Lompat ke isi

Asmuni (ulama): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Kategori:Ulama Banjar menggunakan HotCat
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(7 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox tokoh}}
{{Infobox tokoh}}
{{Inuse}}
'''K.H. Asmuni bin H. Masuni''' (meninggal pada 2 Februari 2024) adalah seorang ulama yang berasal dari [[Danau Panggang, Hulu Sungai Utara|Danau Panggang]], [[Kabupaten Hulu Sungai Utara|Hulu Sungai Utara]], [[Kalimantan Selatan]]. Bagi para jamaahnya, dia sering disapa "'''Guru Danau'''" karena dia memiliki majelis taklim di daerahnya, yaitu Danau Panggang.<ref name=":0">{{Cite web|last=Akbar|first=Muhammad|date=2 Februari 2024|title=Asal Mula KH Asmuni Disebut Guru Danau, Begini Ceritanya|url=https://radarbanjarmasin.jawapos.com/ragam-info/1974079174/asal-mula-kh-asmuni-disebut-guru-danau-begini-ceritanya|website=Radar Banjarmasin|access-date=3 Februari 2024}}</ref><ref name=":12">{{Cite book|last=Tim MUI Kalsel|last2=Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin|date=2019|title=Ulama Banjar dari Masa ke Masa (Edisi Revisi)|location=Banjarmasin|publisher=Antasari Press|isbn=9786237665052|url-status=live}}</ref>
'''K.H. Asmuni bin H. Masuni''' (meninggal pada 2 Februari 2024) adalah seorang ulama yang berasal dari [[Danau Panggang, Hulu Sungai Utara|Danau Panggang]], [[Kabupaten Hulu Sungai Utara|Hulu Sungai Utara]], [[Kalimantan Selatan]]. Bagi para jamaahnya, dia sering disapa "'''Guru Danau'''" karena dia memiliki majelis taklim di daerahnya, yaitu Danau Panggang.<ref name=":0">{{Cite web|last=Akbar|first=Muhammad|date=2 Februari 2024|title=Asal Mula KH Asmuni Disebut Guru Danau, Begini Ceritanya|url=https://radarbanjarmasin.jawapos.com/ragam-info/1974079174/asal-mula-kh-asmuni-disebut-guru-danau-begini-ceritanya|website=Radar Banjarmasin|access-date=3 Februari 2024}}</ref><ref name=":12">{{Cite book|last=Tim MUI Kalsel|last2=Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin|date=2019|title=Ulama Banjar dari Masa ke Masa (Edisi Revisi)|location=Banjarmasin|publisher=Antasari Press|isbn=9786237665052|url-status=live}}</ref>


Baris 20: Baris 19:


=== Membuka pengajian di Bitin ===
=== Membuka pengajian di Bitin ===
Pada tahun 1980-an, Guru Danan ingin membuka pengajian, sehingga dia meminta izin kepada gurunya, yaitu Guru Sekumpul. Sewaktu Guru Danau meminta izin, Guru Sekumpul berpesan bahwa dalam menjalankan pengajian tidak boleh ''bapintaan'' (meminta uang dari masyarakat) dan harus memakai ''halat'' (dinding yang membedakan laki-laki dan perempuan). Selain itu, gurunya berpesan agar harus memiliki kemandirian finansial sehingga dapat berkonsentrasi pada mengajar dan berdakwah tanpa mengharapkan imbalan finansial.<ref name=":12" />
Pada tahun 1980-an, Guru Danau ingin membuka pengajian, sehingga dia meminta izin kepada gurunya, yaitu Guru Sekumpul. Sewaktu Guru Danau meminta izin, Guru Sekumpul berpesan bahwa dalam menjalankan pengajian tidak boleh ''bapintaan'' (meminta uang dari masyarakat) dan harus memakai ''halat'' (dinding yang membedakan laki-laki dan perempuan). Selain itu, gurunya berpesan agar harus memiliki kemandirian finansial sehingga dapat berkonsentrasi pada mengajar dan berdakwah tanpa mengharapkan imbalan finansial.<ref name=":12" />


Atas izin gurunya, pada tahun 1980, Guru Danau membuka pengajian di rumahnya di sekitar pasar di [[Bitin, Danau Panggang, Hulu Sungai Utara|Desa Bitin]], Danau Panggang setiap Sabtu malam. Kemudian, pada tahun 1981, dia kembali mengajar di kampung halamannya sendiri, [[Danau Panggang, Danau Panggang, Hulu Sungai Utara|Danau Panggang]] setiap Senin Malam, tepatnya di Musala Darul Aman (nama yang sama dengan Langgar Darul Aman tempat Guru Sekumpul mengajar di [[Keraton, Martapura, Banjar|Keraton, Martapura]]) yang berada di samping rumahnya. Awalnya, jamaah pengajian di Bitin dan Danau Panggang tidak banyak. Namun seiring dengan berjalannya waktu, jumlahnya semakin meningkat hingga mencapai ribuan orang, sehingga menempati teras dan halaman rumah penduduk sekitar. Bahkan, ada yang duduk berbaris di pinggir-pinggir jalan hingga mencapai beberapa kilometer.<ref name=":12" />
Atas izin gurunya, pada tahun 1980, Guru Danau membuka pengajian di rumahnya di sekitar pasar di [[Bitin, Danau Panggang, Hulu Sungai Utara|Desa Bitin]], Danau Panggang setiap Sabtu malam. Kemudian, pada tahun 1981, dia kembali mengajar di kampung halamannya sendiri, [[Danau Panggang, Danau Panggang, Hulu Sungai Utara|Danau Panggang]] setiap Senin Malam, tepatnya di Musala Darul Aman (nama yang sama dengan Langgar Darul Aman tempat Guru Sekumpul mengajar di [[Keraton, Martapura, Banjar|Keraton, Martapura]]) yang berada di samping rumahnya. Awalnya, jamaah pengajian di Bitin dan Danau Panggang tidak banyak. Namun seiring dengan berjalannya waktu, jumlahnya semakin meningkat hingga mencapai ribuan orang, sehingga menempati teras dan halaman rumah penduduk sekitar. Bahkan, ada yang duduk berbaris di pinggir-pinggir jalan hingga mencapai beberapa kilometer.<ref name=":12" />
Baris 31: Baris 30:


=== Kitab yang diajarkan ===
=== Kitab yang diajarkan ===
Materi pengajian yang disampaikan oleh Guru Danau di beberapa pengajiannya meliputi materi [[tauhid]], [[fikih]], [[Sufisme|tasawuf]], [[hadis]], [[tafsir]], kisah-kisah dan lainnya. Dari beberapa kitab yang dikaji, materi tasawuf tampaknya lebih dominan. Beberapa kitab yang pernah diajarkan oleh Guru Danau di pengajiannya, diantaranya adalah Irsyad al-‘Ibad (Zainuddin al-Malibari), Nasha`ih al-‘Ibad (Nawawi al-Bantani), Muraqi al-‘Ubudiyyah (Nawawi al-Bantani), Risalah al-Mu’awanah (Abdullah al-Haddad), Nasha`ih al-Diniyyah (Abdullah al-Haddad), Tuhfah al-Raghibin (Muhammad Arsyad al-Banjari), Syarah Sittin (Ahmad Ramli), Tanqih al-Qawl (Nawawi al-Bantani). Dilihat dari daftar kitab yang digunakan, Guru Danau lebih banyak menggunakan kitab-kitab berbahasa Arab daripada kitab Arab-Melayu. Walaupun begitu, pengajiannya tetap mudah diikuti oleh jamaah karena isi kitab-kitab itu diterjemahkan dan diberi penjelasan yang ‘ringan’ oleh Guru Danau.
Adapun materi yang sering dibahas oleh Guru Danau semasa hidupnya meliputi, [[tauhid]], [[fikih]], [[Sufisme|tasawuf]], [[hadis]], [[tafsir]], kisah-kisah dan lainnya, dimana dia memakai-kitab-kitab berbahasa Arab dan [[Abjad Jawi|Jawi]]. Kitab-kitab tersebut antara lain ''Irsyad al-‘Ibad'' karangan [[Zainuddin al-Malibari|Syekh Zainuddin al-Malibari]], ''Nasha`ih al-‘Ibad,'' ''Muraqi al-‘Ubudiyyah'' dan ''Tanqih al-Qawl'' karangan [[Nawawi al-Bantani|Syekh Nawawi al-Bantani]], ''Risalah al-Mu’awanah'' dan ''Nasha`ih al-Diniyyah'' karya [[Abdullah bin Alawi al-Haddad|Al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad]], ''Tuhfah al-Raghibin'' karya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, ''Syarah Sittin'' karya Syekh Ahmad Ramli, dan lain-lain. Setiap pengajiannya, dia selalu menjelaskan kitab tersebut dengan bahasa yang mudah dipahami oleh jamaahnya dan diselipkan dengan cerita-cerita lucu, pantun-pantun, dan singkatan-singkatan yang membuat para jamaah tertawa, sehingga para jamaah tidak merasa bosan dalam mempelajari kitab-kitab yang diajarkan.<ref name=":12" />

Cara penyampaian Guru Danau dalam pengajian maupun ceramahnya cukup unik. Guru Danau termasuk ulama yang sangat humoris. Dalam setiap ceramah atau pengajiannya dia selalu menyampaikan cerita-cerita lucu, joke-joke, pantun-pantun, dan singkatan yang diplesetkan yang memancing tawa. Bahkan, Guru Danau tidak segan bercanda dengan murid-muridnya yang berada pada baris depan. Baginya, humor itu penting disisipkan dalam ceramah pengajian agar orang awam dan orang tua dapat terus mengikuti pengajian tanpa merasa bosan dan berat. Dalam menyajikan isi kitab pengajian, Guru Danau hanya membaca beberapa baris saja. Tetapi penjelasannya cukup luas dan terkadang tidak selalu terfokus dan relevan dengan substansi kitab atau teks yang dibaca karena banyak disisipi oleh cerita, humor, ilustrasi, canda dan sebagainya. Teknik seperti ini tampaknya sangat disukai oleh jamaahnya. Selain mendapat tuntunan, mereka juga mendapat ‘hiburan’ yang menyenangkan. Teknik ini merupakan salah satu daya tarik orang untuk menghadiri pengajian Guru Danau.

Cara penyampaian Guru Danau juga didukung oleh bahasa yang dominan digunakannya, yaitu bahasa Banjar. Bahasa ini merupakan bahasa yang digunakan mayoritas jamaahnya. Penggunaan bahasa lokal ini kemudian dibumbui dengan contoh-contoh dan Ilustrasi-ilustrasi yang pas dengan kondisi lokalitas sosiobudaya dan keseharian masyarakat sekitar sehingga isi ceramahnya sangat merakyat. Dengan cara seperti ini materi yang disampaikannya mudah dipahami oleh jamaahnya yang berasal dari berbagai lapisan sosial. Walaupun penyampaian materi dakwahnya sederhana dan mudah dipahami tidak lantas dia dinilai sebagai ulama biasa. Sebagai ulama yang lahir dari lulusan pesantren ternama seperti Pesantren Darussalam yang diakui kualitasnya dalam memproduksi ulama, dia juga merupakan produk dari sejumlah ulama besar, seperti Guru Ijai dan Guru Bangil yang otoritas keulamaannya diakui dan memiliki pengaruh besar. Apalagi, Guru Danau sendiri merupakan salah satu murid Guru Ijai yang dikader untuk meneruskan tradisi keulamaan gurunya di kawasan Hulu Sungai. Karena itu, tidaklah mengheran jika beberapa gaya berceramah dan tradisi pengajian Guru Danau seperti pembacaan Maulid al-Habsyi menjelang pengajian merupakan hasil ‘peniruan’ dari tradisi Guru Ijai. Ketika Guru Ijai wafat, para jamaah pengajiannya di kawasan Hulu Sungai segera mendapat figur pengganti yang mewarisi sebagian kharisma Guru Ijai, yaitu Guru Danau.


=== Berwirausaha ===
=== Berwirausaha ===
Meski dia aktif berdakwah melalui pengajian dan pondok pesantren yang dia bina dan bernampilan yang sederhana dalam hidupnya, dia juga aktif dalam berwirausaha, seperti bisnis sarang burung walet yang dia pelajari dari seorang habib di Jawa, dagang emas, membeli tanah sebagai investasi, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan dia tidak mau meminta bantuan dana dari masyarakat, pemerintah, dan partai politik karena khawatir akan menimbulkan rasa tidak ikhlas dan tidak lagi menasihat masyarakat dan penguasa. Terlebih lagi sejak dia masih muda, dia terbiasa bertani, berdagang dan bisnis lainnya. Dari pendapatannya tersebut, dia mampu membiayai semua pembangunan komplek pengajian dan pesantren yang dia bina tanpa bantuan orang lain.<ref name=":12" />
Meski mengasuh 3 pengajian besar dan 4 pesantren, dan sibuk berdakwah di mana-mana, Guru Danau bukanlah tuan guru yang hanya terpaku pada aktivitas mengajar dan berdakwah. Guru Danau merupakan sosok ulama yang aktif bekerja dan berbisnis. Sejak muda ia sudah sibuk bekerja. Berbagai usaha telah beliau lakukan, seperti bertani, berdagang dan bisnis lainnya. Dengan kegigihannya berbisnis, beliau dikenal juga sebagai ulama yang memiliki kekayaan dan penghasilan besar dari beberapa usaha bisnisnya. Dari beberapa bisnis Guru Danau yang terpenting adalah usaha emas dan sarang burung walet di daerah Tanjung. Usaha ini terutama usaha sarang burung walet mendatangkan keuntungan besar. Dari usaha sarang burung walet Guru Danau dapat meraih keuntungan milyaran rupiah. Usaha burung walet ini dipelajarinya dari seorang habib di Jawa. Usaha lainnya adalah membeli tanah sebagai investasi. Tanah itu bisa dijual suatu saat.

Dengan pendapatan yang besar dari bisnisnya, wajar jika Guru Danau menjadi orang kaya. Dia memiliki banyak rumah dan memiliki beberapa mobil mewah (Alphard). Dengan mobil Alphard yang dimilikinya, dia dapat bepergian ke mana-mana dengan nyaman. Walaupun memiliki ini semua, Guru Danau tetap berpenampilan sederhana dan bersahaja. Rezeki yang cukup berlimpah ini tidak digunakan untuk bermegah-megah. Tetapi digunakannya untuk kepentingan dakwah Islam. Menurutnya, mereka yang mengurusi akhirat tidak seharusnya kalah dengan mereka yang mengurusi masalah dunia. Ulama yang memiliki usaha dan kekayaan sendiri akan lebih ikhlas dalam berdakwah dan mengajar karena tidak memiliki kepentingan untuk mendapat bayaran dari jamaahnya.

Dengan kemandirian dan kekayaan yang dimilikinya, Guru Danau dapat membiaya semua pembangunan komplek pengajian dan pesantren yang didirikannya tanpa bantuan pihak lain. Dia tidak mau meminta bantuan dana dari masyarakat (bapintaan) karena khawatir ada yang tidak ikhlas. Demikian juga dia tidak mau menerima dana yang berasal dari pemerintah dan partai politik. Menurutnya, jika satu kali saja mendapat bantuan pemerintah, ulama tidak bisa lagi untuk menasihati penguasa. Bahkan cenderung untuk dimanfaatkan oleh mereka yang memiliki kepentingan tertentu. Kemandirian inilah yang membuat dirinya tidak bisa diintervensi dan didikte oleh penguasa dan partai politik.


== Kematian ==
Menjadi ulama yang kaya dan mandiri pada figur Guru Danau tidak hanya disebabkan oleh faktor kegigihannya dalam berusaha, tetapi juga terinspirasi oleh sosok gurunya, Guru Ijai, yang juga menjadi ulama yang kaya. Guru Danau termasuk salah satu murid Guru Ijai yang berhasil meniru gurunya pada sisi ini. Tidak banyak murid Guru Ijai yang dapat mengikuti jejaknya seperti Guru Danau.
Pada Kamis malam tanggal 1 Februari 2024, Guru Danau mengalami kondisi kritis dan akhirnya menghembuskan napas terakhir di rumahnya pada Jumat sore pukul 16.30 WITA tanggal 21 Rajab 1445 Hijriah atau tanggal 2 Februari 2024. Beberapa jam kemudian, kabar ini tersebar di mana-mana hingga ucapan belasungkawa dari warganet membanjiri beranda media sosial dan banyak jamaah yang datang ke rumah duka.<ref name=":1">{{Cite web|last=Lianor|first=Hendra|date=2 Februari 2024|title=Pesan Guru Danau Sebelum Wafat: Pemilu Damai, Jangan Bikin Masalah|url=https://banjarmasin.apahabar.com/post/pesan-guru-danau-sebelum-wafat-pemilu-damai-jangan-bikin-masalah-26eurpeg|website=Apahabar.com|access-date=5 Februari 2024}}</ref><ref>{{Cite web|last=Akabr|first=Muhammad|date=2 Februari 2024|title=Innalilahi Wainnailaihi Rojiun, Kalsel Berduka, Guru Danau Meninggal Dunia|url=https://radarbanjarmasin.jawapos.com/banua/1974078778/innalilahi-wainnailaihi-rojiun-kalsel-berduka-guru-danau-meninggal-dunia|website=Radar Banjarmasin|access-date=5 Februari 2024}}</ref>


Berbagai rekaman ceramah Guru Danau semasa hidupnya juga mengiringi kabar kematiannya, termasuk video yang berisi pesan terkait [[Pemilu 2024]]. Dia mengatakan bahwa tokoh-tokoh yang bertarung di Pemilihan Presiden 2024 adalah temannya, mengingat beberapa tokoh seperti [[Mahfud MD]], [[Prabowo Subianto]], dan [[Muhaimin Iskandar]] pernah sowan ke tempatnya. Dia mengatakan bahwa dalam menjalankan rangkaian Pemilu, jangan membuat masalah, jangan berpecah belah, dan ciptakan suasana damai.<ref name=":1" /> Sontak, berbagai ucapan belasungkawa juga disampaikan oleh berbagai kalangan, termasuk Presiden [[Joko Widodo]] dan para pejabat pemerintahan yang mengirimkan karangan bunga ke rumah duka.<ref>{{Cite web|last=Akbar|first=Muhammad|date=3 Februari 2024|title=Ungkapan Duka Cita, Ada Karangan Bunga Bertuliskan Presiden Joko Widodo di Lokasi Kediaman Guru Danau|url=https://radarbanjarmasin.jawapos.com/banua/1974081566/ungkapan-duka-cita-ada-karangan-bunga-bertuliskan-presiden-joko-widodo-di-lokasi-kediaman-guru-danau|website=Radar Banjarmasin|access-date=5 Februari 2024}}</ref>
== Keluarga ==
Pada tahun 1980, Guru Danau menikah dengan Hj. Jamilah binti Maskur yang berasal dari Bitin. Dari perkawinannya itu, beliau memperoleh tiga belas orang anak (tujuh putra dan enam putri). Nama anak-anaknya adalah Wahid, Ladaniah, Musanna, Mufidah, Muktiah, Noor’Ainah, Noorhasanah, Haudi, Syahli, Mujiburrahman, Mujahidah, Syamsuddin dan M. Naseh.


Dia dimakamkan pada hari Sabtu tanggal 3 Februari 2024 pukul 13.30 WITA di Alkah Keluarga di Desa Danau Panggang, tidak jauh dari Masjid Sirajul Ummah Danau Panggang dan rumah duka. Saat proses pemakamannya, banyak jamaah dari berbagai daerah yang mengikuti prosesinya, seperti salat jenazah dan pemakaman.<ref>{{Cite web|last=Akbar|first=Muhammad|date=3 Februari 2024|title=Diiringi Tangisan Para Pelayat, Guru Danau Dimakamkan Usai Shalat Dzuhur, Ini Pesan Penting dari Pihak Keluarga Almarhum|url=https://radarbanjarmasin.jawapos.com/banua/1974081725/diiringi-tangisan-para-pelayat-guru-danau-dimakamkan-usai-shalat-dzuhur-ini-pesan-penting-dari-pihak-keluarga-almarhum|website=Radar Banjarmasin|access-date=5 Februari 2024}}</ref>
==== '''<big>Pembuatan Masjid Dan Wafat</big>''' ====
----Pada Abad 21 KH Asmuni Mendirikan Masjid Bernama Masjid Guru Danau Yang Cukup Besar Terletak Di Maburai Tanjung Tabalong


Saat kematiannya, dia meninggalkan istri yang bernama Hj. Jamilah binti Maskur yang dia nikahi pada tahun 1980, dimana isrinya berasal dari desa Bitin. Dia juga meninggalkan tiga belas orang anak yang terdiri tujuh orang anak laki-laki dan enam orang anak perempuan, di antaranya Wahid, Ladaniah, Musanna, Mufidah, Muktiah, Noor ’Ainah, Noorhasanah, Haudi, Syahli, Mujiburrahman, Mujahidah, Syamsuddin dan M. Naseh.<ref name=":12" />
Pada Tanggal 2 Febuari 2024 Jam 16.30 WITA Beliau Meninggalkan Dunia Ini Di Rumah Beliau. Banyak Pelayat Yang Menuju Rumah KH Asmuni Degan Jalan Kaki Karena Saking Macetnya Jalan


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 59: Baris 49:
[[Kategori:Ulama Kalimantan Selatan]]
[[Kategori:Ulama Kalimantan Selatan]]
[[Kategori:Ulama Banjar]]
[[Kategori:Ulama Banjar]]
[[Kategori:Kematian 2024]]

Revisi terkini sejak 20 Februari 2024 20.08

Infobox orangAsmuni
Biografi
Kelahiran1955 Edit nilai pada Wikidata
Danau Panggang Edit nilai pada Wikidata
Kematian2 Februari 2024 Edit nilai pada Wikidata (68/69 tahun)
Danau Panggang Edit nilai pada Wikidata
Data pribadi
AgamaIslam Edit nilai pada Wikidata
Kegiatan
Pekerjaanulama Edit nilai pada Wikidata

K.H. Asmuni bin H. Masuni (meninggal pada 2 Februari 2024) adalah seorang ulama yang berasal dari Danau Panggang, Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Bagi para jamaahnya, dia sering disapa "Guru Danau" karena dia memiliki majelis taklim di daerahnya, yaitu Danau Panggang.[1][2]

Kelahiran

[sunting | sunting sumber]

Guru Danau dilahirkan pada tahun 50-an di Danau Panggang. Ada yang menulis tahun 1951, tahun 1955, dan adapula yang menulis tahun 1957 sebagai tahun kelahirannya[2]. Sewaktu kecil, dia bernama Zarkasyi. Lalu, namanya berganti menjadi Asmuni oleh seorang Habib yang bernama Habib Salim. Nama Asmuni berarti "berharga", dimana dia hidup di lingkungan keluarga yang sederhana dan taat beragama.[1]

Ayahnya bernama Haji Masuni yang berasal dari daerah Danau Panggang dan ibunya bernama Hajjah Masjubah yang berasal dari suku Dayak Bakumpai di Marabahan yang pindah ke Danau Panggang. Dari garis ibunya, Guru Danau merupakan keturunan Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari melalui Datu Tuan Guru Haji Abdussamad. Dari hasil pernikahannya, mereka dikaruniai delapan orang anak, dimana Guru Danau merupakan anak yang ketiga.[1][2]

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Meskipun orang tuanya bekerja sebagai buruh kapal atau buruh angkut dengan pendapatan yang pas-pasan, karena memiliki kehidupan yang sederhana dan taat beragama, mereka mampu membiayai pendidikan Guru Danau hingga belajar ke daerah Martapura dan Pulau Jawa.[1]

Guru Danau menempuh pendidikan tingkat dasar atau ibtidaiah sampai tahun 1971 dan menengah atau tsanawiyah sampai tahun 1974 di Pesantren Mu’alimin Danau Panggang. Setelah itu, sampai tahun 1977, dia meneruskan studinya di tingkat aliyah/ulya atau atas di Pondok Pesantren Darussalam Martapura. Selama belajar di Pesantren Darussalam, Guru Danau juga belajar dengan sejumlah ulama di wilayah Martapura, diantaranya adalah Tuan Guru Semman Mulya, Tuan Guru Royani dan Tuan Guru Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau Guru Sekumpul. Bahkan setelah memilik pengajian dan pesantren sendiri, secara rutin Guru Danau tetap mengikuti pengajian Guru Sekumpul di Martapura baik ketika masih di Keraton (Musala Darul Aman) maupun setelah pindah ke Sekumpul (Musala Ar-Raudhah) sampai sang guru meninggal dunia pada tahun 2005.[2]

Setelah menyelesaikan pendidikan di Pondok Pesantren Darussalam, Guru Danau sempat pulang ke kampung halamannya. Namun pada tahun 1978, atas anjuran Guru Sekumpul, dia berangkat ke Bangil, Pasuruan, Jawa Timur untuk memperoleh bimbingan spiritual (suluk) dan belajar secara khusus kepada Kyai Haji Muhammad Syarwani Abdan, seorang ulama keturunan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang mendirikan Pondok Pesantren Datuk Kalampayan di sana selama beberapa waktu.[2]

Selain ke Bangil, Guru Danau juga berkunjung ke sejumlah wilayah di Pulau Jawa seperti Pasuruan, Jember, Malang, Wonosobo, Purwokerto, Surakarta, dan Yogyakarta untuk memperoleh keberkahan ilmu, amalan dan tarekat tertentu dari beberapa menemui ulama dan habaib yang ada di sana, seperti K.H. Abdul Hamid Pasuruan, Habib Sholeh al-Hamid Jember, Mbah Malik Purwokerto, Kyai Syakur Wonosobo, Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih Malang, Habib Anis al-Habsyi Solo, Habib Ahmad Bafaqih Tempel Yogyakarta, dan lain-lain.[2] Bahkan sewaktu Guru Dananu berkunjung ke Wonosobo, dia bersama Habib Lutfi Pekalongan untuk mengambil tarikat Naqsyabandiyah dari tokoh habaib di sana.[1]

Perjalanan Dakwah

[sunting | sunting sumber]

Membuka pengajian di Bitin

[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1980-an, Guru Danau ingin membuka pengajian, sehingga dia meminta izin kepada gurunya, yaitu Guru Sekumpul. Sewaktu Guru Danau meminta izin, Guru Sekumpul berpesan bahwa dalam menjalankan pengajian tidak boleh bapintaan (meminta uang dari masyarakat) dan harus memakai halat (dinding yang membedakan laki-laki dan perempuan). Selain itu, gurunya berpesan agar harus memiliki kemandirian finansial sehingga dapat berkonsentrasi pada mengajar dan berdakwah tanpa mengharapkan imbalan finansial.[2]

Atas izin gurunya, pada tahun 1980, Guru Danau membuka pengajian di rumahnya di sekitar pasar di Desa Bitin, Danau Panggang setiap Sabtu malam. Kemudian, pada tahun 1981, dia kembali mengajar di kampung halamannya sendiri, Danau Panggang setiap Senin Malam, tepatnya di Musala Darul Aman (nama yang sama dengan Langgar Darul Aman tempat Guru Sekumpul mengajar di Keraton, Martapura) yang berada di samping rumahnya. Awalnya, jamaah pengajian di Bitin dan Danau Panggang tidak banyak. Namun seiring dengan berjalannya waktu, jumlahnya semakin meningkat hingga mencapai ribuan orang, sehingga menempati teras dan halaman rumah penduduk sekitar. Bahkan, ada yang duduk berbaris di pinggir-pinggir jalan hingga mencapai beberapa kilometer.[2]

Membangun pondok pesantren

[sunting | sunting sumber]

Selain mengasuh pengajian besar, dia uga mendirikan dan membina beberapa pondok pesantren. Pada tahun 1982, ia mendirikan Pondok Pesantren Darul Aman di Kecamatan Babirik, Hulu Sungai Utara. Selain itu, dia juga mendirikan dan membina Pondok Pesantren Raudatus Sibyan di Desa Longkong, Kecamatan Danau Panggang dan Pesantren Ar Raudah I di Jaro, Tabalong dan Ar Raudah II di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah.[2]

Membuka pengajian di Mabu'un

[sunting | sunting sumber]

Pada sekitar 1998, seiring dengan semakin meluasnya pengaruh dan popularitasnya, Guru Danau kembali membuka pengajian di Mabu'un, Murung Pudak, Kabupaten Tabalong. Menurut cerita, pada awalnya, Mabuun merupakan sarang pelacuran dan perjudian, sehingga dia berusaha melawannya dengan cara menghubungi pihak-pihak berwenang untuk menutupnya. Namun usaha ini tidak berhasil, sehingga dia harus mengubah strategi dengan membuka pengajian di tempat itu. Dengan adanya pengajian tersebut, praktik pelacuran dan perjudian itu tidak mendapat tempat dan berhenti dengan sendirinya dan berubah menjadi tempat pengajian. Bahkan, pengajian di tempat ini merupakan pengajian binaan Guru Danau yang terbesar karena dihadiri oleh puluhan ribu jamaah (kira-kira mencapai 40 ribuan jamaah) karena didukung oleh area yang lebih luas dan lebih baik kondisinya dibanding pengajiannya di Bitin dan Danau Panggang. Selain itu, pengajiannya yang diadakan pada malam Rabu setiap setengah bulan sekali ini membuat para jamaah dari kawasan Amuntai, Paringin, atau Kalimantan Tengah memiliki persiapan yang lebih matang untuk menghadiri pengajian di Mabuun, seperti transportasi dan lain-lain, sehingga terdapat ratusan buah mobil yang parkir di sekitar lokasi saat pengajian berlangsung.[2]

Kitab yang diajarkan

[sunting | sunting sumber]

Adapun materi yang sering dibahas oleh Guru Danau semasa hidupnya meliputi, tauhid, fikih, tasawuf, hadis, tafsir, kisah-kisah dan lainnya, dimana dia memakai-kitab-kitab berbahasa Arab dan Jawi. Kitab-kitab tersebut antara lain Irsyad al-‘Ibad karangan Syekh Zainuddin al-Malibari, Nasha`ih al-‘Ibad, Muraqi al-‘Ubudiyyah dan Tanqih al-Qawl karangan Syekh Nawawi al-Bantani, Risalah al-Mu’awanah dan Nasha`ih al-Diniyyah karya Al-Habib Abdullah bin Alawi al-Haddad, Tuhfah al-Raghibin karya Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Syarah Sittin karya Syekh Ahmad Ramli, dan lain-lain. Setiap pengajiannya, dia selalu menjelaskan kitab tersebut dengan bahasa yang mudah dipahami oleh jamaahnya dan diselipkan dengan cerita-cerita lucu, pantun-pantun, dan singkatan-singkatan yang membuat para jamaah tertawa, sehingga para jamaah tidak merasa bosan dalam mempelajari kitab-kitab yang diajarkan.[2]

Berwirausaha

[sunting | sunting sumber]

Meski dia aktif berdakwah melalui pengajian dan pondok pesantren yang dia bina dan bernampilan yang sederhana dalam hidupnya, dia juga aktif dalam berwirausaha, seperti bisnis sarang burung walet yang dia pelajari dari seorang habib di Jawa, dagang emas, membeli tanah sebagai investasi, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan dia tidak mau meminta bantuan dana dari masyarakat, pemerintah, dan partai politik karena khawatir akan menimbulkan rasa tidak ikhlas dan tidak lagi menasihat masyarakat dan penguasa. Terlebih lagi sejak dia masih muda, dia terbiasa bertani, berdagang dan bisnis lainnya. Dari pendapatannya tersebut, dia mampu membiayai semua pembangunan komplek pengajian dan pesantren yang dia bina tanpa bantuan orang lain.[2]

Pada Kamis malam tanggal 1 Februari 2024, Guru Danau mengalami kondisi kritis dan akhirnya menghembuskan napas terakhir di rumahnya pada Jumat sore pukul 16.30 WITA tanggal 21 Rajab 1445 Hijriah atau tanggal 2 Februari 2024. Beberapa jam kemudian, kabar ini tersebar di mana-mana hingga ucapan belasungkawa dari warganet membanjiri beranda media sosial dan banyak jamaah yang datang ke rumah duka.[3][4]

Berbagai rekaman ceramah Guru Danau semasa hidupnya juga mengiringi kabar kematiannya, termasuk video yang berisi pesan terkait Pemilu 2024. Dia mengatakan bahwa tokoh-tokoh yang bertarung di Pemilihan Presiden 2024 adalah temannya, mengingat beberapa tokoh seperti Mahfud MD, Prabowo Subianto, dan Muhaimin Iskandar pernah sowan ke tempatnya. Dia mengatakan bahwa dalam menjalankan rangkaian Pemilu, jangan membuat masalah, jangan berpecah belah, dan ciptakan suasana damai.[3] Sontak, berbagai ucapan belasungkawa juga disampaikan oleh berbagai kalangan, termasuk Presiden Joko Widodo dan para pejabat pemerintahan yang mengirimkan karangan bunga ke rumah duka.[5]

Dia dimakamkan pada hari Sabtu tanggal 3 Februari 2024 pukul 13.30 WITA di Alkah Keluarga di Desa Danau Panggang, tidak jauh dari Masjid Sirajul Ummah Danau Panggang dan rumah duka. Saat proses pemakamannya, banyak jamaah dari berbagai daerah yang mengikuti prosesinya, seperti salat jenazah dan pemakaman.[6]

Saat kematiannya, dia meninggalkan istri yang bernama Hj. Jamilah binti Maskur yang dia nikahi pada tahun 1980, dimana isrinya berasal dari desa Bitin. Dia juga meninggalkan tiga belas orang anak yang terdiri tujuh orang anak laki-laki dan enam orang anak perempuan, di antaranya Wahid, Ladaniah, Musanna, Mufidah, Muktiah, Noor ’Ainah, Noorhasanah, Haudi, Syahli, Mujiburrahman, Mujahidah, Syamsuddin dan M. Naseh.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e Akbar, Muhammad (2 Februari 2024). "Asal Mula KH Asmuni Disebut Guru Danau, Begini Ceritanya". Radar Banjarmasin. Diakses tanggal 3 Februari 2024. 
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m Tim MUI Kalsel; Tim LP2M UIN Antasari Banjarmasin (2019). Ulama Banjar dari Masa ke Masa (Edisi Revisi). Banjarmasin: Antasari Press. ISBN 9786237665052. 
  3. ^ a b Lianor, Hendra (2 Februari 2024). "Pesan Guru Danau Sebelum Wafat: Pemilu Damai, Jangan Bikin Masalah". Apahabar.com. Diakses tanggal 5 Februari 2024. 
  4. ^ Akabr, Muhammad (2 Februari 2024). "Innalilahi Wainnailaihi Rojiun, Kalsel Berduka, Guru Danau Meninggal Dunia". Radar Banjarmasin. Diakses tanggal 5 Februari 2024. 
  5. ^ Akbar, Muhammad (3 Februari 2024). "Ungkapan Duka Cita, Ada Karangan Bunga Bertuliskan Presiden Joko Widodo di Lokasi Kediaman Guru Danau". Radar Banjarmasin. Diakses tanggal 5 Februari 2024. 
  6. ^ Akbar, Muhammad (3 Februari 2024). "Diiringi Tangisan Para Pelayat, Guru Danau Dimakamkan Usai Shalat Dzuhur, Ini Pesan Penting dari Pihak Keluarga Almarhum". Radar Banjarmasin. Diakses tanggal 5 Februari 2024.