Lompat ke isi

Abdul Jalil Syah dari Siak: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
ArfanSulaiman (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
(33 revisi perantara oleh 17 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox raja
{{Infobox raja
|name =Abdul Jalil
|name =Raja Kecik
|title =Sultan Siak Sri Inderapura
|title =Sultan Siak Seri Inderapura
|image =
|image =
| succession = [[Kesultanan Siak Sri Inderapura|Sultan Siak Sri Indrapura ke-1]]
|caption =
|caption =
|reign =[[1723]] – [[1746]]
|reign =[[1723]] – [[1746]]
|othertitles = Raja Kecil putra [[]]<br/> Yang Dipertuan Besar Johor <br/> [[Yang Dipertuan Besar Siak]]
|othertitles = Raja Kecil putra putra [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]]<<br/> Yang Dipertuan Besar Johor <br/> [[Yang Dipertuan Besar Siak]]
|full name = Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I
|full name =
|birth name =
|birth name =
|native_lang1 =
|native_lang1 =
|native_lang1_name1=
|native_lang1_name1=
|predecessor =
|predecessor =
|successor = [[Mahmud dari Siak|Sultan Mahmud]]
|successor = [[Tengku Buwang Asmara]]
|suc-type =
|suc-type =
|spouse 1 = Tengku Kamariah Sultan Abdul Jalil Riayat Shah IV
|spouse 1 =
|spouse 2 =
|spouse 2 =
|spouse 3 =
|spouse 3 =
Baris 23: Baris 24:
|spouse 9 =
|spouse 9 =
|spouse 10 =
|spouse 10 =
|issue =
| issue = {{plainlist|
* [[Sultan Alamuddin Syah dari Siak|Sultan Alamuddin Syah]]
|royal house =
* [[Tengku Buwang Asmara]]
}}|royal house =
|dynasty =[[Mauli]]
|dynasty =[[Mauli]]
|royal anthem =
|royal anthem =
|father =
|father = Sultan Mahmud Syah II Johor
|mother =
|mother =
|date of birth =
|date of birth =
|place of birth ={{Johor}}
|place of birth ={{negara|Pagaruyung}} [[Pagaruyung]]
|date of death =
|date of death =
|place of death =[[Berkas:Id-siak1.GIF|23px]] [[Siak]]
|place of death =[[Berkas:Id-siak1.GIF|23px]] [[Siak]]
|date of burial =
|date of burial =
|place of burial =
|place of burial =Buantan, Siak
|}}'''Sultan Abdul Jalil Syah''' atau '''Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I''', dikenal juga dengan panggilan ''Raja Kecik'' dari [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]], adalah pendiri [[Kesultanan Siak Sri Inderapura]]. Asal usulnya diperdebatkan. Menurut legenda, ia adalah putra Sultan Mahmud Shah II dari Johor. Ia menjadi saudara sepersusuan dari [[Indermasyah dari Suruaso|Yang Dipertuan Pagaruyung Raja Alam Indermasyah]].<ref>Andaya, L. (2008). ''Leaves of the Same Tree: Trade and Ethnicity in the Straits of Melaka'' (1st ed., p. 102). Hawaii: University of Hawaii Press. Retrieved from https://books.google.com.my/books?id=w7AqZR1ZUZgC&pg=PA104&dq=sultan+of+Pagaruyung&hl=en&sa=X&ved=0CBwQ6AEwAGoVChMIyLeelM</ref>
|}}

'''Sultan Abdul Jalil Syah''' atau '''Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I''', dikenal juga dengan panggilan ''Raja Kecik'' atau ''Raja Kecil'' dari [[Kerajaan Johor]], kemudian mendirikan [[Kesultanan Siak Sri Inderapura]].
Pada tahun 1716, Sultan Abdul Jalil diutus oleh Sultan Indermasyah untuk mewakili dirinya dalam menyelesaikan kesepakatan dagang dengan pihak [[VOC]]. Pada awalnya pihak [[Belanda]] menolaknya, tetapi kemudian kembali datang surat dari [[Yang Dipertuan Pagaruyung]], yang menegaskan status daripada Sultan Abdul Jalil tersebut.<ref>{{cite journal | last = Coolhaas| first = W.P. | year = 1964 | title = Generale Missiven der V.O.C.| journal = Journal of Southeast Asian History | volume =2 | issue = 7 | doi =10.1017/S0217781100003318 }}</ref>


== Biografi ==
== Biografi ==
Dalam [[Syair Perang Siak]], Raja Kecil putra Pagaruyung, didaulat menjadi penguasa Siak atas mufakat masyarakat di [[Bengkalis]], sekaligus melepaskan Siak dari pengaruh [[Johor]]. Berdasarkan [[Hikayat Siak]], ''Raja Kecil'' dari [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]] merupakan putra dari [[Mahmud dari Johor|Sultan Mahmud]], [[Sultan Johor]] yang terbunuh. Dari suratnya kepada VOC, ''Raja Kecil'' memberitahukan bahwa ia akan menuntut balas atas peristiwa terbunuhnya Sultan Mahmud. Pada tahun 1717 Raja Kecil berhasil menguasai [[Kesultanan Johor]] sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai Sultan Johor, dengan gelar ''Yang Dipertuan Besar Johor'', tetapi pada tahun 1722 karena pengkianatan beberapa bangsawan Johor, ia tersingkir dan kemudian pindah ke Siak dan menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pemerintahannya tahun 1723.
Pada tahun 1716, Sultan Abdul Jalil diutus oleh [[Indermasyah dari Suruaso|Sultan Indermasyah]] untuk mewakili dirinya dalam menyelesaikan kesepakatan dagang dengan pihak [[VOC]], pada awalnya pihak [[Belanda]] menolaknya, tetapi kemudian kembali datang surat dari [[Yang Dipertuan Pagaruyung]], yang menegaskan status dari pada Sultan Abdul Jalil tersebut.<ref>{{cite journal | last = Coolhaas| first = W.P. | year = 1964 | title = Generale Missiven der V.O.C.| journal = Journal of Southeast Asian History | volume =2 | issue = 7 | doi =10.1017/S0217781100003318 }}</ref>


Sebelumnya dari catatan Belanda, juga mencatat pada tahun 1674, ada datang utusan dari Johor untuk memberi bantuan bagi raja [[Minangkabau]] berperang melawan raja Jambi. Kemudian berdasarkan surat dari Raja [[Jambi]], [[Ingalaga dari Jambi|Sultan Ingalaga]] kepada VOC pada tahun 1694, menyebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil dari Pagaruyung, hadir menjadi saksi perdamaian dari perselisihan mereka.<ref>Andaya, L.Y., (1971), ''The Kingdom of Johor, 1641-1728: a study of economic and political developments in the Straits of Malacca'', s.n.</ref>
Dalam [[Syair Perang Siak]], Raja Kecil putra Pagaruyung, didaulat menjadi penguasa Siak atas mufakat masyarakat di [[Bengkalis]], sekaligus melepaskan Siak dari pengaruh [[Johor]]. Berdasarkan [[Hikayat Siak]], ''Raja Kecil'' merupakan putra dari [[Mahmud dari Johor|Sultan Mahmud]], [[Sultan Johor]] yang terbunuh. Dari suratnya kepada VOC, ''Raja Kecil'' dari [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]], memberitahukan bahwa ia akan menuntut balas atas peristiwa terbunuhnya Sultan Mahmud. Pada tahun 1717 Raja Kecil berhasil menguasai [[Kesultanan Johor]] sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai Sultan Johor, dengan gelar ''Yang Dipertuan Besar Johor'', tetapi pada tahun 1722 karena pengkianatan beberapa bangsawan Johor, ia tersingkir dan kemudian pindah ke Siak dan menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pemerintahannya tahun 1723.


Pada tahun 1724-1726 Sultan Abdul Jalil melakukan perluasan wilayah, dimulai dengan memasukan [[Rokan]] ke dalam wilayah Kesultanan Siak, membangun pertahanan armada laut di [[Bintan]] bahkan pada tahun 1740-1745 menaklukan beberapa kawasan di [[Kedah]]. Sultan Abdul Jalil Syah mangkat pada tahun 1746 dan dimakamkan di Buantan kemudian digelari dengan ''Marhum Buantan''. Kemudian kedudukannya digantikan oleh putranya, yang bernama Sultan Mahmud.
Sebelumnya dari catatan Belanda, juga mencatat di tahun 1674, ada datang utusan dari Johor untuk mencari bantuan bagi raja [[Minangkabau]] berperang melawan raja Jambi. Kemudian berdasarkan surat dari Raja [[Jambi]], [[Ingalaga dari Jambi|Sultan Ingalaga]] kepada VOC pada tahun 1694, menyebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil dari Pagaruyung, hadir menjadi saksi perdamaian dari perselisihan mereka.<ref>Andaya, L.Y., (1971), ''The Kingdom of Johor, 1641-1728: a study of economic and political developments in the Straits of Malacca'', s.n.</ref>

Pada tahun 1724-1726 Sultan Abdul Jalil melakukan perluasan wilayah, dimulai dengan memasukan [[Rokan]] ke dalam wilayah Kesultanan Siak, membangun pertahanan armada laut di [[Bintan]] bahkan di tahun 1740-1745 menaklukan beberapa kawasan di [[Kedah]]. Sultan Abdul Jalil Syah mangkat pada tahun 1746 dan dimakamkan di Buantan kemudian digelari dengan ''Marhum Buantan''. Kemudian kedudukannya digantikan oleh putranya, yang bernama Sultan Mahmud.


== Rujukan ==
== Rujukan ==
{{reflist}}
{{reflist}}


=== Daftar kepustakaan ===
=== Bibliografi ===
* Donald James Goudie, Phillip Lee Thomas, Tenas Effendy, (1989), ''Syair Perang Siak: a court poem presenting the state policy of a Minangkabau Malay royal family in exile'', MBRAS.
* Donald James Goudie, Phillip Lee Thomas, Tenas Effendy, (1989), ''Syair Perang Siak: a court poem presenting the state policy of a Minangkabau Malay royal family in exile'', MBRAS.
* Christine E. Dobbin, (1983), ''Islamic revivalism in a changing peasant economy: central Sumatra, 1784-1847'', Curzon Press, ISBN 0-7007-0155-9.
* Christine E. Dobbin, (1983), ''Islamic revivalism in a changing peasant economy: central Sumatra, 1784-1847'', Curzon Press, ISBN 0-7007-0155-9.
Baris 60: Baris 62:
| title = [[Sultan Siak Sri Inderapura]]
| title = [[Sultan Siak Sri Inderapura]]
| years = 1725 - 1746
| years = 1725 - 1746
| after = [[Mahmud dari Siak|Sultan Mahmud]]
| after = [[Tengku Buwang Asmara]]
}}
}}
{{S-end}}
{{S-end}}


{{indo-bio-stub}}


[[Kategori:Kerajaan Pagaruyung]]
[[Kategori:Kerajaan Pagaruyung]]
[[Kategori:Sultan Siak|Abdul Jalil Rahmad Syah I]]
[[Kategori:Sultan Siak|Abdul Jalil Rahmad Syah I]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau]]
[[Kategori:Bangsawan Minangkabau]]


{{Indo-bio-stub}}

Revisi per 14 Agustus 2024 18.33

Raja Kecik
Sultan Siak Seri Inderapura
Sultan Siak Sri Indrapura ke-1
Berkuasa17231746
PenerusTengku Buwang Asmara
Pemakaman
Buantan, Siak
Istri
  • Tengku Kamariah Sultan Abdul Jalil Riayat Shah IV
Keturunan
DinastiMauli
AyahSultan Mahmud Syah II Johor

Sultan Abdul Jalil Syah atau Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah I, dikenal juga dengan panggilan Raja Kecik dari Pagaruyung, adalah pendiri Kesultanan Siak Sri Inderapura. Asal usulnya diperdebatkan. Menurut legenda, ia adalah putra Sultan Mahmud Shah II dari Johor. Ia menjadi saudara sepersusuan dari Yang Dipertuan Pagaruyung Raja Alam Indermasyah.[1]

Pada tahun 1716, Sultan Abdul Jalil diutus oleh Sultan Indermasyah untuk mewakili dirinya dalam menyelesaikan kesepakatan dagang dengan pihak VOC. Pada awalnya pihak Belanda menolaknya, tetapi kemudian kembali datang surat dari Yang Dipertuan Pagaruyung, yang menegaskan status daripada Sultan Abdul Jalil tersebut.[2]

Biografi

Dalam Syair Perang Siak, Raja Kecil putra Pagaruyung, didaulat menjadi penguasa Siak atas mufakat masyarakat di Bengkalis, sekaligus melepaskan Siak dari pengaruh Johor. Berdasarkan Hikayat Siak, Raja Kecil dari Pagaruyung merupakan putra dari Sultan Mahmud, Sultan Johor yang terbunuh. Dari suratnya kepada VOC, Raja Kecil memberitahukan bahwa ia akan menuntut balas atas peristiwa terbunuhnya Sultan Mahmud. Pada tahun 1717 Raja Kecil berhasil menguasai Kesultanan Johor sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai Sultan Johor, dengan gelar Yang Dipertuan Besar Johor, tetapi pada tahun 1722 karena pengkianatan beberapa bangsawan Johor, ia tersingkir dan kemudian pindah ke Siak dan menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pemerintahannya tahun 1723.

Sebelumnya dari catatan Belanda, juga mencatat pada tahun 1674, ada datang utusan dari Johor untuk memberi bantuan bagi raja Minangkabau berperang melawan raja Jambi. Kemudian berdasarkan surat dari Raja Jambi, Sultan Ingalaga kepada VOC pada tahun 1694, menyebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil dari Pagaruyung, hadir menjadi saksi perdamaian dari perselisihan mereka.[3]

Pada tahun 1724-1726 Sultan Abdul Jalil melakukan perluasan wilayah, dimulai dengan memasukan Rokan ke dalam wilayah Kesultanan Siak, membangun pertahanan armada laut di Bintan bahkan pada tahun 1740-1745 menaklukan beberapa kawasan di Kedah. Sultan Abdul Jalil Syah mangkat pada tahun 1746 dan dimakamkan di Buantan kemudian digelari dengan Marhum Buantan. Kemudian kedudukannya digantikan oleh putranya, yang bernama Sultan Mahmud.

Rujukan

  1. ^ Andaya, L. (2008). Leaves of the Same Tree: Trade and Ethnicity in the Straits of Melaka (1st ed., p. 102). Hawaii: University of Hawaii Press. Retrieved from https://books.google.com.my/books?id=w7AqZR1ZUZgC&pg=PA104&dq=sultan+of+Pagaruyung&hl=en&sa=X&ved=0CBwQ6AEwAGoVChMIyLeelM
  2. ^ Coolhaas, W.P. (1964). "Generale Missiven der V.O.C.". Journal of Southeast Asian History. 2 (7). doi:10.1017/S0217781100003318. 
  3. ^ Andaya, L.Y., (1971), The Kingdom of Johor, 1641-1728: a study of economic and political developments in the Straits of Malacca, s.n.

Bibliografi

  • Donald James Goudie, Phillip Lee Thomas, Tenas Effendy, (1989), Syair Perang Siak: a court poem presenting the state policy of a Minangkabau Malay royal family in exile, MBRAS.
  • Christine E. Dobbin, (1983), Islamic revivalism in a changing peasant economy: central Sumatra, 1784-1847, Curzon Press, ISBN 0-7007-0155-9.
  • Journal of Southeast Asian studies, Volume 17, McGraw-Hill Far Eastern Publishers, 1986.
Didahului oleh:
-
Sultan Siak Sri Inderapura
1725 - 1746
Diteruskan oleh:
Tengku Buwang Asmara