Lompat ke isi

Kewartawanan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ←Suntingan 114.5.247.37 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Wikijefria
Tag: Pengembalian
k Bot: Mengganti kategori Jurnalisme dengan Kewartawanan
 
(24 revisi perantara oleh 20 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{redirect|Reportase|acara televisi|Reportase (acara televisi)}}
{{noref}}
'''Kewartawanan''' atau '''jurnalisme''' adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Pengertian jurnalisme dalam konsep [[Media massa|media]], berasal dari perkataan ''journal'', artinya catatan harian mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti [[surat kabar]].<ref>{{Cite web|title=What is journalism? Definition and meaning of the craft|url=https://www.americanpressinstitute.org/journalism-essentials/what-is-journalism/|website=American Press Institute|language=en-US|access-date=2021-12-08}}</ref> Jurnal berasal dari perkataan Latin ''diurnalis'', artinya harian atau tiap hari.<ref>{{cite journal|title= Makna Jurnalisme Dalam Era Digital: Suatu Peluang Transformasi|author= Djoko Waluyo|journal= Diakom: Jurnal Media dan Komunikasi|volume= 1|number= 1|year= 2018|issn= 2623-1212|page= 35|url= https://jurnaldiakom.kominfo.go.id/index.php/mediakom/article/view/17|access-date= 2020-12-02|archive-date= 2021-04-19|archive-url= https://web.archive.org/web/20210419051833/https://jurnaldiakom.kominfo.go.id/index.php/mediakom/article/view/17|dead-url= yes}}</ref>
'Jangan diganti yang engga engga lah tod

Di Indonesia, istilah "jurnalistik" dulu dikenal dengan "publisistik".<ref>{{Cite web|title=Arti kata publisistik - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online|url=https://kbbi.web.id/publisistik|website=kbbi.web.id|access-date=2021-12-08}}</ref> Dua istilah tersebut mulanya kerap saling tertukar, hanya berbeda asalnya saja. Beberapa kampus di Indonesia sempat menggunakannya karena berkiblat kepada [[Eropa]]. Seiring waktu, istilah jurnalistik muncul dari [[Amerika Serikat]] dan menggantikan istilah publisistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas [[Ilmu Komunikasi]].


== Aktivitas ==
== Aktivitas ==
Kewartawanan dapat dikatakan sebagai "coretan pertama dalam sejarah". Meskipun [[berita]] seringkali ditulis dalam batas waktu terakhir, tetapi biasanya [[Editor|disunting]] sebelum diterbitkan. Aktivitas kewartawanan tentu tak luput dari pelaku di dunia tersebut. Mereka sering disebut sebagai pewarta, wartawan, atau jurnalis.
Kewartawanan dapat dikatakan sebagai "coretan pertama dalam sejarah". Meskipun [[berita]] sering kali ditulis dalam batas waktu terakhir, tetapi biasanya [[Editor|disunting]] sebelum diterbitkan. Aktivitas kewartawanan tentu tak luput dari pelaku di dunia tersebut. Mereka sering disebut sebagai pewarta, wartawan, atau jurnalis.<ref>{{Cite web|title=Definition of JOURNALIST|url=https://www.merriam-webster.com/dictionary/journalist|website=www.merriam-webster.com|language=en|access-date=2021-12-08}}</ref>


Seorang wartawan seringkali menjadi saksi dalam setiap peristiwa yang memiliki nilai-nilai berita. Tak jarang mereka harus berinteraksi dengan sumber yang kadangkala melibatkan [[konfidensialitas]]. Para jurnalis ini umumnya bekerja pada sebuah industri yang disebut media. Secara makna, media mengandung arti sebagai wadah penyalur antara pihak pertama dan ketiga. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, media berarti jembatan antara pemerintah dan rakyatnya. Oleh sebab itu, setiap pelaku media harus memiliki independensi dan memihak hanya pada kebenaran berdasarkan fakta.
Seorang wartawan sering kali menjadi saksi dalam setiap peristiwa yang memiliki nilai-nilai berita. Tak jarang mereka harus berinteraksi dengan sumber yang kadang kala melibatkan [[konfidensialitas]]. Para jurnalis ini umumnya bekerja pada sebuah industri yang disebut media. Secara makna, media mengandung arti sebagai wadah penyalur antara pihak pertama dan ketiga. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, media berarti jembatan antara pemerintah dan rakyatnya.<ref>{{Cite web|last=Mahfuz|first=Gusti|date=13 Mei 2019|title=Media Kolaborasi dan Partisipasi Rakyat|url=https://mmc.kalteng.go.id/berita/read/6207/media-kolaborasi-dan-partisipasi-rakyat|website=Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah|language=id|access-date=2021-12-08}}</ref> Oleh sebab itu, setiap pelaku media harus memiliki independensi dan memihak hanya pada kebenaran berdasarkan fakta.


Adapun aktivitas utama dalam dunia kewartawanan khususnya bagi setiap wartawan adalah meliput, mengolah, dan menyajikan sebuah informasi dalam bentuk berita kepada publik. Secara lebih sederhana, pewarta dapat juga dikatakan sebagai orang yang melaporkan kejadian dengan menyatakan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana peristiwa itu terjadi. Dengan kata lain, mereka berpegang pada berita yang berdasarkan konsep 5W+1H. Namun di kondisi saat ini, dunia kewartawanan semakin kompleks karena setiap pelaku media bersaing untuk mendapatkan informasi yang cepat dan akurat. Mereka umumnya tergabung dalam sejumlah media, antara lain: [[koran]], [[televisi]], [[radio]], [[majalah]] dan digital media yang tengah dikembangkan baru-baru ini.
Adapun aktivitas utama dalam dunia kewartawanan khususnya bagi setiap wartawan adalah meliput, mengolah, dan menyajikan sebuah informasi dalam bentuk berita kepada publik. Secara lebih sederhana, pewarta dapat juga dikatakan sebagai orang yang melaporkan kejadian dengan menyatakan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana peristiwa itu terjadi. Dengan kata lain, mereka berpegang pada berita yang berdasarkan konsep 5W+1H. Namun di kondisi saat ini, dunia kewartawanan semakin kompleks karena setiap pelaku media bersaing untuk mendapatkan informasi yang cepat dan akurat. Mereka umumnya tergabung dalam sejumlah media, antara lain: [[koran]], [[televisi]], [[radio]], [[majalah]] dan digital media yang tengah dikembangkan baru-baru ini.<ref>{{Cite journal|last=Dirgahayu|first=Dida|date=2015|title=PERSEPSI WARTAWAN TERHADAP AKTIVITAS JURNALISTIK INVESTIGASI|url=https://bppkibandung.id/index.php/jpk/article/view/22|journal=Jurnal Penelitian Komunikasi|volume=18|issue=1|pages=79-86|doi=10.20422/jpk.v18i1.22}}</ref>


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Pada awalnya, komunikasi antarmanusia sangat bergantung pada [[komunikasi]] dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh [[Johannes Gutenberg]]. Pria berkebangsaan Jerman itu (sekitar 1398-3 Februari 1468) adalah seorang pandai logam dan [[penemu]] yang memperoleh ketenaran berkat sumbangannya di bidang teknologi [[percetakan]] pada [[1450-an]], termasuk aloy [[logam]] [[huruf]] (''type metal'') dan tinta berbasis-minyak, cetakan untuk mencetak huruf secara tepat, dan sejenis [[mesin cetak]] baru yang berdasarkan pencetak yang digunakan dalam membuat anggur.
Pada awalnya, komunikasi antarmanusia sangat bergantung pada [[komunikasi]] dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh [[Johannes Gutenberg]]. Pria berkebangsaan Jerman itu (sekitar 1398-3 Februari 1468) adalah seorang pandai logam dan [[penemu]] yang memperoleh ketenaran berkat sumbangannya di bidang teknologi [[percetakan]] pada [[1450-an]], termasuk aloy [[logam]] [[huruf]] (''type metal'') dan tinta berbasis-minyak, cetakan untuk mencetak huruf secara tepat, dan sejenis [[mesin cetak]] baru yang berdasarkan pencetak yang digunakan dalam membuat anggur.<ref>{{Cite web|title=journalism {{!}} Definition, History, & Facts {{!}} Britannica|url=https://www.britannica.com/topic/journalism|website=www.britannica.com|language=en|access-date=2021-12-08}}</ref>


Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh [[Belanda]]. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah ''Bintang Timoer'', ''Bintang Barat'', ''Java Bode'', dan ''Medan Prijaji ''terbit.
Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh [[Belanda]]. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah ''Bintang Timoer'', ''Bintang Barat'', ''Java Bode'', dan ''Medan Prijaji ''terbit. Pada masa [[Indonesia: Era Jepang|pendudukan Jepang]] mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: ''Asia Raja'', ''Tjahaja'', ''Sinar Baru'', ''Sinar Matahari'', dan ''Suara Asia''.<ref>{{Cite web|last=Said|first=Tribuana|last2=|date=16 Juli 2019|title=Sekilas Sejarah Pers Nasional|url=https://www.pwi.or.id/detail/26/Sekilas-Sejarah-Pers-Nasional|website=PWI.or.id|language=|access-date=2021-12-08}}</ref>


Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi kewartawanan. Pemerintah Indonesia menggunakan [[Radio Republik Indonesia]] sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan [[Asian Games]] IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak [[1962]] inilah [[Televisi Republik Indonesia]] muncul dengan teknologi layar hitam putih.<ref>{{Cite news|last=Pratama|first=Aswab Nanda|date=2018-08-24|title=Hari Ini dalam Sejarah: Pertama Mengudara, TVRI Siarkan Pembukaan Asian Games 1962|url=https://nasional.kompas.com/read/2018/08/24/17005411/hari-ini-dalam-sejarah-pertama-mengudara-tvri-siarkan-pembukaan-asian-games|work=[[Kompas.com]]|language=id|access-date=2021-12-08|editor-last=Wedhaswary|editor-first=Inggried Dwi}}</ref> Masa kekuasaan Presiden [[Soeharto]], banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus [[Harian Indonesia Raya]] dan [[Majalah Tempo]] (yang saat ini masih eksis) merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan [[Persatuan Wartawan Indonesia]] (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan [[Aliansi Jurnalis Independen]] (AJI) yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih (salah satu tempat pendidikan wartawan Tempo), [[Jawa Barat]]. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara.<ref>{{Cite web|title=Sejarah Aliansi Jurnalis Independen|url=https://aji.or.id/read/sejarah/1/sejarah-aliansi-jurnalis-independen.html|website=Aliansi Jurnalis Independen|access-date=2021-12-08}}</ref> Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat Bacharuddin Jusuf Habibie ([[BJ Habibie]]) menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi. Kegiatan kewartawanan diatur dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang dikeluarkan [[Dewan Pers]] dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau [[KPI]].<ref>{{Cite web|title=Dewan Pers|url=https://dewanpers.or.id/berita/detail/965/Kemerdekaan-Pers-dan-Perlindungan-Wartawan|website=dewanpers.or.id|access-date=2021-12-08}}</ref>
Pada masa [[Indonesia: Era Jepang|pendudukan Jepang]] mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: ''Asia Raja'', ''Tjahaja'', ''Sinar Baru'', ''Sinar Matahari'', dan ''Suara Asia''.


== Tugas ==
Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi kewartawanan. Pemerintah Indonesia menggunakan [[Radio Republik Indonesia]] sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan [[Asian Games]] IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak [[1962]] inilah [[Televisi Republik Indonesia]] muncul dengan teknologi layar hitam putih.
Jurnalisme memiliki tugas yaitu: menyampaikan kebenaran, memiliki loyalitas kepada masyarakat, memiliki disiplin untuk melakukan verifikasi, memiliki kemandirian terhadap apa yang diliputnya, memiliki kemampuan untuk memantau kekuasaan, menjadi forum bagi kritik dan kesepakatan publik, menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik, membuat berita secara komprehesif dan proporsional, memberi keleluasaan wartawan untuk mengikuti nurani mereka.<ref>{{cite journal|title= Media Massa dan Jurnalisme: Kajian Pemaknaan Antara Media Massa Cetak dan Jurnalistik|author= M.Yoserizal Saragih|journal= Jurnal Pemberdayaan Masyarakat|volume= 6|number= 1|year= 2018|issn= 2355-8679|page= 87|url= http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/PEMAS/article/view/4988}}</ref>

Masa kekuasaan Presiden [[Soeharto]], banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus [[Harian Indonesia Raya]] dan [[Majalah Tempo]] (yang saat ini masih eksis) merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan [[Persatuan Wartawan Indonesia]] (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan [[Aliansi Jurnalis Independen]] (AJI) yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih (salah satu tempat pendidikan wartawan Tempo), [[Jawa Barat]]. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara.

Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat Bacharuddin Jusuf Habibie ([[BJ Habibie]]) menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi.

Kegiatan kewartawanan diatur dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang dikeluarkan [[Dewan Pers]] dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau [[KPI]].


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 31: Baris 28:
* [[Blog|Layanan blog]]
* [[Blog|Layanan blog]]
* [[Jurnalis|Wartawan]]
* [[Jurnalis|Wartawan]]
* [[Jurnalisme investigasi]]
* [[Hukum McLurg]]
* [[Hukum McLurg]]
* [[Majalah]]
* [[Majalah]]
Baris 42: Baris 40:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* [http://www.newspaperindex.com Newspaper Index]
* [http://ajiindonesia.org Aliansi Jurnalis Independen] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20200715151052/http://ajiindonesia.org/ |date=2020-07-15 }}
* [http://www.dewanpers.org Dewan Pers] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060327053701/http://www.dewanpers.org/ |date=2006-03-27 }}

== Referensi ==
{{reflist}}
* Hanebutt-Benz, Eva-Maria. "''Gutenberg and Mainz''"
* Mohamad, Goenawan. "Seandainya Saya Wartawan Tempo",Tempo Publishing: 2014.

{{wikiquote}}
{{wikiquote}}
{{wikisource|Kode Etik Jurnalistik}}
{{wikisource|Kode Etik Jurnalistik}}
{{commons}}
{{commons}}
<references group="Referensi" />{{Wikinewscat|Journalism|Journalisme}}Referensi

# Hanebutt-Benz, Eva-Maria. "''Gutenberg and Mainz''"
# Mohamad, Goenawan. "Seandainya Saya Wartawan Tempo",Tempo Publishing: 2014.

* [http://www.newspaperindex.com Newspaper Index]
* [http://ajiindonesia.org Aliansi Jurnalis Independen]
* [http://www.dewanpers.org Dewan Pers]


[[Kategori:Jurnalisme| ]]
[[Kategori:Kewartawanan]]
[[Kategori:Media massa]]
[[Kategori:Media massa]]

Revisi terkini sejak 10 Juli 2024 09.59

Kewartawanan atau jurnalisme adalah kegiatan menghimpun berita, mencari fakta, dan melaporkan peristiwa. Pengertian jurnalisme dalam konsep media, berasal dari perkataan journal, artinya catatan harian mengenai kejadian sehari-hari, atau bisa juga berarti surat kabar.[1] Jurnal berasal dari perkataan Latin diurnalis, artinya harian atau tiap hari.[2]

Di Indonesia, istilah "jurnalistik" dulu dikenal dengan "publisistik".[3] Dua istilah tersebut mulanya kerap saling tertukar, hanya berbeda asalnya saja. Beberapa kampus di Indonesia sempat menggunakannya karena berkiblat kepada Eropa. Seiring waktu, istilah jurnalistik muncul dari Amerika Serikat dan menggantikan istilah publisistik. Publisistik juga digunakan untuk membahas Ilmu Komunikasi.

Aktivitas

[sunting | sunting sumber]

Kewartawanan dapat dikatakan sebagai "coretan pertama dalam sejarah". Meskipun berita sering kali ditulis dalam batas waktu terakhir, tetapi biasanya disunting sebelum diterbitkan. Aktivitas kewartawanan tentu tak luput dari pelaku di dunia tersebut. Mereka sering disebut sebagai pewarta, wartawan, atau jurnalis.[4]

Seorang wartawan sering kali menjadi saksi dalam setiap peristiwa yang memiliki nilai-nilai berita. Tak jarang mereka harus berinteraksi dengan sumber yang kadang kala melibatkan konfidensialitas. Para jurnalis ini umumnya bekerja pada sebuah industri yang disebut media. Secara makna, media mengandung arti sebagai wadah penyalur antara pihak pertama dan ketiga. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, media berarti jembatan antara pemerintah dan rakyatnya.[5] Oleh sebab itu, setiap pelaku media harus memiliki independensi dan memihak hanya pada kebenaran berdasarkan fakta.

Adapun aktivitas utama dalam dunia kewartawanan khususnya bagi setiap wartawan adalah meliput, mengolah, dan menyajikan sebuah informasi dalam bentuk berita kepada publik. Secara lebih sederhana, pewarta dapat juga dikatakan sebagai orang yang melaporkan kejadian dengan menyatakan siapa, apa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana peristiwa itu terjadi. Dengan kata lain, mereka berpegang pada berita yang berdasarkan konsep 5W+1H. Namun di kondisi saat ini, dunia kewartawanan semakin kompleks karena setiap pelaku media bersaing untuk mendapatkan informasi yang cepat dan akurat. Mereka umumnya tergabung dalam sejumlah media, antara lain: koran, televisi, radio, majalah dan digital media yang tengah dikembangkan baru-baru ini.[6]

Pada awalnya, komunikasi antarmanusia sangat bergantung pada komunikasi dari mulut ke mulut. Catatan sejarah yang berkaitan dengan penerbitan media massa terpicu penemuan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg. Pria berkebangsaan Jerman itu (sekitar 1398-3 Februari 1468) adalah seorang pandai logam dan penemu yang memperoleh ketenaran berkat sumbangannya di bidang teknologi percetakan pada 1450-an, termasuk aloy logam huruf (type metal) dan tinta berbasis-minyak, cetakan untuk mencetak huruf secara tepat, dan sejenis mesin cetak baru yang berdasarkan pencetak yang digunakan dalam membuat anggur.[7]

Di Indonesia, perkembangan kegiatan jurnalistik diawali oleh Belanda. Beberapa pejuang kemerdekaan Indonesia pun menggunakan kewartawanan sebagai alat perjuangan. Di era-era inilah Bintang Timoer, Bintang Barat, Java Bode, dan Medan Prijaji terbit. Pada masa pendudukan Jepang mengambil alih kekuasaan, koran-koran ini dilarang. Akan tetapi pada akhirnya ada lima media yang mendapat izin terbit: Asia Raja, Tjahaja, Sinar Baru, Sinar Matahari, dan Suara Asia.[8]

Kemerdekaan Indonesia membawa berkah bagi kewartawanan. Pemerintah Indonesia menggunakan Radio Republik Indonesia sebagai media komunikasi. Menjelang penyelenggaraan Asian Games IV, pemerintah memasukkan proyek televisi. Sejak 1962 inilah Televisi Republik Indonesia muncul dengan teknologi layar hitam putih.[9] Masa kekuasaan Presiden Soeharto, banyak terjadi pembreidelan media massa. Kasus Harian Indonesia Raya dan Majalah Tempo (yang saat ini masih eksis) merupakan dua contoh kentara dalam sensor kekuasaan ini. Kontrol ini dipegang melalui Departemen Penerangan dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Hal inilah yang kemudian memunculkan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) yang mendeklarasikan diri di Wisma Tempo Sirna Galih (salah satu tempat pendidikan wartawan Tempo), Jawa Barat. Beberapa aktivisnya dimasukkan ke penjara.[10] Titik kebebasan pers mulai terasa lagi saat Bacharuddin Jusuf Habibie (BJ Habibie) menggantikan Soeharto. Banyak media massa yang muncul kemudian dan PWI tidak lagi menjadi satu-satunya organisasi profesi. Kegiatan kewartawanan diatur dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers yang dikeluarkan Dewan Pers dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI.[11]

Jurnalisme memiliki tugas yaitu: menyampaikan kebenaran, memiliki loyalitas kepada masyarakat, memiliki disiplin untuk melakukan verifikasi, memiliki kemandirian terhadap apa yang diliputnya, memiliki kemampuan untuk memantau kekuasaan, menjadi forum bagi kritik dan kesepakatan publik, menyampaikan sesuatu secara menarik dan relevan kepada publik, membuat berita secara komprehesif dan proporsional, memberi keleluasaan wartawan untuk mengikuti nurani mereka.[12]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "What is journalism? Definition and meaning of the craft". American Press Institute (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-08. 
  2. ^ Djoko Waluyo (2018). "Makna Jurnalisme Dalam Era Digital: Suatu Peluang Transformasi". Diakom: Jurnal Media dan Komunikasi. 1 (1): 35. ISSN 2623-1212. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-19. Diakses tanggal 2020-12-02. 
  3. ^ "Arti kata publisistik - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online". kbbi.web.id. Diakses tanggal 2021-12-08. 
  4. ^ "Definition of JOURNALIST". www.merriam-webster.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-08. 
  5. ^ Mahfuz, Gusti (13 Mei 2019). "Media Kolaborasi dan Partisipasi Rakyat". Multimedia Center Provinsi Kalimantan Tengah. Diakses tanggal 2021-12-08. 
  6. ^ Dirgahayu, Dida (2015). "PERSEPSI WARTAWAN TERHADAP AKTIVITAS JURNALISTIK INVESTIGASI". Jurnal Penelitian Komunikasi. 18 (1): 79–86. doi:10.20422/jpk.v18i1.22. 
  7. ^ "journalism | Definition, History, & Facts | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-12-08. 
  8. ^ Said, Tribuana (16 Juli 2019). "Sekilas Sejarah Pers Nasional". PWI.or.id. Diakses tanggal 2021-12-08. 
  9. ^ Pratama, Aswab Nanda (2018-08-24). Wedhaswary, Inggried Dwi, ed. "Hari Ini dalam Sejarah: Pertama Mengudara, TVRI Siarkan Pembukaan Asian Games 1962". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-12-08. 
  10. ^ "Sejarah Aliansi Jurnalis Independen". Aliansi Jurnalis Independen. Diakses tanggal 2021-12-08. 
  11. ^ "Dewan Pers". dewanpers.or.id. Diakses tanggal 2021-12-08. 
  12. ^ M.Yoserizal Saragih (2018). "Media Massa dan Jurnalisme: Kajian Pemaknaan Antara Media Massa Cetak dan Jurnalistik". Jurnal Pemberdayaan Masyarakat. 6 (1): 87. ISSN 2355-8679. 
  • Hanebutt-Benz, Eva-Maria. "Gutenberg and Mainz"
  • Mohamad, Goenawan. "Seandainya Saya Wartawan Tempo",Tempo Publishing: 2014.