Lompat ke isi

Pondok Pesantren Darussalam Martapura

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pondok Pesantren Darussalam adalah sebuah pondok pesantren yang berlokasi di kawasan Pasayangan, Martapura, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Indonesia. Ponpes ini didirikan pada tahun 1914 oleh K.H. Jamaluddin, salah seorang ulama terkemuka pada saat itu, yang merupakan pendiri sekaligus pemimpin pertama pesantren Darussalam.

Pondok Pesantren ini merupakan pesantren tertua di Kalimantan dan telah melahirkan banyak ulama terkemuka dan menjadi tempat penting pendidikan dan regenerasi ulama di Kalimantan. Hampir seluruh silsilah murid-guru di Kalimantan Selatan bermuara di pesantren ini.[1]

Sejarah dan perkembangan

[sunting | sunting sumber]

Pondok Pesantren Darussalam berdiri 14 Juli 1914 di Martapura, Kalimantan Selatan. KH. Jamaluddin, salah seorang Ulama terkemuka pada saat itu adalah pendiri sekaligus pemimpin pertama pesantren Darussalam. Berlokasi di Jl. K.H.M. Kasyful Anwar Pasayangan Martapura, pesantren tersebut memiliki peran penting bagi sejarah perkembangan islam di Kalimantan Selatan. Pesantren Darussalam kemudian menjadi acuan bagi perkembangan pesantren-pesantren lain yang berdiri kemudian di provinsi tersebut.

Keputusan KH. Jamaluddin untuk mendirikan pesantren dilandasi dengan semangat dalam rangka pengembangan agama islam di wilayah Kalimantan Selatan. Selain itu, daerah ini memang dikenal memiliki tradisi keagamaan yang sangat kuat. Bahkan, sejumlah ulama Indonesia terkemuka berasal dari daerah ini. Oleh karena itu, KH. Djamaluddin kemudian melihat bahwa pesantren merupakan satu upaya terbaik saat itu untuk mengembangkan islam, khususnya di wilayahnya. Setelah dia meninggal dunia digantikan oleh KH. Hasan Ahmad.

Pada awal berdirinya, pesantren Darussalam menggunakan sistem pengajaran tradisional. Materi-materi yang diajarkan terbatas hanya di bidang keagamaan. Begitu pula, bangunan pesantren masih sangat sederhana, hanya untuk pengajaran keagamaan dengan cara halaqah, di mana para murid duduk bersimpuh mengelilingi guru sambil mendengarkan materi keagamaan yang diberikan.

Perkembangan pesantren Darussalam mengalami lompatan besar ketika pesantren dipimpin KH. Kasyful Anwar. Ia menggantikan KH. Hasan Ahmad. Dia menjadi pimpinan pesantren dari tahun 1922 hingga 1940. Pada periode itulah, sejumlah pembaharuan dilakukan dalam rangka meningkatkan pendidikan pesantren. Ia melakukan pemugaran gedung lama diganti gedung baru bertingkat. Gedung itu memiliki enam belas lokal, yang digunakan baik sebagai ruang belajar maupun kantor.

Selain itu, pembaharuan yang dilakukan KH. Kasyful Anwar adalah memperkenalkan sistem klasikal / madrasah pada sistem pendidikan tradisional dengan sistem kelas berjenjang. Mulai dari Tahdiriyah selama 3 tahun, Ibtidaiyah 3 tahun, dan Tsanawiyah 3 tahun. KH. Kaysful Anwar juga melakukan pembaharuan pada kurikulum. Ia tidak lagi membatasi pendidikan pesantren pada mata pelajaran agama islam, tetapi juga memasukkan mata pelajaran umum dalam kurikulum yang berlaku dipesantren.

Modernisasi pesantren Darussalam terus berlangsung sejalan dengan perkembangan masyarakat sekitar. Kebutuhan masyarakat terhadap pendidikan yang makin beragam – yang tidak hanya terbatas dibidang keagamaan – senantiasa memperoleh perhatian yang sangat besar dari pengelola pesantren Darussalam pada periode berikutnya. Oleh karena itu, saat ini pesantren Darussalam tidak hanya mendirikan lembaga pendidikan islam madrasah, tetapi juga lembaga pendidikan umum. Pesantren yang berlokasi di Martapura juga memiliki SMP, SPP (Sekolah Pertanian) yang menggunakan kurikulum dari departemen pertanian, dan STM yang mengacu pada Depdiknas. Bahkan, pesantren juga mendirikan Sekolah Tinggi Agama Islam yang dipadu dengan sistem pesantren.

Sebagaimana pesantren lainnya, pesantren darussalam Martapura juga mengembangkan ciri khas untuk menyedot para santri dari daerah sekitarnya. Adapun ciri khas pesantren ini:

  • Kurikulum pesantren mengacu pada kitab kuning, sementara sekolah menggunakan sistem klasikal.
  • Pesantren memiliki hubungan sangat dekat dengan masyarakat (community based institution), sehingga Darussalam sekaligus berfungsi sebagai tempat penyelenggaraan kegiatan – kegiatan sosial keagamaan masyarakat.

Penyelenggaraan pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Pesantren Darussalam yang merupakan pesantren pioneer di wilayah Kalimantan Selatan memiliki sejumlah pendidikan formal. Mulai dari Ibtidaiyah, hingga perguruan tinggi berjejer di pesantren tersebut. Adapun lokasinya khusus di jalan Perwira Komplek Pangeran Antasari Martapura, yang juga sekarang di tambah dengan pendidikan ekstra kurikuler Ula’ dan Wustho Salafiyah pada tempat dan waktu belajar tersendiri. Sedangkan untuk pendidikan diniyah, pesantren menerapkan kurikulum tersendiri.

Sebagaimana pesantren lainnya, pesantren Darussalam Martapura juga sangat memperhatikan pengembangan minat dan bakat para santri. Untuk itu Darussalam juga menyelenggarakan kegiatan ekstra kurikuler antara lain: pengajian Kitab kuning, kursus kerajinan batu aji, kursus otomotif dan las listrik / karbit, kursus menjahit.

Kegiatan Ekonomi

[sunting | sunting sumber]

Sebagai pesantren tua di Kalimantan Selatan, Darussalam juga menyelenggarakan kegiatan ekonomi:

  • Kopontren Darussalam
  • Warung Serba Ada
  • Toko Kitab
  • Warpostel
  • Kebun Karet
  • Persawahan
  • Bengkel las
  • Percetakan / Fotokopi
  • KH. Jamaluddin (1914-1919)
  • KH. Hasan Ahmad (1919-1922)
  • KH. M. Kasyful Anwar (1922-1940)
  • KH. Abdul Qodir Hasan (1940-1959)
  • KH. Anang Sya’rani Arif (1959-1969)
  • KH. M. Salim Ma’ruf (1969-1976)
  • KH. Badruddin (1976-1992)
  • KH. Abdus Syukur (1992-2007)
  • KH. Khalilurrahman (2008-2019)
  • KH. Hasanuddin (2019-sekarang)

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Darussalam, Awalnya Mengaji Duduk Diarsipkan 2013-02-10 di Wayback Machine. - situs resmi NU, diakses 21 Maret 2014.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]