Lompat ke isi

Tari Bedaya Ketawang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
BP51Kurnia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
BP51Kurnia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: BP2014
Baris 1: Baris 1:
==Bedaya Ketawang==
==Bedaya Ketawang==
[[File:Kraton Yogyakarta2-5.JPG|thumb|Kraton Yogyakarta2-5]]
Bedaya Ketawang atau Tari Bedhaya Ketawang berasal dari kata [[bedhaya]] berarti penari [[wanita]] di [[istana]]. Sedangkan [[ketawang]] berasal dari kata yang berarti langit, identik dengan mendhung atau awan tempatnya di atas, sesuatu yang di atas dinamakan tinggi makna simbolisnya yaitu [[luhur]].<ref name="a">http://library.uns.ac.id/Teks pranala],teks tambahan</ref> Tari Bedhaya Ketawang menjadi tari suguhan sakral yang berarti suci yang menyangkut [[Ketuhanan]], dimana segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak [[Tuhan]]Yang Maha Esa.<ref name="a"/>
Bedaya Ketawang atau Tari Bedhaya Ketawang berasal dari kata [[bedhaya]] berarti penari [[wanita]] di [[istana]].<ref name="a"/><ref name="b"/> Sedangkan [[ketawang]] berasal dari kata yang berarti langit, identik dengan mendhung atau awan tempatnya di atas, sesuatu yang di atas dinamakan tinggi makna simbolisnya yaitu [[luhur]].<ref name="a">http://library.uns.ac.id/Teks pranala],teks tambahan</ref> Tari Bedhaya Ketawang menjadi tari suguhan sakral yang berarti suci yang menyangkut [[Ketuhanan]], dimana segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak [[Tuhan]]Yang Maha Esa.<ref name="a"/>


===Sejarah===
==Sejarah==
Tarian ini diciptakan oleh penguasa pertama Kerajaan Mataram yaitu Sultan Agung atau Panembahan Senapati.<ref name="b">http://www.karatonsurakarta.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>Dikisahkan bahwa dahulu kala [[Panembahan Senapati]] pernah bertapa.<ref name="c">http://dglib.uns.ac.id/Teks pranala],teks tambahan</ref>Dalam pertapaanya Panembahan Senapati bertemu dan melakukan cinta kasih dengan [[Ratu Kencanasari]] atau yang dikenal juga dengan [[Kanjeng Ratu Kidul]].<ref name="b"/><ref name="c"/>
Tarian ini diciptakan oleh penguasa pertama Kerajaan Mataram yaitu Sultan Agung atau Panembahan Senapati.<ref name="b">http://www.karatonsurakarta.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>Dikisahkan bahwa dahulu kala [[Panembahan Senapati]] pernah bertapa.<ref name="c">http://dglib.uns.ac.id/Teks pranala],teks tambahan</ref>Dalam pertapaanya Panembahan Senapati bertemu dan melakukan cinta kasih dengan [[Ratu Kencanasari]] atau yang dikenal juga dengan [[Kanjeng Ratu Kidul]].<ref name="b"/><ref name="c"/>


===Jumlah Penari===
==Makna==
Banyaknya Penari dalam tarian ini berjumlah 9 orang.<ref name="d">http://www.disolo.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>Jumlah sembilan penari Bedhaya Ketawang adalah simbol [[makrokosmos]] jagad raya yang ditandai dengan sembilan arah [[mata angin]] dan mikrokosmos merupakan simbol alam semesta dengan segala isinya.<ref name="a"/>Masing-masing penari tersebut memiliki sebutan tersendiri.<ref name="b"/>
*Penari pertama disebut Batak
*Penari kedua disebut Endhel Ajeg
*Penari ketiga disebut Endhel Weton
*Penari keempat disebut Apit Ngarep
*Penari kelima disebut Apit Mburi
*Penari keenam disebut Apit Meneg
*Penari ketujuh disebut Gulu
*Penari kedelapan disebut Dhada
*Penari kesembilan disebut Dan Boncit.<ref name="b"/> Nomor sembilan disini direpresentasikan sebagai konstelasi [[bintang-bintang]] dari arti Ketawang.<ref name="d"/>

===Makna===
Tarian ini memiliki tiga makna yaitu
Tarian ini memiliki tiga makna yaitu
*Adat Upacara, menurut adatnya tarian ini hanya bisa dilakukan pada setahun sekali saja yaitu pada hari ulang tahun tahta kerajaan.<ref name="b"/>
*Adat Upacara, menurut adatnya tarian ini hanya bisa dilakukan pada setahun sekali saja yaitu pada hari ulang tahun tahta kerajaan.<ref name="b"/>
Baris 23: Baris 12:
*Religius,karena tarian ini juga mengajarkan tentang filsafah hidup serta menanyakan untuk tujuan apa manusia hidup selama di dunia.<ref name="b"/>
*Religius,karena tarian ini juga mengajarkan tentang filsafah hidup serta menanyakan untuk tujuan apa manusia hidup selama di dunia.<ref name="b"/>


===Ritual===
==Ritual==
Sebelum melakukan pementasan baik penari maupun [[Keraton]] selalu memiliki kebiasaan atau ritual yang harus dijalankan, seperti:<ref name="b"/>
Sebelum melakukan pementasan baik penari maupun [[Keraton]] selalu memiliki kebiasaan atau ritual yang harus dijalankan, seperti:<ref name="b"/>
*Penari
*Penari
Baris 29: Baris 18:
*Keraton
*Keraton
Keraton juga harus melakukan ritual tertentu yaitu [[larungan atau labuhan]] yang berarti persembahan korban berupa sesaji ke 4 titik mata angin.<ref name="b"/>Keempat mata angin tersebut dimulai di bagian arah utara untuk Gunung Merapi dengan penguasa ''Kanjeng Ratu Sekar''.<ref name="b"/> Di bagian arah selatan untuk Segoro Kidul Laut Selatan dengan penguasa ''Ratu Kidul''. Di bagian barat, untuk Tawang Sari dengan penguasa ''Sang Hyang Pramori Durga'' di hutan Krendowahono.<ref name="b"/> Dan terakhir, di bagian timur untuk Tawang Mangu dengan penguasa ''Argodalem Tirtomoyo, dan Gunung Lawu dengan penguasa Kyai Sunan Lawu''.<ref name="b"/>
Keraton juga harus melakukan ritual tertentu yaitu [[larungan atau labuhan]] yang berarti persembahan korban berupa sesaji ke 4 titik mata angin.<ref name="b"/>Keempat mata angin tersebut dimulai di bagian arah utara untuk Gunung Merapi dengan penguasa ''Kanjeng Ratu Sekar''.<ref name="b"/> Di bagian arah selatan untuk Segoro Kidul Laut Selatan dengan penguasa ''Ratu Kidul''. Di bagian barat, untuk Tawang Sari dengan penguasa ''Sang Hyang Pramori Durga'' di hutan Krendowahono.<ref name="b"/> Dan terakhir, di bagian timur untuk Tawang Mangu dengan penguasa ''Argodalem Tirtomoyo, dan Gunung Lawu dengan penguasa Kyai Sunan Lawu''.<ref name="b"/>

==Jumlah Penari==
Banyaknya Penari dalam tarian ini berjumlah 9 orang.<ref name="d">http://www.disolo.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>Jumlah sembilan penari Bedhaya Ketawang adalah simbol [[makrokosmos]] jagad raya yang ditandai dengan sembilan arah [[mata angin]] dan mikrokosmos merupakan simbol alam semesta dengan segala isinya.<ref name="a"/>Masing-masing penari tersebut memiliki sebutan tersendiri.<ref name="b"/>
*Penari pertama disebut Batak<ref name="b"/>
*Penari kedua disebut Endhel Ajeg<ref name="b"/>
*Penari ketiga disebut Endhel Weton<ref name="b"/>
*Penari keempat disebut Apit Ngarep<ref name="b"/>
*Penari kelima disebut Apit Mburi<ref name="b"/>
*Penari keenam disebut Apit Meneg<ref name="b"/>
*Penari ketujuh disebut Gulu<ref name="b"/>
*Penari kedelapan disebut Dhada<ref name="b"/>
*Penari kesembilan disebut Dan Boncit.<ref name="b"/> Nomor sembilan disini direpresentasikan sebagai konstelasi [[bintang-bintang]] dari arti Ketawang.<ref name="d"/>


==Kostum==
==Kostum==
Kostum yang digunakan oleh para penari Bedaya Ketawang adalah [[dodot ageng]] atau disebut juga ''basahan''.<ref name="e">http://www.anneahira.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>
Kostum yang digunakan oleh para penari Bedaya Ketawang adalah [[dodot ageng]] atau disebut juga ''basahan''.<ref name="e">http://www.anneahira.com/Teks pranala],teks tambahan</ref>





==Referensi==
==Referensi==

Revisi per 8 Mei 2014 14.44

Bedaya Ketawang

Kraton Yogyakarta2-5

Bedaya Ketawang atau Tari Bedhaya Ketawang berasal dari kata bedhaya berarti penari wanita di istana.[1][2] Sedangkan ketawang berasal dari kata yang berarti langit, identik dengan mendhung atau awan tempatnya di atas, sesuatu yang di atas dinamakan tinggi makna simbolisnya yaitu luhur.[1] Tari Bedhaya Ketawang menjadi tari suguhan sakral yang berarti suci yang menyangkut Ketuhanan, dimana segala sesuatu tidak akan terjadi tanpa kehendak TuhanYang Maha Esa.[1]

Sejarah

Tarian ini diciptakan oleh penguasa pertama Kerajaan Mataram yaitu Sultan Agung atau Panembahan Senapati.[2]Dikisahkan bahwa dahulu kala Panembahan Senapati pernah bertapa.[3]Dalam pertapaanya Panembahan Senapati bertemu dan melakukan cinta kasih dengan Ratu Kencanasari atau yang dikenal juga dengan Kanjeng Ratu Kidul.[2][3]

Makna

Tarian ini memiliki tiga makna yaitu

  • Adat Upacara, menurut adatnya tarian ini hanya bisa dilakukan pada setahun sekali saja yaitu pada hari ulang tahun tahta kerajaan.[2]
  • Sakral, Karena pencipta dari tarian ini berasal dari Ratu kidul, konon kabarnya beliau selalu hadir pada saat latihan ataupun pada saat tarian ini dipentaskan[2]
  • Religius,karena tarian ini juga mengajarkan tentang filsafah hidup serta menanyakan untuk tujuan apa manusia hidup selama di dunia.[2]

Ritual

Sebelum melakukan pementasan baik penari maupun Keraton selalu memiliki kebiasaan atau ritual yang harus dijalankan, seperti:[2]

  • Penari

Sebelum menarikan tarian ini kesembilan penari ini melakukan ritual puasa tertentu, harus suci lahir dan batin serta tidak dalam keadaan datang bulan.[2] Untuk itu disiapkan penari cadangan untuk menggantikan para penari yang tiba-tiba mendapat halangan pada saat akan pementasan.[2]Kesucian para penari benar-benar diperhatikan karena konon kabarnya Kanjeng Ratu Kidul akan datang menghampiri para penari yang gerakannya masih salah pada saat latihan berlangsung.[2]

  • Keraton

Keraton juga harus melakukan ritual tertentu yaitu larungan atau labuhan yang berarti persembahan korban berupa sesaji ke 4 titik mata angin.[2]Keempat mata angin tersebut dimulai di bagian arah utara untuk Gunung Merapi dengan penguasa Kanjeng Ratu Sekar.[2] Di bagian arah selatan untuk Segoro Kidul Laut Selatan dengan penguasa Ratu Kidul. Di bagian barat, untuk Tawang Sari dengan penguasa Sang Hyang Pramori Durga di hutan Krendowahono.[2] Dan terakhir, di bagian timur untuk Tawang Mangu dengan penguasa Argodalem Tirtomoyo, dan Gunung Lawu dengan penguasa Kyai Sunan Lawu.[2]

Jumlah Penari

Banyaknya Penari dalam tarian ini berjumlah 9 orang.[4]Jumlah sembilan penari Bedhaya Ketawang adalah simbol makrokosmos jagad raya yang ditandai dengan sembilan arah mata angin dan mikrokosmos merupakan simbol alam semesta dengan segala isinya.[1]Masing-masing penari tersebut memiliki sebutan tersendiri.[2]

  • Penari pertama disebut Batak[2]
  • Penari kedua disebut Endhel Ajeg[2]
  • Penari ketiga disebut Endhel Weton[2]
  • Penari keempat disebut Apit Ngarep[2]
  • Penari kelima disebut Apit Mburi[2]
  • Penari keenam disebut Apit Meneg[2]
  • Penari ketujuh disebut Gulu[2]
  • Penari kedelapan disebut Dhada[2]
  • Penari kesembilan disebut Dan Boncit.[2] Nomor sembilan disini direpresentasikan sebagai konstelasi bintang-bintang dari arti Ketawang.[4]

Kostum

Kostum yang digunakan oleh para penari Bedaya Ketawang adalah dodot ageng atau disebut juga basahan.[5]

Referensi

  1. ^ a b c d http://library.uns.ac.id/Teks pranala],teks tambahan
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x http://www.karatonsurakarta.com/Teks pranala],teks tambahan
  3. ^ a b http://dglib.uns.ac.id/Teks pranala],teks tambahan
  4. ^ a b http://www.disolo.com/Teks pranala],teks tambahan
  5. ^ http://www.anneahira.com/Teks pranala],teks tambahan