Lompat ke isi

Depresi (psikologi): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Lia Basyaiban (bicara | kontrib)
Vygukt (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
(32 revisi perantara oleh 6 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{disambiginfo|Depresi (disambiguasi)}}
{{disambiginfo|Depresi (disambiguasi)}}{{Penyangkalan medis}}
[[Berkas:Child depressed alone poverty.jpg|jmpl|Seorang gadis duduk sendirian di tangga dengan bonekanya terlihat sedih dan terabaikan]]
{{noref}}{{Penyangkalan medis}}
'''Depresi''' adalah suatu kondisi medis berupa perasaan sedih yang berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang.<ref>{{Cite web|url=https://www.psychiatry.org/patients-families/depression/what-is-depression|title=What Is Depression?|website=www.psychiatry.org}}</ref> Kondisi depresi adalah reaksi normal sementara terhadap peristiwa-peristiwa hidup seperti kehilangan orang tercinta. Depresi juga dapat merupakan gejala dari sebuah penyakit fisik dan efek samping dari penggunaan obat dan perawatan medis tertentu. Dalam kaitannya dengan gangguan mental lain, depresi dapat juga menjadi gejala dari gangguan kejiwaan seperti [[gangguan depresi mayor]] dan [[distimia]].<ref name="DSM-5(2013)">{{cite book |title=Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5) |year=2013 |publisher=American Psychiatric Association}}</ref>
'''Depresi''' atau '''gundah''' adalah kondisi medis yang berupa gangguan suasana hati rendah yang berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang.<ref>{{Cite web|url=https://www.psychiatry.org/patients-families/depression/what-is-depression|title=What Is Depression?|website=www.psychiatry.org}}</ref> Secara global, diperkirakan 264 juta orang terkena depresi. Depresi adalah normal, jika merupakan reaksi terhadap perubahan drastis dalam hidup (seperti, kematian orang terdekat) yang hanya berlangsung singkat; dan depresi dapat pula menjadi implikasi dari suatu penyakit fisik atau efek samping dari penggunaan obat-obatan dan perawatan medis tertentu. Namun, umumnya, depresi adalah gejala dari [[Gangguan jiwa|gangguan mental]], seperti [[gangguan depresi mayor]] atau [[distimia]].<ref name="DSM-5(2013)">{{cite book |title=Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5) |year=2013 |publisher=American Psychiatric Association}}</ref>


Seseorang dalam kondisi depresi biasanya mengalami perasaan sedih, cemas, atau hampa; mereka juga cenderung merasa terjebak dalam kondisi yang dianggap tidak memiliki harapan, tidak akan ada pertolongan, penuh penolakan, atau perasaan bahwa dirinya tidak berharga. Gejala-gejala lain yang mungkin muncul adalah perasaan bersalah, mudah tersinggung, atau kemarahan.<ref>{{Cite web|url=http://www.medscape.com/viewarticle/810872|title=Irritability, Anger Indicators of Complex, Severe Depression|website=Medscape}}</ref><ref>
Secara global, diperkirakan 264 juta orang terkena depresi. 1% Lebih banyak wanita yang terkena daripada pria.
{{cite web|title=Depression (major depressive disorder)|quote=Angry outbursts, irritability or frustration, even over small matters|url=http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/depression/basics/symptoms/con-20032977}}</ref> Seseorang dengan depresi, sering memiliki pemikiran repetitif untuk mengakhiri hidupnya, dan melakukan percobaan bunuh diri, atau bahkan [[bunuh diri]].


Selain perubahan suasana hati, individu dengan kondisi depresi dapat kehilangan minat atau motivasi untuk melakukan suatu aktivitas,<ref name=":2">{{Cite journal|last=Hasna|first=Vina Luthfiana|last2=Prayuda|first2=Erlangga Muhamad|last3=Valensia|first3=Rika|last4=Tama|first4=Aditya Putra|last5=Hermawan|first5=Khamairah Azzahrawaani|last6=Nurfadhila|first6=Lina|date=2023-01-09|title=Potensi Beberapa Senyawa Turunan dan Tumbuhan sebagai Antidepresan dengan metode skrining Komputasi : Literature Review|url=https://journal-jps.com/new/index.php/jps/article/view/29|journal=Journal of Pharmaceutical and Sciences|language=id|pages=101|doi=10.36490/journal-jps.com.v6i1.29|issn=2656-3088}}</ref> dan kehilangan nafsu makan atau makan terlalu banyak. Penderita juga mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, mengingat detail-detail umum, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan orang lain.
Seseorang dalam kondisi depresi umumnya mengalami perasaan sedih, cemas, atau kosong; mereka juga cenderung merasa terjebak dalam kondisi yang tidak ada harapan, tidak ada pertolongan, penuh penolakan, atau perasaan tidak berharga. Gejala-gejala lain yang mungkin muncul adalah perasaan bersalah, mudah tersinggung, atau kemarahan.<ref>{{Cite web|url=http://www.medscape.com/viewarticle/810872|title=Irritability, Anger Indicators of Complex, Severe Depression|website=Medscape}}</ref><ref>
{{cite web|title=Depression (major depressive disorder)|quote=Angry outbursts, irritability or frustration, even over small matters|url=http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/depression/basics/symptoms/con-20032977}}</ref> Lebih jauh, individu yang mengalami depresi dapat juga merasa malu atau gelisah.

Selain perubahan suasana hati, individu dengan gejala depresi cenderung kehilangan minat untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang sebelumnya ia anggap menyenangkan; kehilangan nafsu makan atau sebaliknya, makan dengan porsi berlebih. Penderita juga akan kesulitan untuk berkonsentrasi, mengingat detail-detail umum, membuat keputusan, ataupun mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. Pengalaman-pengalaman ini dapat mendorong individu untuk mencoba [[bunuh diri]].


Gejala insomnia, [[hipersomnia]], kelelahan, kesakitan, gangguan pencernaan, dan stamina yang menurun juga kerap ditemukan pada individu dalam kondisi depresi.<ref>{{cite web |url= http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression/complete-index.shtml |title= NIMH · Depression |agency= National Institute of Mental Health |work= nimh.nih.gov |access-date= 15 October 2012 |archive-date= 2013-06-11 |archive-url= https://web.archive.org/web/20130611091923/http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression/complete-index.shtml |dead-url= yes }}</ref>
Gejala insomnia, [[hipersomnia]], kelelahan, kesakitan, gangguan pencernaan, dan stamina yang menurun juga kerap ditemukan pada individu dalam kondisi depresi.<ref>{{cite web |url= http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression/complete-index.shtml |title= NIMH · Depression |agency= National Institute of Mental Health |work= nimh.nih.gov |access-date= 15 October 2012 |archive-date= 2013-06-11 |archive-url= https://web.archive.org/web/20130611091923/http://www.nimh.nih.gov/health/publications/depression/complete-index.shtml |dead-url= yes }}</ref>


== Faktor penyebab ==
== Faktor penyebab ==
Menurut Kaplan (2002) dan Nolen – Hoeksema & Girgus (dalam Krenke & Stremmler, 2002), faktor – faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi atas : faktor biologi, faktor psikologis/kepribadian dan faktor sosial. Dimana ketiga faktor tersebut dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.<ref name=":1" />
Penyebab suatu kondisi depresi meliputi:

* Faktor [[organobiologis]] karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama serotonin
* Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial
* Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya

Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika:
A. Lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang; sekurangnya salah satu gejala harus (1) emosi depresi atau (2) kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.

# Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
# Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
# Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)
# [[Insomnia]] atau [[hipersomnia]] hampir setiap hari
# Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
# Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
# Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi), dan mengganggap bahwa sumber dari setiap masalah adalah dirinya
# Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
# Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri


=== Faktor Biologi ===
Gejala-gejala tersebut juga dapat menyebabkan gangguan jiwa yang cukup besar dan signifikan sehingga menyebabkan gangguan nyata dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau area penting dalam kehidupan seseorang.
Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan system limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus. Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan [[serotonin]] merupakan dua neurotrasmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Pada wanita, perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menoupose juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. Penyakit fisik yang berkepanjangan sehingga menyebabkan stress dan juga dapat menyebabkan depresi.<ref name=":1" />


=== Faktor Psikologis/Kepribadian ===
Cara menanggulangi depresi berbeda-beda sesuai dengan keadaan pasien, namun biasanya merupakan gabungan dari farmakoterapi dan psikoterapi atau konseling. Dukungan dari orang-orang terdekat serta dukungan spiritual juga sangat membantu dalam penyembuhan.
Individu yang dependent, memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif, dan menggunakan ''ruminative coping''. Nolen – Hoeksema & Girgus juga mengatakan bahwa ketika seseorang merasa tertekan akan cenderung fokuspada tekanan yang mereka rasa dan secara pasif merenung daripada mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk merubah situasi. Pemikiran irasional yaitu pemikiran yang salah dalam berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas ketidak beruntungan. Sehingga individu yang mengalami depresi cenderung menganggap bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan lingkungan dan kondisi dirinya. Hal ini dapat menyebabkan pesimisme dan apatis.<ref name=":1" />


=== Faktor Sosial<ref name=":1" /> ===
Faktor lain penyebab seseorang bisa mengalami depresi


* Kejadian tragis seperti kehilangan seseorang atau kehilangan dan kegagalan pekerjaan
# Kurangnya edukasi tentang gangguan mental (depresi).
* Paska bencana
# Merasa bahwa depresi adalah hal yang sepele.
* Melahirkan
# Sering melakukakan self diagnosa terhadap diri sendiri tanpa bertanya ke pada ahlinya yang menyebabkan terbawa ke dalam alam bawah sadar sehingga tersugesti hingga akhirnya terkena depresi yang nyata.
* Masalah keuangan
* Ketergantungan terhadap narkoba atau alkhohol
* Trauma masa kecil
* Terisolasi secara sosial
* Faktor usia dan gender
* Tuntutan dan peran sosial misalnya untuk tampil baik, menjadi juara di sekolah ataupun tempat kerja
* Maupun dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.


== Jenis-Jenis Depresi ==
== Jenis-Jenis Depresi ==
Baris 81: Baris 71:


=== Bipolar ===
=== Bipolar ===
Perubahan suasana hati dan energi yang ekstrem, misalnya dari gembira ke putus asa adalah tanda-tanda episode depresi pada gangguan bipolar. Bipolar juga disebut dengan gangguan manik-depresif. Saat menderita depresi, seseorang akan merasa sedih, putus asa, dan kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disukai. Sementara itu, saat berubah menjadi mania atau hipomania (tidak terlalu seekstrem mania), seseorang akan merasa euforia, penuh energi, atau sangat mudah tersinggung. Gangguan bipolar biasanya memburuk tanpa pengobatan tetapi dapat dikelola dengan penstabil mood, obat antipsikotik, dan terapi bicara. Pada beberapa kasus, gejala bipolar dapat diobati dengan antidepresan.<ref name=":0" />
Perubahan suasana hati dan energi yang ekstrem, misalnya dari gembira ke putus asa adalah tanda-tanda episode depresi pada gangguan bipolar. Bipolar juga disebut dengan gangguan manik-depresif. Saat menderita depresi, seseorang akan merasa sedih, putus asa, dan kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disukai. Sementara itu, saat berubah menjadi mania atau hipomania (tidak terlalu seekstrem mania), seseorang akan merasa euforia, penuh energi, atau sangat mudah tersinggung. [[Gangguan bipolar]] biasanya memburuk tanpa pengobatan tetapi dapat dikelola dengan penstabil mood, obat antipsikotik, dan terapi bicara. Pada beberapa kasus, gejala bipolar dapat diobati dengan antidepresan.<ref name=":0" />


=== Disruptive Mood Dysregulation Disorder ===
=== Disruptive Mood Dysregulation Disorder ===
Baris 99: Baris 89:


== Ciri dan Gejala Depresi ==
== Ciri dan Gejala Depresi ==
Pada umumnya, individu yang mengalami depresi menunjukkan gejala psikis, fisik dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi dari waktu ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat (NIMH) dan Diagnostic and Statistical manual IV – ''Text Revision'' (DSM IV - TR) ''(American Psychiatric Association'', 2000). Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya. Gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai berikut:<ref name=":1">{{Cite journal|last=Dirgayunita|first=Aries|date=2016|title=Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya|url=https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/psikologi/article/download/235/447/|journal=Journal An-nafs: Kajian dan Penelitian Psikologi|volume=1|issue=1}}</ref>
Pada umumnya, individu yang mengalami depresi menunjukkan gejala psikis, fisik dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi dari waktu ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Mental Amerika Serikat (NIMH) dan Diagnostic and Statistical manual IV – ''Text Revision'' (DSM IV - TR) ''(American Psychiatric Association'', 2000). Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya. Gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai berikut:<ref name=":1">{{Cite journal|last=Dirgayunita|first=Aries|date=2016|title=Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya|url=https://ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/psikologi/article/download/235/447/|journal=Journal An-nafs: Kajian dan Penelitian Psikologi|volume=1|issue=1}}</ref>


=== Gejala Fisik<ref name=":1" /> ===
=== Gejala Fisik<ref name=":1" /> ===
Baris 126: Baris 116:
* Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
* Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
* Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri
* Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri

== Risiko yang Ditimbulkan Akibat Depresi ==

=== Bunuh Diri ===
Orang yang menderita depresi memiliki perasaan kesepian, ketidakberdayaan dan putus asa. Sehingga mereka mempertimbangkan membunuh dirinya sendiri.<ref name=":1" />

=== Gangguan Tidur ===
Insomnia ataupun hypersomnia, Gangguan tidur dan depresi biasanya cenderung muncul bersamaan. Setidaknya 80% dari orang yang menderita depresi mengalami insomnia atau kesulitan untuk tidur. !5 % mengalami depresi dengan tidur yang berlebihan. Kesulitan tidur dianggap sebagai gejala gangguan mood.<ref name=":1" />

=== Gangguan Interpersonal ===
Individu yang mengalami depresi cenderung mudah tersinggung, sedih yang berkepanjangan sehingga cenderung menarik diri dan menjauhkan diri dari orang lain. Terkadang menyalahkan orang lain. Hal ini menyebabkan hubungan dengan orang lain maupun lingkungan sekitar menjadi tidak baik.<ref name=":1" />

=== Gangguan dalam pekerjaan ===
Depresi meningkatkan kemungkinan dipecat atau penderita sendiri yang mengundurkan diri dari pekerjaan ataupun sekolah. Orang yang menderita depresi cenderung memiliki motivasi yang menurun untuk melakukan aktivitas ataupun minat pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari.<ref name=":1" />

=== Gangguan pola makan ===
Depresi dapat menyebabkan gangguan pola makan atau sebaliknya gangguan pola makan juga dapat menyebabkan depresi. Pada penderita depresi terdapat dua kecenderungan umum menegenai pola makan yang secara nyata mempengaruhi berat tubuh yaitu tidak selera makan dan keinginan makan-makanan yang manis bertambah.<ref name=":1" />

=== Perilaku-perilaku merusak ===
Beberapa orang yang menderita depresi memiliki perilaku yang merusak seperti, agresivitas dan kekerasan, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkhohol, serta perilaku merokok yang berlebihan.<ref name=":1" />

== Penanganan Depresi ==
Depresi dapat ditangani dengan perubahan pola hidup, terapi psikologi, dan dengan pengobatan (obat antiretroviral/ARV). Dilarang keras mengomati diri sendiri dengan alkhohol, merokok yang berlebihan dan narkoba, karena zat yang terkandung di dalamnya dapat meningkatkan gejala depresi dan menimbulkan masalah lain. Berikut beberapa cara penanganan depresi :<ref name=":1" />

=== Perubahan pola hidup ===

==== Berolahraga ====
Orang yang menderita depresi mengalami stress, kecemasan, galau, kebingungan dan kegelisahan yang berlarut – larut. Hal ini disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang negatif. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan pikiran dan perasaan positif yang dapat menghalangi munculnya mood negatif adalah dengan berolahraga.

==== Mengatur pola makan ====
Simptom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh, yaitu:

* Konsumsi kafein secara berkala
* Konsumsi sukrosa (gula)
* Kekurangan biotin, asam folat, vitamin B, C, kalsium, magnesium atau kelebihan magnesium dan tembaga
* Ketidakseimbangan asam amino
* Alergi makanan

==== Rekreasi ====
Berjalan-jalan di tempat yang asri, menyejukkan agar tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks dan nyaman. Selain itu, melakukan aktivitas yang menjadi minat sebelumnya seperti, membaca buku, memasak, memancing dll yang bisa membuat penderita menjadi rileks dan nyaman.

=== Terapi psikologi ===
==== Terapi perilaku ====
{{Utama|Aktivasi perilaku}}

==== Terapi Interpersonal ====
Bantuan psikoterapi bisa dilakukan oleh psikolog dalam jangka pendek yang berfokus kepada hubungan antara orang-orang dengan perkembangan gejala gangguan kejiwaan.

==== Konseling kelompok dan dukungan sosial ====
Mengunjungi tempat layanan bimbingan konseling. Pelaksaan wawancara konseling yang dilakukan antara seorang konselor profesional dengan beberapa pasien sekaligus dalam kelompok kecil.

==== Terapi humor ====
Profesional medis yang membantu pasien untuk mempertahankan sikap mental yang positif dan berbagai tawa merespons psikologis dari tertawa termasuk meningkatkan pernafasan, sirkulasi, sekresi hormon, enzim pencernaan, dan peningkatan tekanan darah.

==== Terapi Kognitif (CBT) ====
Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologi klien. Pendekatan ini akan berupaya membantu klien mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negatif dan keyakinan-keyakinan pasien yang tidak rasional. Fokus dalam teori ini adalah mengganti cara-cara berpikir yang tidak logis menjadi logis.

=== Pengobatan ===
Berkonsultasi kepada dokter kejiwaan/psikiater. Beberapa obat antidepresan yaitu: lithium, MAOIs, Tricyclics<ref name=":2" />. Beberapa psikiater meresepkan perangsang jiwa (''psychostimulant''), obat yang dipakai untuk mengobati gangguan defisit perhatian ''(attention deficit disorder)''.


== Lihat juga ==
== Lihat juga ==

Revisi per 9 Agustus 2024 12.00

Seorang gadis duduk sendirian di tangga dengan bonekanya terlihat sedih dan terabaikan

Depresi atau gundah adalah kondisi medis yang berupa gangguan suasana hati rendah yang berdampak negatif terhadap pikiran, tindakan, perasaan, dan kesehatan mental seseorang.[1] Secara global, diperkirakan 264 juta orang terkena depresi. Depresi adalah normal, jika merupakan reaksi terhadap perubahan drastis dalam hidup (seperti, kematian orang terdekat) yang hanya berlangsung singkat; dan depresi dapat pula menjadi implikasi dari suatu penyakit fisik atau efek samping dari penggunaan obat-obatan dan perawatan medis tertentu. Namun, umumnya, depresi adalah gejala dari gangguan mental, seperti gangguan depresi mayor atau distimia.[2]

Seseorang dalam kondisi depresi biasanya mengalami perasaan sedih, cemas, atau hampa; mereka juga cenderung merasa terjebak dalam kondisi yang dianggap tidak memiliki harapan, tidak akan ada pertolongan, penuh penolakan, atau perasaan bahwa dirinya tidak berharga. Gejala-gejala lain yang mungkin muncul adalah perasaan bersalah, mudah tersinggung, atau kemarahan.[3][4] Seseorang dengan depresi, sering memiliki pemikiran repetitif untuk mengakhiri hidupnya, dan melakukan percobaan bunuh diri, atau bahkan bunuh diri.

Selain perubahan suasana hati, individu dengan kondisi depresi dapat kehilangan minat atau motivasi untuk melakukan suatu aktivitas,[5] dan kehilangan nafsu makan atau makan terlalu banyak. Penderita juga mengalami kesulitan untuk berkonsentrasi, mengingat detail-detail umum, membuat keputusan, dan berinteraksi dengan orang lain.

Gejala insomnia, hipersomnia, kelelahan, kesakitan, gangguan pencernaan, dan stamina yang menurun juga kerap ditemukan pada individu dalam kondisi depresi.[6]

Faktor penyebab

Menurut Kaplan (2002) dan Nolen – Hoeksema & Girgus (dalam Krenke & Stremmler, 2002), faktor – faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi atas : faktor biologi, faktor psikologis/kepribadian dan faktor sosial. Dimana ketiga faktor tersebut dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.[7]

Faktor Biologi

Beberapa peneliti menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan system limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus. Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotrasmiter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Pada wanita, perubahan hormon dihubungkan dengan kelahiran anak dan menoupose juga dapat meningkatkan risiko terjadinya depresi. Penyakit fisik yang berkepanjangan sehingga menyebabkan stress dan juga dapat menyebabkan depresi.[7]

Faktor Psikologis/Kepribadian

Individu yang dependent, memiliki harga diri yang rendah, tidak asertif, dan menggunakan ruminative coping. Nolen – Hoeksema & Girgus juga mengatakan bahwa ketika seseorang merasa tertekan akan cenderung fokuspada tekanan yang mereka rasa dan secara pasif merenung daripada mengalihkannya atau melakukan aktivitas untuk merubah situasi. Pemikiran irasional yaitu pemikiran yang salah dalam berpikir seperti menyalahkan diri sendiri atas ketidak beruntungan. Sehingga individu yang mengalami depresi cenderung menganggap bahwa dirinya tidak dapat mengendalikan lingkungan dan kondisi dirinya. Hal ini dapat menyebabkan pesimisme dan apatis.[7]

Faktor Sosial[7]

  • Kejadian tragis seperti kehilangan seseorang atau kehilangan dan kegagalan pekerjaan
  • Paska bencana
  • Melahirkan
  • Masalah keuangan
  • Ketergantungan terhadap narkoba atau alkhohol
  • Trauma masa kecil
  • Terisolasi secara sosial
  • Faktor usia dan gender
  • Tuntutan dan peran sosial misalnya untuk tampil baik, menjadi juara di sekolah ataupun tempat kerja
  • Maupun dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.

Jenis-Jenis Depresi

Gangguan Depresi Mayor

Gangguan depresi mayor dibagi menjadi dua tipe yaitu depresi atipikal dan depresi melankolis. Orang dengan depresi mayor atipikal cenderung banyak tidur dan makan. Mereka juga mudah emosi dan sering dirundung rasa cemas berlebihan. Sementara itu, depresi mayor melankolis biasanya mengalami susah tidur dan lebih sering menyerang orang dewasa. Gejala gangguan depresi mayor yang perlu Anda ketahui, antara lain[8]:

  • Perasaan sedih, hampa, tak berharga, putus asa, dan bersalah.
  • Kehilangan energi, nafsu makan, atau minat pada aktivitas yang menyenangkan
  • Perubahan kebiasaan tidur
  • Ada keinginan untuk bunuh diri

Menurut jurnal StatPearls yang ditayangkan di National Library of Medicine pada April 2022, sebagian besar kasus depresi mayor dapat ditangani dengan obat-obatan, terapi, atau perubahan gaya hidup[8].

Depresi Subsindromal

Depresi subsindromal adalah kondisi saat seseorang meunjukkan beberapa gejala depresi. Kondisi depresi biasanya bertahan hingga dua minggu. Penanganan orang dengan kondisi ini dilihat berdasarkan kemampuan mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti bekerja atau mengurus diri sendiri.[8]

Gangguan Depresi Persisten

Orang dengan gangguan depresi persisten (PDD) atau disebut juga distimia, memiliki suasana hati yang kalut sepanjang hari. Mereka sering merenung, bersedih, hingga menangis hampir setiap hari. Selain itu ada gejala lain yaitu:[8]

  • Masalah tidur (bisa terlalu sering atau jarang)
  • Kurang energi atau kelelahan
  • Kurang percaya diri
  • Nafsu makan yang buruk atau berlebihan
  • Sulit membuat keputusan
  • Sering merasa putus asa

Pada anak-anak dan remaja, PDD dapat didiagnosis jika gejala lekas marah atau depresi bertahan selama satu tahun atau lebih.[8]

Gangguan Disforia Pramenstruasi

Sebanyak 10 persen wanita di usia produktif mengalami gangguan disforia pramenstruasi. Bentuk PMS yang parah dapat memicu depresi, kesedihan, kecemasan, atau mudah marah. Salah satu penyebab gangguan disforia pramenstruasi adalah sensitivitas terhadap perubahan hormon selama siklus menstruasi. Obat antidepresan khususnya inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI) dapat mencegah gangguan disforia pramenstruasi, apabila diminum dua minggu sebelum PMS. Obat pereda nyeri juga dapat mengatasi kondisi ini. Namun, Anda harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter.[8]

Bipolar

Perubahan suasana hati dan energi yang ekstrem, misalnya dari gembira ke putus asa adalah tanda-tanda episode depresi pada gangguan bipolar. Bipolar juga disebut dengan gangguan manik-depresif. Saat menderita depresi, seseorang akan merasa sedih, putus asa, dan kehilangan minat pada hal-hal yang biasanya disukai. Sementara itu, saat berubah menjadi mania atau hipomania (tidak terlalu seekstrem mania), seseorang akan merasa euforia, penuh energi, atau sangat mudah tersinggung. Gangguan bipolar biasanya memburuk tanpa pengobatan tetapi dapat dikelola dengan penstabil mood, obat antipsikotik, dan terapi bicara. Pada beberapa kasus, gejala bipolar dapat diobati dengan antidepresan.[8]

Disruptive Mood Dysregulation Disorder

Kondisi ini ditandai dengan kebiasaan berteriak, menjerit, dan mengamuk. Gangguan ini sering terlihat pada anak-anak yang kesulitan mengatur emosi mereka. Mudah tersinggung, marah setiap hari, sulit bergaul di sekolah, lingkungan, dan teman sebaya juga merupakan gejala Disruptive Mood Dysregulation Disorder. Kondisi ini dapat disembuhkan dengan obat-obatan, terapi, dan pola asuh orang tua.[8]

Depresi Pascapersalinan

Kelahiran anak memang membuahkan kebahagiaan bagi para orangtua. Namun, persalinan juga menyebabkan ibu dan ayah mengalami depresi pascapersalinan. Pada seorang ibu, kondisi ini dapat dipicu karena perubahan hormon, kelelahan, dan beberapa faktor lainnya. Sementara itu depresi pascapersalinan pada seorang pria atau ayah dipicu karena lingkungan, pergeseran peran, perubahan gaya hidup saat mengasuh anak.[8]

Seasonal Affective Disorder atau Depresi musiman

Depresi musiman adalah jenis gangguan berulang karena perubahan cuaca atau musim yang mengakibatkan perubahan suasana hati. Individu dengan depresi musiman cenderung memiliki energi yang rendah, makan berlebian, sering tidur, ngidam makanan berkarbohidrat, lonjakan berat badan, atau menarik diri dari lingkungan sosial.[8]

Depresi psikotik

Orang dengan depresi psikotik mengalami depresi berat yang ditandai dengan halusinasi (melihat atau mendengar hal-hal yang tidak nyata) atau delusi (keyakinan akan hal-hal yang tidak benar-benar ada). Penyedia layanan kesehatan biasanya meresepkan antidepresan dan obat antipsikotik bersama-sama untuk mengobati depresi psikotik.[8]

Depresi karena penyakit tertentu

Orang dengan penyakit kronis, seperti sakit jantung, kanker, diabetes, HIV/AIDS dapat mengalami stres atau depresi. Peradangan terkait penyakit juga berperan dalam timbulnya depresi. Peradangan menyebabkan pelepasan bahan kimia tertentu oleh sistem kekebalan yang masuk ke otak, menyebabkan perubahan otak yang dapat memicu atau memperburuk depresi pada beberapa orang.[8]

Ciri dan Gejala Depresi

Pada umumnya, individu yang mengalami depresi menunjukkan gejala psikis, fisik dan sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi dari waktu ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Mental Amerika Serikat (NIMH) dan Diagnostic and Statistical manual IV – Text Revision (DSM IV - TR) (American Psychiatric Association, 2000). Kriteria depresi dapat ditegakkan apabila sedikitnya 5 dari gejala dibawah ini telah ditemukan dalam jangka waktu 2 minggu yang sama dan merupakan satu perubahan pola fungsi dari sebelumnya. Gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai berikut:[7]

Gejala Fisik[7]

  • Gangguan pola tidur; Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia)
  • Menurunnya tingkat aktivitas, misalnya kehilangan minat, kesenangan atas hobi atau aktivitas yang sebelumnya disukai.
  • Sulit makan atau makan berlebihan (bisa menjadi kurus atau kegemukan)
  • Gejala penyakit fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala, masalah pencernaan (diare, sulit BAB dll), sakit lambung dan nyeri kronis
  • Terkadang merasa berat di tangan dan kaki
  • Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
  • Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan

Gejala Psikis[7]

  • Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus – menerus.
  • Rasa putus asa dan pesimis
  • Rasa bersalah, tidak berharga, rasa terbebani dan tidak berdaya/tidak berguna
  • Tidak tenang dan gampang tersinggung
  • Berpikir ingin mati atau bunuh diri
  • Sensitive
  • Kehilangan rasa percaya diri

Gejala Sosial[7]

  • Menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari (menarik diri, menyendiri, malas)
  • Tidak ada motivasi untuk melakukan apapun
  • Hilangnya hasrat untuk hidup dan keinginan untuk bunuh diri

Risiko yang Ditimbulkan Akibat Depresi

Bunuh Diri

Orang yang menderita depresi memiliki perasaan kesepian, ketidakberdayaan dan putus asa. Sehingga mereka mempertimbangkan membunuh dirinya sendiri.[7]

Gangguan Tidur

Insomnia ataupun hypersomnia, Gangguan tidur dan depresi biasanya cenderung muncul bersamaan. Setidaknya 80% dari orang yang menderita depresi mengalami insomnia atau kesulitan untuk tidur. !5 % mengalami depresi dengan tidur yang berlebihan. Kesulitan tidur dianggap sebagai gejala gangguan mood.[7]

Gangguan Interpersonal

Individu yang mengalami depresi cenderung mudah tersinggung, sedih yang berkepanjangan sehingga cenderung menarik diri dan menjauhkan diri dari orang lain. Terkadang menyalahkan orang lain. Hal ini menyebabkan hubungan dengan orang lain maupun lingkungan sekitar menjadi tidak baik.[7]

Gangguan dalam pekerjaan

Depresi meningkatkan kemungkinan dipecat atau penderita sendiri yang mengundurkan diri dari pekerjaan ataupun sekolah. Orang yang menderita depresi cenderung memiliki motivasi yang menurun untuk melakukan aktivitas ataupun minat pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari.[7]

Gangguan pola makan

Depresi dapat menyebabkan gangguan pola makan atau sebaliknya gangguan pola makan juga dapat menyebabkan depresi. Pada penderita depresi terdapat dua kecenderungan umum menegenai pola makan yang secara nyata mempengaruhi berat tubuh yaitu tidak selera makan dan keinginan makan-makanan yang manis bertambah.[7]

Perilaku-perilaku merusak

Beberapa orang yang menderita depresi memiliki perilaku yang merusak seperti, agresivitas dan kekerasan, menggunakan obat-obatan terlarang dan alkhohol, serta perilaku merokok yang berlebihan.[7]

Penanganan Depresi

Depresi dapat ditangani dengan perubahan pola hidup, terapi psikologi, dan dengan pengobatan (obat antiretroviral/ARV). Dilarang keras mengomati diri sendiri dengan alkhohol, merokok yang berlebihan dan narkoba, karena zat yang terkandung di dalamnya dapat meningkatkan gejala depresi dan menimbulkan masalah lain. Berikut beberapa cara penanganan depresi :[7]

Perubahan pola hidup

Berolahraga

Orang yang menderita depresi mengalami stress, kecemasan, galau, kebingungan dan kegelisahan yang berlarut – larut. Hal ini disebabkan oleh pikiran dan perasaan yang negatif. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghasilkan pikiran dan perasaan positif yang dapat menghalangi munculnya mood negatif adalah dengan berolahraga.

Mengatur pola makan

Simptom depresi dapat diperparah oleh ketidakseimbangan nutrisi di dalam tubuh, yaitu:

  • Konsumsi kafein secara berkala
  • Konsumsi sukrosa (gula)
  • Kekurangan biotin, asam folat, vitamin B, C, kalsium, magnesium atau kelebihan magnesium dan tembaga
  • Ketidakseimbangan asam amino
  • Alergi makanan

Rekreasi

Berjalan-jalan di tempat yang asri, menyejukkan agar tubuh dan pikiran menjadi lebih rileks dan nyaman. Selain itu, melakukan aktivitas yang menjadi minat sebelumnya seperti, membaca buku, memasak, memancing dll yang bisa membuat penderita menjadi rileks dan nyaman.

Terapi psikologi

Terapi perilaku

Terapi Interpersonal

Bantuan psikoterapi bisa dilakukan oleh psikolog dalam jangka pendek yang berfokus kepada hubungan antara orang-orang dengan perkembangan gejala gangguan kejiwaan.

Konseling kelompok dan dukungan sosial

Mengunjungi tempat layanan bimbingan konseling. Pelaksaan wawancara konseling yang dilakukan antara seorang konselor profesional dengan beberapa pasien sekaligus dalam kelompok kecil.

Terapi humor

Profesional medis yang membantu pasien untuk mempertahankan sikap mental yang positif dan berbagai tawa merespons psikologis dari tertawa termasuk meningkatkan pernafasan, sirkulasi, sekresi hormon, enzim pencernaan, dan peningkatan tekanan darah.

Terapi Kognitif (CBT)

Pendekatan CBT memusatkan perhatian pada proses berpikir klien yang berhubungan dengan kesulitan emosional dan psikologi klien. Pendekatan ini akan berupaya membantu klien mengubah pikiran-pikiran atau pernyataan diri negatif dan keyakinan-keyakinan pasien yang tidak rasional. Fokus dalam teori ini adalah mengganti cara-cara berpikir yang tidak logis menjadi logis.

Pengobatan

Berkonsultasi kepada dokter kejiwaan/psikiater. Beberapa obat antidepresan yaitu: lithium, MAOIs, Tricyclics[5]. Beberapa psikiater meresepkan perangsang jiwa (psychostimulant), obat yang dipakai untuk mengobati gangguan defisit perhatian (attention deficit disorder).

Lihat juga

Referensi

  1. ^ "What Is Depression?". www.psychiatry.org. 
  2. ^ Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5). American Psychiatric Association. 2013. 
  3. ^ "Irritability, Anger Indicators of Complex, Severe Depression". Medscape. 
  4. ^ "Depression (major depressive disorder)". Angry outbursts, irritability or frustration, even over small matters 
  5. ^ a b Hasna, Vina Luthfiana; Prayuda, Erlangga Muhamad; Valensia, Rika; Tama, Aditya Putra; Hermawan, Khamairah Azzahrawaani; Nurfadhila, Lina (2023-01-09). "Potensi Beberapa Senyawa Turunan dan Tumbuhan sebagai Antidepresan dengan metode skrining Komputasi : Literature Review". Journal of Pharmaceutical and Sciences: 101. doi:10.36490/journal-jps.com.v6i1.29. ISSN 2656-3088. 
  6. ^ "NIMH · Depression". nimh.nih.gov. National Institute of Mental Health. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-11. Diakses tanggal 15 October 2012. 
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Dirgayunita, Aries (2016). "Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya". Journal An-nafs: Kajian dan Penelitian Psikologi. 1 (1). 
  8. ^ a b c d e f g h i j k l Rininta, Elizabeth Ayudya Ratna (2022-07-03). "Ketahui 10 Jenis Depresi, Salah Satunya karena Melahirkan". Kompas.com. Diakses tanggal 2023-02-27. 

6. "Mental helt" https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/depression