Lompat ke isi

Zoonosis: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
31Dordia (bicara | kontrib)
k Membatalkan 2 suntingan by Genius Teee (bicara): Spam pranala()
Tag: Pembatalan
 
(48 revisi perantara oleh 22 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Siklus hidup taenia.jpg|jmpl|ka|300px|Siklus hidup cacing ''[[Taenia (cacing pita)|Taenia]]'' (penyebab [[taeniasis]] dan [[sistiserkosis]]) menunjukkan bahwa penyakit dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya]]
'''Zoonosis''' adalah infeksi yang ditularkan di antara [[hewan]] [[vertebrata]] dan [[manusia]] atau sebaliknya <ref name=Soe>{{cite book |last=Soejodono |first= Roso|authorlink= |coauthors= |title=Zoonosis |year=2004 |publisher=Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan IPB |location=Bogor |id= }}</ref>. Zoonosis mendapat perhatian secara [[global]] dalam beberapa [[tahun]] terakhir baik mengenai [[epidemiologi]], mekanisme transmisi [[penyakit]] dari hewan ke manusia, diagnosa, pencegahan dan kontrol <ref name=Acha>{{cite book |last=Acha |first=PN |authorlink= |coauthors=Szyfres B |title=Zoonoses and Communicable Diseases Common to Man and Animals 3rd Edition Volume III Parasitoses |year=2003 |publisher=Pan American Health Organization |location=Washington |id= }}</ref>. Penularan zoonosis antara lain terjadi melalui [[makanan]] (''foodborne''), udara (''airborne'') dan kontak langsung dengan [[hewan]] [[sakit]] <ref name=Soe/>.
'''Zoonosis''' atau '''penyakit zoonotik''' adalah penyakit yang secara alami dapat menular dari [[hewan]] [[vertebrata]] ke [[manusia]] atau sebaliknya.<ref name=WHOsec>{{cite journal|last=World Health Organization|first=|year=1959|title=Joint WHO/FAO Expert Committee on Zoonoses: Second Report|url=https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/40435/WHO_TRS_169.pdf?sequence=1&isAllowed=y|journal=WHO Technical Report Series |volume=169|issue=|pages=1-83}}</ref> Zoonosis disebabkan oleh patogen seperti [[bakteri]], [[virus]], [[fungi]], serta [[parasit]] seperti [[protozoa]] dan [[cacing]]. Sebuah penelitian pada tahun 2001 memperkirakan lebih dari 60% [[penyakit menular|penyakit infeksi]] pada manusia tergolong zoonosis.<ref>{{cite journal|last1=Taylor|first1=L.H.|last2=Latham|first2=S.N.|last3=Woolhouse|first3=M.E.|year=2001|title=Risk factors for human disease emergence|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1088493/pdf/TB010983.pdf|journal=Philos Trans R Soc Lond B Biol Sci|volume=356|issue=1411|pages=983–989|doi=10.1098/rstb.2001.0888|pmid=11516376}}</ref>


Di seluruh dunia, timbul kewaspadaan terhadap [[Penyakit infeksi baru|penyakit infeksi yang baru muncul]] (EID) serta penyakit infeksi yang muncul kembali; mayoritas penyakit-penyakit tersebut merupakan zoonosis.<ref>{{cite|last=National Institutes of Health|first=|year=2007|title=Understanding Emerging and Re-emerging Infectious Diseases|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK20370/|publisher=NIH Curriculum Supplement Series [Internet]. Bethesda (MD)}}</ref><ref>{{cite|last=Rogier van Doorn|first=H.|year=2014|title=Emerging infectious diseases|url=https://www.medicinejournal.co.uk/article/S1357-3039(13)00301-0/pdf|journal=Medicine|volume=42|issue=1|pages=60-63}}</ref> Beberapa negara di [[Asia]], termasuk [[Indonesia]], berisiko tinggi memunculkan EID yang bersifat zoonotik dari hewan liar.<ref>{{cite journal|last1=Morse|first1=S.S.|last2=Mazet|first2=J.A.K.|last3=Woolhouse|first3=M.|year=2012|title=Prediction and prevention of the next pandemic zoonosis|url=https://www.thelancet.com/action/showPdf?pii=S0140-6736%2812%2961684-5|journal=The Lancet|volume=380|issue=|pages=1956-1965|doi=10.1016/S0140-6736(12)61684-5}}</ref>
[[Berkas:Taenia LifeCycle.gif|thumb|right|250px|Siklus hidup cacing ''Taenia'' (penyebab penyakit zoonotik: taeniasis/sistiserkosis) menunjukkan bahwa penyakit dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya]]


== Penularan ==
== Jenis Zoonosis Berdasarkan Sumber Infeksinya ==
=== Pola penularan ===
Ada dua jenis zoonosis berdasarkan sumber infeksinya <ref name=>{{cite book |last=Krauss, |first= H |authorlink= |coauthors= A. Weber, M. Appel, B. Enders, A. v. Graevenitz, H. D. Isenberg, H. G. Schiefer, W. Slenczka, H. Zahner|title= Zoonoses. Infectious Diseases Transmissible from Animals to Humans 3rd Edition, 456 pages|year=2003 |publisher=American Society for Microbiology |location=Washington DC |id= ISBN 1-55581-236-8}}</ref>
Sebagai patogen dan parasit, organisme penyebab zoonosis memiliki [[reservoir alami]] dan [[inang]]. Reservoir adalah [[habitat]] atau tempat agen infeksi dapat hidup, tumbuh, dan bereplikasi secara alami,<ref>{{cite|last=Centers for Disease Control and Prevention|title=Lesson 1: Introduction to Epidemiology. Section 10: Chain of Infection|year=2012|url=https://www.cdc.gov/csels/dsepd/ss1978/lesson1/section10.html|website=CDC|access-date=12 Agustus 2019.}}</ref> di antaranya manusia, hewan peliharaan, maupun satwa liar. Berdasarkan hal ini, pola penularan zoonosis dapat digolongkan menjadi:<ref name=Suardana>{{cite|last=Suardana|first=I Wayan|year=2015|title=Buku Ajar Zoonosis|url=https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/e2d05d078da91394f678d154a496c428.pdf|publisher=PT Kanisius|location=Yogyakarta|isbn=978-979-21-4361-4}}</ref>{{rp|5-6}}
# [[Antropozoonosis]]; infeksi pada hewan [[vertebrata]] yang dapat ditularkan kepada [[manusia]]
# [[Zooantroponosis]], infeksi pada manusia yang dapat ditularkan kepada hewan vertebrata.


# '''''Anthropozoonosis''''', artinya penyakit yang menular dari hewan ke manusia.<ref>{{cite|last=Wiktionary|first=|title=Anthropozoonosis|url=https://en.wiktionary.org/wiki/anthropozoonosis}}</ref> Pada jenis ini, penyakit infeksius berkembang bebas di [[alam]] di antara hewan liar maupun [[domestikasi|domestik]]. Manusia kadang akan terinfeksi dan akan menjadi titik akhir infeksi (''dead end''), serta tidak dapat menularkan penyakit kepada hewan atau manusia lain. Zoonosis yang tergolong kategori ini yaitu [[rabies]], [[antraks]], dan [[bruselosis]].
== Jenis Zoonosis Berdasarkan Kejadiannya ==
# '''''Zooanthroponosis''''', artinya penyakit yang menular dari manusia ke hewan.<ref>{{cite|last=Wiktionary|first=|title=Zooanthroponosis|url=https://en.wiktionary.org/wiki/zooanthroponosis}}</ref> Pada jenis ini, penyakit infeksius bersirkulasi antarmanusia dan hanya kadang-kadang saja menyerang hewan sebagai titik terakhir. Termasuk dalam kategori ini yaitu [[tuberkulosis]], serta infeksi ''[[Giardia duodenalis]]'' dan ''[[Cryptosporidium parvum]]''.<ref>{{cite|last1=Messenger|first1=A.M.|last2=Barnes|first2=A.N.|last3=Gray|first3=G.C.|year=2014|title=Reverse Zoonotic Disease Transmission (Zooanthroponosis): A Systematic Review of Seldom-Documented Human Biological Threats to Animals|url=https://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0089055|journal=Plos One|volume=9|issue=2|pages=1-9|doi=10.1371/journal.pone.0089055}}</ref>
Perubahan-perubahan besar [[dunia]] yang saat ini terjadi telah memicu terjadinya '''''emerging''''' dan '''''re-emerging''''' zoonosis <ref name=Brown/>. '''''Emerging''''' zoonosis memiliki definisi yang secara umum mencakup salah [[satu]] dari [[tiga]] situasi [[penyakit]] zoonotik seperti
# '''''Amphixenosis'''''. Kondisi di mana penyakit infeksius bersirkulasi di antara hewan dan di antara manusia. Infeksi tetap berjalan walaupun patogen tidak berpindah dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Contohnya infeksi ''[[Staphylococcus]]'' dan ''[[Streptococcus]]''.
# agen [[patogen]] yang telah diketahui muncul pada suatu [[area]] baru <ref name=Brown/>

# agen patogen yang telah diketahui atau yang berkerabat dekat terjadi pada [[spesies]] yang tidak peka atau <ref name=Brown/>
=== Cara penularan ===
# agen patogen yang tidak atau belum diketahui terdeteksi untuk pertama kali <ref name=Brown> {{cite journal
Sama seperti penyakit menular pada umumnya, zoonosis dapat menular melalui beberapa cara, seperti:
| last = Brown
# '''Secara langsung'''. Manusia menjadi sakit akibat mengalami kontak dengan hewan terinfeksi (misalnya [[rabies]] atau ''[[Kurap pada kucing|ringworm]]'') atau aerosol saat hewan terinfeksi [[bersin]] atau [[batuk]].
| first = C
# '''Secara tidak langsung'''. Penularan zoonosis terjadi melalui perantara, baik hewan [[artropoda]] yang bertindak sebagai [[vektor (biologi)|vektor]] (misalnya penyakit [[ensefalitis Jepang]]) maupun perantara yang berupa benda mati, seperti air, tanah, atau benda lainnya.
| authorlink =
# '''Konsumsi pangan yang berasal dari hewan terinfeksi'''. Patogen yang paling banyak menyebabkan [[keracunan makanan]] (''foodborne illness'') di antaranya ''[[Salmonella]]'', ''[[Escherichia coli]]'', dan ''[[Campylobacter]]''. Selain itu, penyakit seperti [[bruselosis]], [[listeriosis]], [[toksoplasmosis]] juga dapat diderita oleh manusia yang mengonsumsi pangan yang berasal hewan terinfeksi
| coauthors =

| year = 2004
Beberapa penyakit zoonotik memiliki lebih dari satu metode penularan, misalnya toksoplasmosis. Penyakit ini dapat diderita oleh manusia melalui konsumsi daging hewan terinfeksi (misalnya daging [[kambing]] yang tidak dimasak dengan baik) dan melalui kontak dengan feses [[kucing]] yang mengandung protozoa ''[[Toxoplasma gondii]]''.
| month =

| title = Emerging Zoonoses and Pathogens of Public Health Significance-an overview
== Daftar zoonosis ==
| journal = Re Sci Tech Off Int Epiz
Berikut ini adalah daftar zoonosis yang dikelompokkan berdasarkan organisme penyebabnya, yaitu bakteri, virus, fungi, dan parasit.
| volume = 23

| issue = 2
=== Bakteri ===
| pages = 435-442
{{div col|colwidth=30em}}
| doi =
* [[Antraks]]
| id =
* [[Bruselosis]]
| url =
* [[Demam Q]]
| format =
* [[Erisipelas]] dan [[erisipeloid]]
| accessdate =
* [[Glanders]]
}}</ref>.
* [[Kolibasilosis]]
Sedangkan '''''re-emerging zoonoses''''' adalah suatu [[penyakit]] zoonotik yang pernah [[wabah|mewabah]] dan sudah mengalami penurunan intensitas kejadian namun mulai menunjukkan peningkatan kembali <ref name=Morse>{{cite journal
* [[Leptospirosis]]
| last = Morse
* [[Listeriosis]]
| first = SS
* [[Melioidosis]]
| authorlink =
* [[Pasteurellosis]]
| coauthors =
* [[Psitakosis]]
| year = 2004
* [[Pes]] dan [[pes bubo]]
| month =
* [[Salmonelosis]]
| title = Factors and Determinants of Disease Emergence
* [[Stafilokokosis]]
| journal = Rev. Sci. Tech. Office Internationale de Epizootica
* [[Streptokokosis]]
| volume = 23
* [[Tuberkulosis]]
| issue =
* [[Tularemia]]
| pages = 443-451
* [[Vibriosis]]
| doi =
{{div col end}}
| id =

| url =
| format =
=== Virus ===
{{div col|colwidth=30em}}
| accessdate =
* [[Demam Rift Valley]]
}}</ref>. Faktor-faktor yang memicu ''emerging'' dan ''re-emerging'' zoonosis yaitu <ref name=Morse/>
* [[Ensefalitis Jepang]]
# perubahan [[ekologi]]
# perubahan [[demografi]] dan perilaku [[manusia]]
* [[Influenza]] ([[flu burung]], [[flu babi]])
* [[Infeksi Arbovirus]]
# perjalanan dan perdagangan [[internasional]]
* [[Infeksi virus Nipah]]
# kemajuan [[teknologi]] dan [[industri]]
* [[Penyakit virus Ebola|Infeksi virus Ebola]]
# [[adaptasi]] dan perubahan [[mikroorganisme]]
* [[Infeksi virus Pox]] ([[cacar monyet]], [[orf]])
# penurunan perhatian pada tindakan-tindakan [[kesehatan]] [[masyarakat]] dan pengendalian
* [[Penyakit Newcastle]]
# perubahan pada [[individu]] [[inang]], misalnya imunodefisiensi.
* [[Rabies]]
{{div col end}}

=== Fungi ===
* [[Aspergilosis]]
* [[Histoplasmosis]]
* [[Ringworm]]

=== Parasit ===
==== Protozoa ====
* [[Anaplasmosis]]
* [[Babesiosis]]
* [[Kriptosporidiasis]]
* [[Leismaniasis]]
* [[Toksoplasmosis]]

==== Cacing ====
* [[Echinococcosis]]
* [[Fasciolosis]]
* [[Trichinellosis]]
* [[Sistiserkosis]] dan [[taeniasis]]
* [[Sistosomiasis]]

==== Artropoda ====
* [[Mange]] ([[skabies]] dan [[demodikosis]])

== Penanganan zoonosis di Indonesia ==
Di tingkat pemerintah pusat, zoonosis ditangani oleh [[Kementerian Kesehatan Republik Indonesia|Kementerian Kesehatan]] dan [[Kementerian Pertanian Republik Indonesia|Kementerian Pertanian]] Republik Indonesia. Pemerintah juga menetapkan jenis zoonosis yang memerlukan prioritas untuk dikendalikan dan ditangani melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 237/Kpts/PK.400/M/3/2019 tentang Penetapan Zoonosis Prioritas. Jenis zoonosis prioritas tersebut adalah:

# ''Avian influenza;''
# ''Rabies;''
# ''Anthrax;''
# ''Brucellosis;''
# ''Leptospirosis;''
# ''Japanese B. encephalitis;''
# ''Bovine tuberculosis;''
# ''Salmonellosis;''
# ''Schistosomiasis;''
# ''Q fever;''
# ''Campylobacteriosis;''
# ''Trichinellosis;''
# ''Paratuberculosis;''
# ''Toxoplasmosis;'' dan
# ''Cysticercosis/taeniasis''.

Pengendalian dan penanggulangan zoonosis di atas dilakukan dengan prioritas nasional dan dilaksanakan oleh [[pemerintah pusat]], [[Pemerintahan daerah di Indonesia|pemerintah daerah]] [[Provinsi di Indonesia|provinsi]], dan pemerintah daerah [[kabupaten]]/[[kota]] sesuai dengan kewenangannya.

== Kemunculan zoonosis baru ==
Perubahan-perubahan besar [[dunia]] yang saat ini terjadi telah memicu zoonosis yang baru muncul (''emerging zoonosis'') dan zoonosis yang muncul kembali (''re-emerging zoonosis'').<ref name=Brown/> '''''Emerging zoonosis''''' memiliki definisi yang secara umum mencakup salah satu dari [[tiga]] situasi [[penyakit]] zoonotik seperti:
# Agen [[patogen]] yang telah diketahui muncul pada suatu [[area]] baru,<ref name=Brown/>
# Agen patogen yang telah diketahui atau yang berkerabat dekat terjadi pada [[spesies]] yang tidak peka,<ref name=Brown/> atau
# Agen patogen yang tidak atau belum diketahui terdeteksi untuk pertama kali.<ref name=Brown>{{cite journal|last1=Brown|first1=Corrie|year=September 2004|title=Emerging Zoonoses and Pathogens of Public Health Significance—An Overview|url=https://www.researchgate.net/publication/8029655_Emerging_Zoonoses_and_Pathogens_of_Public_Health_Significance-An_Overview|journal=Rev. sci. tech. (OIE)|volume=23|issue=2|pages=435-442}}</ref>
Adapun '''''re-emerging zoonoses''''' adalah suatu [[penyakit]] zoonotik yang pernah [[wabah|mewabah]] dan sudah mengalami penurunan intensitas kejadian namun mulai menunjukkan peningkatan kembali.<ref name=Morse>{{cite journal|last1=Morse|first1=Stephen S.|year=2004|title=Factors and Determinants of Disease Emergence|url=https://www.researchgate.net/publication/8029656_Factors_and_Determinants_of_Disease_Emergence|journal=Rev. sci. tech. (OIE)|volume=23|issue=2|pages=443-451|pmid=15702712}}</ref>

Faktor-faktor yang memicu ''emerging'' dan ''re-emerging'' zoonosis yaitu:<ref name=Morse/>
# Perubahan [[ekologi]],
# Perubahan [[demografi]] dan perilaku [[manusia]],
# Perjalanan dan perdagangan [[internasional]],
# Kemajuan [[teknologi]] dan [[industri]],
# [[Adaptasi]] dan perubahan [[mikroorganisme]],
# Penurunan perhatian pada tindakan-tindakan [[kesehatan]] [[masyarakat]] dan pengendalian, serta
# Perubahan pada [[individu]] [[inang]], misalnya [[imunodefisiensi]].


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}


{{Kondisi medis |state=expanded}}
== Pranala Luar ==
{{Konsep dalam penyakit infeksius}}
* http://www.medical-microbiology.de/Dateien/zoo_eng.html

[[Kategori:Penyakit]]
[[Kategori:Kedokteran]]


[[Kategori:Zoonosis| ]]
[[ar:مرض حيواني المنشأ]]
[[Kategori:Kedokteran hewan]]
[[az:Zoonozlar]]
[[Kategori:Penyakit hewan]]
[[bg:Зооноза]]
[[bs:Zoonoze]]
[[ca:Zoonosi]]
[[cs:Zoonóza]]
[[da:Zoonose]]
[[de:Zoonose]]
[[en:Zoonosis]]
[[es:Zoonosis]]
[[eu:Zoonosi]]
[[fi:Zoonoosi]]
[[fr:Zoonose]]
[[ga:Zónóis]]
[[gl:Zoonose]]
[[hu:Zoonózis]]
[[ia:Zoonose]]
[[is:Súna]]
[[it:Zoonosi]]
[[ja:人獣共通感染症]]
[[ka:ზოონოზი]]
[[ko:인수공통감염병]]
[[nl:Zoönose]]
[[nn:Zoonose]]
[[no:Zoonose]]
[[pl:Choroby odzwierzęce]]
[[pt:Zoonose]]
[[ru:Зоонозы]]
[[sv:Zoonos]]
[[tr:Zoonoz]]
[[wa:Zonôze]]
[[zh:人畜共通傳染病]]

Revisi terkini sejak 28 Agustus 2024 09.03

Siklus hidup cacing Taenia (penyebab taeniasis dan sistiserkosis) menunjukkan bahwa penyakit dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya

Zoonosis atau penyakit zoonotik adalah penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya.[1] Zoonosis disebabkan oleh patogen seperti bakteri, virus, fungi, serta parasit seperti protozoa dan cacing. Sebuah penelitian pada tahun 2001 memperkirakan lebih dari 60% penyakit infeksi pada manusia tergolong zoonosis.[2]

Di seluruh dunia, timbul kewaspadaan terhadap penyakit infeksi yang baru muncul (EID) serta penyakit infeksi yang muncul kembali; mayoritas penyakit-penyakit tersebut merupakan zoonosis.[3][4] Beberapa negara di Asia, termasuk Indonesia, berisiko tinggi memunculkan EID yang bersifat zoonotik dari hewan liar.[5]

Penularan

[sunting | sunting sumber]

Pola penularan

[sunting | sunting sumber]

Sebagai patogen dan parasit, organisme penyebab zoonosis memiliki reservoir alami dan inang. Reservoir adalah habitat atau tempat agen infeksi dapat hidup, tumbuh, dan bereplikasi secara alami,[6] di antaranya manusia, hewan peliharaan, maupun satwa liar. Berdasarkan hal ini, pola penularan zoonosis dapat digolongkan menjadi:[7]:5-6

  1. Anthropozoonosis, artinya penyakit yang menular dari hewan ke manusia.[8] Pada jenis ini, penyakit infeksius berkembang bebas di alam di antara hewan liar maupun domestik. Manusia kadang akan terinfeksi dan akan menjadi titik akhir infeksi (dead end), serta tidak dapat menularkan penyakit kepada hewan atau manusia lain. Zoonosis yang tergolong kategori ini yaitu rabies, antraks, dan bruselosis.
  2. Zooanthroponosis, artinya penyakit yang menular dari manusia ke hewan.[9] Pada jenis ini, penyakit infeksius bersirkulasi antarmanusia dan hanya kadang-kadang saja menyerang hewan sebagai titik terakhir. Termasuk dalam kategori ini yaitu tuberkulosis, serta infeksi Giardia duodenalis dan Cryptosporidium parvum.[10]
  3. Amphixenosis. Kondisi di mana penyakit infeksius bersirkulasi di antara hewan dan di antara manusia. Infeksi tetap berjalan walaupun patogen tidak berpindah dari hewan ke manusia dan sebaliknya. Contohnya infeksi Staphylococcus dan Streptococcus.

Cara penularan

[sunting | sunting sumber]

Sama seperti penyakit menular pada umumnya, zoonosis dapat menular melalui beberapa cara, seperti:

  1. Secara langsung. Manusia menjadi sakit akibat mengalami kontak dengan hewan terinfeksi (misalnya rabies atau ringworm) atau aerosol saat hewan terinfeksi bersin atau batuk.
  2. Secara tidak langsung. Penularan zoonosis terjadi melalui perantara, baik hewan artropoda yang bertindak sebagai vektor (misalnya penyakit ensefalitis Jepang) maupun perantara yang berupa benda mati, seperti air, tanah, atau benda lainnya.
  3. Konsumsi pangan yang berasal dari hewan terinfeksi. Patogen yang paling banyak menyebabkan keracunan makanan (foodborne illness) di antaranya Salmonella, Escherichia coli, dan Campylobacter. Selain itu, penyakit seperti bruselosis, listeriosis, toksoplasmosis juga dapat diderita oleh manusia yang mengonsumsi pangan yang berasal hewan terinfeksi

Beberapa penyakit zoonotik memiliki lebih dari satu metode penularan, misalnya toksoplasmosis. Penyakit ini dapat diderita oleh manusia melalui konsumsi daging hewan terinfeksi (misalnya daging kambing yang tidak dimasak dengan baik) dan melalui kontak dengan feses kucing yang mengandung protozoa Toxoplasma gondii.

Daftar zoonosis

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah daftar zoonosis yang dikelompokkan berdasarkan organisme penyebabnya, yaitu bakteri, virus, fungi, dan parasit.

Artropoda

[sunting | sunting sumber]

Penanganan zoonosis di Indonesia

[sunting | sunting sumber]

Di tingkat pemerintah pusat, zoonosis ditangani oleh Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian Republik Indonesia. Pemerintah juga menetapkan jenis zoonosis yang memerlukan prioritas untuk dikendalikan dan ditangani melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor 237/Kpts/PK.400/M/3/2019 tentang Penetapan Zoonosis Prioritas. Jenis zoonosis prioritas tersebut adalah:

  1. Avian influenza;
  2. Rabies;
  3. Anthrax;
  4. Brucellosis;
  5. Leptospirosis;
  6. Japanese B. encephalitis;
  7. Bovine tuberculosis;
  8. Salmonellosis;
  9. Schistosomiasis;
  10. Q fever;
  11. Campylobacteriosis;
  12. Trichinellosis;
  13. Paratuberculosis;
  14. Toxoplasmosis; dan
  15. Cysticercosis/taeniasis.

Pengendalian dan penanggulangan zoonosis di atas dilakukan dengan prioritas nasional dan dilaksanakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota sesuai dengan kewenangannya.

Kemunculan zoonosis baru

[sunting | sunting sumber]

Perubahan-perubahan besar dunia yang saat ini terjadi telah memicu zoonosis yang baru muncul (emerging zoonosis) dan zoonosis yang muncul kembali (re-emerging zoonosis).[11] Emerging zoonosis memiliki definisi yang secara umum mencakup salah satu dari tiga situasi penyakit zoonotik seperti:

  1. Agen patogen yang telah diketahui muncul pada suatu area baru,[11]
  2. Agen patogen yang telah diketahui atau yang berkerabat dekat terjadi pada spesies yang tidak peka,[11] atau
  3. Agen patogen yang tidak atau belum diketahui terdeteksi untuk pertama kali.[11]

Adapun re-emerging zoonoses adalah suatu penyakit zoonotik yang pernah mewabah dan sudah mengalami penurunan intensitas kejadian namun mulai menunjukkan peningkatan kembali.[12]

Faktor-faktor yang memicu emerging dan re-emerging zoonosis yaitu:[12]

  1. Perubahan ekologi,
  2. Perubahan demografi dan perilaku manusia,
  3. Perjalanan dan perdagangan internasional,
  4. Kemajuan teknologi dan industri,
  5. Adaptasi dan perubahan mikroorganisme,
  6. Penurunan perhatian pada tindakan-tindakan kesehatan masyarakat dan pengendalian, serta
  7. Perubahan pada individu inang, misalnya imunodefisiensi.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ World Health Organization (1959). "Joint WHO/FAO Expert Committee on Zoonoses: Second Report" (PDF). WHO Technical Report Series. 169: 1–83. 
  2. ^ Taylor, L.H.; Latham, S.N.; Woolhouse, M.E. (2001). "Risk factors for human disease emergence" (PDF). Philos Trans R Soc Lond B Biol Sci. 356 (1411): 983–989. doi:10.1098/rstb.2001.0888. PMID 11516376. 
  3. ^ National Institutes of Health (2007), Understanding Emerging and Re-emerging Infectious Diseases, NIH Curriculum Supplement Series [Internet]. Bethesda (MD) 
  4. ^ Rogier van Doorn, H. (2014), "Emerging infectious diseases", Medicine, 42 (1): 60–63 
  5. ^ Morse, S.S.; Mazet, J.A.K.; Woolhouse, M. (2012). "Prediction and prevention of the next pandemic zoonosis". The Lancet. 380: 1956–1965. doi:10.1016/S0140-6736(12)61684-5. 
  6. ^ Centers for Disease Control and Prevention (2012), "Lesson 1: Introduction to Epidemiology. Section 10: Chain of Infection", CDC, diakses tanggal 12 Agustus 2019. 
  7. ^ Suardana, I Wayan (2015), Buku Ajar Zoonosis (PDF), Yogyakarta: PT Kanisius, ISBN 978-979-21-4361-4 
  8. ^ Wiktionary, Anthropozoonosis 
  9. ^ Wiktionary, Zooanthroponosis 
  10. ^ Messenger, A.M.; Barnes, A.N.; Gray, G.C. (2014), "Reverse Zoonotic Disease Transmission (Zooanthroponosis): A Systematic Review of Seldom-Documented Human Biological Threats to Animals", Plos One, 9 (2): 1–9, doi:10.1371/journal.pone.0089055 
  11. ^ a b c d Brown, Corrie (September 2004). "Emerging Zoonoses and Pathogens of Public Health Significance—An Overview". Rev. sci. tech. (OIE). 23 (2): 435–442. 
  12. ^ a b Morse, Stephen S. (2004). "Factors and Determinants of Disease Emergence". Rev. sci. tech. (OIE). 23 (2): 443–451. PMID 15702712.