Lompat ke isi

Aw Tjoei Lan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Di nisan beliau ejaan marganya 'Aw', bukan 'Auw' (lihat 'Prominent Indonesian Chinese', Suryadinata 2015)
 
(4 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox person
'''Aw Tjoei Lan''', lebih dikenal sebagai '''Njonja Kapitein Lie Tjian Tjoen''', ({{lahirmati|[[Majalengka]]|17|2|1889||19|12|1965}})<ref>https://historia.id/ekonomi/articles/auw-tjoei-lan-pelindung-kebajikan-P3gdP</ref> adalah seorang dermawan [[Tionghoa-Indonesia]] dan pendiri yayasan ''Ati Soetji'' ([[EYD]]: Hati Suci).<ref name="Setyautama">{{cite book|last1=Setyautama|first1=Sam|title=Tokoh-tokoh etnis Tionghoa di Indonesia|date=2008|publisher=Kepustakaan Populer Gramedia|isbn=9789799101259|url=https://books.google.co.id/books?id=lEGrOWWEvswC&dq=%22lie+tjoe+hong%22&source=gbs_navlinks_s|language=id}}</ref> Melalui yayasan tersebut, Aw Tjoei Lan melindungi perempuan-perempuan muda asal Tiongkok yang menjadi korban penyelundupan manusia ke Batavia.<ref>http://kapalperempuan.org/auw-tjoei-lan-pejuang-perempuan-tionghoa-dalam-memberantas-perdagangan-perempuan/</ref>
| name = Aw Tjoei Lan
| image =
| alt =
| caption =
| birth_name =
| birth_date = {{Birth date|1889|02|17}}
| birth_place =
| death_date = {{Death date and age|1965|12|19|1889|02|17}}
| death_place = Djakarta
| nationality = Indonesia
| other_names = Njonja Kapitan Lie Tjian Tjoen
| occupation = Aktivis sosial, filantropis, dan pemimpin komunitas
| years_active = 1910-an - 1960-an
| known_for = Aktivis hak perempuan dan pendiri dari [[Ati Soetji]]
| notable_works =
| spouse = [[Lie Tjian Tjoen|Lie Tjian Tjoen, Kapitan Cina]] ''(suami)''
| children =
| parents = [[Aw Seng Hoe|Aw Seng Hoe, Letnan Cina]] ''(bapak)''<br> Tan An Nio ''(ibu)''
| relations = [[Lie Tjoe Hong|Lie Tjoe Hong, Mayor Cina]] ''(bapak mertua)''<br> [[Hok Hoei Kan]] ''(saudara ipar)''<br> [[Tan Tjin Kie|Tan Tjin Kie, Mayor-tituler Cina]] ''(sepupu)''
}}


'''Aw Tjoei Lan''', atau lebih dikenal sebagai '''Njonja Kapitein Lie Tjian Tjoen''', dan terkadang ditulis sebagai '''Auw Tjoei Lan''', (lahir pada tanggal 17 Februari 1889 – meninggal pada tanggal 19 Desember 1965) adalah seorang dermawan, pemimpin komunitas, dan aktivis sosial berlatar belakang [[Tionghoa Indonesia]]. Aw Tjoei Lan adalah pendiri dari organisasi amal '[[Ati Soetji]]' ([[EYD]]: 'Hati Suci').<ref name="A. Bobby Pr (2004)">{{cite book |last1=A. Bobby Pr |title=Ny. Lie Tjian Tjoen: mendahului sang waktu [English: 'Ny. Lie Tjian Tjoen: ahead of her Time'] |date=2014 |publisher=Penerbit Buku Kompas |location=Jakarta |isbn=9789797098728 |url=https://books.google.com/books?id=FdgOogEACAAJ&q=%22auw+tjoei+lan%22
Ia adalah putri dari keluarga yang termasuk golongan baba bangsawan atau '[[Cabang Atas]]'. Ayahnya, [[Aw Seng Hoe]], ''[[Kapitan Cina|Kapitein der Chinezen]]'' di Majalengka, seorang birokrat dan tuan tanah yang memiliki kebun tebu dan pabrik gula, sedangkan ibunya, Tan An Nio, adalah cucu keponakan dari [[Tan Tjin Kie|Tan Tjin Kie, Majoor der Chinezen]] di Cirebon.<ref>https://www.boombastis.com/auw-tjoie-lan/86631</ref><ref name="Haryono">{{cite book|last1=Haryono|first1=Steve|title=Perkawinan Strategis: Hubungan Keluarga Antara Opsir-opsir Tionghoa Dan 'Cabang Atas' Di Jawa Pada Abad Ke-19 Dan 20|date=2017|publisher=Subur|isbn=9789799101259|url=https://books.google.co.id/books?id=IoDgswEACAAJ&dq=inauthor:%22Steve+Haryono%22&hl=en&sa=X&ved=0ahUKEwjctff_qKniAhUEXK0KHUawCzAQ6AEIKDAA}}</ref> Ia menikah dengan [[Lie Tjian Tjoen|Kapitein Lie Tjian Tjoen]], putra dari [[Lie Tjoe Hong]], ''[[Daftar Kapitan Cina|Majoor der Chinezen]]'' (Mayor Tionghoa) ketiga di [[Batavia]] (sekarang [[Jakarta]]). Ia juga menjadi saudara ipar dari politikus [[Hok Hoei Kan]].
|accessdate=25 May 2019 |language=id}}</ref><ref name="Suryadinata 2015">{{cite book |last1=Suryadinata |first1=Leo |title=Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches |date=2015 |publisher=Institute of Southeast Asian Studies |location=Singapore |isbn=9789814620505 |url=https://books.google.com/books?id=ZO6gCgAAQBAJ&q=%22aw+tjoei+lan%22&pg=PA215
|accessdate=25 May 2019 |language=en|edition=4th }}</ref><ref name="Mukthi, Musuh Para Mucikari">{{cite news |last1=Mukthi |first1=M. F. |title=Auw Tjoei Lan, Musuh Para Mucikari |url=https://historia.id/ekonomi/articles/auw-tjoei-lan-musuh-para-mucikari-6m2xD
|accessdate=25 May 2019 |work=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia |publisher=Historia |date=April 21, 2010 |language=en}}</ref><ref name="Mukthi, Pelindung Kebajikan">{{cite news |last1=Mukthi |first1=M. F. |title=Auw Tjoei Lan, Pelindung Kebajikan |url=https://historia.id/ekonomi/articles/auw-tjoei-lan-pelindung-kebajikan-P3gdP
|accessdate=25 May 2019 |work=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia |publisher=Historia |date=April 21, 2010 |language=en}}</ref><ref name="Ravando Lie">{{cite news |last1=Lie |first1=Ravando |title=Hati Suci Nyonya Lie Tjian Tjoen Selamatkan Perempuan & Anak Yatim |url=https://tirto.id/hati-suci-nyonya-lie-tjian-tjoen-selamatkan-perempuan-anak-yatim-ddvt
|accessdate=25 May 2019 |work=tirto.id |publisher=Tirto |date=January 8, 2019 |language=id}}</ref> Melalui organisasi tersebut, ia melawan [[perdagangan manusia]] dan [[prostitusi]], serta mempromosikan pendidikan untuk anak yatim piatu, terutama perempuan.<ref name="A. Bobby Pr (2004)" /><ref name="Suryadinata 2015" />


==Kehidupan awal==
Pada September 1935, Nyonya Lie dianugerahi [[Ordo Orange-Nassau]], sebuah penghargaan kenegaraan tertinggi di [[Hindia Belanda]].<ref>https://tirto.id/hati-suci-nyonya-lie-tjian-tjoen-selamatkan-perempuan-anak-yatim-ddvt</ref>
Aw Tjoei Lan lahir di [[Majalengka]], [[Hindia Belanda]] pada sebuah keluarga '[[Cabang Atas]]'.<ref name="Haryono 2017">{{cite book |last1=Haryono |first1=Steve |title=Perkawinan Strategis: Hubungan Keluarga Antara Opsir-opsir Tionghoa Dan 'Cabang Atas' Di Jawa Pada Abad Ke-19 Dan 20 |date=2017 |publisher=Steve Haryono |location=Utrecht |isbn=9789090302492 |url=https://books.google.com/books?id=IoDgswEACAAJ&q=perkawinan+strategis+haryono
|accessdate=25 May 2019 |language=en}}</ref> Ayahnya, [[Aw Seng Hoe]], adalah ''[[Kapitan Cina|Letnan Cina]]'' Majalengka mulai tahun 1886 hingga 1904.<ref name="Haryono 2017" /> Ibunya, Tan An Nio, adalah sepupu pertama dari [[Tan Tjin Kie|Tan Tjin Kie, Mayor-tituler Cina]], dan berasal dari [[keluarga Tan dari Cirebon]].<ref name="Haryono 2017" />


Seperti banyak anak dengan latar belakang yang sama, Aw juga mendapat pendidikan Belanda. Ayahnya mengundang seorang tutor Belanda dari [[Batavia, Hindia Belanda|Batavia]], ibu kota Hindia Belanda, untuk mengajar Aw dan saudara kandungnya.<ref name="Mukthi, Pelindung Kebajikan" /><ref name="Ravando Lie" /> Aw kemudian bersekolah di sebuah sekolah Belanda di [[Bogor|Buitenzorg]], di mana ia menumpang tinggal di rumah seorang [[Minister (Kristen)|minister]] Belanda, yakni [[The Reverend|Rev.]] van Walsum.<ref name="Mukthi, Pelindung Kebajikan" /><ref name="Ravando Lie" /> Aw juga mengenal filantropi sejak dini, karena ayahnya aktif melindungi kegiatan sosial di Majalengka.<ref name="Mukthi, Pelindung Kebajikan" /><ref name="Ravando Lie" />
== Referensi ==
{{reflist}}


==Pernikahan dan aktivisme sosial==
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
Aw Tjoein Lan pindah ke Batavia setelah menikah pada tanggal 2 Maret 1907 dengan [[Lie Tjian Tjoen|Lie Tjian Tjoen, Kapitan Cina]], anak dari [[Lie Tjoe Hong]], [[Daftar Kapitan Cina#Kapitan Cina di Jakarta|Mayor Cina ketiga Batavia]] dan anggota dari [[keluarga Lie dari Pasilian]].<ref name="Mukthi, Musuh Para Mucikari" /><ref name="Ravando Lie" /><ref name="Haryono 2017" /> Melalui suaminya, Aw juga merupakan saudara ipar dari [[Hok Hoei Kan]].<ref name="Haryono 2017" />

Di Batavia, van Walsum mengenalkan Aw dengan Dr. Zigman.<ref name="Chambert-Loir & Ambary">{{cite book |last1=Chambert-Loir |first1=Henri |last2=Ambary |first2=Hasan Muarif |title=Panggung sejarah: persembahan kepada Prof. Dr. Denys Lombard |date=1999 |publisher=Yayasan Obor Indonesia |location=Jakarta |isbn=9789794613177 |url=https://books.google.com/books?id=cvlwAAAAMAAJ&q=zigman
|accessdate=25 May 2019 |language=id}}</ref> Pada tahun 1912, bersama D. van Hindeloopen Labberton dan Soetan Temanggoeng, Dr. Zigman kemudian mengajak Aw untuk bersama-sama mendirikan dan mengelola sebuah organisasi baru yang diberi nama Ati Soetji, yang bertujuan untuk melawan perdagangan manusia dan prostitusi, serta mempromosikan pendidikan.<ref name="Mukthi, Musuh Para Mucikari" /><ref name="Ravando Lie" /><ref name="Chambert-Loir & Ambary" /> Walaupun awalnya mendapat perlawanan dari berbagai organisasi dan kepentingan, Aw tetap bertahan.<ref name="Mukthi, Musuh Para Mucikari" /> Aw lalu memanfaatkan hubungan keluarganya dengan sejumlah pejabat Hindia Belanda dan pejabat Cina, sehingga akhirnya Ati Soetji dapat memperoleh perlindungan dari [[Gubernur Jenderal Hindia Belanda|Gubernur Jenderal]], [[Johan Paul van Limburg Stirum|Johan Paul, Count of Limburg-Stirum]] dan istrinya, serta mendapat dukungan dari [[Khouw Kim An|Khouw Kim An, Mayor Cina kelima Batavia]].<ref name="Mukthi, Pelindung Kebajikan" /><ref name="Ravando Lie" />

Pada tanggal 17 Oktober 1917, Ati Soetji membuka fasilitas pertamanya untuk perempuan, yakni ''Tehuis voor Chineesche Meisjes'' ('Rumah untuk Perempuan Cina'). Pada tahun 1925, Ati Soetji juga membuka fasilitas serupa untuk laki-laki.<ref name="Mukthi, Pelindung Kebajikan" /><ref name="Ravando Lie" /> Pada tahun 1929, Ati Soetji memindahkan kantor pusatnya ke [[Kampung Bali, Tanah Abang, Jakarta Pusat|Kampung Bali, Tanah Abang]].<ref name="Mukthi, Pelindung Kebajikan" /><ref name="Ravando Lie" /> Pada akhir dekade 1930-an, Ati Soetji telah memiliki dua buah panti asuhan, sebuah pengungsian untuk mantan pelaku prostitusi, sebuah fasilitas untuk perempuan dari keluarga miskin, sebuah sekolah, dan sebuah sekolah tata busana.<ref name="Mukthi, Pelindung Kebajikan" /><ref name="Ravando Lie" />

Pada bulan September 1935, atas rekomendasi dari Majoor Khouw Kim An, [[Ratu Wilhelmina dari Belanda]] menganugerahkan [[Order of Orange-Nassau]] kepada Aw.<ref name="Mukthi, Musuh Para Mucikari" /><ref name="Ravando Lie" /> Penghargaan tersebut kemudian diberikan langsung ke Aw oleh perdana menteri Belanda, [[Hendrikus Colijn]], atas nama ratu.<ref name="Ravando Lie" />

Pada bulan Februari 1937, mewakili Hindia Belanda, Aw berpartisipasi di prosiding dari [[Liga Bangsa-Bangsa]] di [[Bandung]], [[Jawa Barat]].<ref name="Mukthi, Musuh Para Mucikari" /><ref name="Ravando Lie" /> Pada pidatonya, Aw mengadvokasi pendidikan untuk perempuan miskin guna membantu mereka meraih independensi pribadi dan profesional agar dapat menghindari perdagangan manusia.<ref name="Mukthi, Musuh Para Mucikari" /><ref name="Ravando Lie" /> Aw juga mendorong rehabilitasi terhadap perempuan yang kehilangan keperawanannya.<ref name="Mukthi, Musuh Para Mucikari" /><ref name="Ravando Lie" />

[[Pendudukan Jepang di Indonesia]] mulai tahun 1942 hingga 1945 selama [[Perang Dunia II]] lalu membuat Ati Soetji dan Aw sangat terpuruk.<ref name="Mukthi, Pelindung Kebajikan" /><ref name="Ravando Lie" /> Bersama sejumlah pejabat lain, suami Aw, Kapitan Lie Tjian Tjoen, diletakkan di sebuah kamp konsentrasi.<ref name="Mukthi, Pelindung Kebajikan" /><ref name="Ravando Lie" /> Rumah keluarga mereka di Jl. Kramat Raya no. 168, yang saat itu digunakan untuk menampung anak laki-laki yatim piatu, juga disita oleh Jepang.<ref name="Ravando Lie" /> Aw kemudian mengusahakan tersedianya penampungan alternatif, dan memastikan bahwa anak-anak yang ditampungnya tidak diambil oleh Jepang sebagai '[[ianfu]]'.<ref name="Mukthi, Pelindung Kebajikan" /><ref name="Ravando Lie" /> Setelah perang berakhir, Aw membangun kembali Ati Soetji, sehingga memungkinkan organisasi tersebut untuk bertahan hingga saat ini.<ref name="Mukthi, Pelindung Kebajikan" /><ref name="Ravando Lie" />

Aw Tjoei Lan akhirnya meninggal pada tanggal 19 September 1965 di Jakarta, Indonesia pada usia 76 tahun.<ref name="A. Bobby Pr (2004)" /><ref name="Suryadinata 2015" /> Jenazahnya disemayamkan di kantor pusat Ati Soetji sebelum kemudian dimakamkan di [[Petamburan, Tanah Abang, Jakarta Pusat|Petamburan]].<ref name="A. Bobby Pr (2004)" /><ref name="Suryadinata 2015" /><ref name="Ravando Lie" />

Sebuah opera tentang perjuangan Auw Tjoei Lan telah diciptakan oleh komponis [[Ananda Sukarlan]] , dengan libretto dari penyair [[Emi Suy]] , dengan tata panggung oleh Rama Soeprapto dan sutradara Chendra Effendy Panatan. Soprano [[Mariska Setiawan]] memerankan tokoh Auw Tjoei Lan di pertunjukan perdananya.

==Referensi==
{{Reflist}}

{{Authority control}}

{{DEFAULTSORT:Aw, Tjoei Lan}}
[[Kategori:Kelahiran 1889]]
[[Kategori:Kematian 1965]]
[[Kategori:Cabang Atas]]
[[Kategori:Cabang Atas]]
[[Kategori:Tionghoa-Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Hindia Belanda]]
[[Kategori:Tokoh dari Jakarta]]
[[Kategori:Tokoh dari Majalengka]]
[[Kategori:Aktivis hak perempuan Indonesia]]
[[Kategori:Hak perempuan di Indonesia]]

Revisi terkini sejak 7 April 2024 16.02

Aw Tjoei Lan
Lahir(1889-02-17)17 Februari 1889
Meninggal19 Desember 1965(1965-12-19) (umur 76)
Djakarta
KebangsaanIndonesia
Nama lainNjonja Kapitan Lie Tjian Tjoen
PekerjaanAktivis sosial, filantropis, dan pemimpin komunitas
Tahun aktif1910-an - 1960-an
Dikenal atasAktivis hak perempuan dan pendiri dari Ati Soetji
Suami/istriLie Tjian Tjoen, Kapitan Cina (suami)
Orang tuaAw Seng Hoe, Letnan Cina (bapak)
Tan An Nio (ibu)
KerabatLie Tjoe Hong, Mayor Cina (bapak mertua)
Hok Hoei Kan (saudara ipar)
Tan Tjin Kie, Mayor-tituler Cina (sepupu)

Aw Tjoei Lan, atau lebih dikenal sebagai Njonja Kapitein Lie Tjian Tjoen, dan terkadang ditulis sebagai Auw Tjoei Lan, (lahir pada tanggal 17 Februari 1889 – meninggal pada tanggal 19 Desember 1965) adalah seorang dermawan, pemimpin komunitas, dan aktivis sosial berlatar belakang Tionghoa Indonesia. Aw Tjoei Lan adalah pendiri dari organisasi amal 'Ati Soetji' (EYD: 'Hati Suci').[1][2][3][4][5] Melalui organisasi tersebut, ia melawan perdagangan manusia dan prostitusi, serta mempromosikan pendidikan untuk anak yatim piatu, terutama perempuan.[1][2]

Kehidupan awal

[sunting | sunting sumber]

Aw Tjoei Lan lahir di Majalengka, Hindia Belanda pada sebuah keluarga 'Cabang Atas'.[6] Ayahnya, Aw Seng Hoe, adalah Letnan Cina Majalengka mulai tahun 1886 hingga 1904.[6] Ibunya, Tan An Nio, adalah sepupu pertama dari Tan Tjin Kie, Mayor-tituler Cina, dan berasal dari keluarga Tan dari Cirebon.[6]

Seperti banyak anak dengan latar belakang yang sama, Aw juga mendapat pendidikan Belanda. Ayahnya mengundang seorang tutor Belanda dari Batavia, ibu kota Hindia Belanda, untuk mengajar Aw dan saudara kandungnya.[4][5] Aw kemudian bersekolah di sebuah sekolah Belanda di Buitenzorg, di mana ia menumpang tinggal di rumah seorang minister Belanda, yakni Rev. van Walsum.[4][5] Aw juga mengenal filantropi sejak dini, karena ayahnya aktif melindungi kegiatan sosial di Majalengka.[4][5]

Pernikahan dan aktivisme sosial

[sunting | sunting sumber]

Aw Tjoein Lan pindah ke Batavia setelah menikah pada tanggal 2 Maret 1907 dengan Lie Tjian Tjoen, Kapitan Cina, anak dari Lie Tjoe Hong, Mayor Cina ketiga Batavia dan anggota dari keluarga Lie dari Pasilian.[3][5][6] Melalui suaminya, Aw juga merupakan saudara ipar dari Hok Hoei Kan.[6]

Di Batavia, van Walsum mengenalkan Aw dengan Dr. Zigman.[7] Pada tahun 1912, bersama D. van Hindeloopen Labberton dan Soetan Temanggoeng, Dr. Zigman kemudian mengajak Aw untuk bersama-sama mendirikan dan mengelola sebuah organisasi baru yang diberi nama Ati Soetji, yang bertujuan untuk melawan perdagangan manusia dan prostitusi, serta mempromosikan pendidikan.[3][5][7] Walaupun awalnya mendapat perlawanan dari berbagai organisasi dan kepentingan, Aw tetap bertahan.[3] Aw lalu memanfaatkan hubungan keluarganya dengan sejumlah pejabat Hindia Belanda dan pejabat Cina, sehingga akhirnya Ati Soetji dapat memperoleh perlindungan dari Gubernur Jenderal, Johan Paul, Count of Limburg-Stirum dan istrinya, serta mendapat dukungan dari Khouw Kim An, Mayor Cina kelima Batavia.[4][5]

Pada tanggal 17 Oktober 1917, Ati Soetji membuka fasilitas pertamanya untuk perempuan, yakni Tehuis voor Chineesche Meisjes ('Rumah untuk Perempuan Cina'). Pada tahun 1925, Ati Soetji juga membuka fasilitas serupa untuk laki-laki.[4][5] Pada tahun 1929, Ati Soetji memindahkan kantor pusatnya ke Kampung Bali, Tanah Abang.[4][5] Pada akhir dekade 1930-an, Ati Soetji telah memiliki dua buah panti asuhan, sebuah pengungsian untuk mantan pelaku prostitusi, sebuah fasilitas untuk perempuan dari keluarga miskin, sebuah sekolah, dan sebuah sekolah tata busana.[4][5]

Pada bulan September 1935, atas rekomendasi dari Majoor Khouw Kim An, Ratu Wilhelmina dari Belanda menganugerahkan Order of Orange-Nassau kepada Aw.[3][5] Penghargaan tersebut kemudian diberikan langsung ke Aw oleh perdana menteri Belanda, Hendrikus Colijn, atas nama ratu.[5]

Pada bulan Februari 1937, mewakili Hindia Belanda, Aw berpartisipasi di prosiding dari Liga Bangsa-Bangsa di Bandung, Jawa Barat.[3][5] Pada pidatonya, Aw mengadvokasi pendidikan untuk perempuan miskin guna membantu mereka meraih independensi pribadi dan profesional agar dapat menghindari perdagangan manusia.[3][5] Aw juga mendorong rehabilitasi terhadap perempuan yang kehilangan keperawanannya.[3][5]

Pendudukan Jepang di Indonesia mulai tahun 1942 hingga 1945 selama Perang Dunia II lalu membuat Ati Soetji dan Aw sangat terpuruk.[4][5] Bersama sejumlah pejabat lain, suami Aw, Kapitan Lie Tjian Tjoen, diletakkan di sebuah kamp konsentrasi.[4][5] Rumah keluarga mereka di Jl. Kramat Raya no. 168, yang saat itu digunakan untuk menampung anak laki-laki yatim piatu, juga disita oleh Jepang.[5] Aw kemudian mengusahakan tersedianya penampungan alternatif, dan memastikan bahwa anak-anak yang ditampungnya tidak diambil oleh Jepang sebagai 'ianfu'.[4][5] Setelah perang berakhir, Aw membangun kembali Ati Soetji, sehingga memungkinkan organisasi tersebut untuk bertahan hingga saat ini.[4][5]

Aw Tjoei Lan akhirnya meninggal pada tanggal 19 September 1965 di Jakarta, Indonesia pada usia 76 tahun.[1][2] Jenazahnya disemayamkan di kantor pusat Ati Soetji sebelum kemudian dimakamkan di Petamburan.[1][2][5]

Sebuah opera tentang perjuangan Auw Tjoei Lan telah diciptakan oleh komponis Ananda Sukarlan , dengan libretto dari penyair Emi Suy , dengan tata panggung oleh Rama Soeprapto dan sutradara Chendra Effendy Panatan. Soprano Mariska Setiawan memerankan tokoh Auw Tjoei Lan di pertunjukan perdananya.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d A. Bobby Pr (2014). Ny. Lie Tjian Tjoen: mendahului sang waktu [English: 'Ny. Lie Tjian Tjoen: ahead of her Time']. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 9789797098728. Diakses tanggal 25 May 2019. 
  2. ^ a b c d Suryadinata, Leo (2015). Prominent Indonesian Chinese: Biographical Sketches (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-4th). Singapore: Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 9789814620505. Diakses tanggal 25 May 2019. 
  3. ^ a b c d e f g h Mukthi, M. F. (April 21, 2010). "Auw Tjoei Lan, Musuh Para Mucikari". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia (dalam bahasa Inggris). Historia. Diakses tanggal 25 May 2019. 
  4. ^ a b c d e f g h i j k l Mukthi, M. F. (April 21, 2010). "Auw Tjoei Lan, Pelindung Kebajikan". Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia (dalam bahasa Inggris). Historia. Diakses tanggal 25 May 2019. 
  5. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u Lie, Ravando (January 8, 2019). "Hati Suci Nyonya Lie Tjian Tjoen Selamatkan Perempuan & Anak Yatim". tirto.id. Tirto. Diakses tanggal 25 May 2019. 
  6. ^ a b c d e Haryono, Steve (2017). Perkawinan Strategis: Hubungan Keluarga Antara Opsir-opsir Tionghoa Dan 'Cabang Atas' Di Jawa Pada Abad Ke-19 Dan 20 (dalam bahasa Inggris). Utrecht: Steve Haryono. ISBN 9789090302492. Diakses tanggal 25 May 2019. 
  7. ^ a b Chambert-Loir, Henri; Ambary, Hasan Muarif (1999). Panggung sejarah: persembahan kepada Prof. Dr. Denys Lombard. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. ISBN 9789794613177. Diakses tanggal 25 May 2019.