Lompat ke isi

Tutur Tinular (seri televisi 1996): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Danang Efendi (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Agus Nanda (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(18 revisi perantara oleh 4 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 11: Baris 11:
| developer =
| developer =
| presenter =
| presenter =
| starring = [[Anto Wijaya]]<br />[[Murti Sari Dewi]]<br />[[Li Yun Juan]]<br />[[Deivy Zulyanti Nasution]]<br>[[Piet Ermas]]<br /> [[Agus Kuncoro]]
| starring = [[Anto Wijaya]]<br />[[Murti Sari Dewi]]<br />[[Li Yun Juan]]<br />[[Deivy Zulyanti Nasution]]<br>[[Piet Ermas]]<br /> [[Agus Kuncoro]]<br /> [[Tizar Purbaya]]
| voices = [[Sanggar Prathivi]]
| voices = [[Sanggar Prathivi]]
| writer = [[Imam Tantowi]]
| writer = [[Imam Tantowi]]
Baris 42: Baris 42:
}}
}}


'''Tutur Tinular''' merupakan sebuah [[sinetron]] kolosal produksi [[Genta Buana Paramita|PT. Genta Buana Pitaloka]]/[[Genta Buana Paramita]] pada tahun [[1996]]. Serial ini disutradarai oleh [[Muchlis Raya]] dan skenario ditulis oleh [[Imam Tantowi]].
'''Tutur Tinular''' merupakan sebuah [[sinetron]] kolosal produksi [[Genta Buana Paramita|PT. Genta Buana Pitaloka]]/[[Genta Buana Paramita]] pada tahun [[1996]]. Serial ini disutradarai oleh Muchlis Raya dan skenario ditulis oleh [[Imam Tantowi]].

== Sinopsis ==
Cerita bermula saat [[Arya Kamandanu]], putra kedua pandai besi yang bernama Mpu Hanggareksa, tertarik dengan orang tua yang bijak,Mpu Ranubhaya yang ahli dalam seni bela diri. Dia mulai belajar seni bela diri dari Ranubhaya dan mengetahui bahwa Ranubhaya sebenarnya teman seperguruan ayahnya dalam persenjataan. Sementara ayah Kamandanu memilih untuk menjadi pemasok senjata kepada pemerintah [[Kerajaan Singhasari]], Ranubhaya memilih untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah dan mengisolasi dirinya sendiri.

Ketika ayah mengetahui hubungan guru-murid antara putra keduanya dan Ranubhaya, ia menjadi marah dan menuduh Ranubhaya sebagai pengkhianat dan menggunakan prajurit kerajaan menyerang kuil Ranubhaya ini. Hubungan antara Kamandanu dan ayahnya menjadi lebih buruk dan Kamandanu pengembara sebagai prajurit.

Cerita menjadi lebih kompleks ketika Ranubhaya, yang selamat dari rumahnya yang hancur, diculik oleh utusan [[Kubilai Khan]] yang kagum dengan keahliannya dalam persenjataan. Menjadi tahanan di Cina, ia dipaksa untuk membuat pedang besar, Nagapuspa. Setelah pedang selesai, dia dibunuh oleh pejabat yang takut jika Ranubhaya menciptakan pedang lain untuk saingan Nagapuspa. Sebelum kematiannya, ia meminta beberapa prajurit, Lo Si Shan dan [[Mei Xin]], untuk membawa pedang ke Che Po (Pulau Jawa, diucapkan dalam bahasa tua-Cina) dan memberikannya kepada Kamandanu.

Cerita dilanjutkan dengan keterlibatan Kamandanu di pasukan [[Raden Wijaya]], yang selamat dari [[Kerajaan Singhasari]] setelah diserang [[Kerajaan Kadiri|Kerajaan Kediri]]. keterlibatannya memperbaiki hubungan antara Kamandanu dan ayahnya, terutama setelah saudaranya, Dwipangga mengkhianati mereka. Kamandanu membantu Raden Wijaya menciptakan kerajaannya sendiri, Majapahit.

Tutur Tinular dimulai pada era [[Kertanegara]] (raja terakhir [[Kerajaan Singhasari|Singhasari]]) dan berakhir pada era [[Jayanegara]] (raja kedua [[Majapahit]]). Cerita dimulai ketika karakter utama masih muda dan berakhir ketika karakter utama sudah tua. Ini menunjukkan perkembangan dari anak muda idealis menadi seseorang yang bijak yang tidak ingin melihat perang lagi dan mengasingkan diri.

Pengembangan karakter lain yang juga menarik. Dwipangga misalnya, mulai hidupnya dalam cerita ini sebagai penyair yang lemah secara fisik. Kemudian, ia mencoba untuk mengubah hidupnya dengan mengkhianati keluarganya untuk medali emas dari Kediri. Setelah dipukuli dan dipermalukan oleh saudaranya sendiri di depan istri dan anaknya, ia belajar bela diri-seni dan menjadi seorang prajurit yang menakutkan, yang disebut sebagai Penyair Berdarah. Setelah dipukuli oleh Kamandanu untuk kedua kalinya, ia menghilang dan terlupakan sampai putrinya menemukan dia sebagai orang tua buta tak berdaya dan menyedihkan.


== Pemeran ==
== Pemeran ==
{|class="wikitable unsortable"
* [[Anto Wijaya]] sebagai [[Arya Kamandanu]]
|-
* [[Piet Ermas]] sebagai [[Arya Dwipangga]] / [[Pendekar Syair Berdarah]]
!Pemeran
* [[Deivy Zulyanti Nasution]] sebagai [[Nari Ratih]]
!Peran
* [[Murti Sari Dewi]] sebagai [[Sakawuni]]
|-
* [[Lamting]] sebagai [[Loe Shih Shan]]
|[[Anto Wijaya]]
* [[Agus Kuncoro]] sebagai [[Raden Wijaya]]/Prabu Kertarajasa Jayawardhana
|[[Arya Kamandanu]]
* [[Chairil J.M.]] sebagai [[Mpu Ranubhaya]]
|-
* [[Hendra Cipta]] sebagai [[Mpu Hanggareksa]]
|rowspan="2"|Piet Ermas
* [[Syaiful Anwar]] sebagai [[Mpu Tong Bajil]]
|Arya Dwipangga
* [[Anika Hakim]] sebagai [[Dewi Sambi]]
|-
* [[Tizar Purbaya]] sebagai [[Kertanagara|Prabu Kertanagara]]
|Pendekar Syair Berdarah
* [[Piet Pagau]] sebagai [[Jayakatwang|Prabu Jayakatwang]] (Musim 1) & Mpu Lunggah (Musim 2)
|-
* [[Nungki Kusumastuti]] sebagi [[Nararya Turukbali]]
|Deivy Zulyanti Nasution
* [[Hadi Leo]] sebagai [[Lembu Sora]]
|Nari Ratih
* [[Herbi Latupeirissa]] sebagai [[Ranggalawe]]
|-
* [[Candy Satrio]] sebagai [[Nambi|Patih Nambi]]
|[[Murti Sari Dewi]]
* [[Rayvaldo Luntungan]] sebagai Rakai Dukut & [[Mahapati|Dyah Halayudha]]
|Sakawuni
* [[Rizal Muhaimin]] sebagai Raden [[Ardharaja]] (Musim 1) dan [[Ra Tanca]] (Musim 2)
|-
* [[Johan Saimima]] sebagai [[Kebo Mundarang|Patih Kebo Mundarang]]
|[[Li Yun Juan]]
* [[Yoga Pratama]] sebagai [[Jayanagara]] remaja
|Mei Xin
* [[Irgi Ahmad Fahrezi]] sebagai [[Jayanagara|Prabu Jayanagara]]
|-
* [[Hans Wanaghi]] sebagai [[Meng Chi]]
|[[Lamting]]
* [[Wingky Harun]] sebagai [[Ki Ramparowang]]
|Loe Shih Shan
* [[Dian Sitoresmi]] sebagai [[Nini Ragarunting]]
|-
* [[Lilis Suganda]] sebagai [[Ayu Pupuh]] / [[Dewi Tunjung Biru]] (Musim 1) dan Istri [[Raden Wijaya]] (Musim 2)
|rowspan="2"|[[Agus Kuncoro]]
* [[Teddy Uncle]] sebagai [[Pranaraja]] (Musim 1) dan [[Mpu Wahana]] (Musim 2)
|[[Raden Wijaya]]
* [[Rizal Djibran]] sebagai [[Ra Kuti]]
|-
* [[Febriyanti]] sebagai [[Gayatri]]
|Prabu Kertarajasa Jayawardhana
* [[Niken Ayu]] sebagai [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]] kecil
|-
* [[Dhini Aminarti]] sebagai [[Tribhuwana Wijayatunggadewi]]
|[[Chairil J.M.]]
* [[Fiscarina]] sebagai [[Dyah Wiyat]]
|Mpu Ranubhaya
* [[Yuni Sulistyawati]] sebagai Palastri (Musim 1), Luh Jinggan (Musim 2) & [[Sitangsu]] (Musim 2)
|-
* [[Wulan Guritno]] sebagai [[Praharsini]]
|[[Hendra Cipta]]
* [[Trixie Fadriane Etheim]] sebagai [[Ayu Wandira]] kecil
|Mpu Hanggareksa
* [[Suzanna Meilia]] sebagai Sunggi (Musim 1), [[Dara Petak|Dyah Dara Pethak]] (Musim 2), & [[Ayu Wandira]] dewasa (Musim 2)
|-
* [[Benny Burnama]] sebagai Ki Pamungsu
|Syaiful Anwar
* [[Bambang Suryo]] sebagai [[Arya Wiraraja]]
|Mpu Tong Bajil
* [[Rendy Ricky Bramasta]] sebagai [[Banyak Kapuk]]
|-
* [[Deonardus]] sebagai [[Jambunada]]
|Anika Hakim
* [[M. Iqbal (pemeran)|M. Iqbal]] sebagai [[Panji Ketawang]] kecil
|Dewi Sambi
* [[Sawung Sembadha]] sebagai [[Panji Ketawang]] remaja
|-
* [[Rizal Fadli]] sebagai tokoh figuran (Musim 1), Balunghura (Musim 1), Sado (Musim 2), & [[Panji Ketawang]] dewasa (Musim 2)
|Tizar Purbaya
* [[Eddy Dhosa]] sebagai Kuda Prana
|Prabu Kertanagara
* [[Risdo Alaro Matondang]] sebagai [[Cakradara]]
|-
* [[Rifki Alfarez]] sebagai [[Gajah Mada]]
|rowspan="2"|[[Piet Pagau]]
* [[Hendri Hendarto]] sebagai [[Kudamerta]]
|[[Jayakatwang|Prabu Jayakatwang]] {{efn|Musim 1}}
* [[David Macpal]] sebagai Dangdi
|-
* [[Anne J. Cotto]] sebagai Mertaraga
|Mpu Lunggah {{efn|Musim 2}}
* [[Irman F.R. Heryana]] sebagai [[Lanang Dhanapala]]
|-
* [[Aspar Paturusi]] sebagai Rekyan Wuru
|[[Nungki Kusumastuti]]
* [[S. Manan Dipa]] sebagai [[Ramapati]] (Musim 1), Wongkilur (Musim 1), [[Mpu Sasi]] (Musim 2), & [[Rakai Pamitihan]] (Musim 2)
|Nararya Turukbali
* [[Fitria Anwar]] sebagai Kurantil
|-
* [[Tien Kadaryono]] sebagai Nyi Pamiji
|[[Hadi Leo]]
* [[Alex Bernard]] sebagai Wong Yin (Musim 1 & 2) & Shih Pie (Musim 1)
|[[Lembu Sora]]
* [[Andre Yega]] sebagai Adirasa, [[Ikemese]] (Musim 1), & Jarawaha (Musim 2)
|-
* [[Nani Somanegara]] sebagai Istri Prabu Jayakatwang (Musim 1) & Nyi Rongkot (Musim 2)
|Herbi Latupeirissa
* [[Antoni Sumadi]] sebagai Ki Sugatabrahma
|[[Ranggalawe]]
* [[Rochim Lahatu]] sebagai [[Kebo Anabrang]] 1 (Musim 1 & 2) dan [[Jabung Tarewes]] (Musim 2)
|-
* [[Tanase]] sebagai [[Gajah Pagon]] (Musim 1) & Kolo Rampis (Musim 2)
|Candy Satrio
* [[Zainal Pattikawa]] sebagai [[Jaran Lejong]] (Musim 1) dan [[Ra Wedeng]] (Musim 2)
|[[Nambi|Patih Nambi]]
* [[Norman Syam]] sebagai Jarawaha (Musim 1), Gajah Biru (Musim 1 & 2), & [[Ra Yuyu]] 2 (Musim 2)
|-
|rowspan="2"|Rayvaldo Luntungan
|Rakai Dukut
|-
|[[Mahapati|Dyah Halayudha]]
|-
|rowspan="2"|Rizal Muhaimin
|Raden Ardharaja {{efn|Musim 1}}
|-
|[[Ra Tanca]] {{efn|Musim 2}}
|-
|[[Johan Saimima]]
|Patih Kebo Mundarang
|-
|[[Yoga Pratama]]
|[[Jayanagara]] remaja
|-
|[[Irgi Ahmad Fahrezi]]
|[[Jayanagara|Prabu Jayanagara]]
|-
|Hans Wanaghi
|Meng Chi
|-
|[[Wingky Harun]]
|Ki Ramparowang
|-
|Dian Sitoresmi
|Nini Ragarunting
|-
|rowspan="3"|[[Lilis Suganda]]
|Ayu Pupuh
|-
|Dewi Tunjung Biru {{efn|Musim 1}}
|-
|Istri [[Raden Wijaya]] {{efn|Musim 2}}
|-
|rowspan="2"|Teddy Uncle
|Pranaraja {{efn|Musim 1}}
|-
|Mpu Wahana {{efn|Musim 2}}
|-
|[[Rizal Djibran]]
|[[Ra Kuti]]
|-
|Febriyanti
|[[Gayatri]]
|-
|[[Niken Ayu]]
|[[Tribhuwana Wijayatunggadewi]] kecil
|-
|[[Dhini Aminarti]]
|[[Tribhuwana Wijayatunggadewi]]
|-
|Fiscarina
|[[Dyah Wiyat]]
|-
|rowspan="3"|[[Yuni Sulistyawati]]
|Palastri {{efn|Musim 1}}
|-
|Luh Jinggan {{efn|Musim 2}}
|-
|Sitangsu {{efn|Musim 2}}
|-
|[[Wulan Guritno]]
|Praharsini
|-
|Trixie Fadriane Etheim
|Ayu Wandira kecil
|-
|rowspan="3"|Suzanna Meilia
|Sunggi {{efn|Musim 1}}
|-
|[[Dara Petak|Dyah Dara Pethak]] {{efn|Musim 2}}
|-
|Ayu Wandira dewasa {{efn|Musim 2}}
|-
|Benny Burnama
|Ki Pamungsu
|-
|Bambang Suryo
|[[Arya Wiraraja]]
|-
|Rendy Ricky Bramasta
|Banyak Kapuk
|-
|Deonardus
|Jambunada
|-
|M. Iqbal
|Panji Ketawang kecil
|-
|Sawung Sembadha
|Panji Ketawang remaja
|-
|rowspan="4"|Rizal Fadli
|Tokoh figuran {{efn|Musim 1}}
|-
|Balunghura {{efn|Musim 1}}
|-
|Sado {{efn|Musim 2}}
|-
|Panji Ketawang {{efn|Musim 2}}
|-
|Eddy Dhosa
|Kuda Prana
|-
|Risdo Alaro Matondang
|Cakradara
|-
|Rifki Alfarez
|[[Gajah Mada]]
|-
|[[Hendri Hendarto]]
|Kudamerta
|-
|David Macpal
|Dangdi
|-
|[[Anne J. Cotto]]
|Mertaraga
|-
|Irman F.R. Heryana
|Lanang Dhanapala
|-
|[[Aspar Paturusi]]
|Rekyan Wuru
|-
|rowspan="4"|S. Manan Dipa
|Ramapati {{efn|Musim 1}}
|-
|Wongkilur {{efn|Musim 1}}
|-
|Mpu Sasi {{efn|Musim 2}}
|-
|[[Rakai Pamitihan]] {{efn|Musim 2}}
|-
|[[Fitria Anwar]]
|Kurantil
|-
|[[Tien Kadaryono]]
|Nyi Pamiji
|-
|rowspan="2"|Alex Bernard
|Wong Yin {{efn|Musim 1 dan 2}}
|-
|Shih Pie {{efn|Musim 1}}
|-
|rowspan="2"|Andre Yega
|Adirasa, Ikemese {{efn|Musim 1}}
|-
|Jawahara {{efn|Musim 2}}
|-
|rowspan="2"|[[Nani Somanegara]]
|Istri Prabu Jayakatwang {{efn|Musim 1}}
|-
|Nyi Rongkot {{efn|Musim 2}}
|-
|Antoni Sumadi]]
|Ki Sugatabrahma
|-
|rowspan="2"|Rochim Lahatu
|[[Kebo Anabrang]] 1 {{efn|Musim 1 dan 2}}
|-
|[[Jabung Tarewes]] {{efn|Musim 2}}
|-
|rowspan="2"|Tanase
|Gajah Pagon]] {{efn|Musim 1}}
|-
|Kolo Rampis {{efn|Musim 2}}
|-
|rowspan="2"|Zainal Pattikawa]]
|Jaran Lejong {{efn|Musim 1}}
|-
|Ra Wedeng {{efn|Musim 2}}
|-
|rowspan="3"|Norman Syam
|Jarawaha {{efn|Musim 1}}
|-
|Gajah Biru {{efn|Musim 1 dan 2}}
|-
|Ra Yuyu {{efn|Musim 2}}
|}
* [[Garnis Hermawan]] sebagai Langkir (Musim 1), Ra Tabi (Musim 2), dan Trisura (Musim 2)
* [[Garnis Hermawan]] sebagai Langkir (Musim 1), Ra Tabi (Musim 2), dan Trisura (Musim 2)
* [[Steven Sakari]] sebagai Wong Chau
* [[Steven Sakari]] sebagai Wong Chau
Baris 247: Baris 442:
{{col-css3-end}}
{{col-css3-end}}


== Penghargaan dan nominasi ==
== Sinopsis ==
{| class="wikitable unsortable"
Cerita bermula saat [[Arya Kamandanu]], putra kedua pandai besi yang bernama Mpu Hanggareksa, tertarik dengan orang tua yang bijak,Mpu Ranubhaya yang ahli dalam seni bela diri. Dia mulai belajar seni bela diri dari Ranubhaya dan mengetahui bahwa Ranubhaya sebenarnya teman seperguruan ayahnya dalam persenjataan. Sementara ayah Kamandanu memilih untuk menjadi pemasok senjata kepada pemerintah [[Kerajaan Singhasari]], Ranubhaya memilih untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah dan mengisolasi dirinya sendiri.

Ketika ayah mengetahui hubungan guru-murid antara putra keduanya dan Ranubhaya, ia menjadi marah dan menuduh Ranubhaya sebagai pengkhianat dan menggunakan prajurit kerajaan menyerang kuil Ranubhaya ini. Hubungan antara Kamandanu dan ayahnya menjadi lebih buruk dan Kamandanu pengembara sebagai prajurit.

Cerita menjadi lebih kompleks ketika Ranubhaya, yang selamat dari rumahnya yang hancur, diculik oleh utusan [[Kubilai Khan]] yang kagum dengan keahliannya dalam persenjataan. Menjadi tahanan di Cina, ia dipaksa untuk membuat pedang besar, Nagapuspa. Setelah pedang selesai, dia dibunuh oleh pejabat yang takut jika Ranubhaya menciptakan pedang lain untuk saingan Nagapuspa. Sebelum kematiannya, ia meminta beberapa prajurit, Lo Si Shan dan [[Mei Xin]], untuk membawa pedang ke Che Po (Pulau Jawa, diucapkan dalam bahasa tua-Cina) dan memberikannya kepada Kamandanu.

Cerita dilanjutkan dengan keterlibatan Kamandanu di pasukan [[Raden Wijaya]], yang selamat dari [[Kerajaan Singhasari]] setelah diserang [[Kerajaan Kadiri|Kerajaan Kediri]]. keterlibatannya memperbaiki hubungan antara Kamandanu dan ayahnya, terutama setelah saudaranya, Dwipangga mengkhianati mereka. Kamandanu membantu Raden Wijaya menciptakan kerajaannya sendiri, Majapahit.

Tutur Tinular dimulai pada era [[Kertanegara]] (raja terakhir [[Kerajaan Singhasari|Singhasari]]) dan berakhir pada era [[Jayanegara]] (raja kedua [[Majapahit]]). Cerita dimulai ketika karakter utama masih muda dan berakhir ketika karakter utama sudah tua. Ini menunjukkan perkembangan dari anak muda idealis menadi seseorang yang bijak yang tidak ingin melihat perang lagi dan mengasingkan diri.

Pengembangan karakter lain yang juga menarik. Dwipangga misalnya, mulai hidupnya dalam cerita ini sebagai penyair yang lemah secara fisik. Kemudian, ia mencoba untuk mengubah hidupnya dengan mengkhianati keluarganya untuk medali emas dari Kediri. Setelah dipukuli dan dipermalukan oleh saudaranya sendiri di depan istri dan anaknya, ia belajar bela diri-seni dan menjadi seorang prajurit yang menakutkan, yang disebut sebagai Penyair Berdarah. Setelah dipukuli oleh Kamandanu untuk kedua kalinya, ia menghilang dan terlupakan sampai putrinya menemukan dia sebagai orang tua buta tak berdaya dan menyedihkan.

== Penghargaan ==
{|class="wikitable"
|-
|-
!style="background-color:#ECC850; color:"black"|Tahun
!Nomor
!Nama Penerima Penghargaan
!style="background-color:#ECC850; color:"black"|Penghargaan
!style="background-color:#ECC850; color:"black"|Kategori
!Kategori Penghargaan
!style="background-color:#ECC850; color:"black"|Penerima
!Nama Penghargaan
!style="background-color:#ECC850; color:"black"|Hasil
!Tahun Penghargaan
!style="background-color:#ECC850; color:"black"|{{abbr|Ref.| Referensi}}
!Catatan Penghargaan
|-
|-
|rowspan="3"|1998
|01
|[[Festival Film Bandung|Festival Film Bandung 1998]]
|[[Tutur Tinular (sinetron)|Tutur Tinular]]
|Penghargaan Khusus Festival Film Bandung untuk Sinetron
|Penghargaan Khusus Festival Film Bandung untuk Sinetron
|''Tutur Tinular''
|[[Festival Film Bandung]]
|rowspan="2" {{win}}
|[[1998]]
|align="center"|
|{{win}}
|-
|-
|rowspan="2"|[[Festival Sinetron Indonesia|Festival Sinetron Indonesia 1998]]
|02
|Pemeran Pembantu Pria Drama Seri Terbaik
|[[Chairil J.M.]]
|[[Chairil J.M.]]
|align="center"|
|Pemeran Pembantu Pria Drama Seri Terbaik
|[[Festival Sinetron Indonesia|Festival Sinetron Indonesia 1998]]
|[[1998]]
|{{win}}
|-
|-
|Pemeran Pembantu Wanita Drama Seri Terbaik
|03
|[[Nani Somanegara]]
|[[Nani Somanegara]]
|Pemeran Pembantu Wanita Drama Seri Terbaik
|[[Festival Sinetron Indonesia|Festival Sinetron Indonesia 1998]]
|[[1998]]
|{{nom}}
|{{nom}}
|align="center"|
|-
|}
|}

== Catatan ==
{{notelist}}


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi terkini sejak 10 April 2024 14.49

Tutur Tinular
Poster Tutur Tinular 1997
GenreEpos
Laga
PembuatGenta Buana Pitaloka
BerdasarkanTutur Tinular
Ditulis olehImam Tantowi
SutradaraMuchlis Raya
PemeranAnto Wijaya
Murti Sari Dewi
Li Yun Juan
Deivy Zulyanti Nasution
Piet Ermas
Agus Kuncoro
Tizar Purbaya
Pengisi suaraSanggar Prathivi
NaratorS. Tidjab
Negara asalIndonesia
Bahasa asliIndonesia
Jmlh. musim2
Jmlh. episode50 (versi RTV)
27 (versi FTV)
Produksi
ProduserBudhi Sutrisno
Lokasi produksiJakarta
Pengaturan kameraProf. Mu Tik Yen
Rumah produksiGenta Buana Pitaloka
DistributorGenta Buana Pitaloka
Rilis asli
Rilis25 Oktober 1996 –
24 April 1999

Tutur Tinular merupakan sebuah sinetron kolosal produksi PT. Genta Buana Pitaloka/Genta Buana Paramita pada tahun 1996. Serial ini disutradarai oleh Muchlis Raya dan skenario ditulis oleh Imam Tantowi.

Cerita bermula saat Arya Kamandanu, putra kedua pandai besi yang bernama Mpu Hanggareksa, tertarik dengan orang tua yang bijak,Mpu Ranubhaya yang ahli dalam seni bela diri. Dia mulai belajar seni bela diri dari Ranubhaya dan mengetahui bahwa Ranubhaya sebenarnya teman seperguruan ayahnya dalam persenjataan. Sementara ayah Kamandanu memilih untuk menjadi pemasok senjata kepada pemerintah Kerajaan Singhasari, Ranubhaya memilih untuk tidak bekerja sama dengan pemerintah dan mengisolasi dirinya sendiri.

Ketika ayah mengetahui hubungan guru-murid antara putra keduanya dan Ranubhaya, ia menjadi marah dan menuduh Ranubhaya sebagai pengkhianat dan menggunakan prajurit kerajaan menyerang kuil Ranubhaya ini. Hubungan antara Kamandanu dan ayahnya menjadi lebih buruk dan Kamandanu pengembara sebagai prajurit.

Cerita menjadi lebih kompleks ketika Ranubhaya, yang selamat dari rumahnya yang hancur, diculik oleh utusan Kubilai Khan yang kagum dengan keahliannya dalam persenjataan. Menjadi tahanan di Cina, ia dipaksa untuk membuat pedang besar, Nagapuspa. Setelah pedang selesai, dia dibunuh oleh pejabat yang takut jika Ranubhaya menciptakan pedang lain untuk saingan Nagapuspa. Sebelum kematiannya, ia meminta beberapa prajurit, Lo Si Shan dan Mei Xin, untuk membawa pedang ke Che Po (Pulau Jawa, diucapkan dalam bahasa tua-Cina) dan memberikannya kepada Kamandanu.

Cerita dilanjutkan dengan keterlibatan Kamandanu di pasukan Raden Wijaya, yang selamat dari Kerajaan Singhasari setelah diserang Kerajaan Kediri. keterlibatannya memperbaiki hubungan antara Kamandanu dan ayahnya, terutama setelah saudaranya, Dwipangga mengkhianati mereka. Kamandanu membantu Raden Wijaya menciptakan kerajaannya sendiri, Majapahit.

Tutur Tinular dimulai pada era Kertanegara (raja terakhir Singhasari) dan berakhir pada era Jayanegara (raja kedua Majapahit). Cerita dimulai ketika karakter utama masih muda dan berakhir ketika karakter utama sudah tua. Ini menunjukkan perkembangan dari anak muda idealis menadi seseorang yang bijak yang tidak ingin melihat perang lagi dan mengasingkan diri.

Pengembangan karakter lain yang juga menarik. Dwipangga misalnya, mulai hidupnya dalam cerita ini sebagai penyair yang lemah secara fisik. Kemudian, ia mencoba untuk mengubah hidupnya dengan mengkhianati keluarganya untuk medali emas dari Kediri. Setelah dipukuli dan dipermalukan oleh saudaranya sendiri di depan istri dan anaknya, ia belajar bela diri-seni dan menjadi seorang prajurit yang menakutkan, yang disebut sebagai Penyair Berdarah. Setelah dipukuli oleh Kamandanu untuk kedua kalinya, ia menghilang dan terlupakan sampai putrinya menemukan dia sebagai orang tua buta tak berdaya dan menyedihkan.

Pemeran Peran
Anto Wijaya Arya Kamandanu
Piet Ermas Arya Dwipangga
Pendekar Syair Berdarah
Deivy Zulyanti Nasution Nari Ratih
Murti Sari Dewi Sakawuni
Li Yun Juan Mei Xin
Lamting Loe Shih Shan
Agus Kuncoro Raden Wijaya
Prabu Kertarajasa Jayawardhana
Chairil J.M. Mpu Ranubhaya
Hendra Cipta Mpu Hanggareksa
Syaiful Anwar Mpu Tong Bajil
Anika Hakim Dewi Sambi
Tizar Purbaya Prabu Kertanagara
Piet Pagau Prabu Jayakatwang [a]
Mpu Lunggah [b]
Nungki Kusumastuti Nararya Turukbali
Hadi Leo Lembu Sora
Herbi Latupeirissa Ranggalawe
Candy Satrio Patih Nambi
Rayvaldo Luntungan Rakai Dukut
Dyah Halayudha
Rizal Muhaimin Raden Ardharaja [c]
Ra Tanca [d]
Johan Saimima Patih Kebo Mundarang
Yoga Pratama Jayanagara remaja
Irgi Ahmad Fahrezi Prabu Jayanagara
Hans Wanaghi Meng Chi
Wingky Harun Ki Ramparowang
Dian Sitoresmi Nini Ragarunting
Lilis Suganda Ayu Pupuh
Dewi Tunjung Biru [e]
Istri Raden Wijaya [f]
Teddy Uncle Pranaraja [g]
Mpu Wahana [h]
Rizal Djibran Ra Kuti
Febriyanti Gayatri
Niken Ayu Tribhuwana Wijayatunggadewi kecil
Dhini Aminarti Tribhuwana Wijayatunggadewi
Fiscarina Dyah Wiyat
Yuni Sulistyawati Palastri [i]
Luh Jinggan [j]
Sitangsu [k]
Wulan Guritno Praharsini
Trixie Fadriane Etheim Ayu Wandira kecil
Suzanna Meilia Sunggi [l]
Dyah Dara Pethak [m]
Ayu Wandira dewasa [n]
Benny Burnama Ki Pamungsu
Bambang Suryo Arya Wiraraja
Rendy Ricky Bramasta Banyak Kapuk
Deonardus Jambunada
M. Iqbal Panji Ketawang kecil
Sawung Sembadha Panji Ketawang remaja
Rizal Fadli Tokoh figuran [o]
Balunghura [p]
Sado [q]
Panji Ketawang [r]
Eddy Dhosa Kuda Prana
Risdo Alaro Matondang Cakradara
Rifki Alfarez Gajah Mada
Hendri Hendarto Kudamerta
David Macpal Dangdi
Anne J. Cotto Mertaraga
Irman F.R. Heryana Lanang Dhanapala
Aspar Paturusi Rekyan Wuru
S. Manan Dipa Ramapati [s]
Wongkilur [t]
Mpu Sasi [u]
Rakai Pamitihan [v]
Fitria Anwar Kurantil
Tien Kadaryono Nyi Pamiji
Alex Bernard Wong Yin [w]
Shih Pie [x]
Andre Yega Adirasa, Ikemese [y]
Jawahara [z]
Nani Somanegara Istri Prabu Jayakatwang [aa]
Nyi Rongkot [ab]
Antoni Sumadi]] Ki Sugatabrahma
Rochim Lahatu Kebo Anabrang 1 [ac]
Jabung Tarewes [ad]
Tanase Gajah Pagon]] [ae]
Kolo Rampis [af]
Zainal Pattikawa]] Jaran Lejong [ag]
Ra Wedeng [ah]
Norman Syam Jarawaha [ai]
Gajah Biru [aj]
Ra Yuyu [ak]
Para pemeran serial Tutur Tinular: Anto Wijaya, Murti Sari Dewi, Li Yun Juan, Lamting, dengan latar belakang Tembok Besar Tiongkok.

Khusus untuk adegan pembuatan Pedang Naga Puspa yang dikisahkan terjadi di istana Kubilai Khan, tidak segan-segan para artis dan kru sinetron ini melakukan pengambilan gambar di Tiongkok seperti di Tembok Besar Tiongkok dan beberapa tempat lainnya, dengan menggandeng Studio Cho Cho Beijing untuk bekerja sama. Penyutradaraan selama pengambilan gambar di Tiongkok dikerjakan oleh Prof. Mu Tik Yen sutradara kenamaan asal Tiongkok spesialis sinema kolosal. Adapun para aktor dan aktris Tiongkok yang ikut terlibat dalam pembuatan seri ini adalah:

Tidak hanya itu, Li Yun Juan melanjutkan perannya untuk penggambilan gambar di Indonesia sebagai Mei Shin yang merupakan tokoh utama wanita dalam serial ini.

Daftar Episode

[sunting | sunting sumber]

Versi FTV

[sunting | sunting sumber]

Setelah sukses ditayangkan di dua stasiun televisi yaitu ANteve dan Indosiar, Gentabuana Pitaloka mengubah format serial tersebut menjadi FTV (film televisi) dengan total keseluruhan berjumlah 27 episode, yaitu:

  1. Kidung Cinta Arya Kamandanu
  2. Wasiat Mpu Gandring
  3. Pelangi di Langit Singasari
  4. Pedang Naga Puspa
  5. Pertarungan di Candi Sorabhana
  6. Kembang Gunung Bromo
  7. Balada Cinta Mei Shin
  8. Satria Majapahit
  9. Bunga Tunjung Biru
  10. Ayu Wandira
  11. Prahara di Gunung Arjuno
  12. Senjakala di Kediri
  13. Mahkota Majapahit
  1. Tragedi di Majapahit
  2. Jurus Naga Puspa
  3. Misteri Keris Penyebar Maut
  4. Pengorbanan Mei Shin
  5. Pendekar Syair Berdarah
  6. Dendam Arya Dwipangga
  7. Korban Birahi
  8. Prahara Naga Krisna
  9. Karmaphala
  10. Wanita Persembahan
  11. Pangeran Buron
  12. Pemberontakan Nambi
  13. Pemberontakan Ra Semi
  14. Gajahmada

Versi Sinetron

[sunting | sunting sumber]

Tutur Tinular kembali ditayangkan di RTV untuk yang kedua kalinya dengan judul Legenda Arya Kamandanu dengan format sinetron seperti di ANTV & Indosiar,hanya saja RTV menambahkan sub judul tambahan yang mewakili setiap episodenya antara lain:

  1. Kidung Cinta Arya Kamandanu
  2. Syair Pemikat Arya Dwipangga
  3. Jurus Naga Puspa
  4. Utusan Kaisar Kubilai Khan
  5. Pemberontakan Prabu Jayakatwang
  6. Pedang Naga Puspa
  7. Pertarungan di Candi Sorabhana
  8. Kembang Gunung Bromo
  9. Balada Cinta Mei Shin
  10. Tipu Daya Cinta Arya Dwipangga
  11. Jeritan Hati Mei Shin
  12. Gugurnya Mpu Hanggareksa
  13. Kembalinya Raden Wijaya
  14. Majapahit
  15. Mata Mata Kerajaan Gelang Gelang
  16. Pertarungan di Lohpandan
  17. Nyi Tumpak Sekti
  18. Kembang Tunjung Biru
  19. Ayu Wandira
  20. Prasangka Hati Sakawuni
  21. Pertarungan di Gunung Arjuna
  22. Satria Majapahit
  23. Senjakala di Kerajaan Kediri
  24. Gugurnya Raden Banyak Kapuk
  25. Mahkota Majapahit
  1. Gugurnya Ranggalawe
  2. Gugurnya Lembu Sora
  3. Pendekar Syair Berdarah
  4. Mpu Lunggah
  5. Tipu Daya Dyah Halayuda
  6. Wasiat Mpu Gandring
  7. Gugurnya Mpu Tong Bajil
  8. Perkawinan Arya Kamandanu
  9. Tabib Ra Tanca
  10. Sumpah Arya Dwipangga
  11. Pengaruh Jahat Arya Dwipangga
  12. Nyai Palicara
  13. Golek Kayu Mandana Ayu Wandira
  14. Lahirnya Jambu Nada
  15. Karmaphala
  16. Balada Cinta Ratanca
  17. Kidung Cinta Ra Tanca
  18. Pangeran Buron
  19. Penculikan Ayu Wandira
  20. Gejolak di Bumi Majapahit
  21. Pemberontakan Patih Nambi
  22. Rasemi Mbalelo
  23. Balada Cinta Ayu Wandira
  24. Pemberontakan Rakuti
  25. Gajah Mada

Penghargaan dan nominasi

[sunting | sunting sumber]
Tahun Penghargaan Kategori Penerima Hasil Ref.
1998 Festival Film Bandung 1998 Penghargaan Khusus Festival Film Bandung untuk Sinetron Tutur Tinular Menang
Festival Sinetron Indonesia 1998 Pemeran Pembantu Pria Drama Seri Terbaik Chairil J.M.
Pemeran Pembantu Wanita Drama Seri Terbaik Nani Somanegara Nominasi
  1. ^ Musim 1
  2. ^ Musim 2
  3. ^ Musim 1
  4. ^ Musim 2
  5. ^ Musim 1
  6. ^ Musim 2
  7. ^ Musim 1
  8. ^ Musim 2
  9. ^ Musim 1
  10. ^ Musim 2
  11. ^ Musim 2
  12. ^ Musim 1
  13. ^ Musim 2
  14. ^ Musim 2
  15. ^ Musim 1
  16. ^ Musim 1
  17. ^ Musim 2
  18. ^ Musim 2
  19. ^ Musim 1
  20. ^ Musim 1
  21. ^ Musim 2
  22. ^ Musim 2
  23. ^ Musim 1 dan 2
  24. ^ Musim 1
  25. ^ Musim 1
  26. ^ Musim 2
  27. ^ Musim 1
  28. ^ Musim 2
  29. ^ Musim 1 dan 2
  30. ^ Musim 2
  31. ^ Musim 1
  32. ^ Musim 2
  33. ^ Musim 1
  34. ^ Musim 2
  35. ^ Musim 1
  36. ^ Musim 1 dan 2
  37. ^ Musim 2

Referensi

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]