Inflasi: Perbedaan antara revisi
Fuji Astuty (bicara | kontrib) Menyunting sebuah artikel |
Badak Jawa (bicara | kontrib) k Dilarang menambahkan jurnal dari Universitas Airlangga karena dianggap spam pranala Tag: Pengembalian |
||
(20 revisi perantara oleh 13 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
[[Berkas:World Inflation Rate 2019.png|jmpl|380px|tingkat inflasi di dunia (2019)]] |
[[Berkas:World Inflation Rate 2019.png|jmpl|380px|tingkat inflasi di dunia (2019)]] |
||
'''Inflasi''' merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus, kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.<ref>{{Cite news|last=Times|first=I. D. N.|last2=Agustina|first2=Auriga|title=Ini Penyebab Inflasi dan Dampaknya terhadap Negara|url=https://www.idntimes.com/business/economy/auriga-agustina-3/ini-penyebab-inflasi-dan-dampaknya-terhadap-negara|work=IDN Times|language=id|access-date=2020-10-16}}</ref><ref>{{cite journal|title= Identifikasi Penyebab Krisis Moneter dan Kebijakan Bank Sentral di Indonesia: Kasus Tahun (1997-1998 dan 2008)|authors= Putri Keumala Sari, Fakhruddin|journal= Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah|volume= 1|number= 2|pages= 379-380|url= http://www.jim.unsyiah.ac.id/EKP/article/download/5831/2491}}</ref> Inflasi berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: [[konsumsi]] masyarakat yang meningkat, berlebihnya [[likuiditas]] di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.<ref>{{cite web|url=http://www.samarinda.go.id/node/10059|title=Survei BI-Unmul, IKK Naik 3,6 Persen|website=samarinda.gov|publisher=[[Samarinda|Pemerintah Kota Samarinda]]|first=Novel|last=Elfansyah|quote=Ekspektasi kenaikan harga kambing ini antara lain bisa disebabkan adanya kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan tarif-tarif komoditas yang dikendalikan pemerintah, seperti BBM, listrik, serta ketidaklancaran distribusi barang dan berkurangnya ketersediaan barang atau jasa sebagai akibat mahalnya biaya transportasi.|date=2006-08-13|accessdate=2009-10-19|url-status=dead|archive-url=https://web.archive.org/web/20101128050026/http://www.samarinda.go.id/node/10059|archive-date=2010-11-28}}</ref> Selain itu, ketidakstabilan ekonomi dan tingkat penjualan juga menimbulkan inflasi.<ref>{{Cite news|last=Gischa|first=Serafica|title=Pengertian Inflasi: Indikator, dan Pengelompokan|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/03/060000569/pengertian-inflasi-indikator-dan-pengelompokan|work=[[Kompas.com]]|publisher=[[Kompas.com]]|date=2020-02-03|access-date=2020-10-16|editor-last=Gischa|editor-first=Serafica}}</ref> Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai [[mata uang]] secara kontinu. |
|||
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan [[uang]] yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.<ref>{{Cite news|url=https://money.kompas.com/read/2020/05/06/111532626/gubernur-bi-cetak-uang-kemudian-dibagikan-ke-masyarakat-enggak-ada-itu?page=all|title=Gubernur BI: Cetak Uang kemudian Dibagikan ke Masyarakat? Enggak Ada Itu!|work=[[Kompas.com]]|publisher=Kompas.com|first=Fika Nurul|last=Ulya|editor-first=Bambang P.|editor-last=Jatmiko|place=Jakarta|date=2020-05-06|accessdate=2021-01-05}}</ref> Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah [[CPI]] dan [[GDP Deflator]]. |
|||
Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—100% setahun; dan inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% dari tahun ke tahun. |
|||
== Penyebab == |
== Penyebab == |
||
Secara umum, inflasi disebabkan oleh kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK). |
Secara umum, inflasi disebabkan oleh kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK).<ref>{{Cite news|last=Ningsih|first=Lestari|date=2019-04-04|title=Apa Itu Inflasi?|url=https://www.wartaekonomi.co.id/read222298/apa-itu-inflasi|work=[[Warta Ekonomi]]|language=id|access-date=2020-10-16}}</ref> Tidak hanya itu, inflasi juga dipengaruhi oleh harga bahan pokok naik.<ref>{{Cite web|date=2016-05-26|title=Kenaikan Harga Bahan Pokok Pengaruhi Inflasi|url=https://republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-nasional/16/05/26/o7sk16282-kenaikan-harga-bahan-pokok-pengaruhi-inflasi|website=Republika Online|language=id|access-date=2020-10-16}}</ref> Adanya tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar), serta desakan (tekanan) produksi atau distribusi (kurangnya produksi (''product or service'') dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi) juga penyebab terjadinya inflasi.{{fact}} Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll. |
||
Inflasi permintaan ([[bahasa Inggris|Ingg]]: ''demand pull inflation'') terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan di mana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap [[produksi|faktor-faktor produksi]] tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga [[faktor produksi]] meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi ''full employment'' di mana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas |
Inflasi permintaan ([[bahasa Inggris|Ingg]]: ''demand pull inflation'') terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan di mana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap [[produksi|faktor-faktor produksi]] tersebut.<ref name="Bank Indonesia">{{Cite web|url=https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/inflasi/Default.aspx|title=Inflasi: Apa Itu Inflasi|website=bi.go.id|publisher=[[Bank Indonesia]]|access-date=2021-01-05}}</ref> Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga [[faktor produksi]] meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi ''full employment'' di mana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas di pasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan. |
||
Inflasi desakan biaya ([[bahasa Inggris|Ingg]]: ''cost push inflation'') terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dan lain-lain, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, di mana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting. |
Inflasi desakan biaya ([[bahasa Inggris|Ingg]]: ''cost push inflation'') terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan.<ref name="Bank Indonesia"/> Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dan lain-lain, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran.<ref name="Bank Indonesia"/> Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, di mana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu: kenaikan harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang. |
||
Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu: |
|||
kenaikan harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang. |
|||
== Penggolongan == |
== Penggolongan == |
||
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya [[pasar]] yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang [[impor]]. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang. |
Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya [[pasar]] yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang [[impor]]. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang. |
||
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut |
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (''Closed Inflation''). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (''Open Inflation''). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (''[[Hiperinflasi]]''). |
||
Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan:<ref>{{Cite news|last=Abdi|date=2019-09-18|title=Jenis-jenis Inflasi, Penyebab, dan Cara Menanganinya yang Perlu Diketahui|url=https://hot.liputan6.com/read/4065934/jenis-jenis-inflasi-penyebab-dan-cara-menanganinya-yang-perlu-diketahui|work=[[Liputan6.com]]|language=id|access-date=2020-10-16|first=Husnul|editor-last=Adelin|editor-first=Fadila}}</ref> |
|||
Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan: |
|||
# |
# Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun). |
||
# |
# Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun) |
||
# |
# Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun) |
||
# |
# [[Hiperinflasi]] (lebih dari 100% / tahun) |
||
== Mengukur inflasi == |
== Mengukur inflasi == |
||
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya: |
Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya: |
||
* [[Indeks harga konsumen]] (IHK) atau ''consumer price index'' (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen. |
* [[Indeks harga konsumen]] (IHK) atau ''consumer price index'' (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen. |
||
* [[Indeks biaya hidup]] atau ''cost-of-living index'' |
* [[Indeks biaya hidup]] atau ''cost-of-living index''. |
||
* [[Indeks harga produsen]] adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK pada masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi. |
* [[Indeks harga produsen]] adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK pada masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi. |
||
* [[Indeks harga komoditas]] adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu. |
* [[Indeks harga komoditas]] adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu. |
||
Baris 39: | Baris 35: | ||
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi tersebut ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali ([[hiperinflasi]]), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat [[kerja]], menabung, atau mengadakan [[investasi]] dan [[produksi]] karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau [[karyawan]] swasta serta kaum [[buruh]] juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. |
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi tersebut ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali ([[hiperinflasi]]), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat [[kerja]], menabung, atau mengadakan [[investasi]] dan [[produksi]] karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau [[karyawan]] swasta serta kaum [[buruh]] juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu. |
||
Bagi [[masyarakat]] yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat |
Bagi kelompok [[masyarakat]] yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat menderita.<ref>{{Cite news|title=Ketahui Jenis Inflasi Berdasarkan Sifatnya dan Dampak yang Ditimbulkan|url=https://www.merdeka.com/jatim/ketahui-jenis-inflasi-berdasarkan-sifatnya-dan-dampak-yang-ditimbulkan-kln.html|work=[[Merdeka.com]]|language=id|access-date=2020-10-16|last=Lararenjana|first=Edelweis|editor-last=Lararenjana|editor-first=Edelweis}}</ref> Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, [[uang]] pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pada tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang [[pensiun]]nya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya [[pengusaha]], tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan [[pegawai]] yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi. |
||
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk |
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai [[mata uang]] semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan [[bunga bank|bunga]], namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan [[investasi]] akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari [[bank]] yang diperoleh dari tabungan [[masyarakat]]. |
||
Bagi orang yang meminjam uang dari [[bank]] ([[debitur]]), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran [[utang]] kepada [[kreditur]], nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, [[kreditur]] atau pihak yang meminjamkan [[uang]] akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. |
Bagi orang yang meminjam uang dari [[bank]] ([[debitur]]), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran [[utang]] kepada [[kreditur]], nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, [[kreditur]] atau pihak yang meminjamkan [[uang]] akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman. |
||
Baris 56: | Baris 52: | ||
Bank sentral melalui [[kebijakan moneter]] dapat mengontrol jumlah uang beredar untuk mengendalikan inflasi dengan menggunakan tiga kebijakan moneter utama sebagai berikut.<ref>Mankiw, G., Quah, E. & Wilson, P. (2013). ''Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi Asia (Volume 2)''. Jakarta: Salemba Empat ISBN 978-981-4384-85-8</ref> |
Bank sentral melalui [[kebijakan moneter]] dapat mengontrol jumlah uang beredar untuk mengendalikan inflasi dengan menggunakan tiga kebijakan moneter utama sebagai berikut.<ref>Mankiw, G., Quah, E. & Wilson, P. (2013). ''Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi Asia (Volume 2)''. Jakarta: Salemba Empat ISBN 978-981-4384-85-8</ref> |
||
# |
# Operasi Pasar Terbuka atau ''open market operation''. Bank sentral membeli dan menjual obligasi negara dengan cara bank sentral menginstruksikan para pialang obligasi untuk membeli dari publik di pasar obligasi nasional. Uang yang dibayarkan bank sentral untuk obligasi tersebut meningkatkan jumlah uang beredar di suatu negara. Untuk mengurangi jumlah uang beredar, pemerintah melakukan hal yang sebaliknya. |
||
# |
# Syarat Cadangan Kas Minimum atau ''reserve requirements''. Bank sentral dapat meningkatkan atau mengurangi syarat cadangan kas minimum yang harus dimiliki oleh bank umum di negaranya. Kenaikan syarat cadangan kas minimum berarti bahwa bank-bank harus memegang lebih banyak cadangan sehingga mengurangi pinjaman dari setiap unit yang disimpan, akibatnya hal tersebut meningkatkan rasio cadangan menurunkan penggandaan uang, dan menurunkan jumlah uang yang beredar. Sebaliknya penurunan syarat cadangan minimum menurunkan rasio cadangan, meningkatkan penggandaan uang, dan meningkatkan jumlah uang yang beredar. |
||
# |
# Tingkat diskonto atau ''disount rate''. Bank sentral melalui regulasinya dapat menaikkan atau menurunkan tingkat bunga pinjaman untuk bank-bank umum di bawahnya. Bank umum meminjam dari bank sentral jika memiliki sedikit cadangan untuk memenuhi persyaratan cadangan, ketika bank sentral memberikan pinjaman kepada bank umum tersebut, sistem perbankan memiliki lebih banyak cadangan dibandingkan dengan yang seharusnya sehingga cadangan tambahan ini memungkinkan sistem perbankan menciptakan lebih banyak uang. Semakin tinggi tingkat diskonto yang ditetapkan bank sentral terhadap bank umum, maka semakin enggan bank meminjam cadangan dari bank sentral. Oleh karena itu, kenaikan tingkat diskonto mengurangi cadangan dalam sistem perbankan yang kemudian mengurangi jumlah uang beredar. |
||
# ''' |
|||
== Cara-cara Mengatasi Inflasi == |
|||
⚫ | |||
*Kebijakan Moneter |
|||
⚫ | [[Perekonomian]] dan tingkat [[penjualan]] yang tidak stabil dalam sebuah [[ |
||
Kebijakan moneter adalah segala kebijakan pemerintah di bidang moneter (keuangan) yang dilakukan melalui Bank Indonesia (bank sentral) tujuannya menjaga kestabilan moneter agar kesejahteraan rakyat meningkat. |
|||
*Kebijakan Fiskal |
|||
⚫ | Inflasi ini bisa terjadi karena permintaan atau daya tarik masyarakat yang kuat terhadap suatu barang. Inflasi terjadi karena munculnya keinginan berlebihan dari suatu kelompok masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia di pasaran. Karena keinginan yang terlalu berlebihan itu, permintaan demand menjadi bertambah, sedangkan penawaran supply masih tetap yang akhirnya mengakibatkan harga menjadi naik. |
||
Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan kebijakan moneter, ada 3 (tiga) cara yang dilakukan dalam kebijakan fiskal, yaitu sebagai berikut: |
|||
a. Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah |
|||
⚫ | Dalam [[ilmu ekonomi]], |
||
b. Menaikkan tarif pajak |
|||
c. Mengadakan pinjaman pemerintah |
|||
*Kebijakan Nonmoneter (Kebijakan Rill) |
|||
Kebijakan ini bisa ditempuh dengan cara berikut: |
|||
a. Menaikkan hasil produk antar tingkat konsumsi bertambah, sehingga akan menambah uang beredar |
|||
b. Kebijakan upah yang disepakati dengan serikat-serikat buruh agar tidak terjadi banyak tuntutan selama inflasi |
|||
c. Pengawasan dan penetapan harga karena pengawasan yang tidak intensif dapat menimbulkan pasar gelap (black market) |
|||
⚫ | |||
⚫ | [[Perekonomian]] dan tingkat [[penjualan]] yang tidak stabil dalam sebuah [[negara]] rentan menimbulkan inflasi. Kondisi inflasi ini sangat dihindari oleh negara karena akan memicu terjadinya krisis ekonomi ringan hingga berat. Negara harus mampu mencegah inflasi karena bisa menimbulkan berbagai macam masalah dalam sebuah negara. |
||
⚫ | Inflasi ini bisa terjadi karena permintaan atau daya tarik masyarakat yang kuat terhadap suatu barang. Inflasi terjadi karena munculnya keinginan berlebihan dari suatu kelompok masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia di pasaran. Karena keinginan yang terlalu berlebihan itu, permintaan demand menjadi bertambah, sedangkan penawaran supply masih tetap yang akhirnya mengakibatkan harga menjadi naik. |
||
⚫ | Dalam [[ilmu ekonomi]], [[harga keseimbangan]] atau harga ekuilibrium atau harga bebas adalah [[harga]] yang terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dan kurva penawaran. Terbentuknya harga dan kuantitas keseimbangan di pasar merupakan hasil kesepakatan antara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) di mana kuantitas yang diminta dan yang ditawarkan sama besarnya. Jika keseimbangan ini telah tercapai, biasanya titik keseimbangan ini akan bertahan lama dan menjadi patokan pihak pembeli dan pihak penjual dalam menentukan harga. |
||
⚫ | Permintaan demand yang terbentuk mencerminkan keinginan [[konsumen]], sementara penawaran supply mencerminkan keinginan [[produsen]]. Dalam pasar persaingan sempurna, penjual dan pembeli sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk |
||
⚫ | Permintaan demand yang terbentuk mencerminkan keinginan [[konsumen]], sementara penawaran supply mencerminkan keinginan [[produsen]]. Dalam pasar persaingan sempurna, penjual dan pembeli sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga pasar karena sudah ada ikatan batin bahwa antara penjual dan pembeli mengetahui struktur dan informasi yang ada di dalam pasar persaingan sempurna. |
||
⚫ | Definisi dari |
||
⚫ | Definisi dari [[pasar persaingan sempurna]] adalah suatu pasar di mana jumlah [[penjual]] dan pembeli (konsumen) sangat banyak dan [[produk]] atau [[barang]] yang ditawarkan atau dijual sejenis atau serupa. Contoh barang yang dijual pada bentuk pasar ini adalah beras, gandum, batu bara dan kentang. Pasar persaingan sempurna merupakan pasar di mana penjual dan pembeli tidak dapat memengaruhi harga sehingga [[harga]] di pasar benar-benar merupakan hasil kesepakatan dan interaksi antara [[penawaran dan permintaan]]. |
||
Ciri-Ciri Pasar Persaingan Sempurna: |
|||
#.Banyak Penjual & Pembeli |
|||
#.Kebebasan untuk Membuka dan Menutup Perusahaan (Free Entry and Free Exit) |
|||
#.Barang Bersifat Homogen |
|||
#.Penjual & Pembeli Memiliki Pengetahuan yang Sempurna tentang Pasar |
|||
#.Mobilitas atau Perpindahan Sumber Ekonomi Cukup Sempurna |
|||
#.Kebanyakan Perusahaan Kecil |
|||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
||
Baris 100: | Baris 109: | ||
* [http://samvak.tripod.com/inflation.html Arguments for and against inflation and inflation targeting] |
* [http://samvak.tripod.com/inflation.html Arguments for and against inflation and inflation targeting] |
||
* [http://www.westegg.com/inflation/ The Inflation Calculator] |
* [http://www.westegg.com/inflation/ The Inflation Calculator] |
||
* [http://ekonomi.kabo.biz/2011/12/efek-buruk-inflasi.html Efek Buruk Inflasi] |
* [http://ekonomi.kabo.biz/2011/12/efek-buruk-inflasi.html Efek Buruk Inflasi] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140114133541/http://ekonomi.kabo.biz/2011/12/efek-buruk-inflasi.html |date=2014-01-14 }} |
||
* [http://data.bls.gov/cgi-bin/cpicalc.pl Another Inflation Calculator by the Bureau of Labor Statistics] |
* [http://data.bls.gov/cgi-bin/cpicalc.pl Another Inflation Calculator by the Bureau of Labor Statistics] |
||
* [http://onlinebooks.library.upenn.edu/webbin/gutbook/lookup?num=6949 Project Gutenberg Edition of Fiat Money Inflation in France: How ... - November 2004] |
* [http://onlinebooks.library.upenn.edu/webbin/gutbook/lookup?num=6949 Project Gutenberg Edition of Fiat Money Inflation in France: How ... - November 2004] |
||
* [http://www.abelard.org/inflation.htm The mechanics of inflation] ''The great government swindle and how it works'' is one of a series of documents about economics and money at abelard.org |
* [http://www.abelard.org/inflation.htm The mechanics of inflation] ''The great government swindle and how it works'' is one of a series of documents about economics and money at abelard.org |
||
* [http://www.greekshares.com/inflation.asp Basics of Inflation] |
* [http://www.greekshares.com/inflation.asp Basics of Inflation] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060107150728/http://www.greekshares.com/inflation.asp |date=2006-01-07 }} |
||
* [http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/ Tingkat Inflasi Tahunan (Indeks Harga Konsumen)] |
* [http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/ Tingkat Inflasi Tahunan (Indeks Harga Konsumen)] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20090221030348/http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi |date=2009-02-21 }} |
||
== Referensi == |
== Referensi == |
Revisi terkini sejak 27 Agustus 2024 10.46
Inflasi merupakan suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus, kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.[1][2] Inflasi berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain: konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.[3] Selain itu, ketidakstabilan ekonomi dan tingkat penjualan juga menimbulkan inflasi.[4] Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu.
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.[5] Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Penyebab
[sunting | sunting sumber]Secara umum, inflasi disebabkan oleh kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK).[6] Tidak hanya itu, inflasi juga dipengaruhi oleh harga bahan pokok naik.[7] Adanya tarikan permintaan (kelebihan likuiditas/uang/alat tukar), serta desakan (tekanan) produksi atau distribusi (kurangnya produksi (product or service) dan/atau juga termasuk kurangnya distribusi) juga penyebab terjadinya inflasi.[butuh rujukan] Untuk sebab pertama lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan moneter (Bank Sentral), sedangkan untuk sebab kedua lebih dipengaruhi dari peran negara dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah seperti fiskal (perpajakan/pungutan/insentif/disinsentif), kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dll.
Inflasi permintaan (Ingg: demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan di mana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi tersebut.[8] Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full employment di mana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume likuiditas di pasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
Inflasi desakan biaya (Ingg: cost push inflation) terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya kelangkaan distribusi, walau permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan.[8] Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dan lain-lain, sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran.[8] Begitu juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, di mana dalam hal ini faktor infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting. Meningkatnya biaya produksi dapat disebabkan 2 hal, yaitu: kenaikan harga, misalnya bahan baku dan kenaikan upah/gaji, misalnya kenaikan gaji PNS akan mengakibatkan usaha-usaha swasta menaikkan harga barang-barang.
Penggolongan
[sunting | sunting sumber]Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari dalam negeri misalnya akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan:[9]
- Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun).
- Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)
- Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)
- Hiperinflasi (lebih dari 100% / tahun)
Mengukur inflasi
[sunting | sunting sumber]Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:
- Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
- Indeks biaya hidup atau cost-of-living index.
- Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK pada masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
- Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.
- Indeks harga barang-barang modal
- Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru, barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Dampak
[sunting | sunting sumber]Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi tersebut ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi kelompok masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat menderita.[10] Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun pada tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.
Peran bank sentral
[sunting | sunting sumber]Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral -termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen—salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian—akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.
Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh Bank Indonesia.
Bank sentral melalui kebijakan moneter dapat mengontrol jumlah uang beredar untuk mengendalikan inflasi dengan menggunakan tiga kebijakan moneter utama sebagai berikut.[11]
- Operasi Pasar Terbuka atau open market operation. Bank sentral membeli dan menjual obligasi negara dengan cara bank sentral menginstruksikan para pialang obligasi untuk membeli dari publik di pasar obligasi nasional. Uang yang dibayarkan bank sentral untuk obligasi tersebut meningkatkan jumlah uang beredar di suatu negara. Untuk mengurangi jumlah uang beredar, pemerintah melakukan hal yang sebaliknya.
- Syarat Cadangan Kas Minimum atau reserve requirements. Bank sentral dapat meningkatkan atau mengurangi syarat cadangan kas minimum yang harus dimiliki oleh bank umum di negaranya. Kenaikan syarat cadangan kas minimum berarti bahwa bank-bank harus memegang lebih banyak cadangan sehingga mengurangi pinjaman dari setiap unit yang disimpan, akibatnya hal tersebut meningkatkan rasio cadangan menurunkan penggandaan uang, dan menurunkan jumlah uang yang beredar. Sebaliknya penurunan syarat cadangan minimum menurunkan rasio cadangan, meningkatkan penggandaan uang, dan meningkatkan jumlah uang yang beredar.
- Tingkat diskonto atau disount rate. Bank sentral melalui regulasinya dapat menaikkan atau menurunkan tingkat bunga pinjaman untuk bank-bank umum di bawahnya. Bank umum meminjam dari bank sentral jika memiliki sedikit cadangan untuk memenuhi persyaratan cadangan, ketika bank sentral memberikan pinjaman kepada bank umum tersebut, sistem perbankan memiliki lebih banyak cadangan dibandingkan dengan yang seharusnya sehingga cadangan tambahan ini memungkinkan sistem perbankan menciptakan lebih banyak uang. Semakin tinggi tingkat diskonto yang ditetapkan bank sentral terhadap bank umum, maka semakin enggan bank meminjam cadangan dari bank sentral. Oleh karena itu, kenaikan tingkat diskonto mengurangi cadangan dalam sistem perbankan yang kemudian mengurangi jumlah uang beredar.
Cara-cara Mengatasi Inflasi
[sunting | sunting sumber]- Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah segala kebijakan pemerintah di bidang moneter (keuangan) yang dilakukan melalui Bank Indonesia (bank sentral) tujuannya menjaga kestabilan moneter agar kesejahteraan rakyat meningkat.
- Kebijakan Fiskal
Kebijakan ini dilakukan oleh pemerintah sejalan dengan kebijakan moneter, ada 3 (tiga) cara yang dilakukan dalam kebijakan fiskal, yaitu sebagai berikut:
a. Mengatur penerimaan dan pengeluaran pemerintah
b. Menaikkan tarif pajak
c. Mengadakan pinjaman pemerintah
- Kebijakan Nonmoneter (Kebijakan Rill)
Kebijakan ini bisa ditempuh dengan cara berikut:
a. Menaikkan hasil produk antar tingkat konsumsi bertambah, sehingga akan menambah uang beredar
b. Kebijakan upah yang disepakati dengan serikat-serikat buruh agar tidak terjadi banyak tuntutan selama inflasi
c. Pengawasan dan penetapan harga karena pengawasan yang tidak intensif dapat menimbulkan pasar gelap (black market)
Penawaran, permintaan, inflasi, harga keseimbangan dan pasar persaingan sempurna
[sunting | sunting sumber]Perekonomian dan tingkat penjualan yang tidak stabil dalam sebuah negara rentan menimbulkan inflasi. Kondisi inflasi ini sangat dihindari oleh negara karena akan memicu terjadinya krisis ekonomi ringan hingga berat. Negara harus mampu mencegah inflasi karena bisa menimbulkan berbagai macam masalah dalam sebuah negara.
Inflasi ini bisa terjadi karena permintaan atau daya tarik masyarakat yang kuat terhadap suatu barang. Inflasi terjadi karena munculnya keinginan berlebihan dari suatu kelompok masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia di pasaran. Karena keinginan yang terlalu berlebihan itu, permintaan demand menjadi bertambah, sedangkan penawaran supply masih tetap yang akhirnya mengakibatkan harga menjadi naik.
Dalam ilmu ekonomi, harga keseimbangan atau harga ekuilibrium atau harga bebas adalah harga yang terbentuk pada titik pertemuan kurva permintaan dan kurva penawaran. Terbentuknya harga dan kuantitas keseimbangan di pasar merupakan hasil kesepakatan antara pembeli (konsumen) dan penjual (produsen) di mana kuantitas yang diminta dan yang ditawarkan sama besarnya. Jika keseimbangan ini telah tercapai, biasanya titik keseimbangan ini akan bertahan lama dan menjadi patokan pihak pembeli dan pihak penjual dalam menentukan harga.
Permintaan demand yang terbentuk mencerminkan keinginan konsumen, sementara penawaran supply mencerminkan keinginan produsen. Dalam pasar persaingan sempurna, penjual dan pembeli sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga pasar karena sudah ada ikatan batin bahwa antara penjual dan pembeli mengetahui struktur dan informasi yang ada di dalam pasar persaingan sempurna.
Definisi dari pasar persaingan sempurna adalah suatu pasar di mana jumlah penjual dan pembeli (konsumen) sangat banyak dan produk atau barang yang ditawarkan atau dijual sejenis atau serupa. Contoh barang yang dijual pada bentuk pasar ini adalah beras, gandum, batu bara dan kentang. Pasar persaingan sempurna merupakan pasar di mana penjual dan pembeli tidak dapat memengaruhi harga sehingga harga di pasar benar-benar merupakan hasil kesepakatan dan interaksi antara penawaran dan permintaan.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Aturan 72 (sebuah aturan "ibu jari" untuk menghitung periode untuk inflasi menyetengahkan harga pembelian dari jumlah tetap)
- Bank sentral
- Deflasi
- Devaluasi
- Ekonomi
- Ekonomi mikro
- Ekonomi makro
- Inflasi dan perekonomian Indonesia
- Hiperinflasi
- Monetarisme
- Revolusi harga
- Uang
- Overinvestasi
- Overproduksi
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Arguments for and against inflation and inflation targeting
- The Inflation Calculator
- Efek Buruk Inflasi Diarsipkan 2014-01-14 di Wayback Machine.
- Another Inflation Calculator by the Bureau of Labor Statistics
- Project Gutenberg Edition of Fiat Money Inflation in France: How ... - November 2004
- The mechanics of inflation The great government swindle and how it works is one of a series of documents about economics and money at abelard.org
- Basics of Inflation Diarsipkan 2006-01-07 di Wayback Machine.
- Tingkat Inflasi Tahunan (Indeks Harga Konsumen) Diarsipkan 2009-02-21 di Wayback Machine.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- Barro, Robert J. Macroeconomics
- Brown, A. World Inflation Since 1950
- Case, Karl E. and Fair, Ray C. Principles of Macroeconomics
- Bureau of Labor Statistics
- Kieler, Mads The ECB's Inflation Objective
- George Reisman, Capitalism: A Treatise on Economics (Ottawa: Jameson Books, 1990), 503-506 & Chapter 19 ISBN 0-915463-73-3
- Murray N. Rothbard, What has government done to our money? ISBN 0-945466-10-2. Good introduction to Austrian school's view on money, inflation etc.
- ^ Times, I. D. N.; Agustina, Auriga. "Ini Penyebab Inflasi dan Dampaknya terhadap Negara". IDN Times. Diakses tanggal 2020-10-16.
- ^ Putri Keumala Sari, Fakhruddin. "Identifikasi Penyebab Krisis Moneter dan Kebijakan Bank Sentral di Indonesia: Kasus Tahun (1997-1998 dan 2008)". Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah. 1 (2): 379–380.
- ^ Elfansyah, Novel (2006-08-13). "Survei BI-Unmul, IKK Naik 3,6 Persen". samarinda.gov. Pemerintah Kota Samarinda. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-28. Diakses tanggal 2009-10-19.
Ekspektasi kenaikan harga kambing ini antara lain bisa disebabkan adanya kekhawatiran konsumen terhadap kenaikan tarif-tarif komoditas yang dikendalikan pemerintah, seperti BBM, listrik, serta ketidaklancaran distribusi barang dan berkurangnya ketersediaan barang atau jasa sebagai akibat mahalnya biaya transportasi.
- ^ Gischa, Serafica (2020-02-03). Gischa, Serafica, ed. "Pengertian Inflasi: Indikator, dan Pengelompokan". Kompas.com. Kompas.com. Diakses tanggal 2020-10-16.
- ^ Ulya, Fika Nurul (2020-05-06). Jatmiko, Bambang P., ed. "Gubernur BI: Cetak Uang kemudian Dibagikan ke Masyarakat? Enggak Ada Itu!". Kompas.com. Jakarta: Kompas.com. Diakses tanggal 2021-01-05.
- ^ Ningsih, Lestari (2019-04-04). "Apa Itu Inflasi?". Warta Ekonomi. Diakses tanggal 2020-10-16.
- ^ "Kenaikan Harga Bahan Pokok Pengaruhi Inflasi". Republika Online. 2016-05-26. Diakses tanggal 2020-10-16.
- ^ a b c "Inflasi: Apa Itu Inflasi". bi.go.id. Bank Indonesia. Diakses tanggal 2021-01-05.
- ^ Abdi, Husnul (2019-09-18). Adelin, Fadila, ed. "Jenis-jenis Inflasi, Penyebab, dan Cara Menanganinya yang Perlu Diketahui". Liputan6.com. Diakses tanggal 2020-10-16.
- ^ Lararenjana, Edelweis. Lararenjana, Edelweis, ed. "Ketahui Jenis Inflasi Berdasarkan Sifatnya dan Dampak yang Ditimbulkan". Merdeka.com. Diakses tanggal 2020-10-16.
- ^ Mankiw, G., Quah, E. & Wilson, P. (2013). Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi Asia (Volume 2). Jakarta: Salemba Empat ISBN 978-981-4384-85-8
Bacaan lebih lanjut
[sunting | sunting sumber]- S., Alam (2007). Ekonomi 1 Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Esis/Erlangga. ISBN 979-734-531-9. (Indonesia)