Lompat ke isi

Jatinangor, Sumedang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
Mateus2019 (bicara | kontrib)
 
(15 revisi perantara oleh 10 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 3: Baris 3:
|dati2=Kabupaten
|dati2=Kabupaten
|nama dati2=Sumedang
|nama dati2=Sumedang
|luas= 262.0 km²{{sfn|BPS|2018|page=3}}
|luas= 262.0 km²{{sfn|BPS|2018|page=3}}
|penduduk=113,913 (2017){{sfn|BPS|2018|page=11}}
|penduduk=113,913 (2017){{sfn|BPS|2018|page=11}}
|kelurahan=12 Kelurahan/Desa{{sfn|BPS|2018|page=1}}
|kelurahan=12 Kelurahan/Desa{{sfn|BPS|2018|page=1}}
|nama camat= Herry Dewantara
|nama camat= Syarif Effendi Badar<ref>{{cite web|url=https://www.sumedangekspres.com/syarif-effendi-jabat-camat-jatinangor/|title=Syarif Effendi Jabat Camat Jatinangor |date=28 Juli 2017 |first= Iman |last=Nurman |accessdate=30 Juli 2017 |website=Sumedang Ekspres}}</ref><ref>{{cite web|url=https://eljabar.com/2018/09/14/camat-jatinangor-hari-ini-lantik-2-pjs-kepala-desa/|title=Camat Jatinangor Hari ini Lantik 2 Pjs Kepala Desa|date=14 September 2018 |accessdate=15 September 2018 |website=El Jabar}}</ref>
|kepadatan= 981.72 jiwa/km&sup2; (2017){{sfn|BPS|2018|page=12}}
|kepadatan= 981.72 jiwa/km² (2017){{sfn|BPS|2018|page=12}}
|provinsi=Jawa Barat
|provinsi=Jawa Barat
}}
}}
'''Jatinangor''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Sumedang]], [[Provinsi]] [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].
'''Jatinangor''' adalah sebuah [[kecamatan]] di [[Kabupaten Sumedang]], [[Provinsi]] [[Jawa Barat]], [[Indonesia]].

== Penamaan<ref name=":0">{{Cite web|last=Nurman|first=Iman|date=2021-12-29|title=Baru Tahu, Ini Asal Muasal Nama Jatinangor yang Sekarang jadi Kawasan Pendidikan|url=https://inisumedang.com/baru-tahu-ini-asal-muasal-nama-jatinangor-yang-sekarang-jadi-kawasan-pendidikan/|website=IniSumedang.Com|language=id-ID|access-date=2022-01-08}}</ref> ==
Ada dua versi terkait asal nama Jatinangor

Menurut Tokoh masyarakat Jatinangor yang juga mantan Anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Sumedang|DPRD Sumedang]] dari [[Partai Golongan Karya|Partai Golkar]] periode 1999-2004 Ismet Suparmat, nama Jatinangor bisa diambil dari nama pohon jati putih yang banyak tersebar di kawasan Kiarapayung sebelum dibabat habis menjadi kawasan pendidikan. Sedangkan nama Nangor bisa dari kata ‘Cangor’ belum masak atau ‘ngora’ (muda, red). Sehingga jika digabungkan Jatinangor berarti pohon jati muda.

Namun, menurut Ismet pula, sebetulnya tanaman keras yang mendominasi di Jatinangor itu adalah pohon karet dan teh. Akan tetapi, mungkin sebagian kecil terdapat pohon jati. Meskipun masyarakat awam mengklaim jika semua pohon yang namanya pohon keras itu Jati.

Sementara itu, menurut Kasi Pemerintahan Kecamatan Jatinangor, Endang Rohmayudi mengatakan nama Jatinangor itu diambil dari kata pohon Jati, sedangkan nangor itu dari kata nangoh atau nagog atau menghadap ke bawah. Berada di atas makam sesepuh Jatinangor bernama Embah Nangoh yang sekarang berlokasi di belakang kampus IKOPIN.

Menurut Endang sebetulnya kecamatan Jatinangor sudah lahir tahun 1935 sebelum Indonesia merdeka. Sehingga jika ditambahkan usianya dengan sekarang, berarti kecamatan Jatinangor itu sudah berusia 86 tahun meskipun nama Jatinangor berubah dari [[Cikeruh, Jatinangor, Sumedang|Kecamatan Cikeruh]] tahun 2000.<ref name=":0" />


== Sejarah ==
== Sejarah ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De theeonderneming 'Djatinangor' ten oosten van Bandung TMnr 60009530.jpg|jmpl|kiri|Jatinangor sekitar tahun 1885.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De theeonderneming 'Djatinangor' ten oosten van Bandung TMnr 60009530.jpg|jmpl|kiri|Jatinangor sekitar tahun 1885.]]
Pada masa penjajahan, Jatinangor merupakan kawasan perkebunan [[teh]] dan [[Karet|pohon karet]] yang dikuasai oleh perusahaan swasta milik [[Belanda]], ''Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen'' yang berdiri tahun 1841, dengan luas saat itu mencapai 962 hektar, membentang dari tanah—yang saat ini merupakan kawasan [[Institut Pemerintahan Dalam Negeri]] (IPDN) hingga [[Gunung Manglayang]]. Perusahaan tersebut dimiliki oleh seorang pria berkebangsaan [[Jerman]], bernama Willem Abraham Baud (1816–1879) atau lebih terkenal di masyarakat dengan sebutan Baron Baud.<ref>{{cite web|url=http://himaper.fib.unpad.ac.id/sejarah-jatinangor/|title=Sejarah Jatinangor |website=Himpunan Mahasiswa Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran |date=23 September 2014 |accessdate=25 September 2014}}</ref> Untuk mengontrol perkebunannya yang luas, Baron Baud membangun sebuah menara. Menara ini dilengkapi dengan sebuah lonceng yang terletak di puncak menara dan tangga untuk sampai ke puncaknya. Menara ini kemudian dikenal sebagai [[Menara Loji]].<ref>{{cite web|url=https://www.jatinangorku.com/menara-loji-saksi-sejarah-jatinangor-yang-terabaikan.html|title=Menara Loji: Saksi Sejarah Jatinangor yang Terabaikan |date=28 Maret 2012 |accessdate=29 Maret 2012 |website=Jatinangorku}}</ref>
Pada masa penjajahan, Jatinangor merupakan kawasan perkebunan [[teh]] dan [[Karet|pohon karet]] yang dikuasai oleh perusahaan swasta milik [[Belanda]], ''Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen'' yang berdiri tahun 1841, dengan luas saat itu mencapai 962 hektar, membentang dari tanah—yang saat ini merupakan kawasan [[Institut Pemerintahan Dalam Negeri]] (IPDN) hingga [[Gunung Manglayang]]. Perusahaan tersebut dimiliki oleh seorang pria berkebangsaan [[Jerman]], bernama Willem Abraham Baud (1816–1879) atau lebih terkenal di masyarakat dengan sebutan Baron Baud.<ref>{{cite web |url=http://himaper.fib.unpad.ac.id/sejarah-jatinangor/ |title=Sejarah Jatinangor |website=Himpunan Mahasiswa Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran |date=23 September 2014 |accessdate=25 September 2014 |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025150135/http://himaper.fib.unpad.ac.id/sejarah-jatinangor/ |dead-url=yes }}</ref> Untuk mengontrol perkebunannya yang luas, Baron Baud membangun sebuah menara. Menara ini dilengkapi dengan sebuah lonceng yang terletak di puncak menara dan tangga untuk sampai ke puncaknya. Menara ini kemudian dikenal sebagai [[Menara Loji]].<ref>{{cite web|url=https://www.jatinangorku.com/menara-loji-saksi-sejarah-jatinangor-yang-terabaikan.html|title=Menara Loji: Saksi Sejarah Jatinangor yang Terabaikan |date=28 Maret 2012 |accessdate=29 Maret 2012 |website=Jatinangorku}}</ref>


[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Aanleg van de spoorweg bij Djatinangor TMnr 60052200.jpg|jmpl|Pembangunan [[jalur kereta api Rancaekek–Tanjungsari]] tahun 1916.]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Aanleg van de spoorweg bij Djatinangor TMnr 60052200.jpg|jmpl|Pembangunan [[jalur kereta api Rancaekek–Tanjungsari]] tahun 1916.]]
Untuk memperlancar transportasi hasil perkebunan tersebut, pada tahun 1916 dibangun [[Jalur kereta api Rancaekek–Tanjungsari|jalur rel kereta api]] yang menghubungkan [[Rancaekek, Bandung|Rancaekek]] ke [[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]] dalam program proyek rel kereta api Rancaekek-Tanjungsari-Citali sepanjang 15&nbsp;km, sesuai ''Koninklijke Besluit'' (Peraturan Negara) tanggal 4 Januari 1916 serta Lembaran Negara Nomor 36.<ref>{{cite web|url=https://kabarpriangan.co.id/sejarah-jalur-kereta-api-di-jatinangor-dibangun-untuk-kebutuhan-militer/|title=Sejarah Jalur Kereta Api di Jatinangor, Dibangun Untuk Kebutuhan Militer |first=Azis |last=Abdullah |date=12 Juni 2017 |accessdate=15 Juli 2017 |website=Kabar Priangan}}</ref> Awalnya hanya akan dibangun rel kereta api Rancaekek-Jatinangor saja sepanjang 5,25&nbsp;km untuk keperluan mengangkut hasil perkebunan Jatinangor saja. Atas permintaan pihak militer rel kereta api itu agar digunakan untuk keperluan angkutan umum juga, maka diperpanjanglah jalur rel tersebut hingga ke Tanjungsari dan [[Citali, Pamulihan, Sumedang|Citali]] sepanjang 11,5&nbsp;km.{{sfn|ANRI|1976|page=71}} Tetapi kemudian rel kereta api hingga Citali ditangguhkan karena kekurangan biaya dan peralatan untuk menembus alam di sana sehingga rel kereta api itu hanya sampai [[Stasiun Tanjungsari]].{{sfn|ANRI|1976|page=105}} Jalur kereta api tersebut dioperasikan pada 13 Februari 1921.
Untuk memperlancar transportasi hasil perkebunan tersebut, pada tahun 1916 dibangun [[Jalur kereta api Rancaekek–Tanjungsari|jalur rel kereta api]] yang menghubungkan [[Rancaekek, Bandung|Rancaekek]] ke [[Tanjungsari, Sumedang|Tanjungsari]] dalam program proyek rel kereta api Rancaekek-Tanjungsari-Citali sepanjang 15&nbsp;km, sesuai ''Koninklijke Besluit'' (Peraturan Negara) tanggal 4 Januari 1916 serta Lembaran Negara Nomor 36.<ref>{{cite web |url=https://kabarpriangan.co.id/sejarah-jalur-kereta-api-di-jatinangor-dibangun-untuk-kebutuhan-militer/ |title=Sejarah Jalur Kereta Api di Jatinangor, Dibangun Untuk Kebutuhan Militer |first=Azis |last=Abdullah |date=12 Juni 2017 |accessdate=15 Juli 2017 |website=Kabar Priangan |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025150117/https://kabarpriangan.co.id/sejarah-jalur-kereta-api-di-jatinangor-dibangun-untuk-kebutuhan-militer/ |dead-url=yes }}</ref> Awalnya hanya akan dibangun rel kereta api Rancaekek-Jatinangor saja sepanjang 5,25&nbsp;km untuk keperluan mengangkut hasil perkebunan Jatinangor saja. Atas permintaan pihak militer rel kereta api itu agar digunakan untuk keperluan angkutan umum juga, maka diperpanjanglah jalur rel tersebut hingga ke Tanjungsari dan [[Citali, Pamulihan, Sumedang|Citali]] sepanjang 11,5&nbsp;km.{{sfn|ANRI|1976|page=71}} Tetapi kemudian rel kereta api hingga Citali ditangguhkan karena kekurangan biaya dan peralatan untuk menembus alam di sana sehingga rel kereta api itu hanya sampai [[Stasiun Tanjungsari]].{{sfn|ANRI|1976|page=105}} Jalur kereta api tersebut dioperasikan pada 13 Februari 1921.


Kemudian, pada tahun 1918, ''[[Staatsspoorwegen|Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf]]'', sebuah perusahaan kereta api milik Belanda membangun sebuah jembatan rel kereta penghubung Rancaekek-Tanjungsari yang disebut sebagai Jembatan Cikuda atau yang lebih dikenal sebagai Jembatan Cincin.<ref>{{cite web|url=http://jabar.tribunnews.com/2018/09/18/jembatan-cikuda-jalur-kereta-api-nonaktif-yang-kerap-dipakai-untuk-pesta-minuman-keras|title=Jembatan Cikuda, Jalur Kereta Api Nonaktif yang Kerap Dipakai untuk Pesta Minuman Keras |date=18 September 2018 |accessdate=19 September 2018 |first=Hakim |last=Baihaqi |editor=Tarsisius Sutomonaio |website=[[Tribunnews.com|Tribun Jabar]]}}</ref> Jembatan ini dilewati oleh kereta api yang menunjang lancarnya perkebunan karet dan transportasi masyarakat.<ref>{{cite web|url=https://daerah.sindonews.com/read/1220535/29/jembatan-cincin-dan-menara-loji-sisa-kejayaan-perkebunan-di-jatinangor-1499968236|title=Jembatan Cincin dan Menara Loji, Sisa Kejayaan Perkebunan di Jatinangor |first=Wasis |last=Wibowo |date=14 Juli 2017 |accessdate=15 Juli 2017 |website=[[Sindonews.com]]}}</ref>
Kemudian, pada tahun 1918, ''[[Staatsspoorwegen|Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf]]'', sebuah perusahaan kereta api milik Belanda membangun sebuah jembatan rel kereta penghubung Rancaekek-Tanjungsari yang disebut sebagai Jembatan Cikuda atau yang lebih dikenal sebagai Jembatan Cincin.<ref>{{Cite news|url=http://jabar.tribunnews.com/2018/09/18/jembatan-cikuda-jalur-kereta-api-nonaktif-yang-kerap-dipakai-untuk-pesta-minuman-keras|title=Jembatan Cikuda, Jalur Kereta Api Nonaktif yang Kerap Dipakai untuk Pesta Minuman Keras |date=18 September 2018 |accessdate=19 September 2018 |first=Hakim |last=Baihaqi |editor=Tarsisius Sutomonaio |work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id }}</ref> Jembatan ini dilewati oleh kereta api yang menunjang lancarnya perkebunan karet dan transportasi masyarakat.<ref>{{Cite news|url=https://daerah.sindonews.com/read/1220535/29/jembatan-cincin-dan-menara-loji-sisa-kejayaan-perkebunan-di-jatinangor-1499968236|title=Jembatan Cincin dan Menara Loji, Sisa Kejayaan Perkebunan di Jatinangor |first=Wasis |last=Wibowo |date=14 Juli 2017 |accessdate=15 Juli 2017 |work=[[Sindonews.com]]}}</ref>


[[Berkas:Cikuda Railway Bridge.jpg|jmpl|kiri|Jembatan Cikuda tahun 1924.]]
[[Berkas:Cikuda Railway Bridge.jpg|jmpl|kiri|Jembatan Cikuda tahun 1924.]]
Memasuki [[Revolusi Nasional Indonesia|masa kemerdekaan Indonesia]], tanah perkebunan karet Jatinangor tersebut [[Nasionalisasi|dinasionalisasikan]], dan menjadi milik Pemerintah Daerah (Pemda) Sumedang. Sayangnya, Pemda tidak melakukan penjagaan yang baik terhadap situs ini. Pada tahun 1980, lonceng Menara Loji dicuri. Hingga kini, kasus pencurian ini belum terselesaikan.<ref>{{cite web|url=http://jabar.tribunnews.com/2014/01/22/itb-cari-lonceng-pengganti-hingga-ke-belanda|title=ITB Cari Lonceng Pengganti hingga ke Belanda |date=22 Januari 2014 |accessdate=23 Januari 2014 |first=Pamela |last=Fricylia |editor=Darajat Arianto |website=[[Tribunnews.com|Tribun Jabar]]}}</ref>
Memasuki [[Revolusi Nasional Indonesia|masa kemerdekaan Indonesia]], tanah perkebunan karet Jatinangor tersebut [[Nasionalisasi|dinasionalisasikan]], dan menjadi milik Pemerintah Daerah (Pemda) Sumedang. Sayangnya, Pemda tidak melakukan penjagaan yang baik terhadap situs ini. Pada tahun 1980, lonceng Menara Loji dicuri. Hingga kini, kasus pencurian ini belum terselesaikan.<ref>{{Cite news|url=http://jabar.tribunnews.com/2014/01/22/itb-cari-lonceng-pengganti-hingga-ke-belanda|title=ITB Cari Lonceng Pengganti hingga ke Belanda |date=22 Januari 2014 |accessdate=23 Januari 2014 |first=Darajat |last=Arianto |editor=Darajat Arianto |work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id }}</ref>


Pada tahun 1990, area perkebunan dialihfungsikan menjadi kawasan pendidikan dengan dibangunnya empat [[perguruan tinggi]], yakni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), [[Institut Manajemen Koperasi Indonesia]] (Ikopin), [[Universitas Padjadjaran]] dan [[Universitas Winaya Mukti]].<ref>{{cite web|url=http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2015/10/14/345964/jatinangor-belum-menjadi-kawasan-pendidikan-ideal|title=Jatinangor Belum Menjadi Kawasan Pendidikan Ideal |first=Miradin Syahbana |last=Rizky |date=14 Oktober 2015 |accessdate=15 Oktober 2015 |website=[[Pikiran Rakyat]]}}</ref> Nama Jatinangor sebagai nama kecamatan baru dipakai sejak tahun 2000-an.<ref>{{cite web |url=http://rri.co.id/post/berita/500921/daerah/hut_jatinangor_ke18_kupas_sejarah_tokoh_dan_seni_budaya_lokal.html|title=HUT Jatinangor ke-18, kupas Sejarah Tokoh dan Seni Budaya Lokal|date=12 Maret 2018 |accessdate=13 Maret 2018 |website=[[Radio Republik Indonesia]]}}</ref> Seiring dengan hadirnya kampus-kampus tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan fisik dan sosial yang pesat. Sebagaimana halnya yang menimpa lahan pertanian lain di Pulau Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun pusat perbelanjaan.<ref>{{cite web|url=http://kabarsumedang.com/pembangunan-di-jatinangor-alami-peningkatan-cukup-signifikan/|title=Pembangunan di Jatinangor Alami Peningkatan Cukup Signifikan |website=Kabar Sumedang |date=5 Januari 2015 |accessdate=6 Januari 2015}}</ref><ref>{{cite web|url=https://www.jatinangorku.com/pembangunan-jatinangor-abaikan-tata-ruang.html|title=Pembangunan Jatinangor Abaikan Tata Ruang |date=26 Maret 2014 |accessdate=27 Maret 2014 |website=Jatinangorku}}</ref> [[Institut Teknologi Bandung]] kemudian membangun kampusnya di kawasan ini pada tahun 2010.<ref>{{cite web|url=https://jatinangor.itb.ac.id/sejarah-kampus-itb-jatinangor/|title=Sejarah Kampus ITB Jatinangor |website=Direktorat Eksekutif ITB Jatinangor |accessdate=27 Maret 2018}}</ref>
Pada tahun 1990, area perkebunan dialihfungsikan menjadi kawasan pendidikan dengan dibangunnya empat [[perguruan tinggi]], yakni [[Institut Pemerintahan Dalam Negeri]] (IPDN), [[Institut Manajemen Koperasi Indonesia]] (Ikopin), [[Universitas Padjadjaran]] dan [[Universitas Winaya Mukti]].<ref>{{cite web |url=http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2015/10/14/345964/jatinangor-belum-menjadi-kawasan-pendidikan-ideal |title=Jatinangor Belum Menjadi Kawasan Pendidikan Ideal |first=Miradin Syahbana |last=Rizky |date=14 Oktober 2015 |accessdate=15 Oktober 2015 |website=[[Pikiran Rakyat]] |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025154858/http://www.pikiran-rakyat.com/pendidikan/2015/10/14/345964/jatinangor-belum-menjadi-kawasan-pendidikan-ideal |dead-url=yes }}</ref> Nama Jatinangor sebagai nama kecamatan baru dipakai sejak tahun 2000-an.<ref>{{cite web|url=http://rri.co.id/post/berita/500921/daerah/hut_jatinangor_ke18_kupas_sejarah_tokoh_dan_seni_budaya_lokal.html|title=HUT Jatinangor ke-18, kupas Sejarah Tokoh dan Seni Budaya Lokal|date=12 Maret 2018|accessdate=13 Maret 2018|website=[[Radio Republik Indonesia]]|archive-date=2018-10-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20181025150153/http://rri.co.id/post/berita/500921/daerah/hut_jatinangor_ke18_kupas_sejarah_tokoh_dan_seni_budaya_lokal.html|dead-url=yes}}</ref> Seiring dengan hadirnya kampus-kampus tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan fisik dan sosial yang pesat. Sebagaimana halnya yang menimpa lahan pertanian lain di Pulau Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun pusat perbelanjaan.<ref>{{cite web |url=http://kabarsumedang.com/pembangunan-di-jatinangor-alami-peningkatan-cukup-signifikan/ |title=Pembangunan di Jatinangor Alami Peningkatan Cukup Signifikan |website=Kabar Sumedang |date=5 Januari 2015 |accessdate=6 Januari 2015 |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025185907/http://kabarsumedang.com/pembangunan-di-jatinangor-alami-peningkatan-cukup-signifikan/ |dead-url=yes }}</ref><ref>{{cite web|url=https://www.jatinangorku.com/pembangunan-jatinangor-abaikan-tata-ruang.html|title=Pembangunan Jatinangor Abaikan Tata Ruang |date=26 Maret 2014 |accessdate=27 Maret 2014 |website=Jatinangorku}}</ref> [[Institut Teknologi Bandung]] kemudian membangun kampusnya di kawasan ini pada tahun 2010.<ref>{{cite web|url=https://jatinangor.itb.ac.id/sejarah-kampus-itb-jatinangor/|title=Sejarah Kampus ITB Jatinangor |website=Direktorat Eksekutif ITB Jatinangor |accessdate=27 Maret 2018}}</ref>


Pada tahun 2015, Kecamatan Jatinangor menjadi salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan kota metropolitan [[Bandung Raya]].<ref>{{cite web|title=Jatinangor Ditetapkan Sebagai Kota Metropolitan di Bandung Raya |url=http://jabar.tribunnews.com/2016/01/10/jatinangor-ditetapkan-sebagai-kota-metropolitan-di-bandung-raya |first=Ragil Wisnu |last=Saputra |editor=Dicky Fadiar Djuhud |date=10 Januari 2016 |accessdate=12 Januari 2016 |website=[[Tribunnews.com|Tribun Jabar]]}}</ref> Penetapan Jatinangor menjadi kawasan kota metropolitan di Bandung Raya tersebut, telah tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten.<ref>{{cite web|url=http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2015/12/25/354923/lima-kecamatan-di-sumedang-masuk-rtrw-pusat-dan-provinsi |title=Lima Kecamatan di Sumedang, Masuk RTRW Pusat dan Provinsi |first=Adang |last=Jukardi |date=25 Desember 2015 |accessdate=28 Desember 2015 |website=[[Pikiran Rakyat]]}}</ref>
Pada tahun 2015, Kecamatan Jatinangor menjadi salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan kota metropolitan [[Bandung Raya]].<ref>{{Cite news|title=Jatinangor Ditetapkan Sebagai Kota Metropolitan di Bandung Raya |url=http://jabar.tribunnews.com/2016/01/10/jatinangor-ditetapkan-sebagai-kota-metropolitan-di-bandung-raya |first=Ragil Wisnu |last=Saputra |editor=Dicky Fadiar Djuhud |date=10 Januari 2016 |accessdate=12 Januari 2016 |work=[[Tribunnews|Tribunnews.com]]|language=id }}</ref> Penetapan Jatinangor menjadi kawasan kota metropolitan di Bandung Raya tersebut, telah tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten.<ref>{{cite web |url=http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2015/12/25/354923/lima-kecamatan-di-sumedang-masuk-rtrw-pusat-dan-provinsi |title=Lima Kecamatan di Sumedang, Masuk RTRW Pusat dan Provinsi |first=Adang |last=Jukardi |date=25 Desember 2015 |accessdate=28 Desember 2015 |website=[[Pikiran Rakyat]] |archive-date=2018-10-25 |archive-url=https://web.archive.org/web/20181025163413/http://www.pikiran-rakyat.com/jawa-barat/2015/12/25/354923/lima-kecamatan-di-sumedang-masuk-rtrw-pusat-dan-provinsi |dead-url=yes }}</ref>


== Geografi dan administrasi ==
== Geografi dan administrasi ==


=== Batas-batas wilayah ===
=== Batas-batas wilayah ===
[[File:West side aerial view of Mount Geulis, cloudy day 2021.jpg|jmpl|Gunung Geulis, bentang alam yang menjadi salah satu batas wilayah Kecamatan Jatinangor]]
Dengan luas wilayah 262&nbsp;km²,{{sfn|BPS|2018|page=3}} Kecamatan Jatinangor terletak di [[koordinat]] antara 6°53'43,3"–6°57'41" [[Lintang Selatan|LS]] dan 107°45'8,5"–107°48'11" [[Bujur Timur|BT]].
Dengan luas wilayah 262&nbsp;km²,{{sfn|BPS|2018|page=3}} Kecamatan Jatinangor terletak di [[koordinat]] antara 6°53'43,3"–6°57'41" [[Lintang Selatan|LS]] dan 107°45'8,5"–107°48'11" [[Bujur Timur|BT]].


Baris 92: Baris 104:
* {{citation|author=Silitonga, P. H.|year=1993 |title=Peta Geologi Lembar Bandung, Djawa |publisher=Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi |location=Bandung |oclc=1038279594}}
* {{citation|author=Silitonga, P. H.|year=1993 |title=Peta Geologi Lembar Bandung, Djawa |publisher=Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi |location=Bandung |oclc=1038279594}}
* {{citation|author=Tia & Aci |year=2004 |chapter=Saksi sejarah nan Terabaikan |title=dJatinangor |edition=XIV, tahun VII |date=September 2004 |page=15 |publisher=Lembaga Penerbitan Pers Mahasiswa dJatinangor Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran |location=Jatinangor}}
* {{citation|author=Tia & Aci |year=2004 |chapter=Saksi sejarah nan Terabaikan |title=dJatinangor |edition=XIV, tahun VII |date=September 2004 |page=15 |publisher=Lembaga Penerbitan Pers Mahasiswa dJatinangor Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran |location=Jatinangor}}
{{Jatinangor, Sumedang}}

{{Kabupaten Sumedang}}
{{Kabupaten Sumedang}}

[[Kategori:Kecamatan di Jawa Barat|{{PAGENAME}}]]
[[Kategori:Kecamatan di Kabupaten Sumedang|{{PAGENAME}}]]

{{Authority control}}
{{Authority control}}

Revisi terkini sejak 8 Juni 2024 13.55

Jatinangor
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenSumedang
Pemerintahan
 • CamatHerry Dewantara
Populasi
 • Total113.913 (2.017)[1] jiwa
Kode Kemendagri32.11.15 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3211010 Edit nilai pada Wikidata
Luas262.0 km²[2]
Desa/kelurahan12 Kelurahan/Desa[4]

Jatinangor adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat, Indonesia.

Ada dua versi terkait asal nama Jatinangor

Menurut Tokoh masyarakat Jatinangor yang juga mantan Anggota DPRD Sumedang dari Partai Golkar periode 1999-2004 Ismet Suparmat, nama Jatinangor bisa diambil dari nama pohon jati putih yang banyak tersebar di kawasan Kiarapayung sebelum dibabat habis menjadi kawasan pendidikan. Sedangkan nama Nangor bisa dari kata ‘Cangor’ belum masak atau ‘ngora’ (muda, red). Sehingga jika digabungkan Jatinangor berarti pohon jati muda.

Namun, menurut Ismet pula, sebetulnya tanaman keras yang mendominasi di Jatinangor itu adalah pohon karet dan teh. Akan tetapi, mungkin sebagian kecil terdapat pohon jati. Meskipun masyarakat awam mengklaim jika semua pohon yang namanya pohon keras itu Jati.

Sementara itu, menurut Kasi Pemerintahan Kecamatan Jatinangor, Endang Rohmayudi mengatakan nama Jatinangor itu diambil dari kata pohon Jati, sedangkan nangor itu dari kata nangoh atau nagog atau menghadap ke bawah. Berada di atas makam sesepuh Jatinangor bernama Embah Nangoh yang sekarang berlokasi di belakang kampus IKOPIN.

Menurut Endang sebetulnya kecamatan Jatinangor sudah lahir tahun 1935 sebelum Indonesia merdeka. Sehingga jika ditambahkan usianya dengan sekarang, berarti kecamatan Jatinangor itu sudah berusia 86 tahun meskipun nama Jatinangor berubah dari Kecamatan Cikeruh tahun 2000.[5]

Jatinangor sekitar tahun 1885.

Pada masa penjajahan, Jatinangor merupakan kawasan perkebunan teh dan pohon karet yang dikuasai oleh perusahaan swasta milik Belanda, Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen yang berdiri tahun 1841, dengan luas saat itu mencapai 962 hektar, membentang dari tanah—yang saat ini merupakan kawasan Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) hingga Gunung Manglayang. Perusahaan tersebut dimiliki oleh seorang pria berkebangsaan Jerman, bernama Willem Abraham Baud (1816–1879) atau lebih terkenal di masyarakat dengan sebutan Baron Baud.[6] Untuk mengontrol perkebunannya yang luas, Baron Baud membangun sebuah menara. Menara ini dilengkapi dengan sebuah lonceng yang terletak di puncak menara dan tangga untuk sampai ke puncaknya. Menara ini kemudian dikenal sebagai Menara Loji.[7]

Pembangunan jalur kereta api Rancaekek–Tanjungsari tahun 1916.

Untuk memperlancar transportasi hasil perkebunan tersebut, pada tahun 1916 dibangun jalur rel kereta api yang menghubungkan Rancaekek ke Tanjungsari dalam program proyek rel kereta api Rancaekek-Tanjungsari-Citali sepanjang 15 km, sesuai Koninklijke Besluit (Peraturan Negara) tanggal 4 Januari 1916 serta Lembaran Negara Nomor 36.[8] Awalnya hanya akan dibangun rel kereta api Rancaekek-Jatinangor saja sepanjang 5,25 km untuk keperluan mengangkut hasil perkebunan Jatinangor saja. Atas permintaan pihak militer rel kereta api itu agar digunakan untuk keperluan angkutan umum juga, maka diperpanjanglah jalur rel tersebut hingga ke Tanjungsari dan Citali sepanjang 11,5 km.[9] Tetapi kemudian rel kereta api hingga Citali ditangguhkan karena kekurangan biaya dan peralatan untuk menembus alam di sana sehingga rel kereta api itu hanya sampai Stasiun Tanjungsari.[10] Jalur kereta api tersebut dioperasikan pada 13 Februari 1921.

Kemudian, pada tahun 1918, Staat Spoorwagen Verenidge Spoorwegbedrijf, sebuah perusahaan kereta api milik Belanda membangun sebuah jembatan rel kereta penghubung Rancaekek-Tanjungsari yang disebut sebagai Jembatan Cikuda atau yang lebih dikenal sebagai Jembatan Cincin.[11] Jembatan ini dilewati oleh kereta api yang menunjang lancarnya perkebunan karet dan transportasi masyarakat.[12]

Jembatan Cikuda tahun 1924.

Memasuki masa kemerdekaan Indonesia, tanah perkebunan karet Jatinangor tersebut dinasionalisasikan, dan menjadi milik Pemerintah Daerah (Pemda) Sumedang. Sayangnya, Pemda tidak melakukan penjagaan yang baik terhadap situs ini. Pada tahun 1980, lonceng Menara Loji dicuri. Hingga kini, kasus pencurian ini belum terselesaikan.[13]

Pada tahun 1990, area perkebunan dialihfungsikan menjadi kawasan pendidikan dengan dibangunnya empat perguruan tinggi, yakni Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Institut Manajemen Koperasi Indonesia (Ikopin), Universitas Padjadjaran dan Universitas Winaya Mukti.[14] Nama Jatinangor sebagai nama kecamatan baru dipakai sejak tahun 2000-an.[15] Seiring dengan hadirnya kampus-kampus tersebut, Jatinangor juga mengalami perkembangan fisik dan sosial yang pesat. Sebagaimana halnya yang menimpa lahan pertanian lain di Pulau Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor yang berubah fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa ataupun pusat perbelanjaan.[16][17] Institut Teknologi Bandung kemudian membangun kampusnya di kawasan ini pada tahun 2010.[18]

Pada tahun 2015, Kecamatan Jatinangor menjadi salah satu wilayah yang ditetapkan sebagai kawasan kota metropolitan Bandung Raya.[19] Penetapan Jatinangor menjadi kawasan kota metropolitan di Bandung Raya tersebut, telah tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) di pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten.[20]

Geografi dan administrasi

[sunting | sunting sumber]

Batas-batas wilayah

[sunting | sunting sumber]
Gunung Geulis, bentang alam yang menjadi salah satu batas wilayah Kecamatan Jatinangor

Dengan luas wilayah 262 km²,[2] Kecamatan Jatinangor terletak di koordinat antara 6°53'43,3"–6°57'41" LS dan 107°45'8,5"–107°48'11" BT.

Kecamatan Jatinangor memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:[21]

Utara Kecamatan Sukasari dan Tanjungsari
Timur Kecamatan Tanjungsari dan Cimanggung.
Selatan Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung
Barat Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Pembagian administratif

[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Jatinangor terbagi atas 12 desa/kelurahan. Desa Cilayung merupakan kelurahan dengan luas wilayah terbesar, sedangkan Desa Mekargalih memiliki wilayah terkecil.[2]

No Nama Desa/Kelurahan Luas Wilayah[2]
1 Cibeusi 18,4 km²
2 Cikeruh 21,3 km²
3 Cilayung 34,8 km²
4 Cileles 32,0 km²
5 Cinta Mulya 13,4 km²
6 Cipacing 17,9 km²
7 Cisempur 16,0 km²
8 Hegarmanah 33,1 km²
9 Jatimukti 19,0 km²
10 Jatiroke 20,9 km²
11 Mekargalih 12,0 km²
12 Sayang 23,2 km²

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ BPS 2018, hlm. 11.
  2. ^ a b c d BPS 2018, hlm. 3.
  3. ^ BPS 2018, hlm. 12.
  4. ^ BPS 2018, hlm. 1.
  5. ^ a b Nurman, Iman (2021-12-29). "Baru Tahu, Ini Asal Muasal Nama Jatinangor yang Sekarang jadi Kawasan Pendidikan". IniSumedang.Com. Diakses tanggal 2022-01-08. 
  6. ^ "Sejarah Jatinangor". Himpunan Mahasiswa Sastra Prancis Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran. 23 September 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-25. Diakses tanggal 25 September 2014. 
  7. ^ "Menara Loji: Saksi Sejarah Jatinangor yang Terabaikan". Jatinangorku. 28 Maret 2012. Diakses tanggal 29 Maret 2012. 
  8. ^ Abdullah, Azis (12 Juni 2017). "Sejarah Jalur Kereta Api di Jatinangor, Dibangun Untuk Kebutuhan Militer". Kabar Priangan. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-25. Diakses tanggal 15 Juli 2017. 
  9. ^ ANRI 1976, hlm. 71.
  10. ^ ANRI 1976, hlm. 105.
  11. ^ Baihaqi, Hakim (18 September 2018). Tarsisius Sutomonaio, ed. "Jembatan Cikuda, Jalur Kereta Api Nonaktif yang Kerap Dipakai untuk Pesta Minuman Keras". Tribunnews.com. Diakses tanggal 19 September 2018. 
  12. ^ Wibowo, Wasis (14 Juli 2017). "Jembatan Cincin dan Menara Loji, Sisa Kejayaan Perkebunan di Jatinangor". Sindonews.com. Diakses tanggal 15 Juli 2017. 
  13. ^ Arianto, Darajat (22 Januari 2014). Darajat Arianto, ed. "ITB Cari Lonceng Pengganti hingga ke Belanda". Tribunnews.com. Diakses tanggal 23 Januari 2014. 
  14. ^ Rizky, Miradin Syahbana (14 Oktober 2015). "Jatinangor Belum Menjadi Kawasan Pendidikan Ideal". Pikiran Rakyat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-25. Diakses tanggal 15 Oktober 2015. 
  15. ^ "HUT Jatinangor ke-18, kupas Sejarah Tokoh dan Seni Budaya Lokal". Radio Republik Indonesia. 12 Maret 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-25. Diakses tanggal 13 Maret 2018. 
  16. ^ "Pembangunan di Jatinangor Alami Peningkatan Cukup Signifikan". Kabar Sumedang. 5 Januari 2015. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-25. Diakses tanggal 6 Januari 2015. 
  17. ^ "Pembangunan Jatinangor Abaikan Tata Ruang". Jatinangorku. 26 Maret 2014. Diakses tanggal 27 Maret 2014. 
  18. ^ "Sejarah Kampus ITB Jatinangor". Direktorat Eksekutif ITB Jatinangor. Diakses tanggal 27 Maret 2018. 
  19. ^ Saputra, Ragil Wisnu (10 Januari 2016). Dicky Fadiar Djuhud, ed. "Jatinangor Ditetapkan Sebagai Kota Metropolitan di Bandung Raya". Tribunnews.com. Diakses tanggal 12 Januari 2016. 
  20. ^ Jukardi, Adang (25 Desember 2015). "Lima Kecamatan di Sumedang, Masuk RTRW Pusat dan Provinsi". Pikiran Rakyat. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-10-25. Diakses tanggal 28 Desember 2015. 
  21. ^ BPS 2018, hlm. 7.

Bacaan lebih lanjut

[sunting | sunting sumber]
  • ANRI (1976), Memori van Overgave, 1921-1930, West Java [Memori Serah Jabatan, 1921-1930, Jawa Barat], Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia, OCLC 5855839 
  • Bervoets, J. A. A. (1990), Inventaris van het archief van de Maatschappij tot Exploitatie der Baud-Landen 1920-1944, Den Haag: Nationaal Archief 
  • BPS (2018), Kecamatan Jatinangor Dalam Angka 2018, Sumedang: Badan Pusat Statistik Kabupaten Sumedang 
  • Fasseur, Cornelis (1994), The Politics of Colonial Exploitation : Java, the Dutch, and the Cultivation System, Ithaca, NY: Southeast Asia Program Publications – Cornell University Press, ISBN 978-0877277071 
  • Silitonga, P. H. (1993), Peta Geologi Lembar Bandung, Djawa, Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, OCLC 1038279594 
  • Tia & Aci (September 2004), "Saksi sejarah nan Terabaikan", dJatinangor (edisi ke-XIV, tahun VII), Jatinangor: Lembaga Penerbitan Pers Mahasiswa dJatinangor Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, hlm. 15