Lompat ke isi

Dhammapada: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Cun Cun (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(25 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{PaliCanon|sutta}}
{{Buddhisme Theravada}}
{{Buddhisme}}
{{Buddhisme}}
'''Dhammapada''' ([[bahasa Pali]]) atau '''Dharmapada''' ([[bahasa Sanskerta]]) merupakan salah satu kitab suci [[Agama Buddha]] dari bagian [[Khuddaka Nikāya]], yang merupakan salah satu bagian dari [[Sutta Pitaka]]. Dhammapada terdiri dari 26 [[vagga]] (bab) atau 423 [[bait]].
'''Dhammapada''' ([[bahasa Pali]]) atau '''Dharmapada''' ([[bahasa Sanskerta]]) merupakan salah satu kitab suci [[Agama Buddha]] dari bagian [[Khuddaka Nikāya]], yang merupakan salah satu bagian dari [[Sutta Pitaka]]. Dhammapada terdiri dari 26 [[vagga]] (bab) atau 423 [[bait]].


== YAMAKA VAGGA ==
==Kandungan ==
Dhammapada tersusun atas 26 vagga (bab) yang secara keseluruhan terdiri dari 423 bait.<ref>Dhammapada - Kitab Suci Agama Buddha. Sutta Pitaka, Khuddaka Nikaya, Dhammapada Gāthā. Penerbit Yayasan Dhammapada Arama, Jakarta. Cetakan Kedua, Agustus 1985. </ref> Bait-bait ini adalah sabda-sabda Sang Buddha yang dipetik dari khotbahnya. Bait-bait tersebut disusun dengan dikelompokkan ke dalam bab-bab sesuai topiknya.
Bab pertama ini berisikan '''Syair-syair Kembar''', terdiri atas dua puluh ayat sebagai berikut.
* Segala perbuatan buruk didahului oleh [[pikiran]], dipimpin oleh pikiran, dan dihasilkan oleh pikiran. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran tidak suci, penderitaan pun akan mengikuti, seperti roda pedati mengikuti jejak kaki lembu yang menariknya. (1)
* Segala perbuatan baik didahului oleh pikiran, dipimpin oleh pikiran, dan dihasilkan oleh pikiran. Bila sesseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran suci, kebahagiaan pun akan mengikuti, seperti bayang-banyang tak pernah meninggalkan dirinya. (2)
* "Ia menghinaku, ia memukulku, ia mengalahkanku, ia merampas milikku," - kebencian dalam diri mereka yang diracuni pikiran-pikiran seperti itu, tak akan pernah berakhir. (3)
* "Ia menghinaku, ia memukulku, ia mengalahkankanku, ia merampas milikku," - kebencian dalam diri mereka yang telah bebas dari pikiran-pikiran seperti itu, akan segera berakhir. (4)
* Kebencian tak dapat dipadamkan dengan kebencian. Hanya sikap tidak membenci yang dapat mengakhirinya. Inilah hukum yang abadi. (5)
* Banyak orang tidak menyadari, bahwa dalam permusuhan mereka akan binasa. Bagi yang telah sadar, segala permusuhan pun segera diakhiri. (6)
* Mara menjerat orang yang hidupnya hanya mencari kesenangan, [[indria|indra]]-indrianya tak terkendali, makan berlebihan, bermalas-malas, dan lemah hati, seperti angin yang menumbangkan pohon yang lapuk. (7)
* Mara tak berdaya menjerat orang yang pikirannya tidak terikat oleh kesenangan-kesenangan, indria-indrianya terkuasai, makannya sederhana, penuh keyakinan, dan tekun merenungkan "ketidaksucian", seperti angin tak mampu menggoyahkan sebuah gunung batu. (8)
* Orang yang belum terbebas dari noda, yang tak mampu mengendalikan diri, dan tidak mengerti kebenaran, tidaklah layak mengenakan jubah kuning. (9)
* Sesungguhnya ia yang telah membuang segala noda, berkelakuan baik, diberkahi pengendalian diri dan kebenaran, yang layak mengenakan jubah kuning. (10)
* Mereka yang membayangkan ketidakbenaran sebagai Kebenaran, dan menganggap Kebenaran sebagai ketidakbenaran,-mendasarkan dirinya pada pikiran keliru dan tak pernah dapat melihat [[Kesunyataan]]. (11)
* Tapi mereka yang mengetahui Kebenaran sebagai Kebenaran, dan ketidakbenaran sebagai ketidakbenaran,-mendasarkan dirinya pada pikiran benar sehingga dapat melihat Kesunyataan. (12)
* Seperti hujan menembus rumah beratap tipis, begitulah nafsu dengan mudah merasuk ke dalam pikiran yang tidak terlatih. (13)
* Seperti hujan tidak dapat menembus rumah beratap kuat, begitulah nafsu tak kuasa merasuk ke dalam pikiran yang terlatih. (14)
* Di sini ia menderita, begitu pula di alam berikutnya. Pembuat kejahatan menderita di kedua alam, dan merana melihat hasil perbuatan buruknya. (15)
* Di sini ia berbahagia, begitu pula di alam berikutnya. Pembuat kebajikan berbahagia di kedua alam, terlebih lagi setelah melihat hasil perbuatan baiknya. (16)
* Di sini ia bersedih, begitu pula di alam berikutnya. Pembuat kejahatanbersedih hati di kedua alam. Ia bersedih mengingat kejahatan yang telah dilakukannya, terlebih lagi setelah jatuh ke dalam penderitaan. (17)
* Di sini ia bergembira, begitu pula di alam berikutnya. Pembuat kebajikan bergembira di kedua alam. Ia bergembira mengingat kebajikan yang telah dilakukannya, terlebih lagi setelah mengecap kebahagiaan. (18)
* Orang yang meskipun banyak membaca kitab suci, tapi tidak berbuat sesuai Ajaran, seperti gembala yang menghitung sapi milik orang lain, tidak akan beroleh manfaat Kehidupan suci. (19)
* Orang yang meskipun sedikit membaca kitab suci, tapi berbuat sesuai Ajaran, menyingkirkan nafsu, kebencian, dan kebodohan, memiliki Pengetahuan benar, batin yang bebas, dan tidak terikat pada kehidupan sekarang maupun yang akan datang; akan beroleh manfaat Kehidupan suci. (20)


{|
== APPAMADA VAGGA ==
!Bab
Berisikan sabda-sabda [[Buddha Gotama]] tentang '''Kesadaran'''.
!Pali
!Terjemahan
|-
| style="text-align:right" | 1
|''Yamaka Vagga''
| syair berpasangan
|-
| style="text-align:right" | 2
|''Appamāda Vagga''
| kewaspadaan
|-
| style="text-align:right" | 3
|''[[Citta]] Vagga''
| pikiran
|-
| style="text-align:right" | 4
|''Puppha Vagga''
| bunga-bunga
|-
| style="text-align:right" | 5
|''Bāla Vagga''
| orang bodoh
|-
| style="text-align:right" | 6
|''Pandita Vagga''
| orang bijaksana
|-
| style="text-align:right" | 7
|''[[Arahanta]] Vagga''
| arahat
|-
| style="text-align:right" | 8
|''Sāhassa Vagga ''
| ribuan
|-
| style="text-align:right" | 9
|''Papa Vagga''
| kejahatan
|-
| style="text-align:right" | 10
|''Daṇḍa Vagga''
| hukuman
|-
| style="text-align:right" | 11
|''Jarā Vagga''
| usia tua
|-
| style="text-align:right" | 12
|''[[Anatta|Atta]] Vagga''
| diri sendiri
|-
| style="text-align:right" | 13
|''Loka Vagga''
| dunia
|-
| style="text-align:right" | 14
|''Buddha Vagga''
| buddha
|-
| style="text-align:right" | 15
|''[[Sukha]] Vagga''
| kebahagiaan
|-
| style="text-align:right" | 16
|''Piya Vagga''
| kecintaan
|-
| style="text-align:right" | 17
|''Kodha Vagga''
| kemarahan
|-
| style="text-align:right" | 18
|''Mala Vagga''
| noda-noda
|-
| style="text-align:right" | 19
|''Dhammaṭṭha Vagga''
| orang adil
|-
| style="text-align:right" | 20
|''[[Magga]] Vagga''
| jalan
|-
| style="text-align:right" | 21
|''Pakiṇṇaka Vagga''
| bunga rampai
|-
| style="text-align:right" | 22
|''[[Niraya]] Vagga''
| neraka
|-
| style="text-align:right" | 23
|''Nāga Vagga''
| gajah
|-
| style="text-align:right" | 24
|''[[Taṇhā]] Vagga''
| nafsu keinginan
|-
| style="text-align:right" | 25
|''[[Bhikkhu]] Vagga''
| bhikkhu
|-
| style="text-align:right" | 26
|''Brāhmaṇa Vagga''
| brahmana
|}


== CITTA VAGGA ==
==Referensi ==
{{reflist}}
Bab ini berisikan kotbah Buddha tentang '''Pikiran'''.
* (33) Pikiran itu mudah goyah dan tidak tetap; pikiran susah dikendalikan dan dikuasai. Orang bijaksana meluruskannya bagaikan seorang pembuat panah meluruskan anak panah. 
* (34) Bagaikan ikan yang dikeluarkan dari air dan dilemparkan ke atas tanah, pikiran itu selalu menggelepar. Karena itu cengkeraman dari Mara harus ditaklukkan.
* (35) Sukar mengendalikan pikiran yang binal dan senang mengembara sesuka hatinya. Adalah baik untuk mengendalikan pikiran, suatu pengendalian pikiran yang baik akan membawa kebahagiaan.
* (36) Pikiran sangat sulit untuk dilihat, amat lembut dan halus, pikiran bergerak sesuka hatinya. Orang bijaksana selalu menjaga pikirannya, seseorang yang menjaga pikirannya akan berbahagia.
* (37) Pikiran itu selalu mengembara jauh, tidak berwujud, dan terletak jauh di lubuk hati. Mereka yang dapat mengendalikannya, akan bebas dari jeratan Mara. 
* (38) Orang yang pikirannya tidak teguh, yang tidak mengenal ajaran yang benar, yang keyakinannya selalu goyah, orang seperti itu tidak akan sempurna kebijaksanaannya.
* (39) Orang yang pikirannya tidak dikuasai oleh nafsu dan kebencian, yang telah mengatasi keadaan baik dan buruk, di dalam diri orang yang selalu sadar seperti itu tidak ada lagi ketakutan.
* (40) Dengan mengetahui bahwa tubuh ini rapuh bagaikan tempayan, hendaknya seseorang memperkokoh pikirannya bagaikan benteng kota, dan melenyapkan Mara dengan senjata kebijaksanaan. Ia harus menjaga apa yang telah dicapainya, dan hidup tanpa ikatan lagi.
* (41) Aduh, tak lama lagi tubuh ini akan terbujur di atas tanah,dibiarkan saja, tanpa kesadaran, bagaikan sebatang kayu yang tidak berguna.
* (42) Luka dan kesakitan macam apa pun, dapat dibuat oleh orang yang saling bermusuhan atau saling membenci. Namun pikiran yang diarahkan secara salah, akan melukai seseorang jauh lebih berat.


== PUPHA VAGGA ==
== Pranala luar ==
{{Wikisource-inline}}
Pupha Vagga membahas tentang '''Bunga-bunga'''.
{{Buddhisme-topik}}


[[Kategori:Sutta Pitaka]]
== BALA VAGGA ==
[[Kategori:Theravada]]
Bab tersebut berisi syair '''Orang-orang Dungu'''.
[[Kategori:Kitab Buddhisme Theravada]]

[[Kategori:Buddhisme]]
== PANDITA VAGGA ==
Bab keenam ini berisi tentang '''Orang Bijaksana'''.

== ARAHANTA VAGGA ==
Bab Arahanta Vagga berisi bait '''Arahat'''.

== SAHASSA VAGGA ==
Sahassa Vagga juga dikenal membahas topik '''Beribu-ribu'''.

== PAPA VAGGA ==
Papa Vagga memaparkan tentang '''Kejahatan'''.

== DANDA VAGGA ==
Bab kesepuluh ini berisi bait '''Hukuman'''.

== JARA VAGGA ==
Topik '''Usia Tua''' dibahas dalam bab tersebut.

== ATTA VAGGA ==
Bait mengenai '''Diri Sendiri''' tertulis dalam bab ini.

== LOKA VAGGA ==
Loka Vagga membahas tentang '''Dunia'''.

== BUDDHA VAGGA ==
Bait-bait tentang '''Buddha''' terdapat dalam bab keenam-belas ini.

== SUKHA VAGGA ==
Ayat-ayat '''Kebahagiaan''' terangkum dalam Sukha Vagga.

== PIYA VAGGA ==
Piya Vagga berisikan ayat-ayat '''Cinta Kasih'''.

== KODHA VAGGA ==
Vagga ini membahas tentang '''Kemarahan'''.

== MALA VAGGA ==
Mala Vagga berisi ayat '''Noda-noda'''.

== DHAMMATTHA VAGGA ==
Topik mengenai '''Orang Adil''' terdapat dalam bab ini.

== MAGGA VAGGA ==
Ayat '''Sang Jalan''' tertulis dalam Magga Vagga.

== PAKINNAKA VAGGA ==
Pakinnaka Vagga merangkum ayat '''Bunga Rampai'''.

== NIRAYA VAGGA ==
Pembahasan '''Neraka''' terdapat dalam vagga tersebut.

== NAGA VAGGA ==
Naga Vagga berisi tentang '''Syair-syair Gajah'''.

== TANHA VAGGA ==
'''Nafsu Keinginan''' diulas dalam Tanha Vagga.

== BHIKKHU VAGGA ==
Vagga kedua-puluh-lima ini berisi tentang '''Bhkikkhu atau Pertapa'''.

== BRAHMANA VAGGA ==
Bab terakhir Dhammapada ini mengulas topik '''Brahmana'''.

{{Buddhisme-topik}}
{{Buddha-stub}}

Revisi terkini sejak 8 Juli 2024 12.32

Dhammapada (bahasa Pali) atau Dharmapada (bahasa Sanskerta) merupakan salah satu kitab suci Agama Buddha dari bagian Khuddaka Nikāya, yang merupakan salah satu bagian dari Sutta Pitaka. Dhammapada terdiri dari 26 vagga (bab) atau 423 bait.

Kandungan[sunting | sunting sumber]

Dhammapada tersusun atas 26 vagga (bab) yang secara keseluruhan terdiri dari 423 bait.[1] Bait-bait ini adalah sabda-sabda Sang Buddha yang dipetik dari khotbahnya. Bait-bait tersebut disusun dengan dikelompokkan ke dalam bab-bab sesuai topiknya.

Bab Pali Terjemahan
1 Yamaka Vagga syair berpasangan
2 Appamāda Vagga kewaspadaan
3 Citta Vagga pikiran
4 Puppha Vagga bunga-bunga
5 Bāla Vagga orang bodoh
6 Pandita Vagga orang bijaksana
7 Arahanta Vagga arahat
8 Sāhassa Vagga ribuan
9 Papa Vagga kejahatan
10 Daṇḍa Vagga hukuman
11 Jarā Vagga usia tua
12 Atta Vagga diri sendiri
13 Loka Vagga dunia
14 Buddha Vagga buddha
15 Sukha Vagga kebahagiaan
16 Piya Vagga kecintaan
17 Kodha Vagga kemarahan
18 Mala Vagga noda-noda
19 Dhammaṭṭha Vagga orang adil
20 Magga Vagga jalan
21 Pakiṇṇaka Vagga bunga rampai
22 Niraya Vagga neraka
23 Nāga Vagga gajah
24 Taṇhā Vagga nafsu keinginan
25 Bhikkhu Vagga bhikkhu
26 Brāhmaṇa Vagga brahmana

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Dhammapada - Kitab Suci Agama Buddha. Sutta Pitaka, Khuddaka Nikaya, Dhammapada Gāthā. Penerbit Yayasan Dhammapada Arama, Jakarta. Cetakan Kedua, Agustus 1985.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]