Nirwan Dewanto: Perbedaan antara revisi
profil redaktur majalah Horison |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
(33 revisi perantara oleh 14 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Infobox person |
{{Infobox person |
||
| |
|name = Nirwan Dewanto |
||
| |
|image = Nirwan Dewanto 001 foto oleh Witjak Widhi Cahya.jpg |
||
| |
|alt = |
||
| |
|caption = Nirwan pada tahun 2011 |
||
| |
|birth_name = |
||
| |
|birth_date = {{Birth date and age|df=yes|1961|09|28}} |
||
| |
|birth_place = [[Surabaya]], [[Jawa Timur]], [[Indonesia]] |
||
|years_active=[[1991]]-sekarang |
|||
| death_date = <!-- {{Death date and age|df=yes|YYYY|MM|DD|YYYY|MM|DD}} (death date then birth date) --> |
|||
| |
|death_place = |
||
| |
|nationality = Indonesia |
||
| |
|Spouse = [[Nyak Ina Raseuki]] |
||
|occupation = Penyair, Aktor, Kurator |
|||
| religion = Islam{{sfn|Tribun 2012, Aktor Romo Soegija}} |
|||
|alma_mater = [[Institut Teknologi Bandung]] |
|||
| known_for = Menulis |
|||
| occupation = Penyair |
|||
| alma_mater = [[Institut Teknologi Bandung]] |
|||
}} |
}} |
||
'''Nirwan Dewanto''' ({{lahirmati|[[Surabaya]], [[Jawa Timur]], Indonesia|28|9|1961}}) adalah seorang [[budayawan]] terkemuka yang dikenal sebagai [[kurator]] dan pelaku [[seni rupa]], [[penyair]], penulis [[esai]] [[kritik sastra]], [[aktor]], dan [[Aktivis sosial|aktivis]] yang berasal dari [[Indonesia]]. Ia adalah penerima Penghargaan [[Achmad Bakrie]] XVIII 2022 untuk kategori Sastra.<ref>{{Cite news|last=Widya|first=Arianti|date=2022-08-15|title=Achmad Bakrie Award Significant for Indonesian Culture|url=https://www.viva.co.id/english/1509590-achmad-bakrie-award-significant-for-indonesian-culture|work=[[VIVA.co.id]]|language=id|access-date=2022-09-07}}</ref><ref>{{Cite web|last=epicentrum|title=Nirwan Dewanto: Keluarga Bakrie Sudah Mengawal PAB ini selama 20 tahun dengan Argumen yang Tepat dan Terang Benderang|url=https://epicentrum.co.id/read/diskursus/10963/nirwan-dewanto-keluarga-bakrie-sudah-mengawal-pab-ini-selama-20-tahun-dengan-argumen-yang-tepat-dan-terang-benderang|website=epicentrum|language=en|access-date=2022-09-07}}</ref> |
|||
'''Nirwan Dewanto''' ({{lahirmati|[[Surabaya]], [[Jawa Timur]], Indonesia|28|9|1961}}) adalah seorang [[sastrawan|sastrawan, kurator]] dan [[aktor]] berkebangsaan [[Indonesia]]. Dia juga dikenal karena perannya sebagai [[Albertus Soegijapranata]] dalam film ''biopik'' ''[[Soegija]]'' yang disutradarai [[Garin Nugroho]], tahun [[2012]] . |
|||
Tahun 2018, Dewanto menerima ''[[The S.E.A. Write Award]]'' untuk buku kumpulan esai ''Satu Setengah Mata-Mata'' (2016).<ref>{{Cite web|last=Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra|title=The S.E.A. Write Award|url=https://rumahpusbin.kemdikbud.go.id/penghargaan/penghargaan8_detail.php?id=247|website=Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa|access-date=2022-09-16}}</ref> Tahun 2018, ''Buku Jingga'' (2018) terpilih sebagai fiksi terbaik oleh [[Tempo (majalah Indonesia)|majalah Tempo.]] Sebelumnya, ia juga menerima Penghargaan Sastra [[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa|Badan Bahasa]] 2014 untuk buku ''Buli-Buli Lima Kaki.''<ref>{{Cite web|date=2014-10-30|title=Tiga Sastrawan Dapat Penghargaan Badan Bahasa|url=https://www.inilah.com/tiga-sastrawan-dapat-penghargaan-badan-bahasa|website=Inilah.com|language=id-ID|access-date=2022-09-16}}</ref> Tahun 2011, buku ''Buli-Buli Lima Kaki'' (2010) memenangkan [[Kusala Sastra Khatulistiwa]] kategori puisi. Tahun 2008, buku kumpulan puisinya, ''Jantung Ratu Lebah,'' memenangkan [[Kusala Sastra Khatulistiwa]]. {{sfn|Hermawan and Messakh 2008, Ayu Utami}} |
|||
==Kehidupan pribadi== |
|||
Nirwan dilahirkan di [[Surabaya]], [[Jawa Timur]], pada tanggal [[28]] [[September]] [[1961]]. Saat masih di [[SMA]] dia sudah menulis [[puisi]]; karya-karyanya diterbitkan di majalah antara lain ''Kuncung'' dan ''[[Kartini (majalah)|Kartini]]''. Nirwan kuliah di [[Institut Teknologi Bandung]] di [[Bandung]], [[Jawa Barat]], dari tahun [[1980]] sampai 1987. Setelah meraih gelar [[Sarjana]] [[Geologi]], kemudian dia berpindah ke [[Jakarta]].{{sfn|Eneste|2001|p=165}}{{sfn|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}} |
|||
Saat ini, Dewanto aktif di [[Komunitas Salihara]], yang didirikannya bersama jurnalis pendiri [[Tempo (majalah Indonesia)|majalah mingguan Tempo]] dan sastrawan [[Goenawan Mohamad|Goenawan Mohammad]], jurnalis dan novelis [[Ayu Utami]], musisi [[Tony Prabowo]], dan lain-lain. Ia adalah redaktur sastra untuk [[Koran Tempo]] selama 14 tahun sejak mula media itu terbit tahun 2001; media cetak ini menghentikan penerbitannya dengan edisi terakhir pada 31 Desember 2020, mengacu pada perubahan perilaku pembaca surat kabar serta meningkatnya jumlah pelanggan ''Koran Tempo'' versi digital.<ref>{{Cite news|last2=Paskalis|first2=Yohanes|year=2020|title=TRANSFORMASI DARI KERTAS KE LAYAR|url=https://koran.tempo.co/read/ekonomi-dan-bisnis/461242/transformasi-dari-kertas-ke-layar|work=[[Tempo.co]]|access-date=5 January 2021|last3=Efri R.|first=Rosseno|last=Aji|language=id}}</ref> |
|||
Pada tahun [[1991]] Nirwan menjadi pembicara di Konferensi Budaya Nasional. Dia kemudian lebih dikenal untuk banyak membicarakan soal budaya.{{sfn|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}} Nirwan pernah menjadi satu redaktur majalah sastra ''Horison'' periode tahun 1990-an'','' saat susunan dewan redaksi diketuai oleh sastrawan [[Goenawan Mohamad]]. Nirwan menjadi redaktur majalah ''Kalam'' saat diluncurkan pada bulan [[Februari]] [[1994]], bersama [[sastrawan]] [[Goenawan Mohamad]].{{sfn|Tempo 1994, Jurnal Angker}} Pada tahun [[1996]] Nirwan menerbitkan koleksi [[esai]] yang diberi judul ''Senjakala Kebudayaan''.{{sfn|Eneste|2001|p=165}} Dua dekade sejak dikemukakan, kelemahan ''Kebudayaan Indonesia: Pandangan 1991'' dibongkar oleh Putri Karyani, blogger [[Kompasiana]], yang menolak premis posmodernis Nirwan mengenai posisi sains dalam kebudayaan.<ref><!-- Pernyataan-pernyataan tersebut seakan-akan ilmu sains di-Judge negatif disini. Apakah kita tidak menyadari bahwa sebenarnya ilmu budaya sendiri adalah dasar dari segala ilmu? Budaya – termasuk bahasa – sangat memilikiperan penting dalam hal ini. Bayangkan, tanpa adanya bahasa, bagaimana kita bisa mengolah berbagai macam ilmu pengetahuan? Tentu tanpa adanya bahasa, kita menjadi bisu dan buta. Jadi, mengapa sains di-judge seperti itu? Tiada yang menekan maupun ditekan dalam hal ini. Justru harusnya hal semacam ini dapat melebarkan peran budaya, sehingga bisa menjadi ilmu sains yang berbudaya. Setiap cabang ilmu pengetahuan saling terkait dan saling membutuhkan satu sama lain, dan tentunya memiliki peran tersendiri dalam kehidupan manusia, bahkan dalam hal terkecil sekalipun. Jadi, sebaiknya kita bisa mengambil sisi positif dari itu semua. -->[http://www.kompasiana.com/putrii Putri Karyani], Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Budaya: Memberi Tanggapan atas Tulisan Nirwan Dewanto, “Kebudayaan Indonesia: Pandangan 1991” , [http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/26/tugas-mata-kuliah-pengantar-ilmu-budaya-memberi-tanggapan-atas-tulisan-nirwan-dewanto-%E2%80%9Ckebudayaan-indonesia-pandangan-1991%E2%80%9D-490352.html edukasi.kompasiana.com], 26 Desember 2012</ref> |
|||
== Latar Belakang Pendidikan == |
|||
Nirwan menduduki dewan juri pada Penghargaan Khatulistiwa pertama, pada tahun 2001. Di kemudian hari Nirwan menyatakan bahwa proses seleksi kurang baik, sampai-sampai dewan juri sering tidak memahami karya yang dinilai dan kadang-kadang menilai karya secara sembarangan.{{sfn|Tempo 2001, Sebuah Panggung}} Pada tahun yang sama dia menghasilkan antologi puisi ''Buku Cacing''.{{sfn|Eneste|2001|p=165}} |
|||
Nirwan dilahirkan di [[Surabaya]], [[Jawa Timur]], pada tanggal [[28]] [[September]] [[1961]]. Saat masih di [[SMA]] dia sudah menulis [[puisi]]; karya-karyanya diterbitkan di majalah antara lain ''Kuncung'' dan ''[[Kartini (majalah)|Kartini]]''. Nirwan kuliah di [[Institut Teknologi Bandung]] di [[Bandung]], [[Jawa Barat]], dari tahun [[1980]] sampai 1987, dan mulai dikenal sebagai aktivis mahasiswa pro-demokrasi yang memimpin Gerakan Apresiasi Sastra (GAS) ITB tahun 1984, sebelum komunitas tersebut dipimpin oleh [[Fadjroel Rachman|Fadjroel Rahman]] (1985) dan [[Kurnia Effendi]] (1986). Setelah meraih gelar [[Sarjana]] [[Geologi]], kemudian dia berpindah ke [[Jakarta]].{{sfn|Eneste|2001|p=165}}{{sfn|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}} Ia adalah alumni dari program residensi ''International Writing Program'' tahun 2007 di [[Universitas Iowa]]. |
|||
== Kiprah Kesenian == |
|||
Nirwan menang Penghargaan Khatulistiwa pada tahun 2008 untuk antologi puisi ''Jantung Ratu Lebah''; penghargaan ini juga termasuk honorarium senilai [[Rupiah|Rp]] 100 juta. Penulis [[cerita pendek]] [[Seno Gumira Ajidarma]], seorang juri, menyatakan bahwa antologi tersebut merupakan karya monumental.{{sfn|Hermawan and Messakh 2008, Ayu Utami}} Pada tahun 2010 Nirwan menghasilkan antologi puisi yang berjudul ''Buli-Buli Lima Kaki''. Tahun berikutnya beberapa karyanya ditampilkan bersama musik oleh [[Dian HP]] dan istri Nirwan, penyanyi [[Nya Ina Raseuki]]; Nirwan juga membaca puisi pada kegiatan tersebut.{{sfn|Hamdani 2011, Making Poetry Sing}}{{sfn|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}} |
|||
Pada tahun [[1991]] Nirwan menjadi pembicara di Konferensi Budaya Nasional. Dia kemudian lebih dikenal untuk banyak membicarakan soal budaya.{{sfn|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}} Nirwan pernah menjadi satu redaktur majalah sastra ''[[Horison (majalah)|Horison]]'' periode tahun 1990-an'','' saat susunan dewan redaksi diketuai oleh sastrawan [[Goenawan Mohamad]]. Nirwan menjadi redaktur majalah ''Kalam'' saat diluncurkan pada bulan [[Februari]] [[1994]], bersama [[sastrawan]] [[Goenawan Mohamad]].{{sfn|Tempo 1994, Jurnal Angker}} Pada tahun [[1996]] Nirwan menerbitkan koleksi [[esai]] yang diberi judul ''Senjakala Kebudayaan''.{{sfn|Eneste|2001|p=165}} Dua dekade sejak dikemukakan, kelemahan ''Kebudayaan Indonesia: Pandangan 1991'' dibongkar oleh Putri Karyani, blogger [[Kompasiana]], yang menolak premis [[Pascamodernisme|pascamodernis]] Nirwan mengenai posisi sains dalam kebudayaan.<ref><!-- Pernyataan-pernyataan tersebut seakan-akan ilmu sains di-Judge negatif disini. Apakah kita tidak menyadari bahwa sebenarnya ilmu budaya sendiri adalah dasar dari segala ilmu? Budaya – termasuk bahasa – sangat memilikiperan penting dalam hal ini. Bayangkan, tanpa adanya bahasa, bagaimana kita bisa mengolah berbagai macam ilmu pengetahuan? Tentu tanpa adanya bahasa, kita menjadi bisu dan buta. Jadi, mengapa sains di-judge seperti itu? Tiada yang menekan maupun ditekan dalam hal ini. Justru harusnya hal semacam ini dapat melebarkan peran budaya, sehingga bisa menjadi ilmu sains yang berbudaya. Setiap cabang ilmu pengetahuan saling terkait dan saling membutuhkan satu sama lain, dan tentunya memiliki peran tersendiri dalam kehidupan manusia, bahkan dalam hal terkecil sekalipun. Jadi, sebaiknya kita bisa mengambil sisi positif dari itu semua. -->[http://www.kompasiana.com/putrii Putri Karyani] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140929024352/http://www.kompasiana.com/putrii |date=2014-09-29 }}, Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Budaya: Memberi Tanggapan atas Tulisan Nirwan Dewanto, “Kebudayaan Indonesia: Pandangan 1991”, [http://edukasi.kompasiana.com/2012/09/26/tugas-mata-kuliah-pengantar-ilmu-budaya-memberi-tanggapan-atas-tulisan-nirwan-dewanto-%E2%80%9Ckebudayaan-indonesia-pandangan-1991%E2%80%9D-490352.html edukasi.kompasiana.com]{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, 26 Desember 2012</ref> |
|||
[[Berkas:Nirwan BWCF2019.jpg|jmpl|ka|Nirwan Dewanto dalam [[BWCF]] 2019]] |
|||
Pada tahun 2012 Nirwan berperan sebagai [[Uskup Agung]] Semarang, [[Albertus Soegijapranata]], dalam film biopik ''[[Soegija]]'' yang disutradarai [[Garin Nugroho]].{{sfn|Setiawati 2012, 'Soegija' sends a message}} Garin menyatakan bahwa dia pilih Nirwan sebab penyair itu mirip Soegijapranata secara fisik, biarpun Nirwan bukan orang Katolik.{{sfn|Siregar 2012, 'Soegija'}} Sementara, Nirwan menyatakan bahwa dia "dipaksa" untuk main film.{{sfn|Tribun 2012, Aktor Romo Soegija}} Indah Setiawati, yang menulis dalam ''[[The Jakarta Post]]'', menyatakan bahwa peran Nirwan cukup bagus, biarpun dia kelihatan kurang nyaman dalam beberapa adegan.{{sfn|Setiawati 2012, 'Soegija' sends a message}} |
|||
Nirwan menduduki kursi dewan juri pada penghargaan [[Kusala Sastra Khatulistiwa]] pertama pada tahun 2001 yang memenangkan [[Sajak-sajak Lengkap, 1961-2001]], sebuah kumpulan [[puisi]] karya [[Goenawan Mohamad]].<ref>{{Cite web|title=Kusala Sastra Khatulistiwa|url=http://www.kusalasastrakhatulistiwa.com/pemenang/|archive-url=https://web.archive.org/web/20150223185238/http://www.kusalasastrakhatulistiwa.com/pemenang/|archive-date=2015-02-23|dead-url=yes|access-date=2015-07-13}}</ref><ref>[http://www.goodreads.com/book/show/1539627.Sajak_sajak_Lengkap_1961_2001 Good Reads: Sajak-sajak Lengkap, 1961-2001]</ref><ref>[http://www.bukabuku.com/browses/product/9789793019000/sajak-sajak-lengkap-1961-2001.html Buka Buku: Sajak-sajak Lengkap, 1961-2001]</ref> Di kemudian hari, Nirwan menyatakan bahwa proses seleksi kurang baik, sampai-sampai dewan juri sering tidak memahami karya yang dinilai dan kadang-kadang menilai karya secara sembarangan.{{sfn|Tempo 2001, Sebuah Panggung}} Pada tahun yang sama, Nirwan menghasilkan karya antologi puisi ''Buku Cacing''.{{sfn|Eneste|2001|p=165}} |
|||
Setelah tidak duduk di kursi dewan juri, Nirwan berhasil memenangkan [[Kusala Sastra Khatulistiwa]] pada tahun 2008 untuk antologi puisi ''Jantung Ratu Lebah''; penghargaan ini juga termasuk honorarium senilai [[Rupiah|Rp]] 100 juta. Penulis [[cerita pendek]] [[Seno Gumira Ajidarma]], seorang juri, menyatakan bahwa antologi tersebut merupakan karya monumental.{{sfn|Hermawan and Messakh 2008, Ayu Utami}} Pada tahun 2010, Nirwan menghasilkan antologi puisi yang berjudul ''Buli-Buli Lima Kaki'' yang kembali memenangkan [[Kusala Sastra Khatulistiwa]] 2011 kategori puisi. Tahun berikutnya beberapa karyanya ditampilkan bersama musik oleh [[Dian HP]] dan istri Nirwan, penyanyi [[Nya Ina Raseuki]]; Nirwan juga membaca puisi pada kegiatan tersebut.{{sfn|Hamdani 2011, Making Poetry Sing}}{{sfn|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}} |
|||
Saat ini Dewanto aktif di [[Komunitas Salihara]], yang didirikannya bersama sastrawan [[Goenawan Mohamad|Goenawan Mohammad]] dan seniman Jakarta lainnya. |
|||
Pada tahun 2012, Nirwan berperan sebagai [[Uskup Agung]] Semarang, [[Albertus Soegijapranata]], dalam film biopik ''[[Soegija]]'' yang disutradarai [[Garin Nugroho]].{{sfn|Setiawati 2012, 'Soegija' sends a message}} Garin menyatakan bahwa dia pilih Nirwan sebab penyair itu mirip Soegijapranata secara fisik, biarpun Nirwan bukan orang Katolik.{{sfn|Siregar 2012, 'Soegija'}} Sementara, Nirwan menyatakan bahwa dia "dipaksa" untuk main film.{{sfn|Tribun 2012, Aktor Romo Soegija}} Indah Setiawati, yang menulis dalam ''[[The Jakarta Post]]'', menyatakan bahwa peran Nirwan cukup bagus, biarpun ia tampak merasa kurang nyaman memerankan perannya dalam beberapa adegan.{{sfn|Setiawati 2012, 'Soegija' sends a message}} |
|||
== Kiprah kesenian == |
|||
* Menulis ''Kebudayaan Indonesia: Pandangan (''[[1991]]) |
|||
* Menyusun Koleksi [[esai]] ''Senjakala Kebudayaan ''([[1996]]) |
|||
* Menulis antologi puisi ''Buli-Buli Lima Kaki ''([[2010]]) |
|||
* Berperan sebagai [[Uskup Agung]] Semarang, [[Albertus Soegijapranata]], dalam film biopik ''[[Soegija]],'' disutradarai [[Garin Nugroho]] ([[2012]]) |
|||
== |
== Buku == |
||
* ''Kebudayaan Indonesia: Pandangan'' ([[1991]]) |
|||
* ''Senjakala Kebudayaan ''([[1996]]) |
|||
* ''Buli-Buli Lima Kaki ''([[2010]]) |
|||
* ''Satu Setengah Mata-Mata'' ([[2016]]) |
|||
* ''Buku Merah'' ([[2017]]) |
|||
*''Buku Jingga'' ([[2018]]) |
|||
*''Kaki Kata'' ([[2020]]) |
|||
*''Dua Marga'' ([[2022]]) |
|||
== Filmografi == |
|||
=== Film === |
|||
{| class="wikitable" |
|||
|- |
|||
! Tahun |
|||
! Judul |
|||
! Peran |
|||
! Keterangan |
|||
|- |
|||
| 2012 |
|||
| ''[[Soegija]]'' |
|||
| [[Albertus Soegijapranata]] |
|||
| |
|||
|} |
|||
== Rujukan == |
|||
;Catatan kaki |
;Catatan kaki |
||
{{reflist|colwidth=30em}} |
{{reflist|colwidth=30em}} |
||
Baris 43: | Baris 64: | ||
;Bibliografi |
;Bibliografi |
||
{{refbegin|colwidth=30em}} |
{{refbegin|colwidth=30em}} |
||
* {{Cite news|title=Aktor Romo Soegija Seorang Muslim |
|||
*{{cite news |
|||
|work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]] |
|||
|title=Aktor Romo Soegija Seorang Muslim |
|||
|url=http://www.tribunnews.com/2012/05/21/aktor-romo-soegija-seorang-muslim |
|||
|work=Tribun |
|||
|date=21 May 2012 |
|||
|url=http://www.tribunnews.com/2012/05/21/aktor-romo-soegija-seorang-muslim |
|||
|accessdate=6 July 2012 |
|||
|archivedate=2012-07-06 |
|||
|accessdate=6 July 2012 |
|||
|archiveurl=https://www.webcitation.org/68wvmkryx?url=http://www.tribunnews.com/2012/05/21/aktor-romo-soegija-seorang-muslim |
|||
|archivedate=6 July 2012 |
|||
|ref={{sfnRef|Tribun 2012, Aktor Romo Soegija}} |
|||
|archiveurl=http://www.webcitation.org/68wvmkryx |
|||
|dead-url=no |
|||
|ref={{sfnRef|Tribun 2012, Aktor Romo Soegija}} |
|||
|language=id |
|||
}} |
}} |
||
* {{cite book |
* {{cite book |
||
|last = Eneste |
|||
|first = Pamusuk |
|||
|year = 2001 |
|||
|title = Buku Pintar Sastra Indonesia |
|||
|publisher = Kompas |
|||
|edition=3rd |
|||
|location = Jakarta |
|||
|isbn = 978-979-9251-78-8 |
|||
|ref = harv |
|||
}} |
}} |
||
*{{cite news |
* {{cite news |
||
|last=Hamdani |
|||
|first=Sylvia |
|||
|title=Making Poetry Sing, In the Name Of Love |
|||
|trans_title=Membuat Puisi Bernyanyi, Demi Cinta |
|||
|language=Inggris |
|||
|work=Jakarta Globe |
|||
|url=http://www.thejakartaglobe.com/arts/making-poetry-sing-in-the-name-of-love/444648 |
|||
|date=2 June 2011 |
|||
|accessdate=2 January 2012 |
|||
|archivedate=2012-01-02 |
|||
|archiveurl=https://www.webcitation.org/64Nb6pqhQ?url=http://www.thejakartaglobe.com/arts/making-poetry-sing-in-the-name-of-love/444648 |
|||
|ref={{sfnRef|Hamdani 2011, Making Poetry Sing}} |
|||
|dead-url=no |
|||
}} |
}} |
||
*{{cite news |
* {{cite news |
||
|last1=Haryanto |
|||
|first1=Ign. |
|||
|last2=Kuswardono |
|||
|first2=Arief |
|||
|last3=Dhyatmika |
|||
|first3=Wahyu |
|||
|title=Sebuah Panggung Bernama Khatulistiwa |
|||
|work=Tempo |
|||
|url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2001/12/03/BK/mbm.20011203.BK85711.id.html |
|||
|date=3 December 2001 |
|||
|accessdate=6 July 2012 |
|||
|archivedate=2012-07-06 |
|||
|archiveurl=https://www.webcitation.org/68wsNM72b?url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2001/12/03/BK/mbm.20011203.BK85711.id.html |
|||
|ref={{sfnRef|Tempo 2001, Sebuah Panggung}} |
|||
|dead-url=no |
|||
}} |
}} |
||
*{{cite news |
* {{cite news |
||
|title=Ayu Utami, Nirwan Dewanto win Khatulistiwa literary prize |
|||
|trans_title=Ayu Utami, Nirwan Dewanto menang penghargaan sastra Khatulistiwa |
|||
|language=Inggris |
|||
|work=The Jakarta Post |
|||
|location=Jakarta |
|||
|date=15 November 2008 |
|||
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/15/ayu-utami-nirwan-dewanto-win-khatulistiwa-literary-prize.html |
|||
|archivedate=2012-07-06 |
|||
|accessdate=6 July 2012 |
|||
|archiveurl=https://www.webcitation.org/68wpeKniU?url=http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/15/ayu-utami-nirwan-dewanto-win-khatulistiwa-literary-prize.html |
|||
|ref={{sfnRef|Hermawan and Messakh 2008, Ayu Utami}} |
|||
|last1=Hermawan |
|||
|first1=Ary |
|||
|last2=Messakh |
|||
|first2=Matheos |
|||
|dead-url=no |
|||
}} |
}} |
||
*{{cite news |
* {{cite news |
||
|title=Jurnal Angker dapat Populer? |
|||
|work=Tempo |
|||
|url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1994/02/19/BK/mbm.19940219.BK339.id.html |
|||
|date=19 February 1994 |
|||
|accessdate=6 July 2012 |
|||
|archivedate=2012-07-06 |
|||
|archiveurl=https://www.webcitation.org/68wsx87jk?url=http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1994/02/19/BK/mbm.19940219.BK339.id.html |
|||
|ref={{sfnRef|Tempo 1994, Jurnal Angker}} |
|||
|dead-url=no |
|||
}} |
}} |
||
*{{cite news |
* {{cite news |
||
|title='Soegija' sends a message of humanity |
|||
|trans_title='Soegija' mengirim pesan berperikemanusiaan |
|||
|language=Inggris |
|||
|work=The Jakarta Post |
|||
|location=Jakarta |
|||
|date=3 June 2012 |
|||
|url=http://www.thejakartapost.com/news/2012/06/03/soegija-sends-a-message-humanity.html |
|||
|archivedate=2012-06-29 |
|||
|accessdate=29 June 2012 |
|||
|archiveurl=https://www.webcitation.org/68mANh7jb?url=http://www.thejakartapost.com/news/2012/06/03/soegija-sends-a-message-humanity.html |
|||
|ref={{sfnRef|Setiawati 2012, 'Soegija' sends a message}} |
|||
|last=Setiawati |
|||
|first=Indah |
|||
|dead-url=no |
|||
}} |
}} |
||
*{{cite news |
* {{cite news |
||
|last=Siregar |
|||
|first=Lisa |
|||
|title='Soegija' More Than a War Film |
|||
|trans_title='Soegija' Lebih dari Sekedar Film Perang |
|||
|language=Inggris |
|||
|work=Jakarta Globe |
|||
|url=http://www.thejakartaglobe.com/entertainment/soegija-more-than-a-war-film/520408 |
|||
|date=29 May 2012 |
|||
|accessdate=6 July 2012 |
|||
|archivedate=2012-07-06 |
|||
|archiveurl=https://www.webcitation.org/68wrixCDu?url=http://www.thejakartaglobe.com/entertainment/soegija-more-than-a-war-film/520408 |
|||
|ref={{sfnRef|Siregar 2012, 'Soegija'}} |
|||
|dead-url=no |
|||
}} |
}} |
||
*{{ |
* {{Cite news|last2=Sartono |
||
|first2=Frans |
|||
|last1=Wisanggeni |
|||
|last3=Arcana |
|||
|first1=Aryo |
|||
|first3=Putu Fajar |
|||
|last2=Sartono |
|||
|title=Nirwan Dewanto dalam Tikungan Kehidupan |
|||
|first2=Frans |
|||
|work=[[Kompas.com]] |
|||
|last3=Arcana |
|||
|url=http://oase.kompas.com/read/2012/06/03/03450192/Nirwan.Dewanto.DALAM.TIKUNGAN.KEHIDUPAN |
|||
|first3=Putu Fajar |
|||
|date=3 June 2012 |
|||
|title=Nirwan Dewanto dalam Tikungan Kehidupan |
|||
|accessdate=6 July 2012 |
|||
|work=Kompas |
|||
|archivedate=2012-07-06 |
|||
|url=http://oase.kompas.com/read/2012/06/03/03450192/Nirwan.Dewanto.DALAM.TIKUNGAN.KEHIDUPAN |
|||
|archiveurl=https://www.webcitation.org/68wu1Skbm?url=http://oase.kompas.com/read/2012/06/03/03450192/Nirwan.Dewanto.DALAM.TIKUNGAN.KEHIDUPAN |
|||
|date=3 June 2012 |
|||
|ref={{sfnRef|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}} |
|||
|accessdate=6 July 2012 |
|||
|dead-url=no |
|||
|archivedate=6 July 2012 |
|||
|first=Aryo |
|||
|archiveurl=http://www.webcitation.org/68wu1Skbm |
|||
|last=Wisanggeni |
|||
|ref={{sfnRef|Kompas 2012, Nirwan Dewanto}} |
|||
}} |
}} |
||
{{refend}} |
{{refend}} |
||
{{bio-stub}} |
|||
{{Kusala Sastra Khatulistiwa}} |
{{Kusala Sastra Khatulistiwa}} |
||
[[Kategori:Tanggal kelahiran 28 September]] |
|||
[[Kategori: |
[[Kategori:Tanggal kelahiran 28 September]] |
||
[[Kategori: |
[[Kategori:Alumni Institut Teknologi Bandung]] |
||
[[Kategori:Orang hidup]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]] |
|||
[[Kategori:Tokoh Jawa]] |
[[Kategori:Tokoh Jawa]] |
||
[[Kategori:Tokoh Jawa Timur]] |
|||
[[Kategori:Tokoh dari Surabaya]] |
Revisi terkini sejak 4 Mei 2024 16.30
Nirwan Dewanto | |
---|---|
Lahir | 28 September 1961 Surabaya, Jawa Timur, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Almamater | Institut Teknologi Bandung |
Pekerjaan | Penyair, Aktor, Kurator |
Tahun aktif | 1991-sekarang |
Nirwan Dewanto (lahir 28 September 1961) adalah seorang budayawan terkemuka yang dikenal sebagai kurator dan pelaku seni rupa, penyair, penulis esai kritik sastra, aktor, dan aktivis yang berasal dari Indonesia. Ia adalah penerima Penghargaan Achmad Bakrie XVIII 2022 untuk kategori Sastra.[1][2]
Tahun 2018, Dewanto menerima The S.E.A. Write Award untuk buku kumpulan esai Satu Setengah Mata-Mata (2016).[3] Tahun 2018, Buku Jingga (2018) terpilih sebagai fiksi terbaik oleh majalah Tempo. Sebelumnya, ia juga menerima Penghargaan Sastra Badan Bahasa 2014 untuk buku Buli-Buli Lima Kaki.[4] Tahun 2011, buku Buli-Buli Lima Kaki (2010) memenangkan Kusala Sastra Khatulistiwa kategori puisi. Tahun 2008, buku kumpulan puisinya, Jantung Ratu Lebah, memenangkan Kusala Sastra Khatulistiwa. [5]
Saat ini, Dewanto aktif di Komunitas Salihara, yang didirikannya bersama jurnalis pendiri majalah mingguan Tempo dan sastrawan Goenawan Mohammad, jurnalis dan novelis Ayu Utami, musisi Tony Prabowo, dan lain-lain. Ia adalah redaktur sastra untuk Koran Tempo selama 14 tahun sejak mula media itu terbit tahun 2001; media cetak ini menghentikan penerbitannya dengan edisi terakhir pada 31 Desember 2020, mengacu pada perubahan perilaku pembaca surat kabar serta meningkatnya jumlah pelanggan Koran Tempo versi digital.[6]
Latar Belakang Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Nirwan dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur, pada tanggal 28 September 1961. Saat masih di SMA dia sudah menulis puisi; karya-karyanya diterbitkan di majalah antara lain Kuncung dan Kartini. Nirwan kuliah di Institut Teknologi Bandung di Bandung, Jawa Barat, dari tahun 1980 sampai 1987, dan mulai dikenal sebagai aktivis mahasiswa pro-demokrasi yang memimpin Gerakan Apresiasi Sastra (GAS) ITB tahun 1984, sebelum komunitas tersebut dipimpin oleh Fadjroel Rahman (1985) dan Kurnia Effendi (1986). Setelah meraih gelar Sarjana Geologi, kemudian dia berpindah ke Jakarta.[7][8] Ia adalah alumni dari program residensi International Writing Program tahun 2007 di Universitas Iowa.
Kiprah Kesenian
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1991 Nirwan menjadi pembicara di Konferensi Budaya Nasional. Dia kemudian lebih dikenal untuk banyak membicarakan soal budaya.[8] Nirwan pernah menjadi satu redaktur majalah sastra Horison periode tahun 1990-an, saat susunan dewan redaksi diketuai oleh sastrawan Goenawan Mohamad. Nirwan menjadi redaktur majalah Kalam saat diluncurkan pada bulan Februari 1994, bersama sastrawan Goenawan Mohamad.[9] Pada tahun 1996 Nirwan menerbitkan koleksi esai yang diberi judul Senjakala Kebudayaan.[7] Dua dekade sejak dikemukakan, kelemahan Kebudayaan Indonesia: Pandangan 1991 dibongkar oleh Putri Karyani, blogger Kompasiana, yang menolak premis pascamodernis Nirwan mengenai posisi sains dalam kebudayaan.[10]
Nirwan menduduki kursi dewan juri pada penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa pertama pada tahun 2001 yang memenangkan Sajak-sajak Lengkap, 1961-2001, sebuah kumpulan puisi karya Goenawan Mohamad.[11][12][13] Di kemudian hari, Nirwan menyatakan bahwa proses seleksi kurang baik, sampai-sampai dewan juri sering tidak memahami karya yang dinilai dan kadang-kadang menilai karya secara sembarangan.[14] Pada tahun yang sama, Nirwan menghasilkan karya antologi puisi Buku Cacing.[7]
Setelah tidak duduk di kursi dewan juri, Nirwan berhasil memenangkan Kusala Sastra Khatulistiwa pada tahun 2008 untuk antologi puisi Jantung Ratu Lebah; penghargaan ini juga termasuk honorarium senilai Rp 100 juta. Penulis cerita pendek Seno Gumira Ajidarma, seorang juri, menyatakan bahwa antologi tersebut merupakan karya monumental.[5] Pada tahun 2010, Nirwan menghasilkan antologi puisi yang berjudul Buli-Buli Lima Kaki yang kembali memenangkan Kusala Sastra Khatulistiwa 2011 kategori puisi. Tahun berikutnya beberapa karyanya ditampilkan bersama musik oleh Dian HP dan istri Nirwan, penyanyi Nya Ina Raseuki; Nirwan juga membaca puisi pada kegiatan tersebut.[15][8]
Pada tahun 2012, Nirwan berperan sebagai Uskup Agung Semarang, Albertus Soegijapranata, dalam film biopik Soegija yang disutradarai Garin Nugroho.[16] Garin menyatakan bahwa dia pilih Nirwan sebab penyair itu mirip Soegijapranata secara fisik, biarpun Nirwan bukan orang Katolik.[17] Sementara, Nirwan menyatakan bahwa dia "dipaksa" untuk main film.[18] Indah Setiawati, yang menulis dalam The Jakarta Post, menyatakan bahwa peran Nirwan cukup bagus, biarpun ia tampak merasa kurang nyaman memerankan perannya dalam beberapa adegan.[16]
Buku
[sunting | sunting sumber]- Kebudayaan Indonesia: Pandangan (1991)
- Senjakala Kebudayaan (1996)
- Buli-Buli Lima Kaki (2010)
- Satu Setengah Mata-Mata (2016)
- Buku Merah (2017)
- Buku Jingga (2018)
- Kaki Kata (2020)
- Dua Marga (2022)
Filmografi
[sunting | sunting sumber]Film
[sunting | sunting sumber]Tahun | Judul | Peran | Keterangan |
---|---|---|---|
2012 | Soegija | Albertus Soegijapranata |
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- Catatan kaki
- ^ Widya, Arianti (2022-08-15). "Achmad Bakrie Award Significant for Indonesian Culture". VIVA.co.id. Diakses tanggal 2022-09-07.
- ^ epicentrum. "Nirwan Dewanto: Keluarga Bakrie Sudah Mengawal PAB ini selama 20 tahun dengan Argumen yang Tepat dan Terang Benderang". epicentrum (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-09-07.
- ^ Pusat Pembinaan Bahasa dan Sastra. "The S.E.A. Write Award". Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. Diakses tanggal 2022-09-16.
- ^ "Tiga Sastrawan Dapat Penghargaan Badan Bahasa". Inilah.com. 2014-10-30. Diakses tanggal 2022-09-16.
- ^ a b Hermawan and Messakh 2008, Ayu Utami.
- ^ Aji, Rosseno; Paskalis, Yohanes; Efri R. (2020). "TRANSFORMASI DARI KERTAS KE LAYAR". Tempo.co. Diakses tanggal 5 January 2021.
- ^ a b c Eneste 2001, hlm. 165.
- ^ a b c Kompas 2012, Nirwan Dewanto.
- ^ Tempo 1994, Jurnal Angker.
- ^ Putri Karyani Diarsipkan 2014-09-29 di Wayback Machine., Tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Budaya: Memberi Tanggapan atas Tulisan Nirwan Dewanto, “Kebudayaan Indonesia: Pandangan 1991”, edukasi.kompasiana.com[pranala nonaktif permanen], 26 Desember 2012
- ^ "Kusala Sastra Khatulistiwa". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-02-23. Diakses tanggal 2015-07-13.
- ^ Good Reads: Sajak-sajak Lengkap, 1961-2001
- ^ Buka Buku: Sajak-sajak Lengkap, 1961-2001
- ^ Tempo 2001, Sebuah Panggung.
- ^ Hamdani 2011, Making Poetry Sing.
- ^ a b Setiawati 2012, 'Soegija' sends a message.
- ^ Siregar 2012, 'Soegija'.
- ^ Tribun 2012, Aktor Romo Soegija.
- Bibliografi
- "Aktor Romo Soegija Seorang Muslim". Tribunnews.com. 21 May 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-06. Diakses tanggal 6 July 2012.
- Eneste, Pamusuk (2001). Buku Pintar Sastra Indonesia (edisi ke-3rd). Jakarta: Kompas. ISBN 978-979-9251-78-8 Periksa nilai: checksum
|isbn=
(bantuan). - Hamdani, Sylvia (2 June 2011). "Making Poetry Sing, In the Name Of Love". Jakarta Globe (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-01-02. Diakses tanggal 2 January 2012.
- Haryanto, Ign.; Kuswardono, Arief; Dhyatmika, Wahyu (3 December 2001). "Sebuah Panggung Bernama Khatulistiwa". Tempo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-06. Diakses tanggal 6 July 2012.
- Hermawan, Ary; Messakh, Matheos (15 November 2008). "Ayu Utami, Nirwan Dewanto win Khatulistiwa literary prize". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-06. Diakses tanggal 6 July 2012.
- "Jurnal Angker dapat Populer?". Tempo. 19 February 1994. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-06. Diakses tanggal 6 July 2012.
- Setiawati, Indah (3 June 2012). "'Soegija' sends a message of humanity". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Jakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-06-29. Diakses tanggal 29 June 2012.
- Siregar, Lisa (29 May 2012). "'Soegija' More Than a War Film". Jakarta Globe (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-06. Diakses tanggal 6 July 2012.
- Wisanggeni, Aryo; Sartono, Frans; Arcana, Putu Fajar (3 June 2012). "Nirwan Dewanto dalam Tikungan Kehidupan". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-06. Diakses tanggal 6 July 2012.