Lompat ke isi

Muhammad bin Ali al-Abbasi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
Almarko (bicara | kontrib)
k Konten, pranala dan koreksi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(6 revisi perantara oleh satu pengguna lainnya tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
'''Muhammad bin Ali bin Abdullah''' (51 H - 125 H / 670 M - 743 M), yang lebih dikenal dengan nama '''Imam Muhamad al-Kamil''', adalah putra [[Ali bin Abdullah]] dan cicit dari [[Abbas bin Abdul-Muththalib]]. Muhamad al-Kamil adalah seorang [[tabi’in]], garis leluhur dari Dinasti Abbasiyah, dan merupakan orang pertama yang mengkampanyekan agar kekhalifahan dipegang oleh Bani Abasiyah.
'''Muhammad bin Ali bin Abdullah''' ({{Lang-ar|محمد بن علي بن عبد الله}}) atau yang lebih dikenal dengan nama '''Muhammad al-Imam''' (679/80 - 744)<ref>[[Ibnu Khallikan|Khallikân (Ibnu)]], II, 593, mengutip [[Ath-Thabari]], "Tarikh".</ref> adalah putra [[Ali bin Abdullah bin Abbas|Ali]] bin [[Abdullah bin Abbas|Abdullah]] dan cicit dari [[Abbas bin Abdul-Muththalib]]. Muhamad al-Imam adalah seorang [[tabi’in]], garis leluhur dari Dinasti Abbasiyah, dan merupakan orang pertama yang mengkampanyekan agar kekhalifahan dipegang oleh Bani Abasiyah.


== Silsilah Keluarga ==
== Biografi ==
Imam Muhamad lahir di wilayah [[Syam]], tepatnya di [[Humeima]] (sekarang di [[Yordania]]).<ref>http://www.discoverislamicart.org/database_item.php?id=monument;ISL;jo;Mon01;15;en</ref> Ayahnya adalah <span data-segmentid="4" class="cx-segment">'''[[Ali bin Abdullah]]''' dari ibu '''Aliyah binti Ubaidillah bin Abbas bin Abdul Muthalib'''. Menurut suatu riwayat ia dilahirkan di masa kekhalifahan [[Mu'awiyah bin Abu Sufyan]] (berkuasa 661–680), tetapi sebagian lainnya mengatakan di masa kekhalifahan [[Abdul Malik bin Marwan]] (berkuasa 685–705). Menurut riwayat yang lain Imam Muhamad meninggal pada tahun 122 H dan di makamkan di samping makam ayahnya di daerah Hamimah; tetapi beberapa sumber sejarah lain, seperti dikemukakan Waqidi: “Imam Muhammad meninggal tahun 125 H ketika berumur 70 tahun".</span>
Imam Muhamad lahir di wilayah [[Syam]], tepatnya di [[Humayma]] (sekarang di [[Yordania]]).<ref>{{Cite web|url=http://www.discoverislamicart.org/database_item.php?id=monument;ISL;jo;Mon01;15;en|title = Humayma - Discover Islamic Art - Virtual Museum}}</ref> Ayahnya adalah [[Ali bin Abdullah bin Abbas]] dan ibunya bernama Aliyah binti ’Ubaidillah bin Abbas bin Abdul Muthalib.<ref>{{cite web|title=Nasab Quraisy|author=Mush'ab az-Zubairi|author-link=Mush'ab az-Zubairi|language=ar|website=islamport.com|url=http://islamport.com/w/nsb/Web/483/11.htm}}</ref> Menurut suatu riwayat ia dilahirkan di masa kekhalifahan [[Mu'awiyah bin Abu Sufyan|Mu'awiyah]] (berkuasa 661–680), tetapi sebagian lainnya mengatakan di masa kekhalifahan [[Abdul Malik bin Marwan|Abdul Malik]] (berkuasa 685–705). Menurut riwayat yang lain Imam Muhammad meninggal pada tahun 122 H dan di makamkan di samping makam ayahnya di daerah Hamimah; tetapi beberapa sumber sejarah lain, seperti dikemukakan Waqidi: “Imam Muhammad meninggal tahun 125 H ketika berumur 70 tahun".


Pada tahun 124 H <span data-segmentid="4" class="cx-segment">Imam Muhamad pernah berwasiat</span>: "''Janganlah melupakan aku setelah aku meninggal, aku merasa umurku hanya tinggal 2 tahun kedepan, dan sahabat kamu sekalian sesudahku adalah anakku [[Ibrahim al-Imam|Ibrahim]], dan sesudah meninggalnya Ibrahim maka sahabatmu adalah [[As-Saffah|Abdullah Ibnul Haritsah As-Saffah]]''".
Pada tahun 124 H <span data-segmentid="4" class="cx-segment">Imam Muhamad pernah berwasiat</span>: "''Janganlah melupakan aku setelah aku meninggal, aku merasa umurku hanya tinggal 2 tahun kedepan, dan sahabat kamu sekalian sesudahku adalah anakku [[Ibrahim al-Imam|Ibrahim]], dan sesudah meninggalnya Ibrahim maka sahabatmu adalah [[As-Saffah|Abul Abbas]]''".


=== Keluarga===
Muhammad al-Imām memiliki beberap putra dan putri:
Muhammad al-Imām berketurunan:
* [[Ibrahim al-Imam]], pewaris ayahnya sebagai Imam dalam gerakan Abbasiyah.
* [[Al-Mansur|Abu Ja’far al-Mansur]], bernama asli Abdullah al-Akbar. Khalifah kedua Kekhalifahan Abbasiyah.
* [[As-Saffah|Abul Abbas al-Saffah]], bernama asli Abdullah al-Asghar. Khalifah pertama Kekhalifahan Abbasiyah.
* Dawud
* Abdullah
* Yahya
* Musa
* Abbas
* Ismail
* Ya’qub
* Lubabah
* ’Aliyah
* Fatimah


=== Silsilah ===
* [[Ibrahim bin Muhammad]]
* Abdullah al-Akbar bin Muhammad, yang lebih dikenal sebagai [[Al-Mansur|Abu Ja'far al-Mansur]]
* Abdullah al-Ashghar bin Muhammad, yang lebih dikenal sebagai [[As-Saffah|Abu Abbās al-Saffah]]
* Dawud bin Muhammad
* Abullah bin Muhammad
* Yahya bin Muhammad
* Musa bin Muhammad
* Abbas bin Muhammad
* Ismail bin Muhammad
* Yakub bin Muhammad
* Labbābah binti Muhammad
* Aliyah binti Muhammad, dan
* Fatimah binti Muhammad

== Silsilah ==
{{Silsilah Suku Quraisy}}
{{Silsilah Suku Quraisy}}


== Kampanye Abbasiyah ==
== Revolusi Abbasiyah ==
Runtuhnya [[Kekhalifahan Umayyah|Dinasti Umayyah]] tidak terlepas dari polemik tentang siapa yang paling berhak menjadi imam kaum muslimin pasca [[Muhammad|Nabi Muhammad]] wafat. Para pendukung [[Banu Hasyim|'''Bani Hasyim''']], yang juga dikenal sebagai [[Alawiyyin|Kaum Alawiyun]], termasuk yang mempersoalkan hal tersebut. Sebagai keturunan Bani Hasyim mereka beranggapan lebih berhak untuk menjadi pemimpin kaum muslimin dikarenakan nasab mereka yang lebih dekat kepada Nabi Muhammad.
Runtuhnya [[Kekhalifahan Umayyah|Dinasti Umayyah]] tidak terlepas dari polemik tentang siapa yang paling berhak menjadi imam kaum muslimin pasca [[Muhammad|Nabi Muhammad]] wafat. Para pendukung [[Banu Hasyim|'''Bani Hasyim''']], yang juga dikenal sebagai [[Ali bin Abi Thalib|Kaum Alawiyun]], termasuk yang mempersoalkan hal tersebut. Sebagai keturunan Bani Hasyim mereka beranggapan lebih berhak untuk menjadi pemimpin kaum muslimin dikarenakan nasab mereka yang lebih dekat kepada Nabi Muhammad.


Kelompok Bani Hasyim terbagi dua. ''Pertama'', kelompok mendukung keturunan Imam Ali sebagai pemimpin mereka; termasuk [[Muhammad bin al-Hanafiyah|Muhammad ibnu al-Hanafiyah]] (putra Imam Ali dari istri Khaulah binti Ja'far) yang oleh sebagian kelompok muslim di Irak diangkat sebagai imam kaum muslimin pasca [[Husain bin Ali|Imam Husain]] wafat di Karbala tahun 680 M; yang kemudian diteruskan oleh putranya '''Abu Hasyim'''. ''Kedua'', kelompok Bani Abbas yang juga beranggapan bahwa keturunan Abbasiyah lebih berhak menjadi pemimpin kaum muslim daripada keturunan Umayyah. Orang pertama yang menggagas kampanye Abasiyah ini adalah '''Imam Muhammad'''.
Kelompok Bani Hasyim terbagi dua. Pertama, kelompok mendukung keturunan Imam Ali sebagai pemimpin mereka; termasuk [[Muhammad bin al-Hanafiyah]] (putra Imam Ali dari istri Khaulah binti Ja'far) yang oleh sebagian kelompok muslim di Irak diangkat sebagai imam kaum muslimin pasca [[Husain bin Ali|Imam Husain]] wafat di Karbala tahun 680 M; yang kemudian diteruskan oleh putranya [[Abu Hasyim bin Muhammad|Abu Hasyim]]. Kedua, kelompok Bani Abbas yang juga beranggapan bahwa keturunan Abbasiyah lebih berhak menjadi pemimpin kaum muslim daripada keturunan Umayyah. Orang pertama yang menggagas kampanye Abasiyah ini adalah Imam Muhammad bin [[Ali bin Abdullah bin Abbas|Ali]] bin [[Abdullah bin Abbas|Abdullah]] bin [[Abbas bin Abdul Muthalib|Abbas]].


Untuk menghindari perselisihan dengan keturunan Bani Hasyim yang lain, '''Imam Muhammad''' tidak menonjolkan label "Bani Abbasiyah" melainkan menggunakan nama "Bani Hasyim" untuk menghindari perpecahan dengan para pendukung Imam Ali. Selain itu, dikarenakan nasab keluarga yang dekat, Imam Muhammad memang punya kedekatan dengan para pendukung Imam Ali, termasuk dengan '''Abu Hasyim'''. Seperti diceritakan dalam sebuah riwayat, di mana pada suatu hari Abu Hasyim pergi meninggalkan Hijaz (Madinah) dan mengunjungi Imam Muhammad di Hamimah (Syam, sekarang Yordania). Dalam pertemuan itu Abu Hasyim berwasiat kepada Imam Muhammad: "Kita berharap sesungguhnya imamah dan kepemimpina beraasal dari kalangan kita; maka telah hilang keragu-raguan dan telah jelas keyakinan karena sesungguhnya Anda akan menjadi imam dan khalifah, demikian pula keturunanmu".
Untuk menghindari perselisihan dengan keturunan Bani Hasyim yang lain, Imam Muhammad tidak menonjolkan diri dengan menyebut gerakannya "gerakan Bani Abbasiyah" melainkan menggunakan nama "Bani Hasyim" untuk menghindari perpecahan dengan para pendukung Imam [[Ali bin Abi Thalib|Ali]]. Selain itu, dikarenakan nasab keluarga yang dekat, Imam Muhammad memang punya kedekatan dengan para pendukung Imam Ali, termasuk dengan [[Abu Hasyim bin Muhammad|Abu Hasyim]]. Seperti diceritakan dalam sebuah riwayat, di mana pada suatu hari Abu Hasyim pergi meninggalkan Hijaz (Madinah) dan mengunjungi Imam Muhammad di Hamimah (Syam, sekarang Yordania). Dalam pertemuan itu Abu Hasyim berwasiat kepada Imam Muhammad: "Kita berharap sesungguhnya imamah dan kepemimpinan berasal dari kalangan kita; maka telah hilang keragu-raguan dan telah jelas keyakinan karena sesungguhnya Anda akan menjadi imam dan khalifah, demikian pula keturunanmu".


Ketika Abu Hasyim wafat, maka kelompok Bani Hasyim mendukung Imam Muhammad sebagai pemimpin mereka. Dan ketika Imam Muhammad wafat pada tahun 743 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya yang bernama '''[[Ibrahim al-Imam]]''', yang mengangkat [[Abu Muslim Al Khurasany|Abu Muslim al-Khurasani]] sebagai panglima perang. Akan tetapi kepemimpinan Ibrahim tidak berlangsung lama, karena ia ditangkan oleh khalifah Bani Umayah, [[Marwan bin Muhammad|Marwan II]] (688 - 750) dan dimasukkan ke penjara. Pasca Ibrahim wafat, gerakan kampanye Bani Hasyim diteruskan oleh saudaranya, [[As-Saffah|'''Abul Abbas as-Saffah''']]. Dengan dukungan Abu Muslim al-Khurasani sebagai panglima perang, akhirnya kelompok Bani Hasyim berhasil menumbangkan Bani Umayyah dan menjadikan As-Shaffah sebagai khalifah pertama [[Kekhalifahan Abbasiyah|Bani Abbasiyah]].
Ketika Abu Hasyim wafat, maka kelompok Bani Hasyim mendukung Imam Muhammad sebagai pemimpin mereka. Dan ketika Imam Muhammad wafat pada tahun 743 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya yang bernama [[Ibrahim al-Imam]], yang mengangkat [[Abu Muslim Al Khurasany|Abu Muslim al-Khurasani]] sebagai panglima perang. Akan tetapi kepemimpinan Ibrahim tidak berlangsung lama, karena ia ditangkan oleh khalifah Bani Umayah, [[Marwan bin Muhammad|Marwan II]] (688 - 750) dan dimasukkan ke penjara. Pasca Ibrahim wafat, gerakan kampanye Bani Hasyim diteruskan oleh saudaranya, [[As-Saffah|Abul Abbas as-Saffah]]. Dengan dukungan [[Abu Muslim al-Khurasani]] sebagai panglima perang, akhirnya kelompok Bani Hasyim berhasil menumbangkan Bani Umayyah dan menjadikan [[As-Saffah]] sebagai khalifah pertama [[Kekhalifahan Abbasiyah|Bani Abbasiyah]].


== Nasihat ==
== Riwayat tentang Dia ==
Imam Muhammad pernah berkata:
Imam Muhammad pernah berkata:



Revisi terkini sejak 24 Agustus 2024 12.04

Muhammad bin Ali bin Abdullah (bahasa Arab: محمد بن علي بن عبد الله) atau yang lebih dikenal dengan nama Muhammad al-Imam (679/80 - 744)[1] adalah putra Ali bin Abdullah dan cicit dari Abbas bin Abdul-Muththalib. Muhamad al-Imam adalah seorang tabi’in, garis leluhur dari Dinasti Abbasiyah, dan merupakan orang pertama yang mengkampanyekan agar kekhalifahan dipegang oleh Bani Abasiyah.

Imam Muhamad lahir di wilayah Syam, tepatnya di Humayma (sekarang di Yordania).[2] Ayahnya adalah Ali bin Abdullah bin Abbas dan ibunya bernama Aliyah binti ’Ubaidillah bin Abbas bin Abdul Muthalib.[3] Menurut suatu riwayat ia dilahirkan di masa kekhalifahan Mu'awiyah (berkuasa 661–680), tetapi sebagian lainnya mengatakan di masa kekhalifahan Abdul Malik (berkuasa 685–705). Menurut riwayat yang lain Imam Muhammad meninggal pada tahun 122 H dan di makamkan di samping makam ayahnya di daerah Hamimah; tetapi beberapa sumber sejarah lain, seperti dikemukakan Waqidi: “Imam Muhammad meninggal tahun 125 H ketika berumur 70 tahun".

Pada tahun 124 H Imam Muhamad pernah berwasiat: "Janganlah melupakan aku setelah aku meninggal, aku merasa umurku hanya tinggal 2 tahun kedepan, dan sahabat kamu sekalian sesudahku adalah anakku Ibrahim, dan sesudah meninggalnya Ibrahim maka sahabatmu adalah Abul Abbas".

Muhammad al-Imām berketurunan:

  • Ibrahim al-Imam, pewaris ayahnya sebagai Imam dalam gerakan Abbasiyah.
  • Abu Ja’far al-Mansur, bernama asli Abdullah al-Akbar. Khalifah kedua Kekhalifahan Abbasiyah.
  • Abul Abbas al-Saffah, bernama asli Abdullah al-Asghar. Khalifah pertama Kekhalifahan Abbasiyah.
  • Dawud
  • Abdullah
  • Yahya
  • Musa
  • Abbas
  • Ismail
  • Ya’qub
  • Lubabah
  • ’Aliyah
  • Fatimah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Fihr
(QURAISY)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Waqidah binti Amr
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdu Manaf bin Qushay
 
 
 
 
 
Ātikah binti Murrah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Naufal
 
 
Abdu Syams
 
Barrah
 
Hallah
 
Muthalib
 
Hasyim
 
Salma binti Amr
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Umayyah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdul Muthalib
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Harb
 
 
 
Abūl-Āsh
 
 
 
 
 
Aminah
 
Abdullāh
 
Hamzah
 
Abū Thālib
 
Zubair
 
Abbās
 
Abū Lahab
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abū Sufyān
 
Al-Ḥakam
 
ʿUtsmān
 
ʿAffān
 
MUHAMMAD
(Silsilah)
 
Khadijah
 
 
 
 
Ali bin Abi Thālib
 
Khaulah binti Ja'far
 
Abdullāh bin Abbās
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muʿāwiyah I
 
Marwān I
 
 
 
 
 
Utsmān bin ʿAffān
 
Ruqayah
 
Fatimah
 
 
 
 
 
 
Muhammad bin al-Hanafiyah
 
 
 
Ali bin Abdullāh
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Bani Umayyah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ḥasan
 
Ḥusain
 
Abū Hasyim
 
 
 
Imam Muhammad al-Kamil
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ibrāhim
 
Mansur
 
Saffāḥ
 
Musa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Bani Abbāsiyah
 
 
 
 



Revolusi Abbasiyah

[sunting | sunting sumber]

Runtuhnya Dinasti Umayyah tidak terlepas dari polemik tentang siapa yang paling berhak menjadi imam kaum muslimin pasca Nabi Muhammad wafat. Para pendukung Bani Hasyim, yang juga dikenal sebagai Kaum Alawiyun, termasuk yang mempersoalkan hal tersebut. Sebagai keturunan Bani Hasyim mereka beranggapan lebih berhak untuk menjadi pemimpin kaum muslimin dikarenakan nasab mereka yang lebih dekat kepada Nabi Muhammad.

Kelompok Bani Hasyim terbagi dua. Pertama, kelompok mendukung keturunan Imam Ali sebagai pemimpin mereka; termasuk Muhammad bin al-Hanafiyah (putra Imam Ali dari istri Khaulah binti Ja'far) yang oleh sebagian kelompok muslim di Irak diangkat sebagai imam kaum muslimin pasca Imam Husain wafat di Karbala tahun 680 M; yang kemudian diteruskan oleh putranya Abu Hasyim. Kedua, kelompok Bani Abbas yang juga beranggapan bahwa keturunan Abbasiyah lebih berhak menjadi pemimpin kaum muslim daripada keturunan Umayyah. Orang pertama yang menggagas kampanye Abasiyah ini adalah Imam Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas.

Untuk menghindari perselisihan dengan keturunan Bani Hasyim yang lain, Imam Muhammad tidak menonjolkan diri dengan menyebut gerakannya "gerakan Bani Abbasiyah" melainkan menggunakan nama "Bani Hasyim" untuk menghindari perpecahan dengan para pendukung Imam Ali. Selain itu, dikarenakan nasab keluarga yang dekat, Imam Muhammad memang punya kedekatan dengan para pendukung Imam Ali, termasuk dengan Abu Hasyim. Seperti diceritakan dalam sebuah riwayat, di mana pada suatu hari Abu Hasyim pergi meninggalkan Hijaz (Madinah) dan mengunjungi Imam Muhammad di Hamimah (Syam, sekarang Yordania). Dalam pertemuan itu Abu Hasyim berwasiat kepada Imam Muhammad: "Kita berharap sesungguhnya imamah dan kepemimpinan berasal dari kalangan kita; maka telah hilang keragu-raguan dan telah jelas keyakinan karena sesungguhnya Anda akan menjadi imam dan khalifah, demikian pula keturunanmu".

Ketika Abu Hasyim wafat, maka kelompok Bani Hasyim mendukung Imam Muhammad sebagai pemimpin mereka. Dan ketika Imam Muhammad wafat pada tahun 743 M, kepemimpinan dilanjutkan oleh putranya yang bernama Ibrahim al-Imam, yang mengangkat Abu Muslim al-Khurasani sebagai panglima perang. Akan tetapi kepemimpinan Ibrahim tidak berlangsung lama, karena ia ditangkan oleh khalifah Bani Umayah, Marwan II (688 - 750) dan dimasukkan ke penjara. Pasca Ibrahim wafat, gerakan kampanye Bani Hasyim diteruskan oleh saudaranya, Abul Abbas as-Saffah. Dengan dukungan Abu Muslim al-Khurasani sebagai panglima perang, akhirnya kelompok Bani Hasyim berhasil menumbangkan Bani Umayyah dan menjadikan As-Saffah sebagai khalifah pertama Bani Abbasiyah.

Riwayat tentang Dia

[sunting | sunting sumber]

Imam Muhammad pernah berkata:

  • Seseorang tidak akan mencapai puncak kedewasaan sehingga dia dianggap orang yang hina.
  • Merupakan bagian dari kedewasaan adalah kamu berkata kemudian memahami, kamu bercerita kemudian mengambil kesimpulan.
  • Tidak tercapai kedewasaan dengan hanya tumbuh kembang, tidak tercapai kecukupan dengan angan-angan, tidak pula ilmu dengan hanya pengakuan.
  • Sejelek-jeleknya ayah adalah yang memalingkan anaknya dari kebaikan kearah kesia-siaan, dan sejelek-jeleknya anak yang durhaka kepada orang tuanya.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Khallikân (Ibnu), II, 593, mengutip Ath-Thabari, "Tarikh".
  2. ^ "Humayma - Discover Islamic Art - Virtual Museum". 
  3. ^ Mush'ab az-Zubairi. "Nasab Quraisy". islamport.com (dalam bahasa Arab).