkan lokomotif uap [[B22|B 22]] dari pabrik Hartmann ([[Jerman]]) sebanyak 20 unit lokomotif pada tahun 1989 – 1901. Lokomotif ini dipergunakan untuk menarik rangkaian kereta yang mengangkut hasil bumi, hasil perkebunan, hasil tambang atau penumpang.


'''Lokomotif B22''' adalah lokomotif yang memiliki panjang 7850mm dan berat 25,1 ton. Lokomotif B22 dapat melaju hingga kecepatan 55&nbsp;km/jam. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara. Lokomotif ini memiliki dua roda penggerak (susunan roda 0-4-2T) dengan dua silinder compound. Pada lokomotif uap dengan dua silinder compound, uap dari silinder tekanan tinggi disalurkan ke silinder tekanan rendah yang lebih besar volumenya dari silinder tekanan tinggi (agar uap dapat berkembang memuai lebih lanjut dan menghasilkan tenaga penggerak lagi). Baru dari silinder tekanan rendah uap yang sudah terpakai dibuang melalui cerobong. Meskipun lokomotif uap dengan dua silinder compound dapat memberikan efisiensi yang lebih tinggi namun perawatannya lebih rumit. Setelah ditemukannya superheater maka jenis lokomotif uap seperti ini tidak pernah dibuat lagi.<ref>{{cite book |last1=Bagus Prayogo |first1=Yoga |author-link1= |last2=Yohanes Sapto |first2=Prabowo |author-link2= |last3=Radityo |first3=Diaz|date=2017 |title=Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. |url= |location=Yogyakarta |publisher=Jogja Bangkit Publisher |page=42|isbn=978-602-0818-55-9 |author-link=}}</ref>
Setelah [[Perang Dunia II]] berakhir, 1 unit lokomotif [[B22|B 22]] dipindah dari [[Jawa]] ke [[Sumatera Selatan]] dan sisanya tersebar di [[Kota Surakarta|Solo]], [[Gundih]], [[Kudus]] dan [[Purwodadi]].


Selain kaya dengan sumber daya alam, seperti [[jati|kayu jati]], kawasan pantai utara [[Jawa Tengah]] dan [[Jawa Timur]] juga terdapat [[minyak bumi]] dan [[gas alam|gas bumi]], baik di [[Cepu, Blora|Cepu]] ([[Jawa Tengah]]) maupun di [[Kabupaten Bojonegoro|Bojonegoro]] ([[Jawa Timur]]). Untuk mendukung percepatan arus perdagangan hasil bumi dan hasil [[industri]] [[perkebunan]] kemudian dibangun [[jalan rel]]. Setelah perusahaan kereta api swasta [[Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij]] (NIS) berhasil membangun jalur kereta api rute [[Semarang]]–[[Gundih]]-[[Surakarta]]–[[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] (166&nbsp;km) pada tahun 1867–1872, NIS kemudian melanjutkan pembangunan jalur kereta api rute [[Stasiun Surabaya Pasarturi|Surabaya Pasarturi]][[Stasiun Babat|Babat]] (69&nbsp;km) selesai dibangun pada tahun 1900, rute [[Stasiun Babat|Babat]]–[[Stasiun Bojonegoro|Bojonegoro]]–[[Stasiun Cepu|Cepu]] (72&nbsp;km) selesai dibangun pada tahun 1903 dan rute Gundih–Gambringan–Cepu (89&nbsp;km) selesai dibangun pada tahun 1902. Jalur kereta api ini telah menjadi jalur perdagangan penting, yaitu lembah Bengawa Solo yang terletak di [[Jawa Timur]] bagian utara. NIS mendatangkan lokomotif uap B22 dari pabrik Hartmann ([[Jerman]]) sebanyak 20 unit lokomotif pada tahun 1889–1901. Lokomotif ini dipergunakan untuk menarik rangkaian kereta yang mengangkut hasil bumi, hasil perkebunan, hasil tambang atau penumpang.
Lokomotif ini memiliki dua roda penggerak (susunan roda 0-4-2T) dengan dua silinder compound. Pada lokomotif uap dengan dua silinder compound, uap dari silinder tekanan tinggi disalurkan ke silinder tekanan rendah yang lebih besar volumenya dari silinder tekanan tinggi (agar uap dapat berkembang memuai lebih lanjut dan menghasilkan tenaga penggerak lagi). Baru dari silinder tekanan rendah uap yang sudah terpakai dibuang melalui cerobong. Meskipun lokomotif uap dengan dua silinder compound dapat memberikan efisiensi yang lebih tinggi namun perawatannya lebih rumit. Setelah ditemukannya superheater maka jenis lokomotif uap seperti ini tidak pernah dibuat lagi.


Setelah [[Perang Dunia II]] berakhir, 1 unit lokomotif B22 dipindah dari [[Jawa]] ke [[Sumatera Selatan]] dan sisanya tersebar di [[Surakarta|Solo]], [[Gundih]], [[Kudus]] dan [[Purwodadi]].
Lokomotif [[B22|B 22]] memiliki panjang 7850 mm dan berat 25,1 ton. Lokomotif [[B22|B 22]] dapat melaju hingga kecepatan 55 km/jam. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara.


Dari 20 unit lokomotif [[B22|B 22]], saat ini tersisa 3 unit B 22, yaitu B 22 07, B 22 09 dan B 22 20. B 22 07 (mulai operasional tahun 1898) di [[Bumi Perkemahan Cibubu]]r ([[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]), B 22 09 (mulai operasional tahun 1898) dipajang di [[Museum Transportasi]] [[Taman Mini Indonesia Indah]] (Jakarta) dan B 22 20 (mulai operasional tahun 1900) dipajang di [[Museum Kereta Api Ambarawa|Museum KA Ambarawa]] ([[Jawa Tengah]]).
Dari 20 unit lokomotif B22, saat ini tersisa 3 unit B22, yaitu B22 7, B2209 dan B2220. B2207 (mulai beroperasi tahun 1898) di [[Bumi Perkemahan Cibubu]]r ([[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]), B2209 (mulai beroperasi tahun 1898) dipajang di [[Museum Transportasi]] [[Taman Mini Indonesia Indah]] (Jakarta) dan B2220 (mulai beroperasi tahun 1900) dipajang di [[Museum Kereta Api Ambarawa|Museum KA Ambarawa]] ([[Jawa Tengah]]).


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
* [[Depot lokomotif|Dipo lokomotif]]
* [[Depot lokomotif]]
* [[Diesel elektrik]]
* [[Diesel elektrik]]
* [[Industri Kereta Api (perusahaan)|Industri Kereta Api]] [[Kota Madiun|Madiun]]
* [[Industri Kereta Api Madiun]]
* [[Daftar kecelakaan kereta api di Indonesia]]
* [[Daftar kecelakaan kereta api di Indonesia]]
* [[Kereta Api Indonesia]]
* [[Kereta Api Indonesia]]
* [[Kereta api ringan]]
* [[Kereta api ringan]]


== Pranala luar ==
== Daftar Referensi ==
{{reflist}}
* {{id}} [http://rel-keretaapi.blogspot.com/2008/07/data-teknik-lokomotif-bb-203.html Data teknik lokomotif BB 203]
* {{id}} [http://www.semboyan35.com/showthread.php?tid=259 Daftar lokomotif BB 203 yang diubah menjadi CC 201]
* {{id}} [http://www.gm-marka.web.id/f22/data-persebaran-lokomotif-diesel-elektrik-dan-diesel-hidraulik-336.html/ Alokasi Lokomotif PT. KAI di Indonesia Saat Ini]
* {{id}} [http://www.kereta-api.co.id/ Situs web resmi PT Kereta Api Indonesia (Persero)]


{{Daftar lokomotif Indonesia}}
{{DaftarLokomotifIndonesia}}
{{Daftar KA penumpang Indonesia}}
{{Daftar KA penumpang Indonesia}}
{{commonscat|PT Kereta Api}}
{{commonscat|PT Kereta Api}}


[[Kategori:lokomotif uap di Indonesia]]
{{lokomotif-stub}}
{{lokomotif-stub}}

[[Kategori:Lokomotif]]
[[Kategori:Transportasi rel di Indonesia]]

Revisi terkini sejak 5 Januari 2024 14.01

Lokomotif B22
Lokomotif B22
Lokomotif B2209 di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII).
Data teknis
Sumber tenagaUap
ProdusenHartmann, Jerman
Nomor seriB22
Tanggal dibuat1898–1901
Jumlah dibuat20 unit
Spesifikasi roda
Notasi Whyte0-4-2
Susunan roda AARB-1
Klasifikasi UICB1
Dimensi
Lebar sepur1.067 mm
Panjang7.850 mm
Berat
Berat kosong25,1 ton
Bahan bakar
Jenis bahan bakarKayu/Batubara
Sistem mesin
Kinerja
Kecepatan maksimum60 km/h
Lain-lain


Lokomotif B2220 di Museum Kereta Api Ambarawa, 1991.

Lokomotif B22 adalah lokomotif yang memiliki panjang 7850mm dan berat 25,1 ton. Lokomotif B22 dapat melaju hingga kecepatan 55 km/jam. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar kayu jati atau batubara. Lokomotif ini memiliki dua roda penggerak (susunan roda 0-4-2T) dengan dua silinder compound. Pada lokomotif uap dengan dua silinder compound, uap dari silinder tekanan tinggi disalurkan ke silinder tekanan rendah yang lebih besar volumenya dari silinder tekanan tinggi (agar uap dapat berkembang memuai lebih lanjut dan menghasilkan tenaga penggerak lagi). Baru dari silinder tekanan rendah uap yang sudah terpakai dibuang melalui cerobong. Meskipun lokomotif uap dengan dua silinder compound dapat memberikan efisiensi yang lebih tinggi namun perawatannya lebih rumit. Setelah ditemukannya superheater maka jenis lokomotif uap seperti ini tidak pernah dibuat lagi.[1]

Selain kaya dengan sumber daya alam, seperti kayu jati, kawasan pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur juga terdapat minyak bumi dan gas bumi, baik di Cepu (Jawa Tengah) maupun di Bojonegoro (Jawa Timur). Untuk mendukung percepatan arus perdagangan hasil bumi dan hasil industri perkebunan kemudian dibangun jalan rel. Setelah perusahaan kereta api swasta Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) berhasil membangun jalur kereta api rute SemarangGundih-SurakartaYogyakarta (166 km) pada tahun 1867–1872, NIS kemudian melanjutkan pembangunan jalur kereta api rute Surabaya PasarturiBabat (69 km) selesai dibangun pada tahun 1900, rute BabatBojonegoroCepu (72 km) selesai dibangun pada tahun 1903 dan rute Gundih–Gambringan–Cepu (89 km) selesai dibangun pada tahun 1902. Jalur kereta api ini telah menjadi jalur perdagangan penting, yaitu lembah Bengawa Solo yang terletak di Jawa Timur bagian utara. NIS mendatangkan lokomotif uap B22 dari pabrik Hartmann (Jerman) sebanyak 20 unit lokomotif pada tahun 1889–1901. Lokomotif ini dipergunakan untuk menarik rangkaian kereta yang mengangkut hasil bumi, hasil perkebunan, hasil tambang atau penumpang.

Setelah Perang Dunia II berakhir, 1 unit lokomotif B22 dipindah dari Jawa ke Sumatera Selatan dan sisanya tersebar di Solo, Gundih, Kudus dan Purwodadi.

Dari 20 unit lokomotif B22, saat ini tersisa 3 unit B22, yaitu B22 7, B2209 dan B2220. B2207 (mulai beroperasi tahun 1898) di Bumi Perkemahan Cibubur (Jakarta), B2209 (mulai beroperasi tahun 1898) dipajang di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (Jakarta) dan B2220 (mulai beroperasi tahun 1900) dipajang di Museum KA Ambarawa (Jawa Tengah).

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Daftar Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Bagus Prayogo, Yoga; Yohanes Sapto, Prabowo; Radityo, Diaz (2017). Kereta Api di Indonesia. Sejarah Lokomotif di Indonesia. Yogyakarta: Jogja Bangkit Publisher. hlm. 42. ISBN 978-602-0818-55-9.