Lompat ke isi

Melek aksara: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: Perubahan kosmetika
k Membatalkan 1 suntingan oleh Thesillent (bicara) ke revisi terakhir oleh Corong Pisah(Tw)
Tag: Pembatalan
 
(3 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Analfabetismo2013unesco.png|ka|jmpl|Tingkat melek aksara menurut negara (2013)]]
[[Berkas:Analfabetismo2013unesco.png|ka|jmpl|Tingkat melek aksara menurut negara (2013)]]
[[Berkas:World illiteracy 1970-2010.svg|jmpl|Tingkat buta aksara menurun sejak 1970]]
[[Berkas:World illiteracy 1970-2010.svg|jmpl|Tingkat buta aksara menurun sejak 1970]]
'''Melek aksara''' (juga disebut dengan '''melek huruf''') adalah kemampuan membaca dan menulis.<ref>KBBI edisi ketiga tahun 2005. Diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka.</ref> Lawan kata "melek aksara" adalah ''buta huruf'' atau ''tuna aksara'', di mana ketidakmampuan membaca dan menulis ini masih menjadi masalah, terutama di negara-negara [[Asia Selatan]], [[Timur Tengah]], dan [[Afrika]] (40% sampai 50%). [[Asia Timur]] dan [[Amerika Selatan]] memiliki tingkat buta huruf sekitar 10% sampai 15%. Biasanya, tingkat melek aksara dihitung dari persentase populasi dewasa yang mampu membaca dan menulis.
'''Melek aksara''' (juga disebut dengan '''melek huruf''') adalah kemampuan [[membaca]] dan menulis.<ref>KBBI edisi ketiga tahun 2005. Diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka.</ref> Lawan kata "melek aksara" adalah ''buta huruf'' atau ''tuna aksara'', di mana ketidakmampuan membaca dan menulis ini masih menjadi masalah, terutama di negara-negara [[Asia Selatan]], [[Timur Tengah]], dan [[Afrika]] (40% sampai 50%). [[Asia Timur]] dan [[Amerika Selatan]] memiliki tingkat buta huruf sekitar 10% sampai 15%. Biasanya, tingkat melek aksara dihitung dari persentase populasi dewasa yang mampu membaca dan menulis.


Melek aksara juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan, mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, dan berbicara. Dalam perkembangan modern kata ini lalu diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut.
Melek aksara juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan, mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, dan berbicara. Dalam perkembangan modern kata ini lalu diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk ber[[komunikasi]] dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut.


Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan ([[UNESCO]]) memiliki definisi sebagai berikut:
Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan ([[UNESCO]]) memiliki definisi sebagai berikut:
Baris 10: Baris 10:
Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya, di mana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.
Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya, di mana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.


Banyak analis kebijakan menganggap angka melek aksara adalah tolak ukur penting dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia di suatu daerah. Hal ini didasarkan pada pemikiran yang berdalih bahwa melatih orang yang mampu baca-tulis jauh lebih murah daripada melatih orang yang buta aksara, dan umumnya orang-orang yang mampu baca-tulis memiliki status sosial ekonomi, kesehatan, dan prospek meraih peluang kerja yang lebih baik. Argumentasi para analis kebijakan ini juga menganggap kemampuan baca-tulis juga berarti peningkatan peluang kerja dan akses yang lebih luas pada pendidikan yang lebih tinggi.
Banyak analis kebijakan menganggap angka melek aksara adalah tolak ukur penting dalam mempertimbangkan kemampuan [[sumber daya manusia]] di suatu daerah. Hal ini didasarkan pada pemikiran yang berdalih bahwa melatih orang yang mampu baca-tulis jauh lebih murah daripada melatih orang yang buta aksara, dan umumnya orang-orang yang mampu baca-tulis memiliki [[Status sosial|status]] sosial ekonomi, kesehatan, dan prospek meraih peluang kerja yang lebih baik. Argumentasi para analis kebijakan ini juga menganggap kemampuan baca-tulis juga berarti peningkatan peluang kerja dan akses yang lebih luas pada pendidikan yang lebih tinggi.


Sebagai contoh di Kerala, [[India]], tingkat kematian wanita dan anak-anak menurun drastis pada tahun 1960an, saat anak-anak gadis terdidik di saat reformasi pendidikan setelah tahun 1948 mulai berkeluarga. Walaupun begitu riset terbaru beragumentasi bahwa hasil yang didapat di atas mungkin lebih banyak disumbangkan sebagai hasil dari disekolahkannya anak-anak tersebut dibandingkan dari kemampuan baca-tulisnya saja. Walaupun begitu, di seluruh dunia fokus dari sistem pendidikan tetap merupakan konsep-konsep yang meliputi komunikasi melalui teks dan media cetak, dan hal ini masih merupakan dasar dari definisi melek aksara.
Sebagai contoh di Kerala, [[India]], tingkat kematian wanita dan anak-anak menurun drastis pada tahun 1960an, saat anak-anak gadis terdidik di saat reformasi pendidikan setelah tahun 1948 mulai berkeluarga. Walaupun begitu riset terbaru beragumentasi bahwa hasil yang didapat di atas mungkin lebih banyak disumbangkan sebagai hasil dari disekolahkannya [[Anak|anak-anak]] tersebut dibandingkan dari kemampuan baca-tulisnya saja. Walaupun begitu, di seluruh dunia fokus dari sistem pendidikan tetap merupakan konsep-konsep yang meliputi komunikasi melalui teks dan media cetak, dan hal ini masih merupakan dasar dari definisi melek aksara.


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 21: Baris 21:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.indonesianhistory.info/map/adultlit1990.html?zoomview=1 Digital Atlas - Adult literacy in Indonesia, 1990 ]
* [http://www.indonesianhistory.info/map/adultlit1990.html?zoomview=1 Digital Atlas - Adult literacy in Indonesia, 1990 ] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20121221002638/http://www.indonesianhistory.info/map/adultlit1990.html?zoomview=1 |date=2012-12-21 }}


[[Kategori:Keahlian manusia]]
[[Kategori:Keahlian manusia]]
[[Kategori:Pengetahuan]]
[[Kategori:Pengetahuan]]
[[Kategori:Sosioekonomi]]
[[Kategori:Sosioekonomi]]
[[Kategori:Membaca]]

Revisi terkini sejak 10 Januari 2024 08.43

Tingkat melek aksara menurut negara (2013)
Tingkat buta aksara menurun sejak 1970

Melek aksara (juga disebut dengan melek huruf) adalah kemampuan membaca dan menulis.[1] Lawan kata "melek aksara" adalah buta huruf atau tuna aksara, di mana ketidakmampuan membaca dan menulis ini masih menjadi masalah, terutama di negara-negara Asia Selatan, Timur Tengah, dan Afrika (40% sampai 50%). Asia Timur dan Amerika Selatan memiliki tingkat buta huruf sekitar 10% sampai 15%. Biasanya, tingkat melek aksara dihitung dari persentase populasi dewasa yang mampu membaca dan menulis.

Melek aksara juga dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan bahasa dan menggunakannya untuk mengerti sebuah bacaan, mendengarkan perkataan, mengungkapkannya dalam bentuk tulisan, dan berbicara. Dalam perkembangan modern kata ini lalu diartikan sebagai kemampuan untuk membaca dan menulis pada tingkat yang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain, atau dalam taraf bahwa seseorang dapat menyampaikan idenya dalam masyarakat yang mampu baca-tulis, sehingga dapat menjadi bagian dari masyarakat tersebut.

Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) memiliki definisi sebagai berikut:

Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya, di mana hal ini berkaitan langsung bagaimana seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.

Banyak analis kebijakan menganggap angka melek aksara adalah tolak ukur penting dalam mempertimbangkan kemampuan sumber daya manusia di suatu daerah. Hal ini didasarkan pada pemikiran yang berdalih bahwa melatih orang yang mampu baca-tulis jauh lebih murah daripada melatih orang yang buta aksara, dan umumnya orang-orang yang mampu baca-tulis memiliki status sosial ekonomi, kesehatan, dan prospek meraih peluang kerja yang lebih baik. Argumentasi para analis kebijakan ini juga menganggap kemampuan baca-tulis juga berarti peningkatan peluang kerja dan akses yang lebih luas pada pendidikan yang lebih tinggi.

Sebagai contoh di Kerala, India, tingkat kematian wanita dan anak-anak menurun drastis pada tahun 1960an, saat anak-anak gadis terdidik di saat reformasi pendidikan setelah tahun 1948 mulai berkeluarga. Walaupun begitu riset terbaru beragumentasi bahwa hasil yang didapat di atas mungkin lebih banyak disumbangkan sebagai hasil dari disekolahkannya anak-anak tersebut dibandingkan dari kemampuan baca-tulisnya saja. Walaupun begitu, di seluruh dunia fokus dari sistem pendidikan tetap merupakan konsep-konsep yang meliputi komunikasi melalui teks dan media cetak, dan hal ini masih merupakan dasar dari definisi melek aksara.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ KBBI edisi ketiga tahun 2005. Diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional, Balai Pustaka.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]