Lompat ke isi

Asmuni (ulama): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Ilham Mufti Laksono memindahkan halaman KH. Asmuni ke Asmuni (ulama): Karena mengikuti kaidah penulisan artikel tokoh di Wikipedia
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(25 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox tokoh}}
<u>'''<big>Pengenalan</big>'''</u>[[Berkas:Guru Danau.jpg|jmpl|KH Asmuni Saat Ceramah
'''K.H. Asmuni bin H. Masuni''' (meninggal pada 2 Februari 2024) adalah seorang ulama yang berasal dari [[Danau Panggang, Hulu Sungai Utara|Danau Panggang]], [[Kabupaten Hulu Sungai Utara|Hulu Sungai Utara]], [[Kalimantan Selatan]]. Bagi para jamaahnya, dia sering disapa "'''Guru Danau'''" karena dia memiliki majelis taklim di daerahnya, yaitu Danau Panggang.<ref name=":0">{{Cite web|last=Akbar|first=Muhammad|date=2 Februari 2024|title=Asal Mula KH Asmuni Disebut Guru Danau, Begini Ceritanya|url=https://radarbanjarmasin.jawapos.com/ragam-info/1974079174/asal-mula-kh-asmuni-disebut-guru-danau-begini-ceritanya|website=Radar Banjarmasin|access-date=3 Februari 2024}}</ref><ref name=":12">{{Cite book|last=Tim MUI Kalsel|last2=Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin|date=2019|title=Ulama Banjar dari Masa ke Masa (Edisi Revisi)|location=Banjarmasin|publisher=Antasari Press|isbn=9786237665052|url-status=live}}</ref>


== Kelahiran ==
Lahir: 1955
Guru Danau dilahirkan pada tahun 50-an di Danau Panggang. Ada yang menulis tahun 1951, tahun 1955, dan adapula yang menulis tahun 1957 sebagai tahun kelahirannya<ref name=":12" />. Sewaktu kecil, dia bernama Zarkasyi. Lalu, namanya berganti menjadi Asmuni oleh seorang Habib yang bernama Habib Salim. Nama Asmuni berarti "berharga", dimana dia hidup di lingkungan keluarga yang sederhana dan taat beragama.<ref name=":0" />


Ayahnya bernama Haji Masuni yang berasal dari daerah Danau Panggang dan ibunya bernama Hajjah Masjubah yang berasal dari suku [[Suku Dayak Bakumpai|Dayak Bakumpai]] di Marabahan yang pindah ke Danau Panggang. Dari garis ibunya, Guru Danau merupakan keturunan [[Muhammad Arsyad al-Banjari|Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari]] melalui [[Abdussamad|Datu Tuan Guru Haji Abdussamad]]. Dari hasil pernikahannya, mereka dikaruniai delapan orang anak, dimana Guru Danau merupakan anak yang ketiga.<ref name=":0" /><ref name=":12" />
Danau Panggang. HSU


== Pendidikan ==
Wafat: 2 Febuari 2024 (69th) Danau Panggang. HSU
Meskipun orang tuanya bekerja sebagai buruh kapal atau buruh angkut dengan pendapatan yang pas-pasan, karena memiliki kehidupan yang sederhana dan taat beragama, mereka mampu membiayai pendidikan Guru Danau hingga belajar ke daerah [[Martapura, Banjar|Martapura]] dan [[Jawa|Pulau Jawa]].<ref name=":0" />


Guru Danau menempuh pendidikan tingkat dasar atau ''ibtidaiah'' sampai tahun 1971 dan menengah atau ''tsanawiyah'' sampai tahun 1974 di Pesantren Mu’alimin Danau Panggang. Setelah itu, sampai tahun 1977, dia meneruskan studinya di tingkat ''aliyah/ulya'' atau atas di [[Pondok Pesantren Darussalam Martapura]]. Selama belajar di Pesantren Darussalam, Guru Danau juga belajar dengan sejumlah ulama di wilayah Martapura, diantaranya adalah Tuan Guru [[Seman Mulia|Semman Mulya]], Tuan Guru Royani dan Tuan Guru [[Muhammad Zaini Abdul Ghani|Muhammad Zaini bin Abdul Ghani]] atau Guru Sekumpul. Bahkan setelah memilik pengajian dan pesantren sendiri, secara rutin Guru Danau tetap mengikuti pengajian Guru Sekumpul di Martapura baik ketika masih di Keraton (Musala Darul Aman) maupun setelah pindah ke Sekumpul ([[Masjid Ar-Raudhah Sekumpul|Musala Ar-Raudhah]]) sampai sang guru meninggal dunia pada tahun 2005.<ref name=":12" />
]]
'''KH Asmuni Bin H Masuni''' (Lahir Di [[Danau Panggang, Hulu Sungai Utara|Danau Panggang]] Tahun 1955M (1374H) - Meninggal Di Danau Panggang Tanggal 2 Febuari 2024 Di Umur 69 Tahun) Adalah Seorang [[Ulama Banjar]] Yang Cukup Terkenal Di Indonesia Karena Ia Pernah Berkunjung Ke Jawa Nama Beliau Di Abadikan Di Sebuah Masjid Yaitu Masjid Guru Danau


Setelah menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam, Guru Danau sempat pulang ke kampung halamannya. Namun pada tahun 1978, atas anjuran Guru Sekumpul, dia berangkat ke [[Bangil, Pasuruan|Bangil]], [[Kabupaten Pasuruan|Pasuruan]], [[Jawa Timur]] untuk memperoleh bimbingan spiritual (suluk) dan belajar secara khusus kepada [[Muhammad Syarwani Abdan Al-Banjari|Kyai Haji Muhammad Syarwani Abdan]], seorang ulama keturunan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang mendirikan Pondok Pesantren Datuk Kalampayan di sana selama beberapa waktu.<ref name=":12" />
'''<big>Riwayat</big>'''
----Guru Danau dilahirkan pada tahun [[1955]] Ayahnya bernama Haji Masuni dan ibunya bernama Hajjah Masjubah. Dia merupakan anak ketiga dari delapan bersaudara. Ayahnya berasal dari daerah [[Danau Panggang, Hulu Sungai Utara|Danau Panggang]] sedang ibunya berasal dari daerah Marabahan yang pindah ke [[Danau Panggang, Danau Panggang, Hulu Sungai Utara|Danau Panggang]].


Selain ke Bangil, Guru Danau juga berkunjung ke sejumlah wilayah di Pulau Jawa seperti [[Kota Pasuruan|Pasuruan]], [[Kabupaten Jember|Jember]], [[Malang Raya|Malang]], [[Kabupaten Wonosobo|Wonosobo]], [[Purwokerto (kota)|Purwokerto]], [[Kota Surakarta|Surakarta]], dan [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] untuk memperoleh keberkahan ilmu, amalan dan tarekat tertentu dari beberapa menemui ulama dan habaib yang ada di sana, seperti [[Abdul Hamid Pasuruan|K.H. Abdul Hamid Pasuruan]], [[Sholeh bin Muhsin al-Hamid Tanggul|Habib Sholeh al-Hamid Jember]], Mbah Malik Purwokerto, Kyai Syakur Wonosobo, [[Abdullah Bilfaqih|Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang]], [[Anis bin Alwi al-Habsyi|Habib Anis al-Habsyi Solo]], Habib Ahmad Bafaqih Tempel Yogyakarta, dan lain-lain.<ref name=":12" /> Bahkan sewaktu Guru Dananu berkunjung ke Wonosobo, dia bersama [[Muhammad Luthfi bin Yahya|Habib Lutfi Pekalongan]] untuk mengambil [[Tarekat Naqsyabandiyah|tarikat Naqsyabandiyah]] dari tokoh habaib di sana.<ref name=":0" />
Guru Danau hidup di lingkungan keluarga yang sederhana dan taat beragama. Orang tuanya dahulu bekerja sebagai buruh kapal atau buruh angkut dengan pendapatan yang pas-pasan. Pendapatan yang pas-pasan itu tidak menghalangi semangat orangtuanya untuk membiayai pendidikan anaknya.


== Perjalanan Dakwah ==
Guru Danau menempuh pendidikan tingkat dasar di Madrasah Ibtidaiah di lingkungan Pesantren Mu’alimin Danau Panggang dan Madrasah Tsanawiyah Pesantren Mu’alimin Danau Panggang. Setelah itu dia meneruskan studinya di tingkat atas (aliyah/ulya) di Pesantren Darussalam Martapura. Selama belajar di Pesantren Darussalam, Guru Danau juga belajar dengan sejumlah ulama berpengaruh (tuan guru) yang bertebaran di wilayah Martapura, diantaranya adalah Tuan Guru [[Semman Mulya]], [[Tuan Guru Royanidan]] Tuan Guru [[Muhammad Zaini Abdul Ghani|Muhammad Zaini bin Abdul Ghani]] atau Guru Ijai. Bahkan setelah memilik pengajian dan pesantren sendiri, secara rutin Guru Danautetap mengikuti pengajian Guru Ijai di Martapura baik ketika masih di Keraton (Langgar Darul Aman) maupun setelah pindah ke Sekumpul ([[Masjid Ar-Raudhah Sekumpul|Langgar Arraudah]]). Guru Danau terus mengikuti pengajian Guru Ijai sampai sang guru meninggal dunia pada tahun 2005.


=== Membuka pengajian di Bitin ===
Setelah tamat di pesantren Darussalam, Guru Danau sempat pulang ke kampung halamannya. Tidak lama kemudian, pada tahun 1978, atas anjuran Guru Ijai dia kembali belajar di Pesantren Datuk Kalampaian Bangil di Jawa Timur. Di sini dia belajar dengan ulama Kharismatik keturunan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, yaitu Kyai Haji Muhammad Syarwani Abdan (w. 1989). Dengan ulama besar ini, Guru Danau mendapat bimbingan spiritual (suluk) dan belajar secara khusus dengan Guru Bangil dalam waktu tertentu.
Pada tahun 1980-an, Guru Danau ingin membuka pengajian, sehingga dia meminta izin kepada gurunya, yaitu Guru Sekumpul. Sewaktu Guru Danau meminta izin, Guru Sekumpul berpesan bahwa dalam menjalankan pengajian tidak boleh ''bapintaan'' (meminta uang dari masyarakat) dan harus memakai ''halat'' (dinding yang membedakan laki-laki dan perempuan). Selain itu, gurunya berpesan agar harus memiliki kemandirian finansial sehingga dapat berkonsentrasi pada mengajar dan berdakwah tanpa mengharapkan imbalan finansial.<ref name=":12" />


Atas izin gurunya, pada tahun 1980, Guru Danau membuka pengajian di rumahnya di sekitar pasar di [[Bitin, Danau Panggang, Hulu Sungai Utara|Desa Bitin]], Danau Panggang setiap Sabtu malam. Kemudian, pada tahun 1981, dia kembali mengajar di kampung halamannya sendiri, [[Danau Panggang, Danau Panggang, Hulu Sungai Utara|Danau Panggang]] setiap Senin Malam, tepatnya di Musala Darul Aman (nama yang sama dengan Langgar Darul Aman tempat Guru Sekumpul mengajar di [[Keraton, Martapura, Banjar|Keraton, Martapura]]) yang berada di samping rumahnya. Awalnya, jamaah pengajian di Bitin dan Danau Panggang tidak banyak. Namun seiring dengan berjalannya waktu, jumlahnya semakin meningkat hingga mencapai ribuan orang, sehingga menempati teras dan halaman rumah penduduk sekitar. Bahkan, ada yang duduk berbaris di pinggir-pinggir jalan hingga mencapai beberapa kilometer.<ref name=":12" />
Selain ke Bangil, Guru Danau juga berkunjung kesejumlah wilayah di Pulau Jawa seperti Pasuruan, Jember, Malang, Wonosobo, Purwokerto, Solo, dan Yogyakarta menemui ulama dan habaib yang ada di sana. Di antara ulama atau haba`ib yang beliau datangi adalah KH. Hamid Pasuruan, Habib Saleh al-Hamid Jember, Mbah Malik Purwokerto, Kyai Syakur Wonosobo, Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang, Habib Anis al-Habsyi Solo, Habib Ahmad Bafaqih Tempel Yogyakarta. Dengan ulama dan haba`ib ini, Guru Danau belajar sejumlah ilmu, amalan dan mengambil tarekat tertentu. Kegiatan bersilaturahmi dan belajar singkat dengan sejumlah ulama dan haba`ib di Jawa ini dilakukan oleh Guru Danau untuk mendapat berkah ilmu dengan bertemu dan belajar kepada mereka.


=== Membangun pondok pesantren ===
Pada tahun 1980, Guru Danau menikah dengan Hj. Jamilah binti Maskur yang berasal dari Bitin. Dari perkawinannya itu, beliau memperoleh tiga belas orang anak (tujuh putra dan enam putri). Nama anak-anaknya adalah Wahid, Ladaniah, Musanna, Mufidah, Muktiah, Noor’Ainah, Noorhasanah, Haudi, Syahli, Mujiburrahman, Mujahidah, Syamsuddin dan M. Naseh.
Selain mengasuh pengajian besar, dia uga mendirikan dan membina beberapa [[Pesantren|pondok pesantren]]. Pada tahun 1982, ia mendirikan Pondok Pesantren Darul Aman di [[Babirik, Hulu Sungai Utara|Kecamatan Babirik, Hulu Sungai Utara]]. Selain itu, dia juga mendirikan dan membina Pondok Pesantren Raudatus Sibyan di [[Longkong, Danau Panggang, Hulu Sungai Utara|Desa Longkong, Kecamatan Danau Panggang]] dan Pesantren Ar Raudah I di [[Jaro, Tabalong]] dan Ar Raudah II di [[Pangkalan Bun (kota)|Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.]]<ref name=":12" />


=== Membuka pengajian di Mabu'un ===
Guru Danau membuka pengajian agama di Desa Bitin pada tahun 1980 dan mengajar di Pesantren Salatiah. Pada tahun 1981, dia kembali membuka pengajian di kampung halamannya sendiri, Danau Panggang. Guru Danau menceritakan, ketika ingin membuka pengajian, Guru Danau terlebih dahulu meminta izin kepada Guru Ijai. Sang Guru mengizinkan dengan syarat tidak boleh ''bapintaan'' (meminta dana dari masyarakat), harus memakai ''halat'' (dinding) yang memisahkan laki-laki dan perempuan, dan harus ikhlas. Agar seorang guru dapat ikhlas mengajar, dia harus memiliki kemandirian ekonomi. Dengan kemandirian ini, seorang guru dapat berkonsentrasi mengajar dan berdakwah tanpa mengharap imbalan uang.
Pada sekitar 1998, seiring dengan semakin meluasnya pengaruh dan popularitasnya, Guru Danau kembali membuka pengajian di [[Mabu'un, Murung Pudak, Tabalong|Mabu'un, Murung Pudak, Kabupaten Tabalong]]. Menurut cerita, pada awalnya, Mabuun merupakan sarang pelacuran dan perjudian, sehingga dia berusaha melawannya dengan cara menghubungi pihak-pihak berwenang untuk menutupnya. Namun usaha ini tidak berhasil, sehingga dia harus mengubah strategi dengan membuka pengajian di tempat itu. Dengan adanya pengajian tersebut, praktik pelacuran dan perjudian itu tidak mendapat tempat dan berhenti dengan sendirinya dan berubah menjadi tempat pengajian. Bahkan, pengajian di tempat ini merupakan pengajian binaan Guru Danau yang terbesar karena dihadiri oleh puluhan ribu jamaah (kira-kira mencapai 40 ribuan jamaah) karena didukung oleh area yang lebih luas dan lebih baik kondisinya dibanding pengajiannya di Bitin dan Danau Panggang. Selain itu, pengajiannya yang diadakan pada malam Rabu setiap setengah bulan sekali ini membuat para jamaah dari kawasan [[Amuntai (kota)|Amuntai]], [[Paringin, Balangan|Paringin]], atau [[Kalimantan Tengah]] memiliki persiapan yang lebih matang untuk menghadiri pengajian di Mabuun, seperti transportasi dan lain-lain, sehingga terdapat ratusan buah mobil yang parkir di sekitar lokasi saat pengajian berlangsung.<ref name=":12" />


=== Kitab yang diajarkan ===
'''<big>Pembuatan Masjid Dan Wafat</big>'''
Adapun materi yang sering dibahas oleh Guru Danau semasa hidupnya meliputi, [[tauhid]], [[fikih]], [[Sufisme|tasawuf]], [[hadis]], [[tafsir]], kisah-kisah dan lainnya, dimana dia memakai-kitab-kitab berbahasa Arab dan [[Abjad Jawi|Jawi]]. Kitab-kitab tersebut antara lain ''Irsyad al-‘Ibad'' karangan [[Zainuddin al-Malibari|Syekh Zainuddin al-Malibari]], ''Nasha`ih al-‘Ibad,'' ''Muraqi al-‘Ubudiyyah'' dan ''Tanqih al-Qawl'' karangan [[Nawawi al-Bantani|Syekh Nawawi al-Bantani]], ''Risalah al-Mu’awanah'' dan ''Nasha`ih al-Diniyyah'' karya [[Abdullah bin Alawi al-Haddad|Al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad]], ''Tuhfah al-Raghibin'' karya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, ''Syarah Sittin'' karya Syekh Ahmad Ramli, dan lain-lain. Setiap pengajiannya, dia selalu menjelaskan kitab tersebut dengan bahasa yang mudah dipahami oleh jamaahnya dan diselipkan dengan cerita-cerita lucu, pantun-pantun, dan singkatan-singkatan yang membuat para jamaah tertawa, sehingga para jamaah tidak merasa bosan dalam mempelajari kitab-kitab yang diajarkan.<ref name=":12" />
----Pada Abad 21 KH Asmuni Mendirikan Masjid Bernama Masjid Guru Danau Yang Cukup Besar


=== Berwirausaha ===
Pada Tanggal 2 Febuari 2024 Jam 16.30 WITA Beliau Meninggalkan Dunia Ini Di Rumah Beliau
Meski dia aktif berdakwah melalui pengajian dan pondok pesantren yang dia bina dan bernampilan yang sederhana dalam hidupnya, dia juga aktif dalam berwirausaha, seperti bisnis sarang burung walet yang dia pelajari dari seorang habib di Jawa, dagang emas, membeli tanah sebagai investasi, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan dia tidak mau meminta bantuan dana dari masyarakat, pemerintah, dan partai politik karena khawatir akan menimbulkan rasa tidak ikhlas dan tidak lagi menasihat masyarakat dan penguasa. Terlebih lagi sejak dia masih muda, dia terbiasa bertani, berdagang dan bisnis lainnya. Dari pendapatannya tersebut, dia mampu membiayai semua pembangunan komplek pengajian dan pesantren yang dia bina tanpa bantuan orang lain.<ref name=":12" />


== Kematian ==
Innalillahi Wainna illahi Rajiun
Pada Kamis malam tanggal 1 Februari 2024, Guru Danau mengalami kondisi kritis dan akhirnya menghembuskan napas terakhir di rumahnya pada Jumat sore pukul 16.30 WITA tanggal 21 Rajab 1445 Hijriah atau tanggal 2 Februari 2024. Beberapa jam kemudian, kabar ini tersebar di mana-mana hingga ucapan belasungkawa dari warganet membanjiri beranda media sosial dan banyak jamaah yang datang ke rumah duka.<ref name=":1">{{Cite web|last=Lianor|first=Hendra|date=2 Februari 2024|title=Pesan Guru Danau Sebelum Wafat: Pemilu Damai, Jangan Bikin Masalah|url=https://banjarmasin.apahabar.com/post/pesan-guru-danau-sebelum-wafat-pemilu-damai-jangan-bikin-masalah-26eurpeg|website=Apahabar.com|access-date=5 Februari 2024}}</ref><ref>{{Cite web|last=Akabr|first=Muhammad|date=2 Februari 2024|title=Innalilahi Wainnailaihi Rojiun, Kalsel Berduka, Guru Danau Meninggal Dunia|url=https://radarbanjarmasin.jawapos.com/banua/1974078778/innalilahi-wainnailaihi-rojiun-kalsel-berduka-guru-danau-meninggal-dunia|website=Radar Banjarmasin|access-date=5 Februari 2024}}</ref>


Berbagai rekaman ceramah Guru Danau semasa hidupnya juga mengiringi kabar kematiannya, termasuk video yang berisi pesan terkait [[Pemilu 2024]]. Dia mengatakan bahwa tokoh-tokoh yang bertarung di Pemilihan Presiden 2024 adalah temannya, mengingat beberapa tokoh seperti [[Mahfud MD]], [[Prabowo Subianto]], dan [[Muhaimin Iskandar]] pernah sowan ke tempatnya. Dia mengatakan bahwa dalam menjalankan rangkaian Pemilu, jangan membuat masalah, jangan berpecah belah, dan ciptakan suasana damai.<ref name=":1" /> Sontak, berbagai ucapan belasungkawa juga disampaikan oleh berbagai kalangan, termasuk Presiden [[Joko Widodo]] dan para pejabat pemerintahan yang mengirimkan karangan bunga ke rumah duka.<ref>{{Cite web|last=Akbar|first=Muhammad|date=3 Februari 2024|title=Ungkapan Duka Cita, Ada Karangan Bunga Bertuliskan Presiden Joko Widodo di Lokasi Kediaman Guru Danau|url=https://radarbanjarmasin.jawapos.com/banua/1974081566/ungkapan-duka-cita-ada-karangan-bunga-bertuliskan-presiden-joko-widodo-di-lokasi-kediaman-guru-danau|website=Radar Banjarmasin|access-date=5 Februari 2024}}</ref>
'''<big>Refrensi</big>'''
----https://banjarmasin.tribunnews.com/2024/02/02/breaking-news-innalillahi-wa-inna-ilaihirojiuun-abah-guru-danau-kh-asmuni-meninggal-dunia#google_vignette


Dia dimakamkan pada hari Sabtu tanggal 3 Februari 2024 pukul 13.30 WITA di Alkah Keluarga di Desa Danau Panggang, tidak jauh dari Masjid Sirajul Ummah Danau Panggang dan rumah duka. Saat proses pemakamannya, banyak jamaah dari berbagai daerah yang mengikuti prosesinya, seperti salat jenazah dan pemakaman.<ref>{{Cite web|last=Akbar|first=Muhammad|date=3 Februari 2024|title=Diiringi Tangisan Para Pelayat, Guru Danau Dimakamkan Usai Shalat Dzuhur, Ini Pesan Penting dari Pihak Keluarga Almarhum|url=https://radarbanjarmasin.jawapos.com/banua/1974081725/diiringi-tangisan-para-pelayat-guru-danau-dimakamkan-usai-shalat-dzuhur-ini-pesan-penting-dari-pihak-keluarga-almarhum|website=Radar Banjarmasin|access-date=5 Februari 2024}}</ref>
https://alif.id/read/redaksi/ulama-banjar-158-kh-asmuni-guru-danau-b235649p/

Saat kematiannya, dia meninggalkan istri yang bernama Hj. Jamilah binti Maskur yang dia nikahi pada tahun 1980, dimana isrinya berasal dari desa Bitin. Dia juga meninggalkan tiga belas orang anak yang terdiri tujuh orang anak laki-laki dan enam orang anak perempuan, di antaranya Wahid, Ladaniah, Musanna, Mufidah, Muktiah, Noor ’Ainah, Noorhasanah, Haudi, Syahli, Mujiburrahman, Mujahidah, Syamsuddin dan M. Naseh.<ref name=":12" />

== Referensi ==
<references />

[[Kategori:Ulama Kalimantan Selatan]]
[[Kategori:Ulama Banjar]]
[[Kategori:Kematian 2024]]

Revisi terkini sejak 20 Februari 2024 20.08

Infobox orangAsmuni
Biografi
Kelahiran1955 Edit nilai pada Wikidata
Danau Panggang Edit nilai pada Wikidata
Kematian2 Februari 2024 Edit nilai pada Wikidata (68/69 tahun)
Danau Panggang Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
AgamaIslam Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanulama Edit nilai pada Wikidata

K.H. Asmuni bin H. Masuni (meninggal pada 2 Februari 2024) adalah seorang ulama yang berasal dari Danau Panggang, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Bagi para jamaahnya, dia sering disapa "Guru Danau" karena dia memiliki majelis taklim di daerahnya, yaitu Danau Panggang.[1][2]

Kelahiran

[sunting | sunting sumber]

Guru Danau dilahirkan pada tahun 50-an di Danau Panggang. Ada yang menulis tahun 1951, tahun 1955, dan adapula yang menulis tahun 1957 sebagai tahun kelahirannya[2]. Sewaktu kecil, dia bernama Zarkasyi. Lalu, namanya berganti menjadi Asmuni oleh seorang Habib yang bernama Habib Salim. Nama Asmuni berarti "berharga", dimana dia hidup di lingkungan keluarga yang sederhana dan taat beragama.[1]

Ayahnya bernama Haji Masuni yang berasal dari daerah Danau Panggang dan ibunya bernama Hajjah Masjubah yang berasal dari suku Dayak Bakumpai di Marabahan yang pindah ke Danau Panggang. Dari garis ibunya, Guru Danau merupakan keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari melalui Datu Tuan Guru Haji Abdussamad. Dari hasil pernikahannya, mereka dikaruniai delapan orang anak, dimana Guru Danau merupakan anak yang ketiga.[1][2]

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Meskipun orang tuanya bekerja sebagai buruh kapal atau buruh angkut dengan pendapatan yang pas-pasan, karena memiliki kehidupan yang sederhana dan taat beragama, mereka mampu membiayai pendidikan Guru Danau hingga belajar ke daerah Martapura dan Pulau Jawa.[1]

Guru Danau menempuh pendidikan tingkat dasar atau ibtidaiah sampai tahun 1971 dan menengah atau tsanawiyah sampai tahun 1974 di Pesantren Mu’alimin Danau Panggang. Setelah itu, sampai tahun 1977, dia meneruskan studinya di tingkat aliyah/ulya atau atas di Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Selama belajar di Pesantren Darussalam, Guru Danau juga belajar dengan sejumlah ulama di wilayah Martapura, diantaranya adalah Tuan Guru Semman Mulya, Tuan Guru Royani dan Tuan Guru Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul. Bahkan setelah memilik pengajian dan pesantren sendiri, secara rutin Guru Danau tetap mengikuti pengajian Guru Sekumpul di Martapura baik ketika masih di Keraton (Musala Darul Aman) maupun setelah pindah ke Sekumpul (Musala Ar-Raudhah) sampai sang guru meninggal dunia pada tahun 2005.[2]

Setelah menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam, Guru Danau sempat pulang ke kampung halamannya. Namun pada tahun 1978, atas anjuran Guru Sekumpul, dia berangkat ke Bangil, Pasuruan, Jawa Timur untuk memperoleh bimbingan spiritual (suluk) dan belajar secara khusus kepada Kyai Haji Muhammad Syarwani Abdan, seorang ulama keturunan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang mendirikan Pondok Pesantren Datuk Kalampayan di sana selama beberapa waktu.[2]

Selain ke Bangil, Guru Danau juga berkunjung ke sejumlah wilayah di Pulau Jawa seperti Pasuruan, Jember, Malang, Wonosobo, Purwokerto, Surakarta, dan Yogyakarta untuk memperoleh keberkahan ilmu, amalan dan tarekat tertentu dari beberapa menemui ulama dan habaib yang ada di sana, seperti K.H. Abdul Hamid Pasuruan, Habib Sholeh al-Hamid Jember, Mbah Malik Purwokerto, Kyai Syakur Wonosobo, Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang, Habib Anis al-Habsyi Solo, Habib Ahmad Bafaqih Tempel Yogyakarta, dan lain-lain.[2] Bahkan sewaktu Guru Dananu berkunjung ke Wonosobo, dia bersama Habib Lutfi Pekalongan untuk mengambil tarikat Naqsyabandiyah dari tokoh habaib di sana.[1]

Perjalanan Dakwah

[sunting | sunting sumber]

Membuka pengajian di Bitin

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1980-an, Guru Danau ingin membuka pengajian, sehingga dia meminta izin kepada gurunya, yaitu Guru Sekumpul. Sewaktu Guru Danau meminta izin, Guru Sekumpul berpesan bahwa dalam menjalankan pengajian tidak boleh bapintaan (meminta uang dari masyarakat) dan harus memakai halat (dinding yang membedakan laki-laki dan perempuan). Selain itu, gurunya berpesan agar harus memiliki kemandirian finansial sehingga dapat berkonsentrasi pada mengajar dan berdakwah tanpa mengharapkan imbalan finansial.[2]

Atas izin gurunya, pada tahun 1980, Guru Danau membuka pengajian di rumahnya di sekitar pasar di Desa Bitin, Danau Panggang setiap Sabtu malam. Kemudian, pada tahun 1981, dia kembali mengajar di kampung halamannya sendiri, Danau Panggang setiap Senin Malam, tepatnya di Musala Darul Aman (nama yang sama dengan Langgar Darul Aman tempat Guru Sekumpul mengajar di Keraton, Martapura) yang berada di samping rumahnya. Awalnya, jamaah pengajian di Bitin dan Danau Panggang tidak banyak. Namun seiring dengan berjalannya waktu, jumlahnya semakin meningkat hingga mencapai ribuan orang, sehingga menempati teras dan halaman rumah penduduk sekitar. Bahkan, ada yang duduk berbaris di pinggir-pinggir jalan hingga mencapai beberapa kilometer.[2]

Membangun pondok pesantren

[sunting | sunting sumber]

Selain mengasuh pengajian besar, dia uga mendirikan dan membina beberapa pondok pesantren. Pada tahun 1982, ia mendirikan Pondok Pesantren Darul Aman di Kecamatan Babirik, Hulu Sungai Utara. Selain itu, dia juga mendirikan dan membina Pondok Pesantren Raudatus Sibyan di Desa Longkong, Kecamatan Danau Panggang dan Pesantren Ar Raudah I di Jaro, Tabalong dan Ar Raudah II di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.[2]

Membuka pengajian di Mabu'un

[sunting | sunting sumber]

Pada sekitar 1998, seiring dengan semakin meluasnya pengaruh dan popularitasnya, Guru Danau kembali membuka pengajian di Mabu'un, Murung Pudak, Kabupaten Tabalong. Menurut cerita, pada awalnya, Mabuun merupakan sarang pelacuran dan perjudian, sehingga dia berusaha melawannya dengan cara menghubungi pihak-pihak berwenang untuk menutupnya. Namun usaha ini tidak berhasil, sehingga dia harus mengubah strategi dengan membuka pengajian di tempat itu. Dengan adanya pengajian tersebut, praktik pelacuran dan perjudian itu tidak mendapat tempat dan berhenti dengan sendirinya dan berubah menjadi tempat pengajian. Bahkan, pengajian di tempat ini merupakan pengajian binaan Guru Danau yang terbesar karena dihadiri oleh puluhan ribu jamaah (kira-kira mencapai 40 ribuan jamaah) karena didukung oleh area yang lebih luas dan lebih baik kondisinya dibanding pengajiannya di Bitin dan Danau Panggang. Selain itu, pengajiannya yang diadakan pada malam Rabu setiap setengah bulan sekali ini membuat para jamaah dari kawasan Amuntai, Paringin, atau Kalimantan Tengah memiliki persiapan yang lebih matang untuk menghadiri pengajian di Mabuun, seperti transportasi dan lain-lain, sehingga terdapat ratusan buah mobil yang parkir di sekitar lokasi saat pengajian berlangsung.[2]

Kitab yang diajarkan

[sunting | sunting sumber]

Adapun materi yang sering dibahas oleh Guru Danau semasa hidupnya meliputi, tauhid, fikih, tasawuf, hadis, tafsir, kisah-kisah dan lainnya, dimana dia memakai-kitab-kitab berbahasa Arab dan Jawi. Kitab-kitab tersebut antara lain Irsyad al-‘Ibad karangan Syekh Zainuddin al-Malibari, Nasha`ih al-‘Ibad, Muraqi al-‘Ubudiyyah dan Tanqih al-Qawl karangan Syekh Nawawi al-Bantani, Risalah al-Mu’awanah dan Nasha`ih al-Diniyyah karya Al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad, Tuhfah al-Raghibin karya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Syarah Sittin karya Syekh Ahmad Ramli, dan lain-lain. Setiap pengajiannya, dia selalu menjelaskan kitab tersebut dengan bahasa yang mudah dipahami oleh jamaahnya dan diselipkan dengan cerita-cerita lucu, pantun-pantun, dan singkatan-singkatan yang membuat para jamaah tertawa, sehingga para jamaah tidak merasa bosan dalam mempelajari kitab-kitab yang diajarkan.[2]

Berwirausaha

[sunting | sunting sumber]

Meski dia aktif berdakwah melalui pengajian dan pondok pesantren yang dia bina dan bernampilan yang sederhana dalam hidupnya, dia juga aktif dalam berwirausaha, seperti bisnis sarang burung walet yang dia pelajari dari seorang habib di Jawa, dagang emas, membeli tanah sebagai investasi, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan dia tidak mau meminta bantuan dana dari masyarakat, pemerintah, dan partai politik karena khawatir akan menimbulkan rasa tidak ikhlas dan tidak lagi menasihat masyarakat dan penguasa. Terlebih lagi sejak dia masih muda, dia terbiasa bertani, berdagang dan bisnis lainnya. Dari pendapatannya tersebut, dia mampu membiayai semua pembangunan komplek pengajian dan pesantren yang dia bina tanpa bantuan orang lain.[2]

Pada Kamis malam tanggal 1 Februari 2024, Guru Danau mengalami kondisi kritis dan akhirnya menghembuskan napas terakhir di rumahnya pada Jumat sore pukul 16.30 WITA tanggal 21 Rajab 1445 Hijriah atau tanggal 2 Februari 2024. Beberapa jam kemudian, kabar ini tersebar di mana-mana hingga ucapan belasungkawa dari warganet membanjiri beranda media sosial dan banyak jamaah yang datang ke rumah duka.[3][4]

Berbagai rekaman ceramah Guru Danau semasa hidupnya juga mengiringi kabar kematiannya, termasuk video yang berisi pesan terkait Pemilu 2024. Dia mengatakan bahwa tokoh-tokoh yang bertarung di Pemilihan Presiden 2024 adalah temannya, mengingat beberapa tokoh seperti Mahfud MD, Prabowo Subianto, dan Muhaimin Iskandar pernah sowan ke tempatnya. Dia mengatakan bahwa dalam menjalankan rangkaian Pemilu, jangan membuat masalah, jangan berpecah belah, dan ciptakan suasana damai.[3] Sontak, berbagai ucapan belasungkawa juga disampaikan oleh berbagai kalangan, termasuk Presiden Joko Widodo dan para pejabat pemerintahan yang mengirimkan karangan bunga ke rumah duka.[5]

Dia dimakamkan pada hari Sabtu tanggal 3 Februari 2024 pukul 13.30 WITA di Alkah Keluarga di Desa Danau Panggang, tidak jauh dari Masjid Sirajul Ummah Danau Panggang dan rumah duka. Saat proses pemakamannya, banyak jamaah dari berbagai daerah yang mengikuti prosesinya, seperti salat jenazah dan pemakaman.[6]

Saat kematiannya, dia meninggalkan istri yang bernama Hj. Jamilah binti Maskur yang dia nikahi pada tahun 1980, dimana isrinya berasal dari desa Bitin. Dia juga meninggalkan tiga belas orang anak yang terdiri tujuh orang anak laki-laki dan enam orang anak perempuan, di antaranya Wahid, Ladaniah, Musanna, Mufidah, Muktiah, Noor ’Ainah, Noorhasanah, Haudi, Syahli, Mujiburrahman, Mujahidah, Syamsuddin dan M. Naseh.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e Akbar, Muhammad (2 Februari 2024). "Asal Mula KH Asmuni Disebut Guru Danau, Begini Ceritanya". Radar Banjarmasin. Diakses tanggal 3 Februari 2024. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m Tim MUI Kalsel; Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin (2019). Ulama Banjar dari Masa ke Masa (Edisi Revisi). Banjarmasin: Antasari Press. ISBN 9786237665052. 
  3. ^ a b Lianor, Hendra (2 Februari 2024). "Pesan Guru Danau Sebelum Wafat: Pemilu Damai, Jangan Bikin Masalah". Apahabar.com. Diakses tanggal 5 Februari 2024. 
  4. ^ Akabr, Muhammad (2 Februari 2024). "Innalilahi Wainnailaihi Rojiun, Kalsel Berduka, Guru Danau Meninggal Dunia". Radar Banjarmasin. Diakses tanggal 5 Februari 2024. 
  5. ^ Akbar, Muhammad (3 Februari 2024). "Ungkapan Duka Cita, Ada Karangan Bunga Bertuliskan Presiden Joko Widodo di Lokasi Kediaman Guru Danau". Radar Banjarmasin. Diakses tanggal 5 Februari 2024. 
  6. ^ Akbar, Muhammad (3 Februari 2024). "Diiringi Tangisan Para Pelayat, Guru Danau Dimakamkan Usai Shalat Dzuhur, Ini Pesan Penting dari Pihak Keluarga Almarhum". Radar Banjarmasin. Diakses tanggal 5 Februari 2024.