Lompat ke isi

Suwido Limin: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
EditorPKY (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
EditorPKY (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(11 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Nama Dayak|([[Suku Dayak Ngaju|Ngaju]])|Limin}}
{{Infobox person
{{Infobox person
| honorific_prefix =
| honorific_prefix =
Baris 8: Baris 9:
| image_size =
| image_size =
| alt =
| alt =
| caption =
| caption = Suwido pada tahun 2010
| birth_name =
| birth_name =
| birth_date = {{Birth date|1955|05|24}}
| birth_date = {{Birth date|1955|05|24}}
Baris 14: Baris 15:
| death_date = {{Death date and age|2016|06|06|1955|05|24}}
| death_date = {{Death date and age|2016|06|06|1955|05|24}}
| death_place = [[Kota Palangka Raya|Palangka Raya]], [[Kalimantan Tengah]], Indonesia
| death_place = [[Kota Palangka Raya|Palangka Raya]], [[Kalimantan Tengah]], Indonesia
| death_cause =
| death_cause = [[Limfoma|Kanker Kelenjar Getah Bening]]
| body_discovered =
| body_discovered =
| resting_place =
| resting_place =
Baris 57: Baris 58:


== Biografi ==
== Biografi ==
Wido lahir di desa [[Bawan, Banamatingang, Pulang Pisau|Bawan]], Kabupaten Kapuas (kini masuk [[Kabupaten Pulang Pisau]]) pada tanggal 24 Mei 1955. Putera Dayak ini menyelesaikan sekolahnya di Kalteng dan S1 di [[Universitas Lambung Mangkurat]] (ULM) Kalimantan Selatan, dan S2 di [[Institut Pertanian Bogor]] (IPB). Kemudian ia melanjutkan studi S2 dan S3 di [[Universitas Hokkaido]]. Di sana disertasinya tentang Pengelolaan dan Penyelamatan Gambut Tropikal, membawa banyak perubahan yang ia rasakan dalam menyimak saksama kondisi kekinian di kampung kelahirannya, Kalimantan.<ref name="lpds">{{cite web |url=http://www.lpds.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=712:suwido-h-limin-wakil-ketua-dewan-adat-dayak-kalimantan-tengah-kekuasaan-menyampingkanadat-berdampak-kehancuran-hutan&catid=32:climatereporter&Itemid=46 |title=Suwido H. Limin, Wakil Ketua Dewan Adat Dayak Kalimantan Tengah: “Kekuasaan Menyampingkan Adat, Berdampak Kehancuran Hutan” |publisher=Lembaga Pers Dr. Soetomo |accessdate=6 Juni 2016 }}</ref>
Wido lahir di desa [[Bawan, Banamatingang, Pulang Pisau|Bawan]], [[Kabupaten Kapuas]] (daerah pemekaran kini masuk [[Kabupaten Pulang Pisau]]) pada 24 Mei 1955. Putera Dayak ini menyelesaikan sekolahnya di Kalteng dan S1 di [[Universitas Lambung Mangkurat]] (ULM) Kalimantan Selatan, dan S2 di [[Institut Pertanian Bogor]] (IPB). Kemudian ia melanjutkan studi S2 dan S3 di [[Universitas Hokkaido]]. Di sana disertasinya tentang Pengelolaan dan Penyelamatan Gambut Tropikal, membawa banyak perubahan yang ia rasakan dalam menyimak saksama kondisi kekinian di kampung kelahirannya, Kalimantan.<ref name="lpds">{{cite web |url=http://www.lpds.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=712:suwido-h-limin-wakil-ketua-dewan-adat-dayak-kalimantan-tengah-kekuasaan-menyampingkanadat-berdampak-kehancuran-hutan&catid=32:climatereporter&Itemid=46 |title=Suwido H. Limin, Wakil Ketua Dewan Adat Dayak Kalimantan Tengah: “Kekuasaan Menyampingkan Adat, Berdampak Kehancuran Hutan” |publisher=Lembaga Pers Dr. Soetomo |accessdate=6 Juni 2016 }}</ref>


== Kiprah ==
== Kiprah ==
[[File:Display Foto Suwido Hester Limin.jpeg|right|thumb|Display Foto Suwido Hester Limin di Museum Pusat Informasi Gambut Tropika [[Universitas Palangka Raya]]]]
Suwido dikenal karena sering mengeluarkan ide untuk perbaikan lingkungan, melakukan penelitian dan berbagai upaya penyelamatan gambut. Suwido mulai meneliti gambut untuk kepentingan studi pada 1988. Tahun 1993 ia bekerja sama dengan peneliti asing, selain juga ditugasi oleh Rektor Universitas Palangka Raya saat itu, Amris Makmur, berkaitan dengan rencana kerja sama penelitian gambut dengan Jack Rieley ([[Universitas Nottingham]], Inggris) dan Bambang Setiadi ([[BPPT]]).<ref name="tokohindonesia"/>
Suwido dikenal karena sering mengeluarkan ide untuk perbaikan lingkungan, melakukan penelitian dan berbagai upaya penyelamatan gambut. Suwido mulai meneliti gambut untuk kepentingan studi pada 1988. Tahun 1993 ia bekerja sama dengan peneliti asing, selain juga ditugasi oleh Rektor Universitas Palangka Raya saat itu, Amris Makmur, berkaitan dengan rencana kerja sama penelitian gambut dengan Jack Rieley ([[Universitas Nottingham]], Inggris) dan Bambang Setiadi ([[Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi]], Jakarta Pusat).<ref name="tokohindonesia"/>


Kerja sama itu disebut ''Kalimantan Peat Swamp Forest Research Project'' (KPSFRP), yang lalu menjadi ''Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland'' (Cimtrop). Dia juga menjadi salah satu motor berdirinya Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) Universitas Palangka Raya di [[Kereng Bangkirai, Sabangau, Palangka Raya|Kereng Bangkirai]], [[Sabangau, Palangka Raya|Sabangau]]. Lahan seluas 50.000 hektare itu dimanfaatkan sejak 1993 dan menjadi satu-satunya laboratorium alam untuk penelitian gambut tropis di Indonesia. Di sini pula ditemukan gambut berusia 9.600 tahun dengan ketebalan mencapai 17,3 meter.<ref name="pwri"/><ref name="tokohindonesia">{{cite web |url=http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/287-wiki-tokoh/2788-upaya-menyelamatkan-gambut |title=Upaya Menyelamatkan Gambut |publisher=tokohindonesia.com |accessdate=6 Juni 2016 |archive-date=2016-04-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160402191237/http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/287-wiki-tokoh/2788-upaya-menyelamatkan-gambut |dead-url=yes }}</ref>
Kerja sama itu disebut ''Kalimantan Peat Swamp Forest Research Project'' (KPSFRP), yang lalu menjadi ''Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland'' (Cimtrop). Dia juga menjadi salah satu motor berdirinya Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) Universitas Palangka Raya di [[Kereng Bangkirai, Sabangau, Palangka Raya|Kereng Bangkirai]], [[Sabangau, Palangka Raya|Sabangau]]. Lahan seluas 50.000 hektare itu dimanfaatkan sejak 1993 dan menjadi satu-satunya laboratorium alam untuk penelitian gambut tropis di Indonesia. Di sini pula ditemukan gambut berusia 9.600 tahun dengan ketebalan mencapai 17,3 meter.<ref name="pwri"/><ref name="tokohindonesia">{{cite web |url=http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/287-wiki-tokoh/2788-upaya-menyelamatkan-gambut |title=Upaya Menyelamatkan Gambut |publisher=tokohindonesia.com |accessdate=6 Juni 2016 |archive-date=2016-04-02 |archive-url=https://web.archive.org/web/20160402191237/http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/287-wiki-tokoh/2788-upaya-menyelamatkan-gambut |dead-url=yes }}</ref>
Baris 73: Baris 75:
== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{id}} [https://pddikti.kemdikbud.go.id/data_dosen/RTQ1QjcxMEYtRTdGMC00RDczLUI2QTctOEI0RTlBNUYzODI3 PPDikti Kemendikbudristek Suwido Hester Limin]
* {{id}} [https://pddikti.kemdikbud.go.id/data_dosen/RTQ1QjcxMEYtRTdGMC00RDczLUI2QTctOEI0RTlBNUYzODI3 PPDikti Kemendikbudristek Suwido Hester Limin]
* {{id}} [https://upr.ac.id/dr-suwido-h-limin-pakar-gambut-kalteng-tutup-usia/ Laman Universitas Palangka Raya tentang profil Suwido Hester Limin]
* {{en}} [https://www.researchgate.net/scientific-contributions/Suwido-Limin-19458214 Research Gate Suwido Hester Limin]

== Lihat pula ==
* [[Herbarium Cimtrop]]


{{lifetime|1955|2016|Limin, Suwido}}
{{lifetime|1955|2016|Limin, Suwido}}

Revisi terkini sejak 1 Juli 2024 05.13

Suwido Hester Limin
Suwido pada tahun 2010
Lahir(1955-05-24)24 Mei 1955
Bawan, Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, Indonesia
Meninggal6 Juni 2016(2016-06-06) (umur 61)
Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Indonesia
Sebab meninggalKanker Kelenjar Getah Bening
KebangsaanIndonesia
AlmamaterUniversitas Lambung Mangkurat
Institut Pertanian Bogor
Universitas Hokkaido
PekerjaanPakar Gambut, Dosen, Akademisi
Tahun aktif1982-2016
OrganisasiUniversitas Palangka Raya
Suami/istriIr. Agustina D. Dewel

Dr. Ir. Suwido Hester Limin, M.S. (24 Mei 1955 – 6 Juni 2016) adalah seorang pemerhati lingkungan dan pakar gambut Indonesia.[2] Ia juga menjadi pengurus Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah dengan posisi wakil ketua[3] dan mengajar sebagai Dosen pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya, di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.

Biografi[sunting | sunting sumber]

Wido lahir di desa Bawan, Kabupaten Kapuas (daerah pemekaran kini masuk Kabupaten Pulang Pisau) pada 24 Mei 1955. Putera Dayak ini menyelesaikan sekolahnya di Kalteng dan S1 di Universitas Lambung Mangkurat (ULM) Kalimantan Selatan, dan S2 di Institut Pertanian Bogor (IPB). Kemudian ia melanjutkan studi S2 dan S3 di Universitas Hokkaido. Di sana disertasinya tentang Pengelolaan dan Penyelamatan Gambut Tropikal, membawa banyak perubahan yang ia rasakan dalam menyimak saksama kondisi kekinian di kampung kelahirannya, Kalimantan.[1]

Kiprah[sunting | sunting sumber]

Display Foto Suwido Hester Limin di Museum Pusat Informasi Gambut Tropika Universitas Palangka Raya

Suwido dikenal karena sering mengeluarkan ide untuk perbaikan lingkungan, melakukan penelitian dan berbagai upaya penyelamatan gambut. Suwido mulai meneliti gambut untuk kepentingan studi pada 1988. Tahun 1993 ia bekerja sama dengan peneliti asing, selain juga ditugasi oleh Rektor Universitas Palangka Raya saat itu, Amris Makmur, berkaitan dengan rencana kerja sama penelitian gambut dengan Jack Rieley (Universitas Nottingham, Inggris) dan Bambang Setiadi (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Jakarta Pusat).[4]

Kerja sama itu disebut Kalimantan Peat Swamp Forest Research Project (KPSFRP), yang lalu menjadi Center for International Cooperation in Sustainable Management of Tropical Peatland (Cimtrop). Dia juga menjadi salah satu motor berdirinya Laboratorium Alam Hutan Gambut (LAHG) Universitas Palangka Raya di Kereng Bangkirai, Sabangau. Lahan seluas 50.000 hektare itu dimanfaatkan sejak 1993 dan menjadi satu-satunya laboratorium alam untuk penelitian gambut tropis di Indonesia. Di sini pula ditemukan gambut berusia 9.600 tahun dengan ketebalan mencapai 17,3 meter.[2][4]

Suwido juga merealisasikan gagasannya, seperti membuat Tim Serbu Api untuk mengatasi kebakaran lahan, membuat desain dam model "V" pada kanal lebar di gambut, dan mengajukan ide reboisasi lahan dengan sistem beli tanaman tumbuh.[4] Ide-ide Suwido menjadi pembicaraan di kalangan peneliti gambut karena sebagian telah dipresentasikan dalam simposium internasional, mulai di Singapura, Malaysia, Jepang, Finlandia, Jerman, Belgia, Australia, sampai Amerika Serikat.[2]

Ia juga sempat menentang ide Presiden Joko Widodo untuk membuat kanal sebagai solusi kebakaran lahan pada tahun 2015. Suwido menyebut ide itu sangat aneh. Usul Jokowi itu juga dipandang tak selaras dengan pernyataan sebelumnya, yakni saat berada di Riau, yang memerintahkan untuk penutupan kanal. Padahal struktur tanah antara Riau dan Kalteng sama, yakni bergambut. Menurutnya, pembukaan kanal justru mengeringkan hamparan dan merusak ekosistem gambut. Sehingga sehingga kawasan tersebut selalu menjadi langganan kebakaran, karena lapisan gambut di atas sangat kekeringan.[5]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "Suwido H. Limin, Wakil Ketua Dewan Adat Dayak Kalimantan Tengah: "Kekuasaan Menyampingkan Adat, Berdampak Kehancuran Hutan"". Lembaga Pers Dr. Soetomo. Diakses tanggal 6 Juni 2016. 
  2. ^ a b c "Dr. Ir. Suwido H. Limin, M.S.: Jangan Ada Lagi Masker di Tahun 2016". pwrionline.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-08. Diakses tanggal 6 Juni 2016. 
  3. ^ "Pejuang Utus Dayak Telah Berpulang". Kalteng Pos Online. Diakses tanggal 7 Juni 2016. 
  4. ^ a b c "Upaya Menyelamatkan Gambut". tokohindonesia.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-02. Diakses tanggal 6 Juni 2016. 
  5. ^ "Pembuatan Kanal Ditentang Pakar Gambut". Radar Sampit. Diakses tanggal 6 Juni 2016. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]