Lompat ke isi

Raden Santri Gresik: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Fathum00 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Raden Salman (bicara | kontrib)
k Perbaikan Data Berdasarkan Hasil Itsbat Resmi Naqobah Ansab Maroko + Serat Panengen
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(10 revisi perantara oleh 3 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox religious biography|honorific-prefix=As-Syekh|name=Sayyid Ali Murtadho <br>
{{Infobox royalty
( Sunan Gisik )|image=|alt=|caption=|religion=[[Islam]]|denomination=[[Sunni]]|known_for=|birth_name=Ali Murtadho|birth_date=|birth_place=[[Champa]]|death_date=|death_place=[[Majapahit]]|children={{collapsible list|title=Pernikahan dengan RA. Madu Retno :
| name = Sayyid Ali Murtadlo <br> ( Sunan Gisik )
|- Usman Haji <br> ( [[Pangeran Khalifah]] )
| image =
|- Haji Usman <br> ( [[Pangeran Khalifah Nuraga]] )
| image_size = 300
|- Nyai Gede Tundo <br> ( Istri [[Sunan Kertoyoso]] )
| alt =
|- Ali Musytar <br> ( [[Panembahan Blingi]] )
| caption =
}}|father=[[Ibrahim As-Samarqandy]]|mother=[[Dewi Candrawulan]]|spouse={{unbulleted list
| succession =
| - ( [[RA. Madu Retno]] binti Aryo Baribin )
| moretext =
| - ( [[Dyah Retno Maningjum]] binti Arya Tejo )
| reign =
}}|predecessor=|successor=|office1=|term_start1=|term_end1=|predecessor1=|successor1=|title=|region=|other names=- Raja Pandhita Bima {{br}} - Sunan Lembayung {{br}} - Raja Pandhita Wunut {{br}} - Dian Santri Ali {{br}} - Raden Samat {{br}} - Raden Atmaja {{br}} - Ngali Murtolo {{br}} - Ali Hutomo {{br}} - Ali Musada {{br}} - Sunan Lembayung Fadl {{br}} - Fadl As-Samarqandy}}
| reign-type =
| coronation =
| cor-type =
| predecessor =
| pre-type =
| successor =
| suc-type =
| regent =
| reg-type =
| birth_name =
| birth_date =
| birth_place =[[Champa]]
| death_date =
| death_place =[[Gresik]]
| burial_date =
| burial_place =
| spouse = {{plainlist|
* [[Syarifah Sarah]] (Putri [[Sunan Gresik]])
*
* }}
| spouse-type = Istri
| consort =
| issue = {{plainlist|
* Haji Utsman ([[Sunan Manyuran]])
* Utsman Haji ([[Sunan Ngudung]])
*
*
*
}}
| issue-link =
| issue-pipe =
| issue-type =
| full name = Ali Murtadlo
| era name =
| era dates =
| regnal name =
| posthumous name=
| temple name =
| house =
| house-type =
| father = [[Syekh Ibrahim Zainuddin As-Samarqandy]]
| mother =[[Dewi Candrawulan]]
| religion = Islam
| occupation =
| signature_type =
| signature =
| module =
|Title_name=Common name|family_name=}}


'''Raden Santri''' atau '''Sayyid Ali Murtadlo''' merupakan salah satu tokoh yang dipercaya masyarakat Gresik sebagai penyebar agama Islam di Jawa dan sekitarnya, khususnya [[Gresik]]. Beliau adalah Putra dari [[Syekh Ibrahim Zainuddin As-Samarqandy]], dan juga kakak dari [[Sunan Ampel]], serta sepupu dari [[Sunan Gresik|Syekh Maulana Malik Ibrahim]].
'''Raden Santri''' atau '''Sayyid Ali Murtadha''' merupakan salah satu tokoh yang dipercaya masyarakat Gresik sebagai penyebar agama Islam di Jawa dan sekitarnya, khususnya [[Gresik]]. Beliau adalah Putra dari [[Syaikh Ibrahim As-Samarqandi]], dan juga kakak dari [[Sunan Ampel]], serta sepupu dari [[Sunan Gresik|Syaikh Maulana Malik Ibrahim]].


Raden Santri juga dikenal sebagai Sunan Gisik yang memiliki arti seorang guru agama atau tokoh yang dihormati yang berada di daerah pesisir. Dalam catatan [[Cina]] kata ‘Sunan’ berasal dari dialek [[Hokkian]] yaitu ‘Su’ dan ‘Nan’, dimana ‘Su’ bermakna ‘Suhu’ atau ‘Saihu’ yang memiliki arti guru sedangkan ‘Nan’ berarti selatan. Kata ‘Gisik’ sendiri dalam bahasa [[Jawa]] memiliki arti pantai, sesuai dengan lokasi dakwah Raden Santri yang berada di daerah pesisir Gresik.<ref name="Firmansyah">{{cite web|first=Wahyu|last=Firmansyah|url=https://www.nu.or.id/post/read/111619/sejarah-sunan-gisik--raden-santri-|title=Sejarah Sunan Gisik ‘Raden Santri’|date=30 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>
Raden Santri juga dikenal sebagai Sunan Gisik yang memiliki arti seorang guru agama atau tokoh yang dihormati yang berada di daerah pesisir. Dalam catatan [[Cina]] kata ‘Sunan’ berasal dari dialek [[Hokkian]] yaitu ‘Su’ dan ‘Nan’, dimana ‘Su’ bermakna ‘Suhu’ atau ‘Saihu’ yang memiliki arti guru sedangkan ‘Nan’ berarti selatan. Kata ‘Gisik’ sendiri dalam bahasa [[Jawa]] memiliki arti pantai, sesuai dengan lokasi dakwah Raden Santri yang berada di daerah pesisir Gresik.<ref name="Firmansyah">{{cite web|first=Wahyu|last=Firmansyah|url=https://www.nu.or.id/post/read/111619/sejarah-sunan-gisik--raden-santri-|title=Sejarah Sunan Gisik ‘Raden Santri’|date=30 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref>
Baris 66: Baris 19:
Ayah Raden Santri bernama Syaikh Maulana Ibrahim As-Samarqandi bin Jamaluddin Akbar Khan bin Ahmad Jalaludin Khan bin Abdullah Khan bin Abdul Malik al-Muhajir bin Alawi Ammil Faqih bin Muhammad Sohibul Mirbath bin Ali Kholi’ Qosam bin Alawi ats-Tsani bin Muhammad Sohibus Saumi’ah bin Alawi Awwal bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali Uraidhi bin Ja’far ash-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib, suami Fatimah az-Zahra binti Nabi Muhammad SAW.
Ayah Raden Santri bernama Syaikh Maulana Ibrahim As-Samarqandi bin Jamaluddin Akbar Khan bin Ahmad Jalaludin Khan bin Abdullah Khan bin Abdul Malik al-Muhajir bin Alawi Ammil Faqih bin Muhammad Sohibul Mirbath bin Ali Kholi’ Qosam bin Alawi ats-Tsani bin Muhammad Sohibus Saumi’ah bin Alawi Awwal bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali Uraidhi bin Ja’far ash-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib, suami Fatimah az-Zahra binti Nabi Muhammad SAW.


Ibu Raden Santri bernama [[Dewi Candrawulan]] (Chandravati). Dewi Candrawulan merupakan putri dari [[Sultan Kuthara]] (Kerajaan Champa) yaitu [[Bong Tak Keng]] dengan [[Putri Indravarman VI]] (Putri Raja Champa). Kakek Raden Santri, Bong Tak keng berasal dari [[Suku Hui]] yang sudah beragama [[Islam]] dimana mendapat tugas untuk menjadi pemimpin di [[Komunitas Cina]] di Champa serta menjadi [[Duta Cina]] untuk Champa yang dipilih oleh [[Laksamana Cheng Ho]] [[(Sam Po Bo]] atau [[Haji Mahmud Shams)]] dari [[Dinasti Ming]].<ref name="Firmansyah"/>
Ibu Raden Santri bernama [[Dewi Candrawulan]] (Chandrawati). Dewi Candrawulan merupakan putri dari [[Sultan Kuthara]] (Kerajaan Champa) yaitu [[Bong Tak Keng]] dengan [[Putri Indravarman VI]] (Putri Raja Champa). Kakek Raden Santri, Bong Tak keng berasal dari [[Suku Hui]] yang sudah beragama [[Islam]] dimana mendapat tugas untuk menjadi pemimpin di [[Komunitas Cina]] di Champa serta menjadi [[Duta Cina]] untuk Champa yang dipilih oleh [[Laksamana Cheng Ho]] [[(Sam Po Bo]] atau [[Haji Mahmud Shams)]] dari [[Dinasti Ming]].<ref name="Firmansyah"/>


=== Penyebaran Agama Islam ===
=== Penyebaran Agama Islam ===
Raden Santri menyertai ayahanda serta saudaranya datang ke [[Jawa]] untuk menyebarkan agama Islam serta berkunjung ke bibinya, yaitu [[Dewi Condro Wulan]]/[[Dwarawati]] yang menjadi istri dari [[Prabu Kertajaya]]/[[Brawijaya]]. Kapal Raden Santri beserta rombongan tiba di sebelah timur [[Bandar Tuban]], yang disebut [[Gisik]] (sekarang bernama Gisikharjo). Pendaratan di Gisik dilakukan sebagai salah satu bentuk kehati-hatian, dikarenakan [[Tuban]] pada saat itu menjadi [[Pelabuhan Internasional Majapahit]].<ref>{{cite web|first=Rijal|last=Mumazziq Z|url=https://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/falasifa/article/download/157/139?|title=Jejak Ulama Uzbekistan Di Nusantara|language=id|access date=3 September 2021}}</ref> Dengan cara mendarat di tempat yang tidak terlalu ramai ini, Syekh Ibrahim As-Samarqandi memulai dakwahnya. Tidak lama setelah sampai di [[Tuban]] ayahanda Raden Santri menderita sakit kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di daerah pesisir [[Gesikhardjo]], [[Palang]], [[Tuban]]. Setelah kematian ayahandanya Raden Santri dan Sunan Ampel didampingi oleh [[Abu Hurairah]] (Raden Burereh).
Raden Santri menyertai ayahanda serta saudaranya datang ke [[Jawa]] untuk menyebarkan agama Islam serta berkunjung ke bibinya, yaitu [[Dewi Condro Wulan]]/[[Dwarawati]] yang menjadi istri dari [[Prabu Kertajaya]]/[[Brawijaya]]. Kapal Raden Santri beserta rombongan tiba di sebelah timur [[Bandar Tuban]], yang disebut [[Gisik]] (sekarang bernama Gisikharjo).
Pendaratan di Gisik dilakukan sebagai salah satu bentuk kehati-hatian, dikarenakan [[Tuban]] pada saat itu menjadi [[Pelabuhan Internasional Majapahit]].<ref>{{cite web|first=Rijal|last=Mumazziq Z|url=https://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/falasifa/article/download/157/139?|title=Jejak Ulama Uzbekistan Di Nusantara|language=id|access date=3 September 2021}}</ref> Dengan cara mendarat di tempat yang tidak terlalu ramai ini, Syekh Ibrahim As-Samarqandi memulai dakwahnya. Tidak lama setelah sampai di [[Tuban]] ayahanda Raden Santri menderita sakit kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di daerah pesisir [[Gesikhardjo]], [[Palang]], [[Tuban]]. Setelah kematian ayahandanya Raden Santri dan Sunan Ampel didampingi oleh [[Abu Hurairah]] (Raden Burereh).


Satu tahun berlalu Raden Santri hendak kembali ke [[Campa]], tetapi negeri tersebut telah hancur dan dikuasai oleh [[Raja Pelbegu]] dari [[Kerajaan Koci]]. Raden Santri kemudian menerima saran dari Raja Kertajaya untuk tetap menetap di Majapahit dan tinggal di [[Gresik]].<ref>{{cite web|last=Budi|url=https://www.laduni.id/post/read/65122/wisata-religi-dan-bertawassul-di-makam-raden-santri-gresik|title=Wisata Religi dan Bertawassul di Makam Raden Santri Gresik|date=16 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref> Setelah wafatnya [[Syekh Maulana Malik Ibrahim]] pada tanggal [[9 April 1419]], Raden Santri melanjutkan tugasnya yaitu sebagai penyebar [[Islam]] di [[Gresik]].<ref>{{cite web|first=DISPARBUD|last=Gresik|url=https://disparbud.gresikkab.go.id/2021/03/19/makam-raden-santri/|title=Makam Raden Santri|date=19 Maret 2021|language=id|access date=3 September 2021|access-date=2021-09-03|archive-date=2021-09-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20210903043406/https://disparbud.gresikkab.go.id/2021/03/19/makam-raden-santri/|dead-url=yes}}</ref>
Satu tahun berlalu Raden Santri hendak kembali ke [[Campa]], tetapi negeri tersebut telah hancur dan dikuasai oleh [[Raja Pelbegu]] dari [[Kerajaan Koci]]. Raden Santri kemudian menerima saran dari Raja Kertajaya untuk tetap menetap di Majapahit dan tinggal di [[Gresik]].<ref>{{cite web|last=Budi|url=https://www.laduni.id/post/read/65122/wisata-religi-dan-bertawassul-di-makam-raden-santri-gresik|title=Wisata Religi dan Bertawassul di Makam Raden Santri Gresik|date=16 September 2019|language=id|access date=3 September 2021}}</ref> Setelah wafatnya [[Syekh Maulana Malik Ibrahim]] pada tanggal [[9 April 1419]], Raden Santri melanjutkan tugasnya yaitu sebagai penyebar [[Islam]] di [[Gresik]].<ref>{{cite web|first=DISPARBUD|last=Gresik|url=https://disparbud.gresikkab.go.id/2021/03/19/makam-raden-santri/|title=Makam Raden Santri|date=19 Maret 2021|language=id|access date=3 September 2021|access-date=2021-09-03|archive-date=2021-09-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20210903043406/https://disparbud.gresikkab.go.id/2021/03/19/makam-raden-santri/|dead-url=yes}}</ref>


Raden Santri disebut sebagai [[Sunan Lembayung]] oleh masyarakat [[Madura]], karena beliau berkeliling dakwah di daerah Madura. Sedangkan [[Nusa tenggara]] sampai dengan [[Bima]] menjuluki Raden Santri sebagai [[Raja Pandhita Bima]]. Dalam catatan sejarah Raden Santri dijelaskan menjadi penyebar agama Islam pertama di [[Nusa Tenggara Barat]] yang nantinya menjadi pondasi awal [[Kerajaan Bima]] yang berlandaskan [[Islam]] “Ahlussunah wal jamaah”. Setelah menyebarkan agama Islam di daerah Madura dan Nusa Tenggara, Raden Santri diminta untuk kembali ke Gresik untuk menggantikan Syekh Maulana Malik Ibrahim.
Raden Santri disebut sebagai [[Sunan Lembayung]] oleh masyarakat [[Madura]], karena beliau berkeliling dakwah di daerah Madura. Sedangkan [[Nusa tenggara]] sampai dengan [[Bima]] menjuluki Raden Santri sebagai [[Raja Pandhita Bima]].
Dalam catatan sejarah Raden Santri dijelaskan menjadi penyebar agama Islam pertama di [[Nusa Tenggara Barat]] yang nantinya menjadi pondasi awal [[Kerajaan Bima]] yang berlandaskan [[Islam]] “Ahlussunah wal jamaah”. Setelah menyebarkan agama Islam di daerah Madura dan Nusa Tenggara, Raden Santri diminta untuk kembali ke Gresik untuk menggantikan Syekh Maulana Malik Ibrahim.


Di Gresik sendiri Raden Santri juga diberi gelar yaitu [[Raja Pandhita Wunut]], gelar ini merupakan anugrah rahasia yang diberikan oleh [[Raja Majapahit]] untuk penguasa yang beragama [[Islam]].<ref>{{cite web|url=https://www.eastjava.com/east-java/tourism/gresik/ina/raden-santri.html|title=Makam Raden Santri|language=id|access date=3 September 2021}}</ref> Masyarakat [[Gresik]] sendiri lebih sering menyebut beliau sebagai Raden Santri. Terdapat pula nama lain atau gelar beliau, yaitu [[Dian Santri Ali]], [[Raden Samat]], [[Raden Atmaja]], [[Ngali Murtolo]], [[Ali Hutomo]], [[Ali Musada]], [[Sunan Lembayung Fadl]] dan [[Fadl As-Samarqandi]]<ref name="Firmansyah"/>..
Di Gresik sendiri Raden Santri juga diberi gelar yaitu [[Raja Pandhita Wunut]], gelar ini merupakan anugrah rahasia yang diberikan oleh [[Raja Majapahit]] untuk penguasa yang beragama [[Islam]].<ref>{{cite web|url=https://www.eastjava.com/east-java/tourism/gresik/ina/raden-santri.html|title=Makam Raden Santri|language=id|access date=3 September 2021}}</ref> Masyarakat [[Gresik]] sendiri lebih sering menyebut beliau sebagai Raden Santri. Terdapat pula nama lain atau gelar beliau, yaitu [[Dian Santri Ali]], [[Raden Samat]], [[Raden Atmaja]], [[Ngali Murtolo]], [[Ali Hutomo]], [[Ali Musada]], [[Sunan Lembayung Fadl]] dan [[Fadl As-Samarqandi]]<ref name="Firmansyah"/>..


=== Pernikahan ===
=== Pernikahan ===
Raden Santri memiliki dua istri, yang pertama adalah [[Rara Siti Taltun]] dan kemudian menikah lagi dengan [[Dyah Retno Maningjum binti Arya Tejo]]. Raden Santri menikah dengan [[Rara Siti Taltun]] atau [[RA. Madu Retno binti Aryo Baribin]] dari pernikahan itu Raden Santri memiliki 4 orang anak. Anak Beliau bernama [[Usman Haji (Sunan Ngudung)]], [[Haji Usman]], [[Nyai Gede Tundo]] dan [[Ali Musytar]]. Anak [[pertama]] Raden Santri yaitu [[Usman Haji]] menikah dengan [[Putri Tumenggung Wilwatikta]], dari pernikahan tersebut lahirlah [[Sunan Kudus]] (Amir Haji atau Dja’far Sodiq) dan anak perempuan yang diberi nama [[Sunan Muria|Dewi Sujinah]]. Haji Usman menikah dengan [[Siti Syari’at]] dan memiliki anak yang bernama [[Amir Hasan]] (Sunan Manyuran). Anak perempuan Raden Santri menikah dengan [[Kholifah Husain]] (Sunan Kertoyoso) dan memiliki anak yaitu [[Kholifah Suhuroh]]<ref name="Firmansyah"/>..
Raden Santri memiliki dua istri, yang pertama adalah [[Rara Siti Taltun]] dan kemudian menikah lagi dengan [[Dyah Retno Maningjum binti Arya Tejo]]. Raden Santri menikah dengan [[Rara Siti Taltun]] atau [[RA. Madu Retno binti Aryo Baribin]] dari pernikahan itu Raden Santri memiliki 4 orang anak. Anak Beliau bernama [[Usman Haji (Sunan Ngudung)]], [[Haji Usman]], [[Nyai Gede Tundo]] dan [[Ali Musytar]].
Anak [[pertama]] Raden Santri yaitu [[Usman Haji]] menikah dengan [[Putri Tumenggung Wilwatikta]], dari pernikahan tersebut lahirlah [[Sunan Kudus]] (Amir Haji atau Dja’far Sodiq) dan anak perempuan yang diberi nama [[Sunan Muria|Dewi Sujinah]]. Haji Usman menikah dengan [[Siti Syari’at]] dan memiliki anak yang bernama [[Amir Hasan]] (Sunan Manyuran). Anak perempuan Raden Santri menikah dengan [[Kholifah Husain]] (Sunan Kertoyoso) dan memiliki anak yaitu [[Kholifah Suhuroh]]<ref name="Firmansyah"/>..

=== Wafat ===
Raden Santri wafat pada tahun [[1317 saka]]/[[1449 M]] 15 Muharram abad ke-8 Hijriah, makam Beliau terletak sekitar 100 m sebelah utara alun-alun kota Gresik, tepatnya di jalan Raden Santri. Kelurahan [[Bedilan]], Gresik atau hanya berjarak 200 m sebelah utara dari makam Syekh Maulana Malik Ibrahim. Tepat di samping pusara Raden Santri terdapat pusara murid kesayangan Beliau, yaitu [[Sayyid Hasan]]. Haul Beliau sering diperingati oleh masyarakat Gresik pada setiap tanggal [[15 Muharram]].


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi terkini sejak 8 Mei 2024 11.05

As-Syekh

Sayyid Ali Murtadho
( Sunan Gisik )
Nama lain- Raja Pandhita Bima
- Sunan Lembayung
- Raja Pandhita Wunut
- Dian Santri Ali
- Raden Samat
- Raden Atmaja
- Ngali Murtolo
- Ali Hutomo
- Ali Musada
- Sunan Lembayung Fadl
- Fadl As-Samarqandy
Informasi pribadi
Lahir
Ali Murtadho

Meninggal
AgamaIslam
Pasangan
Anak
Pernikahan dengan RA. Madu Retno :
Orang tua
DenominasiSunni

Raden Santri atau Sayyid Ali Murtadha merupakan salah satu tokoh yang dipercaya masyarakat Gresik sebagai penyebar agama Islam di Jawa dan sekitarnya, khususnya Gresik. Beliau adalah Putra dari Syaikh Ibrahim As-Samarqandi, dan juga kakak dari Sunan Ampel, serta sepupu dari Syaikh Maulana Malik Ibrahim.

Raden Santri juga dikenal sebagai Sunan Gisik yang memiliki arti seorang guru agama atau tokoh yang dihormati yang berada di daerah pesisir. Dalam catatan Cina kata ‘Sunan’ berasal dari dialek Hokkian yaitu ‘Su’ dan ‘Nan’, dimana ‘Su’ bermakna ‘Suhu’ atau ‘Saihu’ yang memiliki arti guru sedangkan ‘Nan’ berarti selatan. Kata ‘Gisik’ sendiri dalam bahasa Jawa memiliki arti pantai, sesuai dengan lokasi dakwah Raden Santri yang berada di daerah pesisir Gresik.[1]

Cerita Rakyat

[sunting | sunting sumber]

Ayah Raden Santri bernama Syaikh Maulana Ibrahim As-Samarqandi bin Jamaluddin Akbar Khan bin Ahmad Jalaludin Khan bin Abdullah Khan bin Abdul Malik al-Muhajir bin Alawi Ammil Faqih bin Muhammad Sohibul Mirbath bin Ali Kholi’ Qosam bin Alawi ats-Tsani bin Muhammad Sohibus Saumi’ah bin Alawi Awwal bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir bin Isa ar-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali Uraidhi bin Ja’far ash-Shodiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Imam Husein bin Ali bin Abi Thalib, suami Fatimah az-Zahra binti Nabi Muhammad SAW.

Ibu Raden Santri bernama Dewi Candrawulan (Chandrawati). Dewi Candrawulan merupakan putri dari Sultan Kuthara (Kerajaan Champa) yaitu Bong Tak Keng dengan Putri Indravarman VI (Putri Raja Champa). Kakek Raden Santri, Bong Tak keng berasal dari Suku Hui yang sudah beragama Islam dimana mendapat tugas untuk menjadi pemimpin di Komunitas Cina di Champa serta menjadi Duta Cina untuk Champa yang dipilih oleh Laksamana Cheng Ho (Sam Po Bo atau Haji Mahmud Shams) dari Dinasti Ming.[1]

Penyebaran Agama Islam

[sunting | sunting sumber]

Raden Santri menyertai ayahanda serta saudaranya datang ke Jawa untuk menyebarkan agama Islam serta berkunjung ke bibinya, yaitu Dewi Condro Wulan/Dwarawati yang menjadi istri dari Prabu Kertajaya/Brawijaya. Kapal Raden Santri beserta rombongan tiba di sebelah timur Bandar Tuban, yang disebut Gisik (sekarang bernama Gisikharjo).

Pendaratan di Gisik dilakukan sebagai salah satu bentuk kehati-hatian, dikarenakan Tuban pada saat itu menjadi Pelabuhan Internasional Majapahit.[2] Dengan cara mendarat di tempat yang tidak terlalu ramai ini, Syekh Ibrahim As-Samarqandi memulai dakwahnya. Tidak lama setelah sampai di Tuban ayahanda Raden Santri menderita sakit kemudian meninggal dunia dan dimakamkan di daerah pesisir Gesikhardjo, Palang, Tuban. Setelah kematian ayahandanya Raden Santri dan Sunan Ampel didampingi oleh Abu Hurairah (Raden Burereh).

Satu tahun berlalu Raden Santri hendak kembali ke Campa, tetapi negeri tersebut telah hancur dan dikuasai oleh Raja Pelbegu dari Kerajaan Koci. Raden Santri kemudian menerima saran dari Raja Kertajaya untuk tetap menetap di Majapahit dan tinggal di Gresik.[3] Setelah wafatnya Syekh Maulana Malik Ibrahim pada tanggal 9 April 1419, Raden Santri melanjutkan tugasnya yaitu sebagai penyebar Islam di Gresik.[4]

Raden Santri disebut sebagai Sunan Lembayung oleh masyarakat Madura, karena beliau berkeliling dakwah di daerah Madura. Sedangkan Nusa tenggara sampai dengan Bima menjuluki Raden Santri sebagai Raja Pandhita Bima.

Dalam catatan sejarah Raden Santri dijelaskan menjadi penyebar agama Islam pertama di Nusa Tenggara Barat yang nantinya menjadi pondasi awal Kerajaan Bima yang berlandaskan Islam “Ahlussunah wal jamaah”. Setelah menyebarkan agama Islam di daerah Madura dan Nusa Tenggara, Raden Santri diminta untuk kembali ke Gresik untuk menggantikan Syekh Maulana Malik Ibrahim.

Di Gresik sendiri Raden Santri juga diberi gelar yaitu Raja Pandhita Wunut, gelar ini merupakan anugrah rahasia yang diberikan oleh Raja Majapahit untuk penguasa yang beragama Islam.[5] Masyarakat Gresik sendiri lebih sering menyebut beliau sebagai Raden Santri. Terdapat pula nama lain atau gelar beliau, yaitu Dian Santri Ali, Raden Samat, Raden Atmaja, Ngali Murtolo, Ali Hutomo, Ali Musada, Sunan Lembayung Fadl dan Fadl As-Samarqandi[1]..

Pernikahan

[sunting | sunting sumber]

Raden Santri memiliki dua istri, yang pertama adalah Rara Siti Taltun dan kemudian menikah lagi dengan Dyah Retno Maningjum binti Arya Tejo. Raden Santri menikah dengan Rara Siti Taltun atau RA. Madu Retno binti Aryo Baribin dari pernikahan itu Raden Santri memiliki 4 orang anak. Anak Beliau bernama Usman Haji (Sunan Ngudung), Haji Usman, Nyai Gede Tundo dan Ali Musytar.

Anak pertama Raden Santri yaitu Usman Haji menikah dengan Putri Tumenggung Wilwatikta, dari pernikahan tersebut lahirlah Sunan Kudus (Amir Haji atau Dja’far Sodiq) dan anak perempuan yang diberi nama Dewi Sujinah. Haji Usman menikah dengan Siti Syari’at dan memiliki anak yang bernama Amir Hasan (Sunan Manyuran). Anak perempuan Raden Santri menikah dengan Kholifah Husain (Sunan Kertoyoso) dan memiliki anak yaitu Kholifah Suhuroh[1]..

Raden Santri wafat pada tahun 1317 saka/1449 M 15 Muharram abad ke-8 Hijriah, makam Beliau terletak sekitar 100 m sebelah utara alun-alun kota Gresik, tepatnya di jalan Raden Santri. Kelurahan Bedilan, Gresik atau hanya berjarak 200 m sebelah utara dari makam Syekh Maulana Malik Ibrahim. Tepat di samping pusara Raden Santri terdapat pusara murid kesayangan Beliau, yaitu Sayyid Hasan. Haul Beliau sering diperingati oleh masyarakat Gresik pada setiap tanggal 15 Muharram.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Firmansyah, Wahyu (30 September 2019). "Sejarah Sunan Gisik 'Raden Santri'". 
  2. ^ Mumazziq Z, Rijal. "Jejak Ulama Uzbekistan Di Nusantara". 
  3. ^ Budi (16 September 2019). "Wisata Religi dan Bertawassul di Makam Raden Santri Gresik". 
  4. ^ Gresik, DISPARBUD (19 Maret 2021). "Makam Raden Santri". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-03. Diakses tanggal 2021-09-03. 
  5. ^ "Makam Raden Santri".